Anda di halaman 1dari 114
tebe . aah A. Clear 2064 ANALISIS KEBIJAKAN MENGENAI KESELAMATAN NELAYAN DAN KAPAL IKAN DI LAUT FAHRINY UNUS SKRIPSL PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 ANALISIS KEBIJAKAN MENGENAI KESELAMATAN NELAYAN DAN KAPAL IKAN DI LAUT Oleh: FAHRINY UNUS C05499020 Skaipsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 RINGKASAN Fahriny Unus, 05499020. Analisis Kebijakan Mengenai Keselamatan Nelayan Dan Kapal Ikan Di Laut. Dibimbing oleh Darmawan dan Yopi Novita. EE Kapal ikan, alat tangkap ikan dan nelayan merupakan tiga faktor yang mendukung. keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan. Aktifitas menangkap ikan terutama di laut adalah kegiatan yang beresiko tinggi. Oleh karena itu, faktor keselamatan kapal maupun nelayan harus diperhatikan karena merupakan hal yang utama untuk menunjang kesuksesan suatu operasi penangkapan ikan. Masalah keselamatan kapal dan nelayan merupakan hal yang menjadi perhatian dunia yang dituangkan dalam berbagai kebijakan internasional maupun nasional. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut diketahui presentasi penyebab terjadinya kecelakaan kapal di Indonesia, termasuk kecelakaan kapal ikan menurut faktor penyebab yaitu faktor human error (43,67%), faktor alam (32,37%), dan faktor teknis (23,94%). Faktor alam merupakan faktor penyebab kecelakaan kapal ikan yang tidak dapat dihindari pada saat operasi penangkapan ikan. Namun dengan meningkatkan faktor kualitas sumberdaya manusia dan faktor teknis diharapkan kecelakaan kapal dapat dihindari atau diminimalkan. Untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kapal perlu didukung oleh kebijakan baik secara nasional maupun internasional. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji kebijakan intermasional mengenai keselamatan nelayan dan kapal ikan; (2) mengkaji kebijakan nasional mengenai keselamatan nelayan dan kapal ikan; (3) mengkaji kesesuaian hubungan kebijakan nasional terhadap kebijakan internasional yang berkaitan dengan kese-lamatan nelayan dan kapal ikan. Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2003. Data dan informasi dikumpulkan dari Departemen Perhubungan, dalam hal ini Dirjen Perhubungan Laut, Departemen Luar Negeri, Departemen Kelautan dan Perikanan, perpustakaan, dan penggunaan sarana intemet, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif dengan pendekatan kualitatif, Organisasi internasional yang berperan dalam meningkatkan keselamatan nelayan dan kapal ikan yaitu: (1) FAO, mengatur tentang perikanan secara umum; (2) ILO, mengatur tentang tenaga kerja dalam industri perikanan; (3) IMO, mengatur tentang keselamatan jiwa di laut, kapal dan perikanan, serta perlengkapan di atas laut. Kebijakan FAO dalam meningkatkan keselamatan nelayan dan kapal ikan di- jelaskan dalam "Code of Conduct For Responsible Fiheries, 1995”. Kebijakan ILO adalah Minimum Age (Fishermen) Convention, 1959; Medical Examination (Fisher- men) Convention, 1959; Vocational Training (Fishermen) Recomendation, 1966; ‘Accomodation of Crews (Fishermen) convention, 1966; Fishermen's Competency Certificates Convention, 1966. Sedangkan kebijakan IMO antara lain: International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974; The Torremolinos Conven- tion for The Safety of Fishing Vessels (SFV),1977. The Provision of the Torremo-

Anda mungkin juga menyukai