Anda di halaman 1dari 10

Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983

SISTEM PENYIMPANAN DAN PERAWATAN KUALITAS BAHAN PANGAN DI BADAN URUSAN LOGISTIK
Mulyo Sidik *, dan Hariyadi Halid *
ABSTRAK - ABSTRACT Sistem penyimpanan dan perawatan kualitas bahan pangan di Badan Urusan Logistik. Penurunan kualitas bahan makanan terjadi selama dalam penyimpanan, khususnya bila pengelolaan kualitas tidak dilakukan secara baik. Untuk menjaga beras dan biji-bijian dalam kondisi baik, BULOG telah dan sedang mencoba memperbaiki rencana kerjanya dalam hal perawatan stok dan kualitas, termasuk pembangunan gudang-gudang dan fasilitas penyimpanan yang baru. Pestisida masih berperan penting untuk memberantas hama sebagai bagian integral dalam proses pengamanan stok yang dilakukan BULOG. Suatu metode pilihan yang lain, antara lain kemungkinan penggunaan iradiasi sedang dipertimbangkan, tetapi sudah barang tentu memerlukan . penelitian-penelitian yang lebih terperinci. Storage system and quality control of food commodity of the National Logistics Agency (BULOG), Indonesia. Quality deterioration of food commodities may occur during storage, particularly if quality maintenance is not conducted properly. In order to keep the grain in sound condition, The National Logistics Agency (BULOG) has been trying to improve its programme in stock and quality control; including the construction of new warehouses and other storage facilities. Pesticide is still playing an important role for controlling pest as an integral part of stock preservation programme done by BULOG. Another alternative method also pursued includes the possibility of using irradiation, which likely needs more detailed studies.

PENDAHULUAN
Dalam usaha pemerintah untuk, mencukupi kebutuhan pangan, peningkatan produksi menjadi tujuan utama. Hal ini dapat dilihat di dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun bidang pertanian, dimana peningkatan produksi menempati urutan teratas. Berkaitan erat dengan usaha terse but penyebarluasan pengertian tentang pengurangan susut atas hasil produksi pangan, khususnya setelah panen, akhir-akhir ini semakin digalakkan. Gudang sebagai tempat penyimpanan, yang merupakan salah satu langkah di dalam galur teknologi lepas panen sebelum bahan pangan tiba di tangan konsumen, ternyata sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan yang disimpan. Penurunan kualitas yang terjadi selama masa penyimpanan, dapat menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Jadi tampaknya akan sia-sialah usaha keras di dalam peningkatan produksi, jika ternyata kemudian terjadi kesusutan akibat kurang tepatnya penanganan selama penyimpanan bahan pangan di gudang. Sebagaimana kita ketahui, penurunan kuantitas dan kualitas bahan pangan dapat terjadi selama penyimpanan di gudang yang disebabkan oleh serangan serangga, tikus, burung dan mikroorganisme. Iklim negara kit a yang panas dan lerilbab, merupakan kondisi yang sangat baik bagi pertumbuhan serangga hama dan mikroorganisme terse but di atas sehingga mempercepat proses deteriorisasi. BULDG sebagai badan pemerintah berfungsi harus mengelola stok penyangga untuk menjaga terjaminnya persediaan pangan setiap saat dalam kaitannya dengan penjagaan stabilitas harga. Umumnya stok yang harus dikelola BULDG saat ini ber Pusat Penelitian dan Pengembangan Siste m Lo gistik, BULOG, J ak arta.

81

kisar antara 1,2 dan 1,5 juta ton setara beras, serta beberapa jenis komoditi lainnya seperti jagung, kedelai, bungkil kedelai, gula dan lain sebagainya. Stok nasional diperkirakan akan semakin besar sesuai dengan rencana peningkatan produksi dan rencana pemerintah untuk meningkatkan cadangan nasional menjadi 5 juta ton pada tahun-tahun yang akan datang. Jangka waktu penyimpanan diperkirakan akan semakin lama. Hal-hal terse but di atas membuat semakin pentngnya peranan sistem penyimpanan dan perawatan kualitas bahan pangan selama berada di gudang. Perbaikan atau peningkatan di bidang terse but tentunya akan dapat menjaga mutu bahan dalam jangka waktu yang lama dan sekaligus mengurangi susut semaksimal mungkin .. Untuk memberikan gambaran tentang berapa jauh usaha-usaha penyimpanan dan perawatan kualitas bahan pangan di BULGe, pada makaIah ini akan diuraikan langkah-Iangkah yang telah dan akan diambil oleh BULGe dalam pengelolaan stok nasional terse but.

SISTEM PENYIMP ANAN

Sistem yang selama ini digunakan oleh BULGe untuk menyimpan bahan pangan adalah sistem penyimpanan karung (bag storage). Cara penyimpanan ini digunakan oleh banyak negara yang sedang berkembang, karena masih dianggap lebih menguntungkan daripada sistem penyimpanan bentuk curah (bulk storage). Hal ini terutama apabila bahan yang disimpan adalah beras giling; beras tidak akan mudah rusak dan menjadi kotor oleh karena proses handling seperti pada sistem penyim. panan curah' Di samping itu sistem penyimpanan dengan karung yang dijalankan BULGe hampir seluruhnya menggunakan tenaga manusia, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja bagi buruh pengangkut. Sarana penyimpanan yang berupa gudang sebagaimana diketahui sangat memegang peranan dalam mempertahankan mutu bahan pangan yang disimpan. Berpijak pada hal ini, sejak 1975, BULGe telah melakukan pembangunan gudang-gudang yang memenuhi syarat di seluruh Indonesia. Hingga saat ini telah mencapai kapasitas total lebih dari 1,5 juta ton. Dengan tersedianya sarana utama terse but diharapkan prinsip-prinsip penyimpanan dan pergudangan (storage management) akan lebih mudah diterapkan. Jumlah ini akan terus bertambah sehubungan dengan rencana pemerntah untuk lebih meningkatkan cadangan nasional pada tahun-tahun mendatang. Bahan pangan seperti gabah, beras dan jagung sebelum dimasukkan ke dalam karung untuk disimpan, terlebih dahulu mengalami proses' conditioning" seperti pengeringan untuk menurunkan kadar air. Selama masa penyimpanan di gudang harus ada sistem aerasi yang baik untuk mempertahankan mutu. Kelembaban yang terjadi akibat proses respirasi biji-bijian dan organisme yang hidup pada biji-bijian tadi (serangga kapang dan bakteri), dapat "dipindahkan" oleh udara yang keluar dan masuk gudang melalui ventilasi dan pintu gudang yang dibuka pada waktuwaktu tertentu (1) Selain mengandalkan ventilasi gudang, guna menjamin terjadi-

82

nya aerasi yang baik, eara penumpukan karung harus dibuat sedemikian rupa sehingga aerasi tetap berjalan. Penyediaan lorong-Iorong antar stapelan (tumpukari) dengan berbagai ukuran dimaksudkan juga untuk memberi keleluasaan aliran udara ke dalam karung-karung tersebut. Walaupun dilihat dari segi pertukaran udara pembuatan lorong-Iorong tersebut sangat bermanfaat, ditinjau dari segi penggunaan ruang, sistem penyimpanan dengan karung lebih banyak menyita ruangan gudang. Kemungkinan untuk menyimpan bahan pangan dengan sistem eurah tetap dijajaki, walaupun hingga saat ini penyimpanan dengan karung dirasakan masih menguntungkan. Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian-penelitian oleh BULOG untuk melihat seberapa jauh kemungkinan penggunaan sistem eurah. Termasuk pula 'container" hampa udara yang digunakan khusus untuk menyimpan beras dalamjangka panjang (di atas dua tahun). USAHA PERAWATAN KUAUTAS BAHAN PANGAN Di samping penyediaan sarana penyimpanan yang memenuhi syarat, perawatan bahan pangan selama berada di gudang sangat penting untuk mempertahankan kualitas bahan pangan. Dalam hal ini BULOG menggunakan beberapa eara perawatan yang umum dipakai yaitu: Fumigasi dan Penyemprotan ("Spraying"). Pemberantasan serangga hama gudang merupakan bagian utama dari usaha perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola oleh BULOG. Hingga saat ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih merupakan eara utama untuk memberantas serangga hama gudang. Dalam aplikasinya fumigasi dan penyemprotan insektisida bersifat saling melengkapi. Fumigasi dilakukan depgan ear a menutup stapelen bahan pangan dengan plastik kemudian dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang berada di dalam gudang dan di dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh. Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan bahan pangan dilakukan dengan maksud untuk meneegah serangan kembali (reinfestasi) serangga hama gudang setelah fumigasi. Di samping itu penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh. ~erangga hama yang bersembunyi pada eelah-eelah dinding yang retak atau pada langit-Iangit dan lantai gudang. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk pemberantasan serangga hama gudang sangat terbatas jumlahnya mengingat adanya peraturan yang ketat tentang penggunaan pestisida pada. bahan pangan. Pestisida tadi haruslah memenuhi persyaratan antara lain: efektif pada earaiJenggunaan yang ekonomis tidak meninggalkan residu yang melebihi batas maksimum (MRL) tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau bahan pangan tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat. Sehubungan dengan itu jenis-jenis pestisida yang digunakan untuk usaha pemberantasan serangga hama gudang di BULOG hanya terbatas pada penggunaan metil bromida daD. gas "phosphine" untuk fumigasi serta "pirimiphosmethyl" dan "dichlorvos" untuk penyemprotan. Aplikasi fumigan metil bromida harus lebih ber83

hatihati oleh karena gas ini tidak menimbulkan bau dan sukar diketahui apabila ada kebocoran. Akan tetapi oleh karena paparan relatif singkat (1 x 24 jam) metil bromida banyak digunakan untuk fumigasi kapal. Penggunaan fumigan phosphine dalam bentuk tablet lebih praktis dan aman walaupun waktu paparan lebih lama (3 x 24 jam). Salah satu masalah penting datam usaha pemberantasan hama gudang secara kimiawi ialah timbulnya resistensi serangga hama terhadap pestisida. Hal ini dapat mengurangi jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan, padahal jumlahnya sangat terbatas. Misalnya insektisida Lindane dan Malathion sudah tidak digunakan lagi sejak ditemukannya resistensi serangga hama gudang terhadap insektisida terse but

(2,3).
Sanitasi dan Manajemen Pergudangan. Tersedianya sarana pergudangan yang baik tanpa diikuti dengan pelaksanaan programsanitasi dan manajemen pergudangan yang teratur dapat menghambat usaha perawatan kualitas yang dijalankan. Se hubungan dengan itu BULOG sejak beberapa tahun yang lalu telah menjalankan program sanitasi dan manajemen pergudangan yang lebih teratur. Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan ham a yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain. Dari sistem pengawasan yang teratur dapat segera dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan atau penyaluran bahan pangan dengan segera bila diperlukan. Dalam kerangka manajemen pergudangan yang baik selain melakukan sistem penumpukan yang memenuhi syarat, juga prinsip FIFO (First in first out) sedapat mungkin dilaksanakan dalam penyaluran bahan pangan. Peningkatan Kualitas Bahan Pangan yang Akan Disimpan. Kualitas awal dari bahan pangan sangat menentukan keberhasilan usaha perawatan kualitas selama masa penyimpanan di gudang BULOG. Oleh karena itu bahan pangan yang akan dibeli oleh BULOG harus memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa aspek kualitas awal yang penting untuk penyimpanan bahan pangan misalnya kadar air, derajat sosoh dan jumlah butir patah. Tingginya kadar air di samping mempermudah pertumbuhan kapangjuga dapat meningkatkan fertilitas serangga (4). Kadar air maksimal yang ditetapkan untuk komoditi gabah, beras dan jagung dalam praktek bukan merupakan jaminan akan terbebasnya bahan pangan dari serangan serangga hama gudang. Beberapa jenis hama primer seperti Sitophilus oryzae masih dapat berkembang dengan baik pada kadar air di bawah 14 persen. Walaupun demikian batas tersebut sedikit banyak te lah menghambat tumbuhnya jenis-jenis serangga hama yang lain. Tinggi kandungan butir patah sangat membantu peikembangan hama sekunder seperti Tribolium confusum dan Oryzaephilus surinamensis. Demikian pula derajat sosoh beras sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan hama sekunder seperti Corcyra cephalonica dan T. castaneum. Misalnya apabila derajat sosoh kurang dari 75 persen dalam waktu 3 bulan larva Ccephalonica dapat menimbulkan kerusakan berat pad a beras (5). Salah satu masalah yang dihadapi BULOG dalam usaha pengadaan pangan dalam negeri adalah bahwa kualitas bahan pangan yang diproduksi oleh petani ka-

84

dang-kadang tidak' memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan oleh BULOC, Hal ini acap kali teIjadi pada waktu panen yang bertepatan dengan musim penghujan. Di samping itu penyebab lainnya adalah alat-alat pengolahan yang dimiliki petani masih banyak yang kurang memadai sehingga dapat menurunkan kualitas bahan pangan. Agar pengadaan pangan dalam negeri dapat beIjalan dengan Iancar serta petani dapat menikmati harga penjualan yang memuaskan, BULOC bekeIjasama dengan instansi pemerintah lainnya berusaha meningkatkan sarana teknologi lepas panen petani di tingkat Koperasi Unit Desa (KUD). Usaha ini meliputi pengadaan alat dan latihan ketrampilan untuk teknologi lepas panen pada umumnya.
METODE PERAWATAN KUAUTAS YANC SEDANG DITEUTI

Menyadari bahwa usaha perawatan kualitas khususnya pemberantasan serangga hama gudang, tidak dapat bergantung sepenuhnya kepada penggunaan pestisida konvensional, di samping terus meningkatkan dan memelihara sarana penyimpanan, BULOC mulai meneliti beberapa metode baru an tara lain: Penggunaan Karbondioksida (C02). Penggunaan CO2 untuk pengendalian serangga hama gudang telah lama diteliti namun penggunaannya secara komersial belum meluas. Dengan mengalirkan CO2 ke dalam ruangan tempat penyimpanan bijibijian kandungan oksigen dapat ditekan menjadi sangat rendah. Komposisi udara normal mengandung 78% N2, 21% O2 dan 0,4% CO2 Dengan mengalirkanfmemompakan CO2 hingga konsentrasinya mencapai 60%, CO2 tadi dapat bersifat "insektisidal" terhadap serangga ham a gudang. Di BPTP BULOC, Tambun sedang diteliti penggunaan CO2 dengan cara mengalirkan CO2 dari tabung silinder ke dalam tumpukan beras (volume 200 ton) yang ditutupi dengan lembaran plastik Polivinil Chlorida (pYC) yang tebalnya 0,56 mm. CO2 dialirkan dengan dosis 2,4 kg per ton sehingga konsentrasinya mencapai 80%. Setelah pemberian CO2, lembaran plastik dibiarkan menutupi stapelan bahan pangan. Hasil sementara penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pemberian CO2 tidak terdapat pertumbuhan serangga hama pada hari ke 26,56,86, dan 133 setelah perlakuan (6). Penelitian ini diteruskan untuk masa simpan yang lebih lama. Penggunaan CO2 untuk pengendalian serangga hama gudang diperkirakan sa ngat menguntungkan untuk sistem penyimpanan jangka panjang. Penyemprotan insektisida untuk mencegah serangan serangga ham a tidak diperlukan oleh karena stapelan bahan pangan ditutup terus menerus dengan lembaran plastik. Keuntungan lainnya ialah CO2 dapat diproduksi di dalam negeri, misalnya dengan memanfaatkan hasil samping pembuatan pupuk urea. Hingga saat ini dalam proses pembuatan pupuk urea, CO2 yang telah dipisahkan hanya dibuang saja (7). Penggunaan "Penghalang Fisik" (''Physical Ba"ier"). Seperti diketahui fumigasi hanyalah untuk tindakan eradikasi saja, segera setelah dibukanya lembaran plastik penutup tumpukan bahan pangan waktu difumigasi, serangga hama gudang dari luar akan dapat menyerang kembali. Untuk itu diperlukan tindakan pencegahan de ngan penyemprotan insektisida. Akan tetapi metoda ini ada kelemahannya karena tidak dilakukan lapis per lapis, yang disemprot hanya bagian luar dari stapelan. Sehubungan dengan itu BU.LOG, sedang meneliti kemungkinan penggunaan 85

plastik fumigasi sebagai "penghalang fisik" terhadap serangan serangga hama gudang setelah fumigasi. Setelah fumigasi stapelan bahan pangan tetap ditutup dengan plastik: fumigasi hingga saatnya dikeluarkan dari gudang. Untuk keperluan aerasi digunakan "kipas penghisap" yang diletakkan pada bagian atas stapelan bahan pangan (I). Seperti halnya dengan penggunaan CO2, penggunaan "penghalang fisik" dianggap menguntungkan pada sistem penyimpanan jangka panjang. KEMUNGKINAN DISINFESTASI SERANGGA HAMA GUDANG DENGAN RADIASI Dari berbagai publikasi ilmiah diketahui bahwa radiasi dengan dosis rendah

(20-30 krad) dapat mematikan berbagai jenis serangga hama gudang baik yang tergolong ke dalam "external feeder" seperti Tribolium castaneum maupun yang tergolong "internal feeder" seperti Sitophilus oryzae (8, 9). Dibandingkan dengan pemberantasan serangga hama gudang secara kimiawi, teknik radiasi secara umum mempunyai beberapa keunggulan seperti waktu aplikasi yang lebih singkat serta tidak menimbulkan residu (10). Salah satu kekurangan teknik radiasi untuk disinfestasi serangga hama gudang ialah, segera setelah radiasi dapat terjadi reinfestasi serangga hama gudang. Apabila teknik I~adiasi ini akan digunakan untuk prodses disinfestasi bahan pangan dalam jumlah besar seperti di BULOG, perlu diadakan penelitian yang mendalam tentang hal-hal sebagai berikut: kemudahan aplikasi teknik nuklir jenis kemasan yang sesuai untuk bahan pangan yang diradiasi segi ekonomik dari aplikasi teknik radiasi. Segi kemudahan aplikasi erat hubungannya dengan sistem penyimpanan dan pola distribusi bahan pangan keluar dan masuk gudang. Hingga saat ini dengan sistern penyimpanan dalam karung proses pemupukan dan pembongkaran bahan pangan sepenuhnya dilakukan oleh tenaga manusia. Aplikasi teknik radiasi hendaknya tidak memerlukan perubahan yang terlalu banyak terhadap sistem yang dijalankan saat ini. Faktor kemasan bahan pangan yang diradiasi perlu diteliti lebih mendalam agar bahan pangan yang diradiasi benar-benar terjamin dari reinfestasi serangga hama gudang. Di lain pihak kualitas, rasa dan bau dari bahan pangan tidak dipengaruhi oleh bentuk dari kemasan khusus tadi. Penelitian tentang segi ekonomik aplikasi teknik radiasi untuk proses pengawetan bahan pangan dalam skala besar penting dilakukan untuk mencari suatu sistem aplikasi yang murah dan efisien. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kenaikan harga jual pangan akibat mahalnya biaya operasional di bidang perawatan. KESIMPULAN Dalam makalah ini telah dibahas mengenai sistem penyimpanan dan perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola oleh BULOG, serta masalah-masalah yang dihadapi. Disadari untuk meningkatkan sistem terse but perlu dilakukan penelitian~

.86

penelitian yang berhubungan dengan penyimpanan dan perawatan bahan pangan. BULOG sebagai lembaga pemerintah yang bersifat operasional menyambut baik kerjasama denganlembaga-Iembaga pemerintah lainnya termasuk BArAN khusus bagi kemungkinan aplikasi teknik radiasi. Kerjasama ini dapat berupa kerjasama penelitian maupuntukar-menukar informasi di bidang pengawetan dan perawatan bahan pangan pada umumnya.
PUSTAKA 1. LOCKE, M.T., KASMAN, T., CAHYANA, Y., DAVIES, R.A.,MARTONO, A., and PATIWIRI, A.W., "Ventilation of fumigation covered stocks of milled rice", Grain Post Harvest Workshop, Indonesia (1983). 2. CHAMP, B.R., and DYTE, C.E., Pesticide SusceptIbility of Stored Grain Pest: FAO Global Survey, FAO, Rome (1976). 3. OSMAN, N., and REJESUS, B.M., Evaluation of resistance to malathion and pirimiphosmethyl in strains of Tribolium ca9taneum (Herbs) collected in Indonesia, Pertanian 4 (1981) 30. 4. PRANATA, R.I., dan WIRIOATMOJO, 1., "Penanggulangan masalah hama pasca panen", Lokakarya Penanganan Pasca Panen Pangan, IPB, Bogor (1982). S. MUSTOFA, A., Pengaruh derajat sosoh beras varietas Brantas terhadap serangan Corcyra cephalonica, Thesis, Universitas Padjadjaran, Bandung (1981). 6. SUKARDI, and MARTONO, A., "Milled rice storage", Grain Post Harvest Workshop, Indonesia (1983). 7. WINARNO, F.G., "Teknologi tepat guna untuk penanganan pasca panen dan pasca mortem", Lokakarya Penanganan Pasca Panen Pangan, IPB, Bogor (1982). 8. HOEDA YA, M.S., Disinfestasi gandum (Triticum durum L.) dari serangga hama bubuk beras (Sitophilu9 oryzae L.) dengan radiasi sinar gamma, Majalah BATAN IV 2 (1971) 16. 9. REVETTI, L.M., Irradiation of Grain I. Irradiation of maize (Z.maY9), Agromica Tropical 22 SS (1972) 497. 10. SOEGIARTO, CJ., "Kemungkinan disinfestasi serangga gudang dengan radiasi", Kursus Introduksi Aplikasi Radiasi dan Radioisotop Dalam Pemberantasan Hama, BATAN, Jakarta (1979).

87

DISKUSI

A. HALIM: Sudah kit a ketahui bersama bahwa jagung adalah komoditi yang mudah dikembangkan. Namun sampai saat ini penyimpanan jagung di "level" KUD dan DOLOG masih menjadi masalah karena daya simp an komoditi tersebut sangat rendah. Agar penyerapan jagung oleh Bulog lebih besar dengan resiko kerusakan yang kecil, apakah tidak mungkin diadakan pilot project penyimpanan jagung dalam skala besar, mengingat biaya radiasi cukup rendah yaitu sekitar Rp 4,-jkg. Dengan berhasilnya pilot project tersebut ada harapan kita dapat menyimpan jagung dalam jumlah besar tanpa ada resiko kerusakan besar, sehingga produksi dapat kita tingkatkan dan impor kita kurangi. Terimakasih. MULYO SIDIK: Hal terse but bisa saja kit a lakukan, tetapi sebaiknya penelitian serupa bukan hanya menyangkut segi teknis, tetapi juga faktor keseluruhan aplikasinya, sistem pengepakan bagaimana yang baik sebab iradiasi tidak menjamin teljadinya reinfestasi. Juga benarkah biaya Rp 4,-jkg juga berlaku, jika diterapkan pada "bag storage system" yang ada untuk jagung. DEDDY FARDlAS: Apakah alasan utama BULOG untuk tidak menggunakan "grain elevator" seperti di luar negeri? Dengan cara merna sang "thermocouple", "hot spot" dapat segera dideteksi di samping aliran produk dapat dilakukan dengan sistem "First in first out". MULYO SIDIK: Sistem penyimpanan di BULOG adalah "bag storage", dengan sistem ini lebih menguntungkan karena menggunakan tenaga buruh untuk menciptakan lapangan kelja. "Grain elevator" biasanya banyak digunakan pada sistem penyimpanan curah ("bulk storage"). Kemungkinan penggunaan sistem curah perlu penelitian lebih mendalam. "Thermocouple" memang digunakan untuk memonitor temperatur umumnya pada sistem penyimpanan bentuk curah, dan juga jika "stapelan" bersifat statis. Jadi jika "turn-over" dari beras cepat, sulit untuk dipasang terus-menerus. Karena itu cara lain diterapkan BULOG yaitu dengan cara "men-"check" temperatur pada waktu-waktu tertentu dengan cara sampling biasa. Yang penting dengan cara terse but "hot spot" dan lain-lainnya dapat dihindari. Sistem FIFO memang diterapkan di BULOG. YAY ASAN LEMBAGA KONSUMEN: Untuk mengendalikan ham a gudang BULOG menggunakan bahan-bahan kimia. Apakah hal ini sudah diteliti efek sampingannya terhadap kesehatan konsumen? Karena ini berhubungan langsung dengan makanan pokok dan juga untuk menghindari penyalahgunaan pestisida oleh pegawai-pegawai yang kurang tahujpaham seperti misalnya kasus di Lampung.

1. 2.

1.

2.

88

MULYO SIDIK: 1. Semua pestisida yang digunakan di BULOG telah mendapat rekomendasi dari Komisi Pestisida Indonesia baik carapenggunaannya maupun segi keselamatannya. Tenaga "pest control" di BULOG adalah tenaga yang terlatih setelah melalui pendidikan khusus "pest control" di dalam ataupun di luar negeri. Mohon dijelaskan kasus Lampung yang dimaksud apakah berhubungan dengan BULOG. P. SUDARSAN: 1. 2. 3. 1. 2. 3. Are you planning on a silo complt.;x in Indonesia? Cost of fumigation? Average period of storage? MULYO SIDIK: No, since we still consider that bag storage has more advantages compared to bulk storage, particularly "steel-bin" type. Cost of fumigation is about Rp 400,-jton. 6 to 19 months.

2. 3.

89

Anda mungkin juga menyukai