Anda di halaman 1dari 6

MEMAKSIMALKAN DAYA PHOTOVOLTAIC SEBAGAI CHARGER CONTROLLER

Felix Yustian Setiono


Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro dan Informasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 50234, Indonesia E-mail : felix_yustian@yahoo.com

Leonardus Heru Pratomo


Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro dan Informasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 50234, Indonesia E-mail : leonardus@unika.ac.id
Abstrak Sistem charger controller adalah penggabungan antara MPPT, dimana digunakan konsep kendali ripple correlation control (RCC) dengan battery charger, yang akan menghasilkan tegangan dc konstan teregulasi yang berfungsi untuk proses pengsisian baterai (battery charging). MPPT dikombinasikan dengan dc-dc converter tipe buck yang berfungsi sebagai pengisi baterai. DC-DC converter yang digunakan mempunyai sistem kendali proportional integrator (PI). Pengujian sistem hasil efektivitas dengan nilai rata-rata mencapai 91%. Kata kunci photovoltaic (PV), maximum power point tracker (MPPT), ripple correlation control (RCC), charger controller

dibahas mengenai penggunaan konsep ripple correlation control (RCC) dalam pemanfaatan MPPT. Konsep RCC pada awalnya digunakan sebagai sistem optimasi dinamis untuk pengendalian motor elektrik. Konsep ini menggunakan riak yang muncul dalam setiap penggunaan converter yang menggunakan pensaklaran untuk menghasilkan suatu informasi tentang titik operasi. Konvergensi kerja sangat cepat, meningkat dalam suatu satuan waktu dalam beberapa periode pensaklaran. Tingkat efektivitas dari konsep RCC ini mencapai 99% [Trisham, 1283]. MPPT yang digunakan dilengkapi dengan DC-DC converter yang digunakan sebagai penstabil tegangan. DC-DC converter yang digunakan mempunyai tipe buck atau step-down, dimana keluaran dari converter ini akan mempunyai nilai yang lebih rendah daripada masukannya Dalam penggunaan umum, MPPT biasanya digunakan sebagai pengatur pengisian untuk battery charger, dimana biasanya MPPT akan dikombinasikan dengan battery charger sebagai sistem charger controller. Keluaran dari penggabungan kedua sistem ini akan menghasilkan tegangan dc teregulasi yang digunakan untuk proses pengisian baterai.

I. PENGANTAR
Penggunaan photovoltaic atau solar cells dewasa ini semakin banyak digunakan, baik untuk bidang komersial maupun residensial. Untuk mendapatkan tingkat keluaran daya maksimal dari suatu photovoltaic maka diperlukan adanya suatu sistem yang berfungsi agar photovoltaic dapat mencapai titik kerja optimalnya, yang disebut maximum power point. Sistem ini dinamakan maximum power point tracker (MPPT). Saat ini terdapat beragam metode dalam pemanfaatan MPPT selama tiga dekade ini. Sedangkan dalam makalah ini akan

Penggunaan battery charger yang digunakan menggunakan konsep dc-dc converter tipe buck, yang akan menghentikan aliran arus pengisian jika tegangan nominal baterai telah penuh. Sistem battery charger ini menggunakan konsep kendali proportional integrator (PI).

II. TINJAUAN PUSTAKA


Suatu photovoltaic (PV) bekerja dengan prinsip yaitu dengan mengubah sinar matahari menjadi suatu bentuk energi listrik dimana menggunakan prinsip semikonduktansi (pn junction).

Jika kita menggunakan PV langsung kepada beban (load), maka tegangan PV akan langsung mengalami drop voltage, akan tetapi arus PV akan tetap bergantung pada intensitas cahaya matahari yang diterimanya, sehingga PV tidak akan pernah mencapai titik kerja maksimumnya. Penggunaan MPPT dimaksudkan agar PV dapat mencapai titik kerja maksimumnya, dengan kondisi pembebanan apapun.

Gb. 3 Titik operasi pada kurva I-V untuk

pembebanan sel PV secara langsung

Gb. 1 Pemodelan sel surya secara rangkaian listrik

Sistem charger controller merupakan penggabungan kedua sistem yang terdiri dari MPPT dan battery charger. Sistem MPPT yang digunakan dalam makalah ini menggunakan kendali korelasi riak atau ripple correlation control (RCC), Sistem RCC ini menggunakan sistem dc-dc converter tipe boost, dimana dapat dijelaskan sebagai berikut. Dinyatakan arus induktor iL dan daya photovoltaic P, dimana kondisi di atas iL atau di bawah iL*. Untuk kondisi ini, kita anggap i = iL yang berarti bahwa C = 0. Saat iL berada di bawah iL*, riak arus muncul di sepanjang kurva yang mengarah pada riak daya dalam fasa; hal ini menyatakan produk dari derivatif waktu dari iL (diL/dt) dan derivatif waktu dari P (dp/dt) adalah positif. Saat iL di bawah iL*, riak arus dan riak daya berada di luar fasa, dan produk dari diL/dt dan

Jika intensitas sinar matahari meningkat, maka nilai arus yang keluar akan semakin meningkat pula. Photovoltaic (PV) menggunakan suatu skema titik daya maksimum atau maximum power point sebagai titik operasi kerjanya. Titik optimum ini akan berubah bergantung pada intensitas cahaya matahari yang diterima oleh PV, kondisi cuaca dan iklim, dan pengaruh pembebanan [Pallab, 1711].

Gb. 2 Kurva maximum power point photovoltaic

dp/dt adalah negatif [Trisham, 1283]. Observasi ini dapat dinyatakan menjadi :

di L dt di L dt

dp * > 0 IL < IL dt dp * < 0 IL > IL dt

Titik pusat optimal muncul dimana dp/diL = 0; sehingga hukum pengendalian menjadi :

d = k
(1)

dp dt di L

(3)

Persamaan di atas merupakan salah satu bentuk dari hukum ripple correlation control (RCC).

Kemungkinan persamaan untuk beroperasi sejak integrasi mencapai nol adalah saat iL mencapai iL*. Integrasi dari persamaan (3) bukan merupakan sinyal sebenarnya di rangkaian nyata. Hal ini sulit diwujudkan untuk mendapatkan rasio sinyal terhadap noise untuk persamaan (3) walaupun konvergensi yang timbul akan sangat lambat. Penskalaan integrasi dari persamaan (3) pada sisi positif akan mengubah kecepatan dan pemetaan pada konvergensi, akan tetapi persamaan (3) masih mampu mencapai konvergensi. Kita nyatakan hal ini sebagai hukum kontrol alternatif, dimana melalui proses penskalaan integrasi dari (diL/dt)2, dimana bernilai positif selama iL berubah.

Gb. 4 Skema rangkaian daya dari photovoltaic dan DC-DC converter tipe boost

Gb. 5 Skema kerja photovoltaic dimana daya rata-rata dengan arus induktor rata-rata

dp di L dp di dt (4) d = k L dt = k dt dt di L dt
Persamaan (4) ini serupa dengan persamaan (2) tetapi dilihat dari sisi yang lain. Hukum integral dari persamaan (4) ini akan mengendalikan dp/di = 0. Persamaan (1) sampai (4) juga dapat dinyatakan jika parameter tegangan digantikan dengan arus; walaupun nilai negatif dari k juga masih digunakan, dimana arus dan tegangan akan saling berlawanan nilainya di dalam suatu operasi kerja photovoltaic. Kondisi di atas akan muncul jika sistem kendali konvergen asimtot dengan kondisi optimal jika P adalah unimodal dan derivatif arus bernilai hanya nol untuk satuan waktu terbatas. Kondisi ini akan

Jika iL meningkat saat persamaan (1) bernilai lebih dari nol, dan menurun, lalu iL harus mendekati iL*. Salah satu cara untuk melakukannya dengan melakukan integral dari persamaan (1), seperti :

d = k

dp di L dt dt dt

(2)

dimana d adalah duty cycle dari saklar daya S dan k bernilai konstan, bernilai positif. Arus induktor meningkat dan menurun mengikuti duty cycle d, sehingga d harus menyediakan pergerakan yang tepat dari iL. Persamaan (2) menggunakan derivatif dari sinyal yang akan diukur secara langsung..

muncul dari PV dan akan berlanjut jika kondisi pensaklaran normal muncul dan converter dalam kondisi konduksi yang kontinu [Trisham, 1284].
Differentiator Comparator Integrator
R1 C3 C1

III. IMPLEMENTASI
Implementasi sistem charger controller yang digunakan merupakan penggabungan antara MPPT berbasis dc-dc converter tipe boost dan battery charger berbasis dc-dc converter tipe buck. MPPT yang digunakan mempunyai cara kerja sebagai berikut masukan arus dan tegangan dari PV dideteksi dengan menggunakan sensor, lalu hasil pendeteksian kedua sensor dikalikan dengan bantuan beberapa pengali atau multiplier. Keluaran dari multiplier ini dimasukkan dalam komponen integrator yang berfungsi sebagai penguat sinyal, lalu dimasukkan kembali menuju comparator yang berfungsi sebagai pembanding antara sinyal dari integrator dan sinyal segitiga yang telah diatur parameternya. Sinyal keluaran dari comparator ini dimasukkan menuju saklar daya. Sistem battery charger yang digunakan mempunyai cara kerja sebagai berikut. Intensitas tegangan pengisian baterai dikendalikan melalui sebuah controller yang berfungsi untuk menghentikan aliran arus pengisian jika baterai telah terisi penuh. Kontroler yang digunakan adalah controller PI dimana controller ini mendapat masukan berupa sinyal gabungan dari tegangan baterai dan tegangan referensi. Keluaran controller PI akan dibandingkan dengan suatu sinyal segitiga dalam comparator dan akan menghasilkan sinyal kendali untuk menghidupkan saklar daya.

Vpv

AD633

AD633

R3

To Duty Ratio Command

R2 C2

AD633

Ipv

Gb. 6 Skema konsep RCC

Sedangkan untuk kendali battery charger menggunakan kendali proportional integrator (PI), dimana kendali PI merupakan penggabungan antara kendali proportional (P) dan integrator (I) yang dirangkai secara paralel. Konsep kendali ini adalah menguatkan sinyal penggabungan antara sinyal referensi yang telah ditentukan dengan sinyal riil keluaran sistem, lalu sinyal ini akan mengalami penguatan (integrating) dan digabungkan dengan kendali proportional, sehingga memperoleh sinyal kendali yang dikuatkan. Sinyal ini digabung dengan sinyal segitiga yang telah ditentukan, sehingga memperoleh sinyal kendali untuk mengontrol saklar daya.
Ri Ri Ri Vout +Vcc Ri +Vcc Ri Vref Ri Ri -Vcc Ri Ri Ri +Vcc Ri -Vcc Ri -Vcc Vtriangle -Vcc Ci To Duty Ratio Command +Vcc +Vcc

Ri

-Vcc

Gb. 7 Skema kendali proportional integrator (PI)

S2 L3

From MPPT

D2

+ -

PI

Ref.

sehingga menjadi daya keluaran sistem. Daya masukan dan daya keluaran akan dibandingkan untuk menjadi suatu tingkat efektivitas sistem yang bernilai dalam satuan persen. Adapun hasil pengukuran implementasi sistem ini dinyatakan dalam tabel di bawah ini. Tegangan dinyatakan dalam satuan volt, arus dalam ampere, dan daya dalam watt. Pengukuran pertama dilakukan pada kondisi cuaca berawan.
Beban Vpv 31,7 31,7 31,7 31,7 31,7 Ipv 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 Ppv 81,8 81,8 81,8 81,8 81,8 Vout 7,6 7,4 7,8 7,8 7,9 Iout 9,8 9,7 9,7 9,7 9,7 Pout 74,5 71,8 75,7 75,7 76,6 % 91,1 87,8 92,5 92,5 93,7 15 20

Gb. 8 Diagram blok kendali battery charger

Sehingga keseluruhan sistem menjadi sebagai berikut


S2 L2 D1 S1 C D2 R L3

PV

L1 +

35
-

Kontroler

Kontroler

Ref.

39 60

Gb. 9 Diagram blok sistem keseluruhan

Tbl. 1 Tingkat efektivitas sistem saat

Hasil dari perancangan sistem secara keseluruhan ini adalah tegangan dc teregulasi yang digunakan dalam proses pengsisian baterai. MPPT yang digunakan akan memaksa sistem agar selalu berada pada posisi titik kerja maksimumnya, sedangkan battery charger akan menghasilkan tegangan dc konstan teregulasi secara terus-menerus.

cuaca berawan

Pengukuran kedua dilakukan pada kondisi cuaca panas terik.


Beban 15 20 35 39 60 Vpv 36 36 36 36 36 Ipv 3 3 3 3 3 Ppv 108 108 108 108 108 Vout 10 10 10 10 9,75 Iout 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 Pout 98 98 98 98 95,6 % 91 91 91 91 88,5

IV. PENGUJIAN DAN ANALISA


Perancangan sistem menggunakan dua buah photovoltaic merek BP Solar dengan parameter masing-masing adalah daya maksimal (Pmax) 55 watt, tegangan puncak (Vmp) 16,5 volt, arus puncak (Imp) 3,33 ampere, tegangan open-circuit (Voc) 20,6 volt, dan arus short-circuit (Isc) 3,69 ampere. Parameter yang diukur berupa hubungan antara tegangan dan arus masukan dari photovoltaic (PV) yang dikalikan menjadi daya masukan PV, dan tegangan dan arus keluaran sistem (keluaran battery charger) yang dikalikan

Tbl. 2 Tingkat efektivitas sistem saat cuaca panas terik

Analisa yang dapat diambil dari tabel di atas adalah bahwa sistem akan berusaha agar mencapai titik maksimum dari photovoltaic yang digunakan dengan cara memaksa arus keluaran agar kondisi keluaran mendekati kondisi masukan sistem. Mengenai daya photovoltaic yang turun dikarenakan waktu pengukuran yang dilakukan pada sore hari, sehingga titik

maksimum photovoltaic berubah mengikuti intensitas sinar matahari.

Proceedings of CITEE 2009. Yogyakarta : Teknik Elektro UGM, 2009. .

V. KESIMPULAN
MPPT yang digunakan mempunyai efektivitas 91,01%, dengan penggabungan dimana MPPT ini akan dikombinasikan dengan sistem dc-dc converter yang digunakan sebagai pensuplai baterai. Tingkat efektivitas ini bergantung pada intensitas cahaya matahari yang diterima oleh photovoltaic, kondisi cuaca dan iklim, dan pengaruh pembebanan sistem.

REFERENSI
[1] Trishan Esram, Jonathan W. Kimball, Philip T. Krein, Patrick L. Chapman, dan Pallab Midya, Dynamic Maximum Power Point Tracking of Photovoltaic Arrays Using Ripple Correlation Control, IEEE Trans. on Power Elec. Vol. 21 No. 5, Sept. 2006, hal.12821291. Pallab Midya, Philip T. Krein, Robert J. Turnbull, Robert Keppa, dan Jonathan W. Kimball, Dynamic Maximum Power Point Tracker for Photovoltaic Applications, IEEE Power Elec. Conf., 1996, hal. 1710-1716. Jonathan W. Kimball dan Philip T. Krein, Digital Ripple Correlation Control for Photovoltaic Applications, IEEE Power Elec. Conf., 2007, hal. 1690-1694. Roger A. Messenger dan Jerry Ventre. Photovoltaic Systems Engineering : Second Edition. New York: CRC Press, 2004. Muhammad H. Rashid. Power Electronics : Circuits, Devices, and Applications : 2nd Edition. New Jersey: Prentice Hall. 1993 Slamet Riyadi. Koneksi Photovoltaic ke Sistem melalui VSI berbasis Kendali Arus untuk Pembagian Beban.

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

Anda mungkin juga menyukai