Anda di halaman 1dari 5

6 Aspek yang berpengaruh terhadap fenomena Urban Heat Island (UHI) Studi Kasus : Kota Pangkal Pinang

Mochammad Mahdi / 1006679030


Mahasiswa Departemen Geografi FMIPA UI Angkatan 2010

Kota Pangkalpinang merupakan salah satu wilayah otonomi yang terletak di Pulau Bangka. Kota ini berada pada garis 106224 - 1061048 BT dan 2412 - 2936 LS dengan luas wilayah 89,40 km2. Kota Pangkalpinang adalah salah satu Daerah Pemerintahan Kota di Indonesia yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus merupakan ibu kota Provinsi. Kota Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis ditinjau dari sudut geografisnya, dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dan pembangunan daerah di propinsi baru. Hal ini dikarenakan Kota Pangkalpinang sebagai ibukota propinsi mempunyai fungsi sebagai pusat pengembangan pembangunan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung ditambah lagi kota Pangkalpinang merupakan pusat pemerintahan kota dan provinsi dimana hal ini membuat fungsi yang terdapat dalam kota akan lebih banyak atau rumit terlebih lagi letaknya yang berada dekat dengan pantai. Kota Pangkalpinang yang terletak di pantai timur pulau Bangka Belitung ini tergolong rentan terhadap perubahan lingkungan selain itu secara morfologi daerah ini berbentuk cekung dengan letak pusat kota berada pada daerah rendah Kondisi lingkungan Pangkalpinang juga dianggap kurang dari ideal karena kerentanan terhadap banjir, naiknya air laut, angin kencang, sambaran petir, bencana alam lainnya, dan bencana buatan seperti polusi dan ekstraksi air tanah yang berlebihan. Panel Internasional tentang Perubahan Iklim ( IPCC ) yang terdaftar suhu yang lebih tinggi atas tanah dan laut, permukaan laut lebih tinggi, kelembaban tinggi karena beberapa dari sepuluh indikator perubahan iklim. Kecenderungan iklim di daerah perkotaan yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini adalah fenomena kelebihan panas yang tidak merata atau disebut Kutub Panas Kota (Urban Heat Island). Telah banyak dikaji berbagai aspek dalam Kutub Panas Kota di berbagai negara, namun hasil penelitian di kota tropik masih jarang ditemukan. Pengaruh langsung dari peningkatan suhu udara terhadap kehidupan manusia adalah terganggunya mekanisme pengeluaran panas tubuh. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya Kutub Panas Kota adalah sifat fisik permukaan kota dan aktivitas di dalamnya. Terkonsentrasinya penduduk di kota merupakan salah satu faktor pemicu terbentuknya Kutub Panas Kota. Faktor sekunder antara lain: (1) absorpsi sinar matahari di perkotaan lebih besar daripada di pedesaan, (2) evapotranspirasi di perkotaan lebih kecil daripada di pedesaan, (3) kurangnya variasi pergerakan angin dekat permukaan tanah di perkotaan, (4) panas buatan dan pencemaran di perkotaan menambah besarnya panas yang dikandungnya. Secara garis besar terdapat 6 aspek yang mempengaruhi suatu kota terhadap UHI, antara lain:

Fungsi Kota Kota memerlukan energi dalam setiap proses kegiatannya, seperti: transportasi, industri, komersial, infrastruktur, permukiman, dll. Kot a mengumpulkan sekaligus melepaskan energi ke lingkungan yang dalam beberapa hal menciptakan tekanan yang besar terhadap lingkungan dan menimbulkan dampak-dampak tertentu. Jika terdapat model pemanfaatan energi, kota-kota memiliki tingkat konsumsi energi dibandingkan perdesaan. Dalam konsep ecological footprint, kota memiliki footprint yang lebih besar dibandingkan dengan kawasan perdesaan. Ecological footprint merupakan istilah untuk melihat konsumsi rata-rata warga kota yang dikonversikan ke dalam lahan produktif, termasuk dalam hal energi, seperti urbanisasi dimana proses ini memerlukan asupan energi yang cukup besar. Konsumsi energi cenderung meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, kegiatan, dan luasnya kawasan perkotaan. Dari data tahun 2001, secara kasar, kontribusi energi Kota Pangkalpinang yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran (19,46%), kemudian diikuti oleh sektor pertanian (18,20%), sektor jasa-jasa (15,80%), sektor keuangan (15,65%), dan sektor industri pengolahan (12,27%). Sedangkan sektor lainnya (18,62%) meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, pengangkutan dan komunikasi, dan sektor bangunan. Berdasarkan data tersebut diperkirakan konstribusi energi total pada tahun 2012 2013 semakin meningkat mengikuti laju dan jumlah penduduk yang terus meningkat. City Size Penelitian yang dilakukan oleh T.R. Oke dengan judul City Size and Urban Heat Island mendefinisikan City size sebagai ukuran kota yang diinterpretasikan dan diukur dengan populasi. Analisis menunjukkan UHI di bawah langit tak berawan berhubungan dengan kebalikan dari kecepatan angin regional, dan logaritma penduduk. Sebuah model sederhana berasal yan menggabungkan kontrol ini. Dalam perjanjian dengan perpanjangan model Summers 'pulau panas tampaknya kira-kira sebanding dengan akar keempat populasi. Dengan kondisi tenang dan jelas hubungan terbukti tahan sangat baik untuk pemukiman Amerika Utara, dan dalam bentuk yang sedikit dimodifikasi, untuk kota-kota Eropa dan kotakota. Penelitian lain juga dilakukan, seperti oleh Fukuoka dan Park ( 1983 ) menemukan hubungan antara UHI dengan nilai Logaritma dari populasi yang digambarkan dengan garis dari regresi. Pulau panas perkotaan tergantung juga pada ukuran kota. UHI dapat diperkirakan sebagai fungsi dari jumlah penduduk kota dan atau sebagai fungsi dari wilayah kota. Hal ini merupakan hasil penelitian oleh Krzysztof Blazejczyk, Monika Bakowska, Miroslaw Wieclaw dari Institute of Geography and Spatial Organization, dengan Judul Urban Heat Island In Large And Small Cities. Jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah 174.838 jiwa dan 1.477 jiwa/m2. Laju pertumbuhan penduduk kota Pangkalpinan pertahun dari tahun 2000 2010 sebesar 3,20 %. Meningkatnya Populasi juga turut mempengaruhi perubahan Landuse secara tidak langsung, karena manusia membutuahkan ruang ( space ), misalnya untuk tempat tinggal ataupun bekerja. Hal tersebut mempengaruhi manusia untuk mengubah ruang yang ada menjadi seefisien mungkin seperti mengubah ruang kota tumbuh secara vertical (

Bangunan bangunan dibuat tinggi karena tanah yang semakin sempit, sedangkan kebutuhan ruang terus bertambah ). Bentukan Kota Bentukan kota merupakan aspek dalam fanomena UHI yang membahas mengenai material yang mendasari atau digunakan dalam suatu kota serta keberadaan Ruang Terbuka Hijau terkait dengan fanomena ini. Material yang digunakan dalam kota Pangkalpinang terbilang umum yakni semen, beton, asbes, genting dari tanah liat, aspal, dan tanah dimana jika dari foto udara warna-warna yang terlihat seperti putih, coklat, hitam, abu-abu, dan hijau. Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Pangkalpinang belum pasti. Hal ini dikarenakan inventarisir RTH belum dilakukan secara menyeluruh. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkot, Bani Baehaki tidak dapat menjelaskan secara pasti persentase RTH yang dimiliki Pangkalpinang. Akan tetapi, kota Pangkalpinang merupakan satu dari dua kota yang akan dikembangkan menjadi kota hijau. Hal ini dilakukan karena kota Pangkalpinang telah memiliki peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (Perda RTRW). Pangkalpinang pada 2013 sudah akan melaju pada tahap pengembangan untuk fisik, baik untuk membangun taman dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kota hijau juga diharapkan sebagai respon untuk menjawab isu perubahan iklim melalui tindakan adaptasi dan mitigasi.kota hijau meliputi 8 atribut, yaitu green planning and design, green open space(Ketersediaan ruang terbuka hijau), green community, green water, green waste,green energy, green transportation dan green building. Geografis Iklim Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah tipe Af menurut klasifikas Koppen. Iklim ini tidak mempunyai periode kering karena posisinya yang dekat dengan garis khatulistiwa sehingga pengaruh DKAT sangat besar. Karena hal ini, hujan di Bagka sepenuhnya adalah hujan konveksi (Sandy,1987) dengan pemanasan matahari yag kuat dapat menyebabkan hujan badai yang singkat namun banyak pada siang hari sampai sore (Aguado dan Burt, 2001). Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan variasi hujan antara 56,2-337,9 mm per bulan selama tahun 2003, dengan jumlah hari hujan rata-rata 16 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah bulan Agustus. Hawa di daerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun kelembabannya. Suhu udara selama tahun 2003 bervariasi antara 23,3 - 32,4C, sedangkan kelembabannya berkisar antara 76 - 88 persen. Angin bergerak setiap hari dengan arah dari Timur pada siang hari dan dari Barat pada malam hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap bulannya yaitu 3 knot pada bulan Pebruari dan yang tertinggi terjadi tercatat pada bulan Juli, Agustus dan September, yaitu 5 knot.

Waktu : Pemanasan permukaan kota dalam interval harian merupakan hasil rata-rata dari gerak suhu dipermukaan kota pada siang malam hari. Aspek ini menggunakan data suhu harian dengan interval secara kasar yakni siang dan malam. Berdasarkan data terbaru dari www.wunderground.com/weather-forecast/ID/Pangkalpinang.html yang diakses pada 11 desember 2013 pukul 07.00 perbedaan suhu pada siang malam di kota Pangkalpinang adalah 5C, 28C pada siang hari dan 23C pada malam hari. Perbedaan suhu siang dan malam tersebut terbilang stabil karena masih banyaknya lahan hijau yang mengelilingi kota Pangkalpinang. Cuaca Kondisi atmosfer di Kota Pangkalpinag dipengaruhi oleh laut, baik angina maupun kelembabannya. Angina bergerak setiap hari dengan arah dari timur pada siang hari dan dari barat pada malam hari. Rata-rata kecepatan angina dan arah mata angina sangat bervariasi setiap bulannya. Unsur Iklim/Cuaca Suhu pukul 07.00 Suhu pukul 13.00 Suhu pukul 18.00 Kelembaban pukul 07.00 Kelembaban pukul 13.00 Kelembaban pukul 18.00 Kecepatan angin rata-rata Kecepatan angin maksumim Arah angin terbanyak Tekanan udara rata-rata 14 April 2000 24,7C 32 C 26,3 C 93% 63% 84% 1 knot 8 knot Timur 1008mb 30 September 2006 24,1 C 33,7 C 30 C 87% 42% 60% 6 knot 14 knot Selatan 1012mb

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah II, Stasiun Klimatologi Pangkalpinang

KESIMPULAN Urban Heat Island pada suatu wilayah kota dipengaruhi oleh 6 aspek utama dimana sumbangan terhadap UHI yang diberikan berbeda-beda. Pada kasus Pangkalpinang aspek yang paling besar pengaruhnya adalah Fungsi Kota, City Size, dan Bentukan Kota. Aspekaspek tersebut tidak terlepas dari faktor pertambahan penduduk dimana akan merubah penggunaan dan tutupan lahan yang ada serta menambah kebutuhan energi kota. Aspek tersebut menyebabkan adanya variabilitas suhu permukaan yang cukup ekstrim, terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki intensitas aktivitas cukup tinggi.

Daftar Pustaka L.W.A Van Hove. 2011. Exploring the Urban Heat Island Intensity of dutch cities. Wageningen. Paska Ariandy Iswant.2008. Urban heat island di Kota Pangkalpinang Tahun 2000 dan 2006. Departemen Geografi. Universitas Indonesia. Skripsi. T.R.OKE. 1973. City Size and The Urban Heat Island. Department of Geography, University of British Columbia, Vancouver, B.C., Canada. T.-W. Lee, J.Y. Lee, Zhi-Hua Wang. 2012. Scaling of the urban heat island intensity using time-dependent energy balance. ScienceDirect. Urban Climate 2 (2012) 1624 http://beta.pangkalpinangkota.go.id http://ratnapurnamasri332.blogspot.com http://gedebudi.wordpress.com/2008/07/15/mencari-area-kontribusi-perencanaan-kota-dalammenghadapi-krisis-energi/ http://www.wunderground.com/weather-forecast/ID/Pangkalpinang.html?MR=1 Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Pangkalpinang-angka sementara. BPS. (http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/1971.pdf) http://www.reportasebangka.com/report-babel/pangkalpinang/2678-dua-kabupaten-kota-dibabel-dikembangkan-sebagai-kota-hijau

Anda mungkin juga menyukai