Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Pemimpin merupakan seseorang yang diberikan kepercayaan untuk memberikan

komando atau arahan kepada orang-orang yang telah memberikan kepercayaan untuk mencapai tujuan tertentu, dengan harapan pemberi kepercayaan tersebut akan lebih baik nasibnya dibandingkan dari kepemimpinan sebelumnya. Peran pemimpin dalam suatu organisasi secara mikro dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan kerja para bawahan, yang pada akhirnya keberhasilan bawahan ini secara makro akan mempengaruhi tingkat prestasi organisasi. Sebab perilaku organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut. Bicara mengenai kepemimpinan, Indonesia saat ini berada dalam status dimana negara ini memiliki masalah mengenai kepemimpinan yang ada saat ini. Indonesia adalah negara majemuk dan besar yang sedang berkembang dan negara ini harus memiliki seorang pemimpin yang benar-benar mengerti akan apa yang harus ia lakukan sebagai seorang pemimipn suatu bangsa besar yang majemuk seperti Indonesia. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Indonesia saat ini memerlukan pemimpin yang dapat membawa masyarakatnya ketahap kemakmuran dan juga tahap kesejahteraan. Karena kurangnya kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemimpin saat ini membuat negara ini sulit untuk mencapai kesejahteraan yang diimpikan oleh banyak orang bahkan sebaliknya negara ini justru terperosok didalam jurang yang memilki segudang masalah baik itu masalah social,

politik,maupun masalah lainnya. Maka daripada itu, untuk memperbaiki keadaan bangsa ini yang terlihat sembrautan, maka diperlukan pemimpin yang tegas, dan berwibawa untuk memipin bangsa yang majemuk ini. Sifat kepemimpinan yang seperti itu tercermin didalam diri seorang Bung Karno selaku presiden Indonesia yang pertama. 2. Tujuan dan Manfaat Penulisan 2.1 Tujuan Penulisan Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini diarahkan untuk : a. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan b. Untuk mengetahui hakikat pemimpin

2.2 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Manfaat akademis Penulis dapat belajar menganalisa masalah kepemimpinan yang ada di Indonesia Memberikan masukan dan pengalaman pada pihak civitas akademik hubungan internasional mengenai Kepemimpinan di Indonesia.

Manfaat praktis

Penulis memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan mengenai kepemimpinan khususnya karateristik dan cirri khas dari seorang pemimpin tersebut serta dalam menganalisa masalah kepemimpinan di Indonesia Penulis mengharapkan dapat memberikan konstribusi sumbangan ilmiah dan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan masalah kepemimpinan

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kepemimpinan Pemimpin adalah seorang yang mau, mampu dan dapat menggerakkan oaring lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan kepemimpinan adalah suatu seni (skill) untuk mempengaruhi orang lain, tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing orang.

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa para ahli dalam mendefinisikan pengertian dari kepemimpinan. Berikut beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli: Robbins Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Maxwell Kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh pengikut. Stoner Kepemimpinan adalah proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Dalam setiap realitasnya bahwa seorang pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal ini sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu : Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan- peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.

Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.

Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.

Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.

1. Makna Kepemimpinan

Dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi.

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Thoha, 1983:123). Sedangkan menurut Robbins Kepemimpian adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sementara menurut Ngalim Purwanto Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Dari pengertian diatas kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain: Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi. Di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan Adanya tujuan bersama yang harus dicapai. Beberapa pendapat ahli mengenai Kepemimipinan : Menurut John Piffner, Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti Kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan

kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan programprogram saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan: Pendayagunaan Pengaruh Hubungan Antar Manusia Proses Komunikasi, dan Pencapaian Suatu Tujuan.

Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, adalah: Kemampuan mempengaruhi orang lain (kelompok/bawahan). Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok. Adanya unsur kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Teori-Teori Kepemimpinan Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang

produktifitas organisasi secara keseluruhan. Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Dari sekian banyak model teori dan analisis, berikut ini adalah enam sistem popular yang dapat menjelaskan gaya kepemimpinan: Teori Kisi Kepemimpinan (Blake dan Mouton, 1964) Teori ini awalnya disebut sebagai kisi manajerial (managerial grid), kemudian sejak tahun 1991 disebut sebagai kisi kepemimpinan (leadership grid). Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer; perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang direncanakan untuk diselesaikan oleh organisasi, dan perhatian pada orang-orang dan unsur-unsur organisasi yang memengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan bagaimana perhatian pemimpin pada tugas dan manusia berkelindan sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepemimpinan. Gaya Pengalah (impoverished style) yang ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap produksi, ia cenderung menerima keputusan orang lain, serta menghindari sikap memihak. Gaya Pemimpin Pertengahan (middle of the road style), ditandai dengan perhatian yang seimbang antara terhadap produksi dan manusia. Bila terdapat perbedaan sikap dan gagasan ia berusaha untuk jujur tapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak. Ia berusaha mempertahankan agar keadaan tetap baik dan stabil. Gaya Tim (team style), gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Ia menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. Gaya Santai (country club style), gaya ini ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap tugas tetapi tinggi terhadap manusia. Ia lebih suka mendengar pendapat, sikap, dan gagasan dari orang lain daripada memaksakan kehendaknya. Ia lebih bersifat menolong daripada memimpin. Gaya Kerja (task style), gaya ini ditandai dengan perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan tugas tetapi kurang memperhatikan manusianya. Pemimpin seperti ini sangat menjunjung tinggi keputusan yang telah dibuat dengan perhatian utama adalah pelaksanaan dan penyelesaian kerja secara efisien.

Teori 3-D (Reddin, 1967)

Reddin membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang dikemukakan Blake dan Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga yaitu efektivitas. Ketiga dimensi tersebut didefinisikan sebagai berikut : Orientasi Kerja, yakni tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk mencapai tujuan. Orientasi Hubungan, tingkat hubungan pribadi antara manajer dengan bawahan ditandai dengan adanya sikap saling memercayai, menghormati gagasan, dan memperhatikan perasaan bawahan. Keefektifan, tingkat persyaratan produksi yang dicapai sesuai yang ditetapkan manajemen.

Kisi 3D menghasilkan delapan gaya kepemimpinan yang terbagi dalam dua jenis gaya utama yakni lebih efektif dan kurang efektif. Manfaat gaya lebih efektif kurang lebih sama tergantung pada situasi yang dihadapi. Ada saatnya seorang manajer menggunakan keempat gaya secara bersamaan, tetapi di saat menjalankan tugas lain hanya menggunakan satu atau dua gaya secara konsisten.

3. Teori Kepemimpinan Situasional (Hersey dan Blanchard, 1974, 1977) Konsep kepemimpinan ini dikembangkan dari penelitian di Ohio State University (Stogdill & Coons, 1957), penelitian ini menunjukkan banyak kemiripan dengan teori yang dikemukakan Blake dan Mouton yaitu ada dua dimensi gaya kepemimpinan yakni struktur pertimbangan dan pengawalan, kisi yang dihasilkan juga serupa. Hersey dan Blanchard memperkenalkan kematangan sebagai variabel ketiga. Mereka menyebut bahwa perbedaan antara gaya efektif dan tidak efektif seringkali bukan hanya karena perilaku pemimpin yang sesungguhnya tetapi lebih pada masalah kecocokan antara perilaku dengan situasi yang dihadapi. Faktor yang menentukan efektivitas dijelaskan sebagai tingkat kesiapan anak buah yang meliputi kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab. Dari penelitian tersebut disimpulkan ada empat gaya kepemimpinan situasional yaitu; Memberitahu (Telling). Tugas berat hubungan lemah; ditandai hubungan komunikasi satu arah, pemimpin menentukan peranan anak buah dan memberitahu apa, dimana, kapan, dan bagaimana cara melaksakan berbagi macam tugas.

Mempromosikan (Selling). Tugas berat hubungan kuat; ditandai hubungan komunikasi dua arah, meskipun semua pengaturan dilakukan pemimpin, ia menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Partisipasi (Partcipate). Hubungan kuat tugas berat. Ditandai pemimpin dan anak buah sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya. Pemimpin lebih banyak memberikan kemudahan karena anak buah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Mewakilkan (Delegating). Hubungan lemah tugas ringan. Ditandai dengan pemimpin membiarkan anak buah bertanggung jawab atas keputusan mereka. Pemimpin mendelegasikan kewenangannya karena anak buah mempunyai tingkat kesiapan yang tinggi, bersedia dan mampu bertanggung jawab untuk mengatur perilaku mereka sendiri. Berlawanan dengan teori Blake dam Mouton dan Reddin, Hersey dan Blanchard gaya ini paling besar memberikan hasil terbaik karena didukung tingkat kesiapan anak buah.

Teori Empat Sistem (Likert, 1967) Likert menemukan empat gaya kepemimpinan atau sistem manajerial yang berdasarkan pada suatu analisis atas delapan variabel yaitu kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pengendalian, dan kinerja. Likert membagi gaya kepemimpinan dengan kriteria sebagai berikut: Penguasa mutlak (exploitive authoritative), gaya ini berdasarkan pada asumsi teori X McGregor. Pemimpin memberikan bimbingan sepenuhnya dan pengawasan ketat pada pegawai dengan anggapan bahwa cara terbaik untuk memotivasi pegawai adalah dengan cara memberikan rasa takut, ancaman, dan hukuman. Interaksi atasan bawahan amat sedikit, semua keputusan berasal dari atas dan komunikasi ke bawah semata-mata berisi instruksi atau perintah. Penguasa semi mutlak (benevolent authoritative), gaya ini pada dasarnya bersifat otoritarian tetapi mendorong komunikasi ke atas untuk ikut berpendapat maupun mengemukakan keluhan bawahan tetapi interaksi di antara tingkatan dalam organisasi

dilakukan melalui jalur resmi. Komunikasi yang terjadi jarang bersifat bebas dan terus terang. Penasihat (consultative), gaya ini melibatkan interaksi yang cukup sering pada tingkat pribadi sampai moderat antara atasan dan bawahan dalam organisasi. Informasi berjalan baik atas ke bawah maupun bawah ke atas dengan sedikit penekanan bahwa ide dan gagasan berasal dari atas. Manajer menaruh kepercayaan besar meskipun tidak mutlak dan adanya keyakinan pada pegawai. Pengajakserta (participate), gaya ini amat sportif dengan tujuan agar organisasi berjalan baik dengan adanya partisipasi pegawai. Informasi berjalan ke segala arah dan pengendalian dilakukan di setiap tingkatan. Orang berkomunikasi secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa takut terhadap hukuman. Secara umum sistem komunikasi formal dan informal identik dan menjamin integrasi tujuan pribadi dan tujuan organisasi yang sebenarnya.

Teori Kontinum (Tannenbaum dan Schmidt, 1957) Analisisnya meneliti pengambilan keputusan sebagai konsep utama dalam kontinum perilaku kepemimpinan. Tannenbaum dan Schmidt menyebutkan bahwa ciri pemimpin yang berhasil adalah tidak terlalu mengawasi secara ketat atau terlalu longgar. Pemimpin yang paling efektif adalah mereka yang mempunyai gaya yang konsisten sesuai dengan tuntutan situasi. Kontinum tersebut menunjukkan sifat kepemimpinan terhadap bawahan: Manajer membuat keputusan dan mengumumkannya Manajer membuat keputusan dan menawarkannya Manajer mengemukakan keputusan dan memberi kesempatan untuk

mempertanyakannya Manajer mengemukakan keputusan sementara sehingga masih dapat diubah Manajer menentukan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk mengambil keputusan Manajer mengizinkan bawahan mengambil keputusan.

6. Teori Kebergantungan (Fiedler, 1967)

Fiedler mengembangkan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pada konsep kebergantungan. Efektivitas kepemimpinan bergantung pada hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinan dan situasi yang dihadapinya. Gaya kepemimpinan tergambar dalam variabel tugas dan hubungan. Jadi pemimpin ditinjau berdasarkan motivasi tugas (task motivated) atau motivasi hubungan (relationship motivated). Karakteristik suatu situasi kepemimpinan terpenting adalah : Relasi pemimpin-anggota, dianggap baik jika anggota menyukai, mempercayai, dan menghardai pemimpinnya. Hal ini dianggap sebagai satu-satunya kondisi terpenting bagi kepemimpinan yang efektif. Struktur tugas, menyatakan sejauh mana cara-cara melakukan pekerjaan diterangkan secara terperinci tahap demi tahap. Makin terstruktur tugasnya makin besar pengaruh pemimpin atas tim tersebut. Kekuasaan jabatan pemimpin, didefinisikan sebagai tingkat hukuman, penghargaan, kenaikan pangkat, disiplin, dan teguran dapat diberikan secara adil dan transparan bagi anggotanya. Pemimpin mempunyai kekuatan yang lebih besar bila ia mampu memberi penghargaan dan mampu menjatuhkan hukuman.

1. Tipe / Gaya Kepemimpinan Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara pemimpin melaksanakan dan mengembangkan kegiatan memimpin dalam lingkungan kerja yang dipimpinnya, maka tipe/ gaya kepemimpinan dapat diklarifikasikan kedalam tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu otokratik, laissez faire dan demokratik. Ketiga tipe tersebut sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli seperti Hadari Nawawi menyebutkan ada tiga tipe kepemimpinan yaitu otokratif, laissez faire dan demikratik. Sementara itu Susilo Martoyo menyebutkan ada 6 tipe kepemimpinan, yaitu Tipe pribadi, Yaitu : Tipe non pribadi, kurang adadnya kontak pribadi dengan bawahannya, karena diantara mereka ada sarana atau media tertentu seperti rencana-rencana, intruksi-intruksi, sumpahsumpah, sehingga hubungan tersebut bersifat tidak langsung. didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya

Tipe otoriter kepemimpinan merupakan hak pribadi dan berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam organisasi. Tipe demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok dengan memanfaatkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok. Tipe paternalistis, cenderung terlalu kebapakansehingga sangat memikirkan keinginan dan kesejahteraan anak buahnya, terlalu melindungi dan membimbing. Tipe indegenous, timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat informal, seperti perkumpulan-perkumpulan sepak bola, sekolah dan sebagainya, dimana interaksi antara orang seorang dalam organisasi tersebut ditentukan oleh sifat dan pembawaan pemimpin.

Tipe demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok dengan memanfaatkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam

kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat. Kepemimpinan merupakan bakat yang dimiliki seseorang sejak lahir, namun kepemimpinan tersebut juga dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman yang telah dilaluinya. Sedangkan pemimpin adalah orang yang mendapat kepercayaan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab tertentu dalam suatu organisasi atau kelompok. .

B. Saran Sebagai seorang pemimpin yang menginginkan kemajuan bagi Negara dan rakyat yang dipimpinnya, hendaknya seorang pemimpin harus memiliki Pengetahuan umum yang luas, Kemampuan, Sikap yang intuitif atau rasa ingin tahu, Kemampuan Analitik, Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, Keterampilan Mendidik, Kemampuan Menentukan Prioritas, Naluri yang Tepat, Keteladanan, Menjadi Pendengar yang Baik, Ketegasan dan keberanian, serta orientasi masa depan. Semuanya itu akan sangat diperlukan oleh seorang calon pemimpin sebagai persiapan mental yang menjadi saat sekarang, belajar dari masa lalu dan rencana dimasa depan.

DAFTAR PUSTAKA Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaki Organisasi, 2003, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada. Pasulong, Harbani, Kepemimpinan Birokrasi, 2010, Bandung, Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai