Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia perlu ditingkatkan dan dilestarikan.

Dalam "pelestarian penggunaan ASI", yang terutama perlu ditingkatkan adalah pemberian ASI eksklusif, yaitu pemberian ASI segera (kurang lebih 3 menit setelah lahir) sampai bayi berumur ! bulan dan memberikan kolostrum pada bayi (Depkes "I# $%%&'$(). )ila kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan *ara memberi makan yang paling ideal untuk !++, bulan pertama se-ak dilahirkan, karena ASI dapat memenuhi kebutuhan gi.i bayi. Setelah ASI tidak lagi *ukup mengandung protein dan kalori, seorang bayi mulai memerlukan minuman/makanan pendamping ASI (01i 2ur1idya An3ar, $%%&'(). 4ambaran mengenai pemberian ASI pada bayi ditun-ukkan dalam S5"6. S5"6 tersebut menun-ukkan bah3a pada bayi umur ++& bln yang mulai diberi makanan pendamping *air sebesar &$,&7# makanan lumat/lembik & ,$7# dan makanan padat $3,87. Pada bayi berumur 3++( bln, yang mulai diberi makanan pendamping *air sebesar , ,&7# lumat/lembek ,,,&7# dan padat !(,(7 ()adan 9itbangkes + )PS, S5"6 $%%&'!,). Sementara itu, hasil penelitian di :akarta menun-ukkan bah3a para ibu memberi makanan pralaktal (susu formula dan madu) pada hari pertama atau hari kedua sebelum ASI diberikan, sedangkan yang menghindari pemberian kolostrum ,&,,7 (;nika+Atma :aya $%% '$(). Selain itu, hasil SD5I $%%$ dan $%%! menun-ukkan bah3a proporsi pemberian ASI eksklusif di pedesaan pada $%%$ sebesar (!,%7 dan menurun men-adi !<7 pada $%%!. Sedangkan di perkotaan pada $%%$ sebesar !,,87 dan menurun men-adi !(,87 pada $%%! ("atna )udiarso, $%%('<!). Sampai saat ini, telah banyak informasi yang menggambarkan tentang besarnya prosentase pemberian ASI eksklusif, tetapi belum banyak informasi yang menganalisis penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif. =leh karena itu, rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh para ibu masih perlu dipela-ari, terutama

yang berhubungan dengan latar belakang sosial ekonomi, sosial demografi, dan pera3atan kesehatan 3aktu hamil serta melahirkan. Sur1ei Demografi dan 5esehatan Indonesia (SD5I) tahun $%%8 mendapati baru sekitar (& persen ibu yang memberikan ASI (air susu ibu) eksklusif kepada anak+anak mereka. 5ondisi ini, menurut >enteri 5esehatan A*hmad Su-udi dalam sambutan tertulisnya yang diba*akan Dir-en )ina 5esehatan >asyarakat Departemen 5esehatan A.rul A.3ar, lebih baik dari )ra.il, yaitu !& persen pada tahun $%%,. 6etapi masih lebih rendah dibandingkan dengan ?uba yang telah men*apai 8& persen pada tahun $%%,. Sambutan yang diba*akan dalam rangka pembukaan seminar Sosialisasi Pekan ASI Sedunia di "uang Serba 4una Depkes "I, "abu ($!/<) ini menargetkan pada tahun & (, < persen 3anita Indonesia sudah memberikan ASI 0ksklusif 6u-uan pelaksanaan seminar adalah untuk meningkatkan kesadaran para peserta untuk memberikan ASI 0ksklusif kepada para bayi dari se-ak lahir sampai usia empat sampai enam bulan. @Selain itu, seminar ini merupakan salah satu upaya nyata dalam peningkatan pemberian ASI khususnya di kalangan ibu beker-a,A -elas A.rul. >enurut Departemen 6enaga 5er-a dan 6ransmigrasi, pada tahun $%%8 -umlah ibu beker-a di Indonesia men*apai 3!,33 -uta -i3a, dengan angka pertumbuhan sekitar !,8, persen per tahun. Bang dimaksud dengan pemberian ASI 0ksklusif, menurut Dr ;tami "oesli, 5etua 9embaga Peningkatan Penggunaan ASI Sint ?arolus, adalah bayi hanya diberi ASI sa-a tanpa makanan tambahan *airan lain. >isalnya susu formula, -eruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa bantuan bahan makanan padat seperti pisang, pepaya, nasi yang dilembutkan, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain sebagainya. 5egunaan pemberian ASI 0kslusif ini tidak hanya diperoleh bayi, ibu yang menyusuinya pun akan mendapatkan keuntungan, yaitu, si ibu akan lebih *epat

&

kembali ke berat badan yang normal, ini disebabkan adanya refleks prolaktin yang bisa memper*epat pengerutan rahim

Masalah )erdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitin sebagai berikut' bagaimana pola pemberian ASI dan apa faktor+faktor yang menentukan pola pemberian ASIC Tujuan Dal ini bertu-uan untuk mempela-ari hubungan antara faktor sosial ekonomi, demografi, dan pera3atan kesehatan 3aktu melahirkan dengan pola pemberian ASI oleh ibu+ibu menyusui di Indonesia. Sedangkan tu-uan khususnya untuk' a. >enganalisis gambaran pola pemberian ASI/ASI eksklusif menurut kelompok umur bayi di perkotaan dan di pedesaan. b. >enganalisis hubungan antara pola pemberian ASI dengan faktor sosial ekonomi, demografi, dan pera3atan kesehatan 3aktu melahirkan. *. >enganalisis faktor determinan pemberian ASI eksklusif/non+eksklusif di perkotaan dan pedesaan. Perilaku seseorang ditentukan oleh dua faktor penting, yaitu faktor karakteristik seseorang dan karakteristik lingkungannya (Shortell et al $%<8'$ ). Sedangkan dari hasil beberapa penelitian yang dilakukan oleh 4o*hman diperoleh kesimpulan bah3a perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tingkat umur, -enis kelamin, dan tingkat pendidikan (4o*hman, $%<<',,).

Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam meningkatkan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif oleh ibu+ibu di perkotaan dan di pedesaan. Di samping itu, diperlukan peningkatan *ara pemberian ASI oleh ibu+ibu yang beker-a. Pembahasan Dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif, yang terutama ditingkatkan adalah ">enyusui ASI 0ksklusif". >enurut petun-uk )ina 4i.i >asyarakat, pengertian ASI eksklusif adalah "hanya ASI sampai bayi berumur ! bulan dan diberikan kolostrum" yang diberikan kepada anak E ! bulan. ;ntuk mengetahui anak/bayi tersebut menyusui ASI eksklusif atau tidak, ditelusuri dari anak menyusu ASI/tidak menyusui. Dari anak yang menyusu, ditelusuri anak yang hanya diberi ASI sa-a dan diberi makan/minum, kemudian anak tersebut dalam &! -am hanya diberi ASI. Dari definisi ini, telah diperoleh gambaran bah3a bayi yang E $ bulan, proporsi menyusu ASI ekslusif -ustru lebih rendah dari bayi umur $ bulan. Proporsi ini ter-adi di daerah perkotaan dan di pedesaan. Dal ini kemungkinan karena ibu+ibu dalam masa kini banyak melakukan kegiatan untuk memperoleh tambahan pendapatan keluarga. Dal ini didasarkan pada hasil analisis asosiasi bah3a proporsi pemberian ASI eksklusif mempunyai hubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh ibu. Proporsi pemberian ASI eksklusif di perkotaan dan pedesaan untuk umur bayi E $++3 bulan *enderung tidak -auh berbeda. Dal ini kemungkinan ter-adi karena para ibu di desa dan di kota telah sama+sama terpapar oleh media, sehingga pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap bayi untuk menyusui *ukup besar. :umlah anak umur ++! tahun dalam keluarga tampaknya mendukung pemberian ASI eksklusif oleh para ibu. Dal ini didasarkan pada hasil u-i regresi

bah3a -umlah anak $++& dalam keluarga mempunyai pengaruh dibandingkan dengan keluarga yang tidak mempunyai $++& anak. )erdasarkan umur, proporsi pemberian ASI eksklusif tampak *ukup ber1ariasi dari umur E $ bulan sampai umur 3 bulan. Dal ini yang menun-ukkan bah3a bayi yang berumur & bulan mempunyai kemungkinan untuk diberi ASI eksklusif ! kali dibandingkan dengan yang tidak berumur & bulan, tertinggi dibandingkan dengan kemungkinan pada umur $ bulan dan 3 tiga bulan. Sementara itu, proporsi pemberian ASI eksklusif berdasarkan kategori lokasi (di perkotaan, di pedesaan, di desa tertinggal, dan di desa tak tertinggal), tidak ter-adi perbedaan yang *ukup ta-am. Dal ini kemungkinan ter-adi karena pengaruh modernisasi di desa+desa sehingga para ibu kurang menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif. Di samping itu, telah ter-adi peningkatan iklan susu buatan yang se*ara gen*ar memasarkan produk susunya sebagai pengganti ASI. Dalam pemberian ASI ekslusif, 3alaupun ada ke*enderungan bah3a yang pengeluaran rata+rata sebulannya tinggi, rata+rata pengeluaran untuk makan tinggi, dan penghasilan bersih dari peker-aan utama tinggi, tampaknya tidak mempunyai pengaruh langsung pada kemungkinan pemberian ASI eksklusif. Dal ini terbukti dengan tidak adanya pengaruh yang bermakna pada menyusui ASI ekslusif dengan 1ariabel pertolongan pertama/kedua 3aktu melahirkan, terpaparnya dari media radio, 6F, serta memba*a koran. =leh karena itu, tampaknya masih diperlukan informasi dari sumber lain mengenai faktor+faktor yang menentukan ibu+ibu dalam menyusui ASI, khususnya ASI eksklusif.

Kebijakan-kebijakan Pemerintah RI sehubungan penggunaan ASI Eksklusif $. Inpres 2o.$!/$%8( >enko 5esra selaku koordinator pelaksana menetapkan bah3a salah satu program dalam usaha perbaikan gi.i adalah peningkatan penggunaan ASI. &. Permenkes 2o.&! /$%<( >elarang produsen susu formula untuk men*antumkan kalimat+kalimat promosi produknya yang memberikan kesan bah3a produk tersebut setara atau lebih baik mutunya daripada ASI. 3. Permenkes 2o.8,/$%8( >engharuskan produsen susu kental manis (S5>) untuk men*antumkan pada label produknya bah3a S5> tidak *o*ok untuk bayi, dengan 3arna tulisan merah dan *ukup men*olok. !. >elarang promosi susu formula yang dimaksudkan sebagai ASI di semua sarana pelayanan kesehatan. (. >engan-urkan menyusui se*ara eksklusif sampai bayi berumur !+, bulan dan mengan-urkan pemberian ASI sampai anak berusia & tahun. ,. >elaksanakan ra3at gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun s3asta. 8. >eningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal PP+ASI sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanakan penyuluhan pada masyarakat luas. <. Pen*anangan Peningkatan Penggunaan ASI oleh )apak Presiden se*ara nasional pada peringatan Dari Ibu ke+,& (&&Desember$%% ). %. ;paya penerapan $ langkah untuk berhasilnya menyusui di semua rumah sakit, rumah bersalin dan puskesmas dengan tempat tidur.

Kesimpulan $. Pola pemberian ASI eksklusif pada bayi umur E $++& bulan relatif *ukup tinggi, sedangkan yang berumur 3 bulan relatif *ukup rendah, baik se*ara keseluruhan ataupun yang dibedakan menurut perkotaan dan pedesaan. &. Proporsi pemberian ASI ekslusif pada bayi berumur & bulan relatif *ukup besar, baik di perkotaan maupun di pedesaan, dan mulai menurun pada umur tiga bulan. 3. Proporsi bayi yang menyusu ASI eksklusif mulai umur E $ bulan sampai & bulan relatif *ukup besar, baik se*ara keseluruhan maupun berdasarkan pedesaan dan perkotaan, serta rendah proporsinya pada umur 3 bulan. Proporsi pemberian ASI ekslusif pada bayi umur 3 bulan di perkotaan lebih rendah dibandingkan di pedesaan. !. )erdasarkan hal ini adanya hubungan antara sosial ekonomi, semuanya menggambarkan proporsi pemberian ASI eksklusif pada semua tingkatan yang relatif *ukup besar dibandingkan dengan yang tidak eksklusif. (. Gaktor sosial ekonomi, demografi, pelayanan kesehatan, dan paparan media, yaitu umur bayi, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan -umlah anak ++! tahun dalam keluarga.

Saran $. Diperlukan penyuluhan yang intensif melalui komunikasi langsung oleh petugas+petugas kesehatan di desa' bidan desa, kader+kader Posyandu, dan dalam pertemuan instrumen kelompok ibu+ibu tentang ASI eksklusif. &. Diperlukan penyuluhan yang rin*i tentang *ara+*ara menambah makanan tambahan pada ibu+ibu untuk men-amin ke*ukupan gi.i pada 3aktu menyusui. 3. )erhubung rendahnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi berumur kurang $ bulan dibandingkan yang berumur $ bulan, diperlukan informasi lebih lan-ut mengenai penyebab ter-adinya hal ini.

<

Daftar Pustaka $. Indonesia, Departemen 5esehatan, Direktorat )ina 4i.i >asyarakat, Dik-en Pembinaan 5esehatan >asyarakat ($%%&). Pedoman Pemberian Makanan Tambahan Pendamping ASI (MP-ASI) :akarta. &. 01i 2A ($%%&). Sudahkah )ayi Anda DIberi ASIC Warta Demografi, 6h HHII, 2o.<, Agustus $%%&, :akarta' ( 3. Indonesia, Departemen 5esehatan, )adan 9itbangkes+)PS ($%%&). Survei Ke ehatan !umah Tangga (SK!T), :akarta !. "atna 9) ($%%(). Perubahan Perilaku Pemberian ASI di Indonesia. Ma"a#ah Ke ehatan Perkotaan II (I), :akarta'<!

Anda mungkin juga menyukai