Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Anoreksia Nervosa. Paper ini adalah salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Penyakit Jiwa di Rumah Sakit Haji Medan. Penulis menyadari bahwa paper ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, saran dan kritik penulis harapkan dari dosen pembimbing dan teman-teman co-ass lainnya. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Elmeida Efendi.Sp.KJ atas bimbingannya sehingga paper ini dapat penulis selesaikan.

Medan, Desember 2013

Penulis

1|Anoreksia Nervosa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1 DAFTAR ISI.................................................................................................... 2 BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 3 BAB II. PEMBAHASAN ANOREKSIA NERVOSA A. Definisi ................................................................................................. 4 B. Etiologi ................................................................................................. 4 C. Diagnosis dan Gambaran Klinis .......................................................... 6 D. Diagnosis Banding ............................................................................... 9 E. Perjalanan Gangguan dan Prognosis .................................................... 10 F. Terapi ................................................................................................... 11 BAB III CONTOH GAMBARAN KASUS ANOREKSIA NERVOSA ....... 14 BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

2|Anoreksia Nervosa

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Setiap orang saat ini terlihat begitu memperhatikan berat badan dan karena kebanyakan orang pernah melakukan diet setidaknya sekali, sangat susah untuk menyatakan diet yang normal dan mana diet yang dapat membahayakan dan membahagiakan.1 Apalagi tahap awal dari suatu gangguan makan bisa sangat susah untuk di diagnosa, kapan suatu diet menjadi suatu masalah kesehatan dan emosi ? Kapan kehilangan berat badan menjadi patologi ? Menjawab pertanyaan ini sangat susah, terutama apabila orang tersebut belum kehilangan berat badan yang berarti untuk didiagnosis klinis. Bagaimanapun, pertanyaan itu penting, semakin awal gangguan makan ditangani, makin besar kemungkinan sembuh.1

B. EPIDEMIOLOGI Berbagai jenis gangguan makan telah dilaporkan pada hampir 4% remaja dan pelajar dewasa muda. Anoreksia nervosa dilaporkan lebih sering pada beberapa dekade belakangan daripada di masa lampau, seiring meningkatnya laporan mengenai gangguan ini pada anak perempuan prapubertas dan pada laki-laki. Awitan usia anoreksia nervosa yang paling lazim adalah usia remaja pertengahan, tetapi hingga 5% pasien anorektik memiliki awitan gangguan ini pada usia awal 20 tahun. Anoreksia nervosa diperkirakan terjadi pada kira-kira 0,5 hingga 1% anak perempuan remaja. Gangguan ini terjadi 10 sampai 20 kali lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Prevalensi perempuan muda dengan gejala anoreksia nervosa tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik diperkirakan mendekati 5%.2

3|Anoreksia Nervosa

BAB II PEMBAHASAN ANOREKSIA NERVOSA

A. DEFINISI Anoreksia nervosa merupakan salah satu sindroma yang amat khas mengenai gangguan somatik yang penyebabnya berasal dari faktor psikis. Anoreksia nervosa adalah gangguan perilaku yang berkaitan dengan pola makan.1 Dewasa ini pengertian anoreksia nervosa lebih banyak diartikan sebagai peristiwa penolakan makan seseorang, yang biasanya oleh para remaja terutama gadis remaja, karena ia takut menjadi gemuk atau oleh karena sebab histerik lainnya.1

B. ETIOLOGI Faktor biologis, sosial, dan psikologis terkait sebagai penyebab anoreksia nervosa. Beberapa bukti mengacu pada angka koordinasi yang lebih tinggi pada kembar monozigot daripada kembar dizigot. Saudara perempuan pasien anoreksia nervosa cenderung terkena, tetapi hubungan ini lebih mencerminkan pengaruh sosial daripada faktor genetik. Gangguan mood mayor lebih lazim pada anggota keluarga daripada populasi umum. Secara neurokimia. berkurangnya aktivitas dan pergantian nor-epinefrin terkesan melalui berkurangnya 3metoksi-4-hidroksifemilglikol (MIIPG) didalam urine dan cairan serebrospinal (CSS) pada sejumlah pasien anoreksia nervosa. hubungan terbalik terlihat antara MHPG dan depresi pada pasien ini : peningkatan MHPG menyebabkan penurunan depresi.2

1. Faktor Biologis Opioid endogen dapat turut berperan dalam penyangkalan rasa lapar pada pasien anoreksia nervosa. Kelaparan menimbulkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya juga terdapat pada depresi, seperti hiperkortisolemia dan nonsupresi oleh deksametason. Fungsi tiroid juga ditekan. Kelainan ini diperbaiki dengann pemberian asupan nutrisi kembali. Kelaparan menyebabkan amenore, yang mencerminkan penurunan kadar hormon (Luteinzing Hormon, Follicle-stimulating Hormon, dan Gonadotrophin-releasing
4|Anoreksia Nervosa

hormone). Namun, beberapa pasien anoreksia nervosa menjadi amenorik sebelum menurunnya berat badan secara signifikan. Beberapa studi computed tomographic (CT) mengungkapkan pembesaran ruang CSS (melebarnya sulkus dan ventrikel) pada pasien anoreksia nervosa selama kelaparan, sesuatu temuan yang dibalik dengan meningkatnya berat badan. Pada satu studi positron emission tomographic (PET) scan, metabolisme nukleus kaudatus lebih tinggi pada keadaan anorektik dibandingkan setelah pemberian asupan nutrisi kembali.2 2. Faktor Sosial Pasien anoreksia nervosa mendapat dukungan atas perbuatan mereka melalui tekanan masyarakat akan olah raga dan kekurusan. Tidak ada kelompok keluarga yang spesifik untuk anoreksia nervosa, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa pasien ini memiliki hubungan yang dekat tetapi bermasalah dengan orang tuanya. Di dalam keluarga dengan anak yang memiliki gangguan makan, terutama makan berlebihan atau subtipe mengeluarkan kembali, mungkin terdapat tingkat permusuhan, kekacauan, dan isolasi yang tinggi, serta tingkat empati dan pengasuhan yang rendah. Seorang remaja dengan gangguan makan berat mungkin cenderung menjauhkan perhatian dari hubungan perkawinan yang tidak nyaman.2 3. Faktor Psikologis dan Psikodinamik Anoreksia nervosa tampak sebagai reaksi terhadap tuntutan yang mengharuskan remaja untuk berperilaku lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial serta seksualnya. Pasien dengan gangguan ini mengganti preokupasi mereka, yang menyerupai obsesi, terhadap makan dan kenaikan berat badan untuk mengejar kesetaraan dengan remaja normal lainnya. Pasien seperti ini khasnya tidak memiliki autonomi dan kemandirian. Banyak yang merasa tubuh mereka berada di bawah kendali orang tua mereka. Sehingga melaparkan-diri mungkin menjadi suatu upaya mendapatkan pengesahan sebagai oran yang unik dan spesial. Hanya melalui tindakan disiplin diri yang luar biasa. Pasien anorektik dapat mengembangkan rasa autonomi dan kemandirian.2 Klinis psikoanalitik yang menerapi pasien anoreksia nervosa umumnya sepakat bahwa pasien muda ini tidak mampu berpisah secara psikologis dari ibunya. Tubuh dapat dirasakan seolaholah dihambat oleh introjeksi ibu yang mengganggu dan tidak empatik. Kelaparan dapat secara tidak sadar menjadi alat penahan pertumbuhan objek internal yang menggangu sehingga menghancurkannya. Sering, proses identifikasi proyektif dalam interaksi antara pasien dan keluarganya. Banyak pasien anorektik merasa bahwa keinginan oral bersifat tamak dan tidak dapat diterima; dengan demikian. Keinginan ini secara proyektif dipungkiri. Teori lain memfokuskan pada khayalan penyuburan oral. Orang tua berespons terhadap
5|Anoreksia Nervosa

penolakan makan dengan menjadi cemas mengenai kapan pasien benar-benar makan. Pasien kemudian dapat melihat orang tua sebagai seseorang yang memiliki keinginan yang tidak dapat diterima dan secara proyektif memungkirinya: Yang lainnya dapat menjadi rakus dan diatur oleh keinginan. Tetapi bukan pasien.2

C. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS Awitan anoreksia nervosa biasanya terjadi antara usia 10 dan 30 tahun, walaupun menurut DSM-IV-TR, yang paling lazim adalah antara 14 dan 18 tahun.2 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Anoreksia Nervosa

A. Penolakan mempertahankan berat badan pada atau diatas berat badan normal minimal sesuai dengan usia dan tinggi badan (contoh : penurunan berat badan untuk mempertahankan berat badan hingga di bawah 85% dari yang diharapkan; atau kegagalan mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan, sehingga menyebabkan berat badan di bawah 85% dari yang diharapkan). B. Rasa takut yang hebat akan kenaikan berat badan atau menjadi gemuk meskipun berat badannya kurang. C. Gangguan cara menghayati berat atau bentuk tubuhnya, pengaruh yang tidak semestinya pada evaluasi diri mengenai berat badan atau bentuk tubuh, atau penyangkalan betapa seriusnya berat badan saat ini yang rendah. D. Pada perempuan pasca-menstruasi, amenore, yaitu, tidak adanya siklus menstruasi sedikitnya tiga bulan berturut-turut. (Seorang perempuan dianggap mengalami amenore jika periode menstruasinya terjadi hanya setelah pemberian hormon, contoh; estrogen).

Menentukan tipe: A. Tipe Membatasi (resticting type): selama periode anoreksia nervosa saat ini, orang tersebut tidak secara teratur melakukan kegiatan makan berlebihan atau perilaku mengeluarkan kembali makanannya yaitu membuat diri sendiri muntah atau penyalahgunaan laksatif, diuretik, atau enema. B. Tipe makan berlebihan/mengeluarkan makanan kembali (binge-eating/purging type): selama periode anoreksia nervosa saat ini, orang tersebut melakukan kegiatan makan berlebihan atau perilaku mengeluarkan kembali makanannya yaitu membuat dirinya sendiri muntah atau penyalahgunaan laksatif, diuretik atau enema) secara teratur.

6|Anoreksia Nervosa

Istilah anoreksia tidak tepat, karena hilangnya nafsu makan biasanya jarang terjadi sampai saat gangguan sudah lanjut. Bukti bahwa pasien secara terus-menerus memikirkan makanan adalah hasrat mereka untuk mengumpulkan resep makanan dan untuk menyiapkan makanan yang baik untuk orang lain. Beberapa pasien tidak dapat terus-menerus mengendalikan secara sadar pembatasan asupan makanan sehingga makan berlebihan. Perilaku ini biasanya terjadi diam-diam dan sering dimalam hari; membuat diri sendiri muntah sering mengikuti makan berlebihan ini. Pasien menyalahgunakan pencahar dan bahkan diuretik untuk menurunkan berat badan. Olah raga ritualistik dan bersepeda, jalan, joging, maupun lari jarak jauh merupakan aktivitas yang lazim dilakukan.2 Pasien dengan gangguan ini menunjukkan perilaku aneh terhadap makanan. Mereka menyembunyikan makanan dimana saja, didalam rumah dan sering membawa permen dengan jumlah banyak dikantong dan tasnya. Saat sedang makan besar, mereka mencoba membuang makanan di dalam serbet atau menyembunyikannya didalam kantong. Mereka memotong makanannya hingga potongan yang sangat kecil dan menghabiskan banyak waktu untuk menyusun potongan-potongan tersebut di atas piringnya. Jika pasien dihadapkan dengan perilaku anehnya. mereka sering menyangkal bahwa perilaku mereka tidak lazim atau dengan datar menolak mendiskusikannya.2 Perilaku obsesif-kompulsif, depresi, dan anxietas adalah gejala psikiatrik anoreksia nervosa lainnya yang paling sering dicantumkan di dalam literatur. Pasien cenderung menjadi kaku dan perfeksionis, disertai keluhan somatik, terutama ketidaknyamanan epigastrium. Yang biasanya ditemukan. Mencuri kompulsif, biasanya permen dan pencahar, tetapi kadangkadang juga pakaian serta benda lainnyam, lazim pada pasien ini.2 Penyesuaian seksual yang buruk sering digambarkan pada pasien dengan gangguan ini. Banyak pasien remaja dengan anoreksia nervosa mengalami keterlambatan

perkembangan seksual psikososial; pada orang dewasa, penurunan minat yang nyata terhadap seks sering menyertai awitan gangguan. Sejumlah kecil pasien dan tidak lazim, dengan anoreksia memiliki riwayat pramorbid berganti-ganti pasangan. Penyalahgunaan zat, atau keduanya, dan selama gangguan tidak menunjukkan minat terhadap seks.2 Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perhatian medis ketika berat badan mereka turun menjadi tampak jelas. Ketika penurunan berat badan menonjol, tanda-tanda fisik seperti hipotermia (hingga 350C), edema dependen, bradikardia, hipotensi, dan lanugo (adanya rambut mirip neonatus) muncul, dan pasien menunjukkan berbagai perubahan metabolik. Sejumlah pasien perempuan dengan anoreksia nervosa datang untuk mendapatkan perhatian medis karena amenore, yang sering terjadi sebelum tampak penurunan berat badan.
7|Anoreksia Nervosa

Sejumlah pasien membuat dirinya muntah atau menyalahgunakan pencahar dan diuretik; perilaku seperti ini menimbulkan kekhawatiran akan alkalosis hipokalemik. Diuresis air yang terganggu dapat ditemukan.2 Perubahan elektrokardiografik (EKG), seperti pendataran atau inversi gelombang T, depresi segmen ST, dan pemanjangan interval QT, telah dicatat pada tahap kurus dan lemah anoreksia nervosa. Perubahan EKG juga dapat terjadi akibat kehilangan kalium, yang dapat menyebabkan kematian. Dilatasi lambung merupakan komplikasi anoreksia nervosa yang jarang terjadi. Pada beberapa pasien, aortografi menunjukkan adanya sindrom arteria mesenterika superior.2 Pedoman Diagnostik F50.0 Anoreksia Nervosa menurut PPDG-III.3 1. Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita. 2. Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua hal seperti dibawah ini: a. Berat badan tetap dipertahankan 15% dibawah yang seharusnya (baik yang berkurang maupun yang tak pernah dicapai), atau "Quetelet's body-mass index" adalah 17,5 atau kurang (Quetelet's body-mass index = berat (kg)/tinggi(m)2). pada penderita pra-pubertas bisa saja gagal mencapai berat badan yang diharapkan selama periode pertumbuhan. b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang mengandung lemak dan salah satu atau lebih dari hal-hal berikut ini: - merangsang muntah oleh diri sendiri - menggunakan pencahar (terus-menerus) - olah raga berlebihan - memakai obat penekan nafsu makan dan/atau diuretika c. Terdapat distorsi "body image" dalam bentuk psikopatologi yang spesifik dimana ketakutan gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap berat badan yang rendah. d. adana gangguan endokrin yang meluas, melibatkan "hypothalamic-pituitary-gonadal axis", dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada pria sebagai kehilangan minat pada potensi seksual. (Suatu kekecualian adalah perdarahan vagina yang menetap pada wanita yang anoreksia yang menerima terapi hormon, umumnya dalam bentuk pil kontrasepsi). Juga dapat terjadi kenaikan hormon pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan metabolisme periferal dari hormon tiroid, dan sekresi insulin abnormal.

8|Anoreksia Nervosa

e. Jika onset terjadinya pada masa pra-pubertas, perkembangan pubertas tertunda, atau dapat juga tertahan (pertumbuhan berhenti, pada anak perempuan buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenore primer, pada anak laki-laki genitalnya tetap kecil). Pada penyembuhan, pubertas kembali normal, tetapi "menarche" terlambat.

D. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding anoreksia nervosa dipersulit oleh penyangkalan pasien terhadap gejala, kerahasiaan seputar ritual makan mereka yang aneh, dan penolakan mereka untuk mencari terapi. Dengan demikian, pengidentifikasian mekanisme penurunan berat badan dan pikiran mengenai distorsi citra tubuh mungkin sulit.2 Klinis harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit medis yang dapat menyebabkan penurunan berat badan (contohnya tumor atau kanker otak). Penurunan berat badan, perilaku makan aneh, dan muntah dapat terjadi pada beberapa gangguan jiwa. Gangguan depresif dan anoreksia nervosa memiliki beberapa gambaran yang sama, seperti perasaan depresi, menangis sambil mengutuk, gangguan tidur, pikiran obsesif yang dalam, dan kadang-kadang pikiran bunuh diri. Meskipun demikian, kedua gangguan ini, memiliki beberapa ciri yang membedakan. Umumnya, seorang pasien dengan gangguan depresi mengalami berkurangnya nafsu makan, sedangkan pasien anoreksia mengatakan memiliki nafsu makan normal dan merasa lapar; hanya pada tahap anoreksia nervosa yang berat saja pasien benar-benar mengalami penurunan nafsu makan. Berlawanan dengan agitasi depresif, hiperaktivitas yang terlihat pada anoreksia nervosa direncanakann bersifat ritualistik. Preokupasi dengan resep dan kandungan kalori makanan serta persiapan makanan pesta khas pada pasien anoreksia nervosa tetapi tidak pada pasien dengan gangguan depresif. Dan, pada gangguan depresif, pasien tidak memiliki rasa takut yang hebat terhadap obesitas atau gangguan citra tubuh.2 Fluktuasi berat badan, muntah, dan penanganan makanan yang aneh dapat terjadi pada gangguan somatisasi. kadang-kadang, seorang pasien memenuhi kriteria baik diagnosis gangguan somatisasi maupun anoreksia nervosa; pada kasus seperti itu, kedua diagnosis harus ditegakkan. Umumnya, kehilangan berat badan pada anoreksia nervosa, pasien dengan gangguan somatisasi juga tidak menunjukkan rasa takut yang patologis akan memiliki berat badan berlebihan, seperti yang lazim ditemukan pada pasien anoreksia nervosa. Amenore selama 3 bulan atau lebih tidak lazim ditemukan pada gangguan somatisasi.2 Pada pasien skizofrenik. waham mengenai makanan jarang berkaitan dengan kandungan kalori. Mereka lebih cenderung yakin bahwa makananya diracun. Pasien
9|Anoreksia Nervosa

skizofrenik jarang memiliki preokupasi dengan rasa takut mengalami obesitas dan tidak memiliki hiperakitvitas yang terlihat pada pasien anoreksia nervosa. Pasien skizofrenik memiliki kebiasaan makan yang aneh tetapi tidak memiliki semua sindrom anoreksia nervosa.2 Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan bulimia nervosa. yaitu suatu gangguan dengan perilaku makan berlebihan yang episodik, disertai dengan mood depresif, pikiran mencela diri, dan sering muntah yang dibuat sendiri, terjadi sedangkan pasien berat badan dipertahankan dalam batas normal. Pasien bulimia nervosa jarang kehilangan 15% berat badannya, tetapi kedua keadaan tersebut sering terdapat bersamaan.2

E. PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS Perjalanan gangguan anoreksia nervosa sangat beragam pemulihan spontan tanpa terapi, pemulihan setelah berbagai terapi. Perjalanan kenaikan berat badan yang berfluktuasi disertai kekambuhan, perjalanan gangguan yang secara bertahap memburuk sehingga terjadi kematian yang disebabkan komplikasi kelaparan. Sebuah studi terkini yang meninjau ulang subtipe pasien anorektik menemukan bahwa pasien anorektik tipe membatasi tampak lebih kecil kemungkinannya untuk pulih daripada mereka yang memiliki tipe makan berlebihan/mengeluarkan makanan kembali. Terdapat respons jangka pendek yang baik pada pasien yang menjalani hampir semua program terapi rumah sakit. Meskipun demikian, pada mereka yang kembali mendapatkan berat badan yang cukup, preokupasi terhadap makanan dan berat badan sering berlanjut, hubungan sosial sering buruk, dan depresi sering terjadi. Umumnya, prognosis tidak baik. Studi menunjukkan suatu kisaran angka mortalitas dari 5 hingga 18%.2 Indikator hasil yang sesuai harapan adalah pengakuan bahwa ia lapar, berkurangnya penyangkalan dan imaturitas, dan meningkatnya harga diri. Faktor tertentu seperti neurotik masa kanak-kanak, konflik orang tua, bulimia nervosa, muntah, penyalahgunaan laksatif, dan berbagai manifestasi perilaku (seperti obsesif kompulsif, gejala histeris, depresif, psikomatik, neurotik, dan penyangkalan) dikaitkan dengan hasil yang buruk pada sejumlah studi tetapi tidak bermakna untuk memengaruhi hasil studi lain.2 Studi hasil 10 tahun di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira seperempat dari pasien pulih sempurna dan setengah lainnya sangan membaik dan berfungsi dengan baik. Seperempat lainnya mencakup angka mortalitas keseluruhan 7% dan mereka yang berfungsi buruk dengan keadaan kronis berat badan kurang. Studi di inggris dan swedia dalam periode waktu 20 hingga 30 tahun memiliki angka mortalitas 18%. Kira-kira setengah dari pasien
10 | A n o r e k s i a N e r v o s a

anoreksia nervosa akhirnya memiliki gejala bulimia. Biasanya dalam setahun pertama setelah awitan anoreksia nervosa.2

F. TERAPI Memandang dampak medis dan psikologis anoreksia nervosa yang rumit, disarankan melakukan rencana terapi yang komprehensif termasuk rawat inap di rumah sakit. Jika diperlukan, dan terapi individual maupun keluarga. Pendekatan kognitif, interpersonal. Dan perilaku, serta pada beberapa kasus, obat-obatan. Harus dipertimbangkan.2

1. Rawat Inap di Rumah Sakit Pertimbangan pertama di dalam terapi anoreksia nervosa adalah mengembalikan keadaan gizi pasien; dehidrasi, kelaparan, dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius serta, pada beberapa kasus, kematian. Keputusan untuk merawat pasien di rumah sakit didasarkan pada keadaan medis pasien dan derajat keberadaan struktur yang diperlukan untuk memastikan pasien bekerjasama. Pada umumnya, pasien anoreksia nervosa yang berat badannya 20% dibawah berat badan yang diharapkan, disarankan untuk menjalani program rawat inap di rumah sakit, dan pasien yang berat badannya di bawah 30% dari berat badan yang diharapkan membutuhkan perawatan psikiatrik yang berkisar antara 2 hingga 6 bulan.2 Program psikiatrik rawat inap untuk pasien anoreksia nervosa umumnya menggunakan kombinasi pendekatan pengelolaan perilaku, psikoterapi individual, edukasi dan terapi keluarga, dan pada beberapa kasus, obat psikotropik. Keberhasilan terapi ditingkatkan melalui kemampuan petugas rumah sakit untuk mempertahankan pendekatan yang tegas tetap suportif pada pasien, sering dengan kombinasi penguatan positif (pujian) dan penguatan negatif (pembatasan olah raga dan perilaku mengeluarkan kembali makanan yang telah dimakan). Program harus memiliki fleksibilitas untuk terapi perorangan agar memenuhi kebutuhan dan kemampuan kognitif pasien. Pasien harus menjadi partisipan yang berkemauan agar terapi berhasil meskipun lama.2 Setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit, biasanya klinisi merasa perlu untuk melanjutkan pemantauan rawat jalan terhadap masalah yang telah diidentifikasi pada pasien dan keluarganya.2

11 | A n o r e k s i a N e r v o s a

2. Psikoterapi Terapi Perilaku - Kognitif. Prinsip terapi perilaku dan kognitif dapat diterapkan di lingkungan rawat inap maupun rawat jalan. Terapi perilaku ternyata efektif untuk mencetuskan peningkatan berat badan. Pemantauan adalah komponen penting pada terapi perilaku-kognitif. Pasien diajarkan untuk mengawasi asupan makanan, emosi, dan perasaan. Perilaku makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, serta masalah mereka di dalam hubungan interpersonal. Pembentukan ulang struktur kognitf adalah metode yang diajarkan pada pasien untuk mengidentifikasi pikiran autonom dan untuk menantang keyakinan inti mereka. Pemecahan masalah merupakan metode yang spesifik; pada metode ini, pasien belajar berpikir dan membuat strategi untuk menghadapi masalah interpersonal serta masalah yang berkaitan dengan makanan. Kerentanan pasien untuk mengandalkan perilaku anoreksik sebagai cara menghadapi masalah dapat diatasi jika mereka belajar menggunakan teknik ini dengan efektif.2 Psikoterapi Dinamik. Psikoterapi ekspresif-suportif yang dinamik kadang-

kadang digunakan untuk terapi pasien anoreksia nervosa. Tetapi resistensi pasien dapat membuat proses menjadi sulit dan harus dilakukan dengan seksama. Karena pasien memandang gejala mereka sebagai inti keistimewaan mereka, terapis harus menghindari upaya yang berlebihan untuk mengubah perilaku makan pasien. Fase pembukaan proses psikoterapi harus diarahkan untuk membangun hubungan terapeutik. Pasien mungkin akan merasakan interpretasi awal seolah-olah seseorang mengatakan pada mereka apa yang benarbenar mereka rasakan sehingga yang sebenarnya dirasakan sendiri menjadi minimal dan tidak berlaku lagi. Namun, terapis yang berempati terhadap cara pandang pasien dan menunjukkan minat aktif terhadap apa yang pasien pikirkan dan rasakan. Akan membuat pasien merasakan bahwa otonomi mereka dihormati. Di atas semua itu, psikoterapi harus fleksibel, persisten, dan tahan lama dalam menghadapi kecendrungan pasien mengalahkan semua upaya untuk membantu mereka.2 Terapi Keluarga. Analisis keluarga harus dilakukan pada semua pasien anoreksia

nervosa yang tinggal dengan keluarganya. Berdasarkan analisi ini, penilaian klinis dapat dibuat untuk menentukan jenis terapi keluarga atau konseling yang disarankan. Pada beberapa kasus, terapi keluarga tidak mungkin dilakukan dengan demikian, terapi individu disarankan untuk menyelesaikan masalah hubungan keluarga. Di dalam satu studi terapi keluarga terkontrol di London. Pasien anorektik yang berusia dibawah 18 tahun memperoleh keberhasilan melalui terapi keluarga. Sedangkan pasien berusia diatas 18 tahun menjadi lebih buruk dengan terapi keluarga dibandingkan dengan terapi kontrol. Tidak ada studi terkontrol
12 | A n o r e k s i a N e r v o s a

untuk kombinasi terapi individu dan terapi keluarga. Meskipun demikian, didalam praktik sebenarnya sebagian besar klinisi memberikan terapi individu sekaligus beberapa bentuk konseling keluarga di dalam mengelola pasien anoreksia nervosa.2

3. Farmakoterapi Studi farmakologis belum berhasil menemukan obat yang menghasilkan perbaikan yang pasti untuk gejala inti anoreksia nervosa. Sejumlah laporan menyokong penggunaan cyproheptadine (periactin), suatu obat dengan sifat antihistaminik dan antiserotonergik, untuk pasien dengan tipe anoreksia nervosa yang membatasi. Amitriptyline (Elavil) juga telah dilaporkan memberikan manfaat. Obat lain yang telah dicobakan kepada pasien anoreksia nervosa dengan beragam hasil mencakup clomipromazine (Anafranil), pimozide (Orap), dan chloropromazine (Thorazine). percobaan fluoxatine (Prozac) dalam beberapa laporan menyebabkan kenaikan berat badan, dan agen serotonergik mungkin memberikan respons positif di masa mendatang. Pada pasien anoreksia nervosa dengan gangguan depresif yang juga ada,keadaan depresif harus diterapi. Terdapat kekhawatiran mengenai penggunaan obat trisiklik pada pasien depresi dengan berat badan rendah dan anoreksia nervosa, yang mungkin rentan terhadap hipotensi, aritmia jantung, dan dehidrasi. Jika status gizi yang adekuat telah diperoleh. risiko efek samping serius obat trisiklik mungkin berkurang; pada beberapa kasus, depresi membaik di sertai penambahan berat badan dan status gizi normal.2

13 | A n o r e k s i a N e r v o s a

BAB III CONTOH GAMBARAN KASUS ANOREKSIA NERVOSA

Isabelle Caro Isabel Caro, model dan aktris asal Prancis yang menjadi simbol internasional untuk perjuangannya dengan anoreksia meninggal dunia di usia 28 tahun. Namun, kematian Caro tidak sia-sia. Siapakah Caro? Nama Caro mulai mencuat pada 2007 setelah berpose bugil membintangi sebuah iklan kontroversial tentang pencegahan anoreksia di Italia. Model ini menggemparkan dunia saat memamerkan tubuh polosnya yang tinggal tulang berbalut kulit. Saat itu berat badannya 30,8 kg dengan tinggi sekitar 1,6 meter.4

Caro yang mengidap anoreksia sejak usia 13 tahun, bersedia tampil tanpa busana dalam iklan itu, karena dia berniat membuat wanita menyadari bahaya anoreksia atau kelainan pola makan lainnya. Sayangnya, karena cukup menghebohkan, iklan ini dilarang tayang di beberapa negara.4

Jeremy Gillitzer Jeremy Gillitzer pernah menjadi model pria berwajah tampan dan penampilan menakjubkan dengan perut six-pack. Tapi dibalik penampilan luar biasanya, banyak orang yang tidak tahu bahwa ia berjuang keras melawan anoreksia dan bulimia. Karena kelaparan kronis, merangsang diri sendiri untuk muntah dan olahraga tak kenal lelah, tubuhnya menjadi sangat kurus. Ia akhirnya meninggal pada usia 38 tahun di 2010 dengan berat badan hanya 29 kg.4
14 | A n o r e k s i a N e r v o s a

Rebecca Jones Rebecca Jones (26 tahun) bangga bisa mengenakan baju putrinya Maisy yang baru berusia 7 tahun dan memiliki berat badan lebih besar ketimbang ibunya. Namun Rebecca tak sadar bahwa dibalik kebanggaannya tersebut terdapat masalah besar yang mengintainya. Ia terancam membuat dirinya sendiri kelaparan hingga mati.4 Rebecca telah bertahan dengan hanya makan sup, roti bakar dan minuman energi selama empat tahun, tapi sembilan bulan lalu ia pernah dilarikan ke rumah sakit. Dia memiliki tingkat kalium sangat rendah dan denyut nadi sangat tinggi.4

Lauren Bailey Berat badan Lauren Bailey turun hingga 22 kg setelah berjalan kaki hingga 12 jam sehari. Berat badannya yang sangat kurus membuatnya harus dirawat selama 18 bulan di rumah sakit sebagai upaya terakhir mengatasi anoreksia.4

15 | A n o r e k s i a N e r v o s a

BAB IV KESIMPULAN

Anoreksia nervosa adalah salah satu gangguan yang paling banyak terjadi pada remaja paling banyak mengenai wanita muda yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti biologi, sosial, psikologis dan psikodinamik. Diperlukan terapi yang menyeluruh dalam penatalaksanaan anoreksia nervosa termasuk di dalamnya rawat inap di rumah sakit, psikoterapi dan farmakoterapi. Etiologi anoreksia nervosa disebabkan oleh faktor biologi, faktor sosial, psikologis dan psikodinamik.

16 | A n o r e k s i a N e r v o s a

DAFTAR PUSTAKA 1. Tambun M. Artikel kedokteran anoreksia nervosa.

http://www.scribd.com/doc/126609679/anoreksia-nervosa. Diakses 6 Desember 2013 Pukul 19.00 WIB. 2. Sadock.B.J, Sadock.V.A. Anoreksia Nervosa. Buku Ajar Psikiatri Klinis Kaplan & Sadock Edisi 2. EGC. Jakarta. 2013. Halaman 329-333 3. Maslim.R. Anoreksia Nervosa. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ Edisi III. FK-Unika Atmajaya. Jakarta. 2001. Halaman 90. 4. Astuti.L.D. Artikel kesehatan berita dan informasi viva news kasus anoreksia nervosa. http://www.scribd.com/doc/149888084/kasus-anoreksia nervosa. Diakses 6 Desember 2013 Pukul 20.00 WIB.

17 | A n o r e k s i a N e r v o s a

Anda mungkin juga menyukai