BAB I : PENDAHULUAN
BAB I : PENDAHULUAN
JENIS STATISTIK : 1.
bagian dari statistic mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga muda dipahami.
2. Statistik Inferensial: Metode analisis, peramalan, pendugaan dan penarikan kesimpulan Inferential : bersifat melakukan generalisasi (penarikan kesimpulan).
Statistik Deskriptif:
DATA
Menurut Sifatnya 1. Data Kualitatif : Data yang tidak berbentuk angka. 2.Data Kuantitatif : Data dalam bentuk angka. Menurut Sumbernya 1. Data Internal. 2. Data Eksternal. Menurut Cara Perolahannya 1. Data Primer. 2. Data Sekunder. Menurut Waktu Pengumpulannya 1. Data Cross Section. 2. Data Time Series.
1. ARRAY DATA. 2. KELAS. 3. RANGE. 4. INTERVAL KELAS. 5. BATAS KELAS ( ATAS, BAWAH ). 6.TEPI KELAS ( ATAS, BAWAH ) 7. FREKUENSI.
KELAS
14 18,99 19 23,99 24 28,99 29 33,99 34 38,99 39 43,99 44 48,99 JUMLAH
FREKUENSI
10 14 18 21 16 7 4
90
2.
Distribusi Frekuensi Komulatif Terdiri dari : a. Distribusi frekuensi komulatif kurang dari. b.Distribusi frekuensi komulatif atau lebih.
POLYGON FREKUENSI.
Merupakan penggambaran suatu distribusi frekuensi dalam bentuk garis yang menghubungkan titik-titik tengah kelas sebagai sumbu mendatar.
2.
CURVE OGIVE.
Merupakan penggambaran suatu distribusi frekuensi komulatif kurang dari dan distribusi frekuensi komulatif atau lebih dalam suatu diagram.
3.
HISTOGRAM FREKUENSI
Merupakan penggambaran suatu distribusi frekuensi dalam bentuk balok-balok segi empat.
Merupakan bilangan-bilangan yang menunjukkan di sekitar mana bilangan2 yang ada dalam sekumpulan data itu tersebar. Jenis Data : 1. Group Data ( Data yang dikelompokkan ). 2. Un-group Data (Data yang tidak dikelompokkan)
Di mana : X = Mean yang sedang dicari. X = harga tiap-tiap data. n = banyaknya data.
Rumus : X = f. x (1) n dimana : f = Frekuensi tiap-tiap kelas. x = Titik tengah kelas. n = Banyaknya data.
MEDIAN
a.
b.
Untuk ungroup data : - Jika banyaknya data ganjil, median merupakan nilai data yang ditengah. - Jika banyaknya data genap, median merupakan rata-rata dari dua harga data yang di tengah. Untuk Group data : Rumus 1 . Md = TBKmd + i n/2 f fmd 2. Md = TAKmd - i f n / 2 fmd
Di mana :
= Tepi atas kelas median. = banyaknya data. = interval kelas. = Frekuensi komulatif dari kelas2 di muka kelas median. = Frekuensi komulatif sampai dengan kelas median.
LETAK KELAS MEDIAN = n / 2
MODUS ( MODE )
SIMBOL = Mo a. Untuk un- group data : Modus adalah angka / bilangan yang paling sering muncul ( keluar ).
Untuk group data : Modus terletak pada kelas yang mempunyai frekuensi terbesar. Rumus : Mo = Xmo + i/ 2 f1 f-1 2 fmo f1 f-1
b.
Atau :
Mo = TBKmo + i d1 d1 + d2 Di mana : Xmo fmo TBKmo f-1 f1 d1 d2
= titik tengah kelas modus. = frekuensi kelas modus. = tepi bawah kelas modus. = Frek. Dari kelas sebelum kelas modus. = frek.dari kelas sesudah kelas modus. = selisih antara frekuensi kelas modus dengan frek. kelas sebelumnya ( fmo f-1 ). = selisih antara frek. Kelas modus dengan kelas sesudahnya. ( fmo f1 ).
a.
b.
KUARTIL Adalah nilai yang membagi data ke dalam 4 bagian yang sama. Ada 3 kuartil, yaitu : Kuartil 1 ( K1 ) , kuartil 2 ( K2 ), dan kuartil 3 ( K3 ). Kuartil untuk un group data. : - Dicari dengan rumus : Letak K1 pada bilangan ke ( n + 1 ) / 4. Letak K2 = 2 ( n + 1 ) / 4. Atau sama dengan letak median. Letak K3 = 3 ( n + 1 ) / 4. Kuartil untuk group data : K1 = TBK.k1 + i n / 4 F K3 = TBKk3 + i 3n / 4 F fk1 fk3 K2 = TBK.k2 + i 2n / 4 F fk2
Di mana :
TBK.k n i F Fk = Tepi bawah kelas kuartil. = banyaknya data. = interval kelas. = Frekuensi kumulatif dari kelas-kelas sebelum kelas kuartil. = Frekuensi kelas kuartil.
2. DESIL. Suatu harga yang menbagi data menjadi 10 bagian yang sama. Dalam sekelompok data ada 9 desil, dimana nilai D5 = median. Rumus : D1 = TBKD1 + i n / 10 F Letak D1 = n / 10 fD1
D2 = TBKD2 + i 2n / 10 F fD2 Letak D2 = 2n / 10
PERSENTIL
Adalah : harga harga yang membagi data menjadi 100 bagian yang sama. Terdapat 99 harga persentil, dimana P50 = harga median.
4.
DEVIASI RATA RATA ( MEAN DEVIATION = DR ). a. Untuk un group data : DR = x dimana x = X - X n x = deviasi data dari mean-nya. X = data yang diketahui. X = Mean dari kelompok data. b. Untuk group data : DR = f x n dimana : x = X X ; ( X = titik tengah kelas ).
5. STANDAR DEVIASI. a. Untuk un group data. * Jika datanya merupakan data dari suatu populasi : SD = x2 n * Jika datanya merupakan sampel : SD = x2 n-1 b. Untuk data yang dikelompokkan : SD = f x2 ( untuk POPULAsi ). n SD = f x2 ( untuk SAMPEL ). n-1 di mana x = X - X
6. VARIANCE. S = SD2
7. KOEFISIEN VARIASI ( V ).
V = SD X 100% X 8. STANDAR SCORE ( Z ). - Untuk menilai besarnya perubahan ( kenaikan / penurunan ) suatu variabel dari rata-ratanya. - Semakin besar Z, maka semakin besar perubahan variabel dari rata-ratanya. Z=XX SD
UKURAN KECONDONGAN ( Ukuran Kemencengan; Scewness = Sk ) Untuk mengukur derajat kemencengan suatu distribusi frekuensi. Kemungkinan : Beberapa distribusi frekuensi yang bentuknya berbeda tetapi mempunyai harga Mean dan Standar Deviasi yang sama.
TEKNIK PENGUKURAN. Sk = X Md ( Rumus Karl Pearson ). SD Jika modusnya lebih dari 1 : Sk = 3 ( X Md ) SD
Besarnya nilai koefisien Skewness ( Sk ) - Nilai Sk positif ( + ) , maka kurva akan menceng positif. - Nilai Sk = 0, maka bentuk kurvanya simetris. - Nilai Sk = negatif ( - ), maka kurva akan menceng negatif.
B. UKURAN KERUNCINGAN ( PEAKEDNESS = KURTOSIS ). Untuk mengetahui bentuk / derajat keruncingan suatu distribusi frekuensi. Beberapa distribusi frekuensi yang mempunyai Mean, Standar deviasi dan Kemencengan yang sama, tetapi memiliki tingkat keruncingan yang berbeda. TEKNIK PENGUKURAN. Diukur dengan menggunakan Koefisien Kurtosis ( 4 ).
a.
b.
Untuk un group data : 4 = ( x )4 di mana : x = ( X X ) n. SD4 Untuk group data : 4 = f ( x ) 4 n. SD4 di mana : x = ( X X ) X = titik tengah kelas. X = mean. f =n
UKURAN NILAI 4. - 4 > 3 : Bentuk kurva LEPTOKURTIS. - 4 < 3 : Bentuk kurva PLATIKURTIS. - 4 = 3 : Bentuk kurva MESOKURTIS.
A.
Merupakan ukuran yang menunjukkan perbandingan antara nilai suatu barang pada waktu atau tempat tertentu dengan nilai barang yang sama pada waktu atau tempat yang berbeda. Biasanya dinyatakan dalam prosentase. INDEKS HARGA Merupakan angka yang menunjukan besar kecilnya tingkat perubahan harga suatu barang pada waktu atau tempat yang sama atau berbeda. TEKNIK PERHITUNGAN INDEKS HARGA. INDEKS HARGA TAK TERTIMBANG. - Adalah perhitungan indeks harga yang mengabaikan kuantitas
Metode perhitungan
1.
Metode Sederhana ( Simple Method ). Pn Is = X 100 dimana : Pn = harga barang pada P0 tahun tertentu P 0= harga barang pada tahun
dasar.
2.
3.
( Pn / P0 )
Irs = k X 100 dimana k = banyaknya macam barang.
B. INDEKS HARGA TERTIMBANG. - Memperhitungkan besarnya timbangan ( kuantitas penjualan ), produksi dsb. Rumus : Pn. W I = X 100 P0.W
1.
a.
Metode Agregatif Tertimbang ( Weighted agregatif method ). Ada 5 rumus : Rumus Laspeyres. ( Pn. Q0 ) IL = X 100 ( P0.Q0 )
6. Metode Rata rata relatif tertimbang ( weighted average relative method ). Rumus : ( Pn / P0 ) W I = X 100 W w = weight : timbangan. Ada 2 rumus : 1. Nilai tahun dasar dipakai sebagai penimbang. ( Pn / P0 ) ( P0. Q0 )
I RT =
( P0.Q0 )
X 100
2. Nilai tahun tertentu sebagai tahun dasar. Rumus : ( Pn / P0 ) ( Pn. Qn ) I RT = ( Pn.Qn ) X 100
REGRESI.
Regresi garis sederhana : menggambarkan hubungan antara 2 variabel yang biasanya cukup tepat dinyatakan dalam suatu garis lurus. DIAGRAM PENCAR :
hubungan yang bermanfaat antara 2 variabel. 2. Membantu menetapkan tipe persamaan yang menunjukkan hubungan antara ke2 variabel tsb.
b = xy
x2 a = Y b. X
di mana x = X X ; y = Y - Y
atau :
b=
n XY - X. Y n. X2 ( X )2
B. KORELASI
Apabila 2 variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat digunakan untuk menaksir / meramalkan nilai Y. Variabel Y yang nilainya akan diramalkan disebut variabel tidak bebas ( dependent variabel ). Variabel X yang nilainya digunakan untuk meramalkan nilai Y disebut variabel bebas ( independent variabel ). Hubungan 2 variabel : a. Hubungan positif. Apabila kenaikan / penurunan X pada umumnya diikuti oleh kenaikan / penurunan Y. b. Hubungan negatif. Apabila kenaikan / penurunan X pada umumnya diikuti oleh
penurunan / kenaikan Y.
Kuat tidaknya hubungan antara X dan Y diukur dengan suatu nilai yang disebut dengan : Koefisien Korelasi ( r ). Koefisien korelasi berkisar antara 1 sampai dengan 1. a. r = 1 ; hubungan X dan Y sempurna dan positif. ( r mendekati 1, maka hubungannya sangat kuat dan positif ). b. r = -1 ; hubungan X dan Y sempurna dan negatif. ( r mendekati 1, maka hubungannya sangat kuat dan negatif ). c. r = 0 ; hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan
Besarnya kontribusi X terhadap naaik turunnya Y dapat dihitung dengan KOEFISIEN PENENTUAN ( = KP atau KOEFISIEN OF
DETERMINATION ). KP = r2
dimana r =
xy x2. y2.
x=XX y=YY
dan : Atau :
r=
n XY - X Y n x2 ( X )2. n Y2 (Y) 2.
Kedua rumus ini disebut dengan : Koefisien Korelasi Pearson ( Pearsons Product moment coefficient of correlation.
Contoh : Bila r = 0,9 maka KP = ( 0,9 )2 = 0,81 atau 81%. Artinya : Besarnya sumbangan variabel X terhadap naik turunnya Y adalah 81%, sedangkan 19% disebabkan oleh faktor lainnya.
2.
3.
4.
Trend Jangka Panjang / trend sekuler ; atau sering disebut TREND: adalah suatu garis ( trend ) yang menunjukkan gerakan data dalam jangka waktu panjang, biasanya tiap tahun , yang menunjukkan arah perkembangan secara umum. VARIASI UMUM. Adalah suatu gerakan yang naik turun secara teratur yang cenderung untuk terulang kembali dalam jangka waktu yang tidak lebih dari 1 tahun. VARIASI SIKLIS. Merupakan suatu gerakan data yang naik turun secara teratur yang cenderung terulang kembali setelah jangka waktu lebih dari 1 tahun. VARIASI RANDOM. Merupakan suatu gerakan yang naik turun secara tiba-tiba atau mempunyai sifat yang sporadiss, sehingga biasanya sulit untttuk diperkirakan sebelumnya.
TREND LINIER
Merupakan garis peramalan yang sifatnya linier, sehingga secara matematis bentuk fungsinya adalah sebagai berikut : Y = a + bX dimana : Y = Nilai trend periode tertentu. a = Harga konstanta = nilai trend pada periode dasar. b = Koefisien arah garis trend = perubahan trend setiap periode. X = Unit periode yang dihitung dari periode dasar.
1. METODE BEBAS. Langkah langkah : 1. Buat sumbu tegak Y sebagai skala variabel tergantung ( misalnya volume penjualan, volume produksi, dsb ) dan sumbu Xsebagai skala waktu. 2. Gambar titik titik koordinat ( X, Y ) dalam diagram sebaran. 3. Tarik sebuah garis lurus yang relatif mewakili atau mendekati semua titik koordinat yang membentuk diagram sebaran tersebut. 4. Ambil 2 buaah titik secara sembarang yang berada digaris tsb. Misalnya titik tsb. adalah A ( X1,Y1 ) dan B ( X2, Y2 ) maka garis trend tsb. fungsinya dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : Y1 Y2 Y Y = ( X X1 ) X1 X2
2. METODE SETENGAH RATA RATA. Langkah langkahnya : 1. Bagi data yang ada menjadi 2 kelompok, tiap kelompok mempunyai data yang sama. Jika jumlah data ganjil : a. Data yang di tengah diikut-sertakan dalam setiap kelompok. b. Data yang di tengah tidak diikut-sertakan dalam pengelompokan. 2. Hitung harga rata-rata setiap kelompok. Rata rata kelompok I = Y1 Rata rata kelompok II = Y2 3. Menghitung konstanta b, di mana Y2 - Y1 b= n 4. Menentukan skala tahun ( Skala X ) sesuai dengan periode dasar yang digunakan ( Y1 atau Y2 ).
Jika persamaan garis trend linier itu Y = a + bX maka untuk menentukan harga konstanta a dan b dapat digunakan persamaan normal sebagai berikut :
I. Y = n.a + b. x II. XY = a. x + b. x2 Dimana : Y = harga-harga hasil observasi. X = Unit tahun yang dihitung dari tahun dasar. a = Nilai trend pada periode dasar. b = Perubahan trend ( koefisien arah garis ). n = Banyaknya data.
Merupakan suatu trend yang persamaannya berpangkat satu, berpangkat dua dan berpangkat x.
MACAMNYA :
Jika dapat dipenuhi syarat X = 0 , maka rumusnya menjadi : I. Y = n.a + c X2 II. XY = b. X2 III. X2Y = a. X2 + c.
a = Y c. X2
2. TREND EKSPONENSIIL.
Persamaan : Y = a.bx
Apabila bentuk persamaan trend di ats diubah dalam bentuk logaritma, maka persamaannya menjadi Y = Log a + x . log b
Harga a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan normal dari metode least square untuk trend linier sebagai berikut : I. logY = n log a + ( X ). Log b II. ( XY ) = X log a + ( X2 ) log b
Jika X = 0 maka persamaannya menjadi : I. logY = n log a log a = logY n II. ( X. log Y ) = ( X2 ) logb log b = ( X. logY ) X2