Anda di halaman 1dari 74

Pengantar Praktikum Parasitologi Kedokteran

Praktikum parasitologi Cara pembelajaran mhs utk mengenal berbagai agen penyebab penyakit serta vektor dgn melihat sediaan/slide . Tujuan : mengenal dan mengidentifikasi berbagai parasit dalam tinja, darah/jaringan

Tiga topik praktikum parasitologi :


Parasit dalam tinja Parasit dalam darah dan jaringan Pengenalan serangga vektor 3 kali praktikum dgn 3 X pretes. Mhs tdk perlu menggambar pahami dan beri keterangan.

Parasit-parasit dalam tinja manusia


Hal-hal yg perlu diperhatikan pada pemeriksaan

tinja utk parasit : > Yang terbaik: tinja baru/segarsegera > Tinja dgn bahan pengawet, dikenal berbagai bhn pengawet, yg dipilih berdasar tujuan. Misal : formalin 5-10%, SAF, MIF, PVA dll

ALUR PEMERIKSAAN TINJA PARASITOLOGIS

WHO&Garsia
TINJA : Prot. Usus, telur/larva cacing, Coccidia

Tinja baru

Tinja dgn pengawet : dipilih berdasar tujuan

Sediaan basah langsung


+ + -

Cara konsentrasi
-

konstr
+

konstr
Sediaan permanen

DIAGRAM ALUR PROSEDUR DIAGNOSTIK PARASITOLOGI


TINJA TANPA PENGAWET

NaCl 0.85%, IOD / Lar. BMB

FORMALIN 5% ATAU 10%

FIKSASI PVA,SAF SCHAUDINNS

SEDIAAN BASAH APUS

METODE KONSENTRASI

SEDIAAN APUS CAT PERMANEN

TELUR TELUR, /LARVA HELMINTH. KISTA PROTOZOA

TELUR TELUR, /LARVA HELMINTH. KISTA PROTOZOA

TROPOZOIT DAN KISTA PROTOZOA

MOTILITAS :
IOD : (-) NaCl 0.85% : (+)

MORFOLOGI UMUM
BEBERAPA PROTOZOA TIDAK TERIDENTIFIKASI HANYA DENGAN SEDIAAN BASAH

MORFOLOGI YANG DETAIL


PROTOZOA : TROFOZOIT DAN KISTA DAPAT DIIDENTIFIKASI

Pemeriksaan Tinja :
Meliputi : > mikrobiologis dan parasitologis > tes biokimiawi : darah, lemak dll > tes serologi > kultur tinja. Umumnya selektif disesuaikan dgn tujuan

Pemeriksaan tinja parasitologis


Pem. Makroskopik : > warna : kuning, putih , hijau /hitam > bau tinja : amis, atau bau busuk > adanya : lendir, darah, potongan jaringan, sisa mkn : lemak, serat2 ; sisa obat : zat besi, magnesium/barium. > konsistensi tinja : padat, lembek, cair

Pemeriksaan Tinja Mikroskopik


Pem. tinja cara langsung ( sediaan basah) > Dengan lar. Garam fisiologisBufer MB > Dengan lar. Lugol Pem. Tinja dgn cara konsentrasi : > Cara sedimentasi > Cara flotasi Pem tinja khusus penghitungan telur. Penghitungan larva cacing. Dll

SPESIMEN PEMERIKSAAN PARASITOLOGIS


1. 2. 3. 4. TINJA DARAH URIN SPUTUM, ASPIRAT DAN BAHAN BIOPSI

I. TINJA
Pemeriksaan rutin telur dan Parasit terdiri dari 3 hal :

Sediaan Basah Langsung Pemeriksaan bahan konsentrasi tinja Sediaan dengan pulasan permanen

CARA KOLEKSI DAN PENGAWETAN SPESIMEN TINJA


I. KEAMANAN Semua Spesimen segar adalah sumber bahan infeksius potensial (bakteri, virus, jamur, parasit) harus ditangani dengan hati2 dan semua pedoman umum pemeriksaan dan tindakan pencegahan khusus harus diterapkan di lab. Parasitologi diagnostik.

Pelabelan fiksasi yang benar Tempat penampungan spesimen bermulut lebar dan tertutup rapat (agar tidak mudah tumpah) Tempat khusus penanganan spesimen Cara pembuangan yang baik Peraturan larangan makan/minum di tempat kerja

II. KOLEKSI SPESIMEN SEGAR Harus dilakukan sebelum pemeriksaan radiologis dengan barium, terapi Antibiotik (mis. tetrasiklin mempengaruhi flora usus), antimalaria atau antidiare. Setelah pemberian preparat2 tersebut, pemeriksaan parasitologis ditunda minimal 2 minggu kemudian. Koleksi tinja tidak boleh tercampur air (karena dapat mengandung organisme bentuk bebas yang menyerupai parasit manusia) atau urin (karena urin dapat mengahncurkan organisme organisme yang bergerak)

Jumlah spesimen:

Dianjurkan 3 seri: 2 dari defekasi biasa, 1 setelah pemberian pencahar (MgSo4 / Minyak Fosfo Fleet).
Jika curigai Amebiasis, dianjurkan pemeriksaan 6 spesimen dapat menjamin ditemukannya sampai 90% infeksi amebic (Faust and Sawitz, 1942) Waktu koleksi: Satu seri dari 3 spesimen hrs dikirim pd hari yang berbeda (selang sehari). Pengambilan spesimen pada waktu yang adekuat membantu penemuan parasit.

Jumlah dan waktu pengiriman spesimen: Dianjurkan 3 seri: 2 dari defekasi biasa, 1 setelah pemberian pencahar (MgSo4 / Minyak Fosfo Fleet). Jika curiga Amebiasis, dianjurkan pemeriksaan 6 spesimen dapat menjamin ditemukannya sampai 90% infeksi amebic (Faust and Sawitz, 1942). Satu seri pengiriman spesimen hrs dikirim pd hari yang berbeda (selang sehari). Jenis, stabilitas dan kebutuhan pengawetan spesimen: Spesimen segar - Dianjurkan utk pmx Trof. motil (ameba/flagellata) - Umumnya hanya trophozoit ditemukan di tinja cair. Tinja lunak bisa trophozoit dan kista, sedang tinja padat hanya kista. - Segera prx tinja cair 30 menit / tinja lunak 1 jam setelah dikeluarkan. Sedang tinja padat diperiksa setiap saat dalam 24 jam.

Spesimen dengan pengawet Tujuan : mengawetkan morfologi protozoa dan mencegah berkembangnya telur / larva. Pengawet yang umum digunakan: Pengawet
Formalin 5%, 10% Formalin buffer 10% MIF SAF PVA Schaudinn (tanpa PVA)

Sediaan hapus dengan pulasan permanen


Hematoksilinom atau Trikrom

Diagram pemeriksaan Tinja


TINJA

SEGAR

PENGAWETAN

SEDIAAN LANGSUNG

KONSENTRASI

POS

NEG

POS

NEG

KONSENTRASI

KONSENTRASI

POS

NEG

POS

NEG PUL. PERMANEN

Beberapa Larutan Pengawet


Formalin 5% atau 10% Biasanya 5% untuk mengawetkan protozoa; 10% untuk telur dan larva cacing. Pmx spesimen hanya dapat dilakukan mll sediaan basah saja. Merthiolate-Iodine-Formalin (MIF) Baik untuk berbagai stadium dan semua jenis sampel. Terutama digunakan dilapangan. pmx spesimen biasanya dilakukan mll sediaan basah. Sodium Acetate-Acetic Acid-Formalin (SAF) Mirip formalin 10%, Digunakan untuk teknik konsentrasi dan sediaan pulas permanen (HE). Bisa digunakan sebagai pengawet tunggal di laboratorium karena telur, larva, cacing, kista dan trofozoit bisa diawetkan dengan metode ini.

Beberapa Larutan Pengawet (lanjutan)


Schaudinn Digunakan untuk spesimen tinja segar atau sampel dari permukaan mukosa usus dibuat sediaan hapusan permanen. Polivinil Alkohol (PVA) Biasanya digunakan bersama dengan Schaudinn. Keuntungan: dapat dibuat sediaan hapus dengan pulasan permanen. Sangat dianjurkan untuk pemeriksaan Kista dan Trofozoit yang akan diperiksa dikemudian hari (jika perlu waktu pengiriman yang lama)

PENGIRIMAN SPESIMEN TINJA


Paket lab/klinik harus mengikuti peraturan pos yg dirancang untuk melindungi pegawai yang terlibat transfer, meliputi:
Harus ada penampung ganda. Lembar instruksi, keterangan pasien dll. Disampulkan pada botol tsb. Sebelum diletakkan dipenampung luar. Kaca obyek/sediaan pulasan pulasan tinja tidak perlu penampung ganda, hanya dalam kotak/kardus. Semua label harus diperiksa untuk menjamin pengiriman yang baik.

PEMERIKSAAN SPESIMEN TINJA


PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS: spesimen diperiksa mengenai konsistensi (keras, lunak, cair), warna, terdapatnya abnormalitas (bau, lendir, nanah, darah, cacing)

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS Dilakukan dengan beberapa macam pemeriksaan: 1. Drect wet mount (Sediaan basah dengan Pengecatan langsung) 2. Fecal flotation (Tehnik pengapungan tinja) 3. Permanent stain (pengecatan permanen)

Pemeriksaan Mikroskopis Tinja secara langsung

Pemeriksaan Mikroskopis Tinja secara langsung

ELEMEN-ELEMEN DALAM PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Trofozoit dan kista prot usus Telur dan larva cacing Eritrosit menunjukkan adanya ulserasi Lakosit (PMN) tanda peradangan Eosinofil tanda respon immun akibat inf parasit. Makrofag pada inf bakteri / parasit Kristal Charcot-Leyden ditemukan bila terjadi disintegrasi eosinofil (bisa disebabkan bukan o/ parasit) 8. Jamur (mis. Candida sp, yest-like fungi atau ragi.) 9. Sel-sel tanaman, butiran tepung sari atau spora jamur (menyerupai beberapa telur cacing atau kista protozoa) 10. Serat-serat tanaman/ akar rambut (menyerupai larva cacing)

Metode pemeriksaan sediaan basah langsung dengan menggunakan obyektif 10x

CATATAN: Jika diperlukan untuk memastikan ciri-ciri khusus dari organisme yang dicurigai, sebaiknya dikerjakan pulasan permanen

Metode Konsentrasi
Tujuan : deteksi sejumlah kecil parasit yang mungkin tidak ditemukan pada pmx. Sediaan langsung.

Dasar : memisahkan org. protozoa, telur dan larva cacing dari kotoran tinja melalui perbedaan Berat Jenis (Faust dkk, 1938)
Ada 2 macam: Flotasi dan Sedimentasi

Prosedur Flotasi
Memisahkan kista protozoa, telur dan larva cacing ttt dg menggunakan cairan Berat Jenis tinggi
Elemen2 parasit ditemukan lap. Permukaan atas dan kotoran tetap didasar tabung. Keuntungan: menghasilkan sediaan yang bersih (dp. Sedimentasi)

Kerugian : beberapa telur cacing (beroperkulum dan/ telur yang sangat padat, misal ascaris yg belm dibuahi) tidak terkonsentrasi dengan baik mll metode ini.

Prosedur konsentrasi-Flotasi Seng Sulfat


Berguna untuk menemukan kista protozoa dan telur cacing, Kecuali: Telur trematoda,Cestoda dan Ascaris lumbricoides yg blm dibuahi tidak dapat dikonsentrasi dg metode ini.

A. Kawat ujung bulat scr hati2 di letakkan pada permukaan lapisan air. A. Kemudian kawat diletakkan pada gelas obyek.

Prosedur Sedimentasi
Dengan menggunakan Centrifuge

Keuntungan: dapat ditemukan semua protozoa, telur dan larva; namun lebih banyak mengandung kotoran. Teknik ini lebih dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dibanding teknik flotasi.

Ada beberapa teknik: 1. teknik Eter-Formalin bahan segar 2. teknik Formalin eter _ Pengawet Bahan Pemeriksaan SAF

Sediaan Hapusan dengan Pulasan Permanen


Kelebihan: 1. Identifikasi parasit secara benar 2. Preparat dapat disimpan permanen 3. Dapat digunakan untuk mengadakan konsultasi dengan pakarnya (jika ditemukan bentuk aneh)

Garcia dkk, 1979 Pulasan permanen dianjurkan untuk setiap sampel tinja yang dikirim guna pemeriksaan rutin parasitologis.

Beberapa Teknik Pemulasan:


1. TRIKROM 2. HEMATOKSILIN-BESI 3. PEMULASAN KHUSUS UNTUK Cryptosporodium spp dan Coccidia lainnya.

I. Pemulasan Trikrom
Dianjurkan untuk pemeriksaan rutin, karena prosedur lebih simpel, memberikan hasil yang baik untuk bahan segar maupun yang diawetkan dengan PVA/SAF. Merupakan modifikasi dari pemulasan GOMORI. TAHAP-TAHAP PENGECATAN: Fiksasi : rendam 30 di Lar Schaudin (u/ tinja segar) Pengeringan Rendam dalam alkohol-yodium. Pemulasan Trikrom

1. 2. 3. 4.

Sifat-sifat Pemulasan Organisme dengan Trikrom


Masalah biasanya timbul karena: Spesimen yang sudah terlalu lama Sediaan terlalu tebal Sediaan mengering sebelum difiksasi, Fiksasi tidak adequat

Mengakibatkan gagalnya organisme terpulas atau akan terpulas menjadi kemerahan. Mestinya, pemulasan yang baik akan menghasilkan latar belakang hijau sedangkan sitoplasma organisme berwarna biru kehijauan/ungu; kromatin inti, benda kromatoid/benda inklusi lain berwarna merah-merah keunguan.

II. Pemulasan Hematoksilin-Besi


Ada 2 metode yang terkenal: 1. Metode Spencer-Monroe Tidak memerlukan destaining. latar blk materi dan organisme berwarna biru abu-abu s/d hitam. 2. Metode Tompkins-Miller menggunakan Asam Fosfotungstat untuk destain protozoa. Hasilnya sangat memuaskan, meskipun dilakukan oleh yang kurang ahli.

III. Tehnik-tehnik khusus untuk Cryptosporidium spp dan Coccidia Lainnya


Pemeriksaan tinja rutin yang telah dibicarakan sebelumnya tidak dianjurkan untuk memeriksa Cryptosporidium spp.

Ekstra hati2 dalam memeriksa spesimen pasien AIDS. Untuk menghindari pemaparan yang tidak perlu dari bahan tinja yang mungkin mengandung AIDS dan infeksi patogen lainnya, dianjurkan Teknik modifikasi Flotasi.

Catatan Mengenai Karakteristik Pemulasan Cryptospodridium


1. Dengan pulasan tahan asam, organisme cenderung berwarna merah muda s/d merah. Latar belakang hiasanya berwarna uniform, yaitu biru/hijau/dll, tergantung dari counterstain yang digunakan Pada spesimen padat, sangat penting untuk meningkatkan lama pemulasan (memungkinkan organisme lebih menonjol) Metode tahan asam dengan panas, akan memaksimalkan penemuan dan identifikasi org. pada spesimen-spesimen yang sulit.

1.

1.

1.

Diagram Kerja Untuk Spesimen Tinja (Coccidia)


TINJA

segar Sediaan langsung

Diawetkan

konsentrasi
Pos konsentrasi Neg konsentrasi Pos Neg Pos Neg

Pos

Neg

SEDIAAN APUS PULASAN PERMANEN

Teknik Tambahan untuk Pemeriksaan Tinja


KULTUR DARI STADIUM LARVA NEMATODA

Kultur Kertas Saring Harada-Mori Kultur kertas saring miring Kultur arang
PEMERIKSAAN TELUR

1.

Perkiraan banyaknya cacing a. Metode Beaver b. Metode Pengenceran hitung Stoll 2. Penetasan telur Schistosoma MENEMUKAN SKOLEX CACING PITA Setelah pengobatan, apabila skolex tidak keluar pasien diberi garam pencahar mengumpulkan semua tinjanya selama 24 jam dalam Formalin 10% diperiksa.

Kultur Kertas saring Harada-Mori


Metode deperkenalkan oleh Harada dan Mori (1955) dan dimodifikasi oleh Hsieh (1962). Untuk mendeteksi infeksi ringan cacing tambang, Strongyloides, dan Trychostrongylus spp., serta mempermudah identifikasi spesifiknya. Bahan tinja tidak boleh dimasukkan kulkas, karena Necator americanus sensitif terhadap suhu dingin, sehingga tdk akan melanjutkan perkembangannya. Hati-hati karena larva infektif strongyloides dapat bermigrasi keatas maupun kebawah.

Kultur Kertas saring Harada-Mori

Kertas saring

Tinja pada cellophan

air

Penetasan telur Schistosoma


Jika ditemukan telur skistosoma di urin/tinja, harus diperiksa secara seksama untuk menentukan viabilitasnya. Adanya mirasidium hidup menunjukkan suatu infeksi aktif, pasien harus diobati.

Viabilitas telur murasidium dapat ditentukan dengan 2 cara: (1) Silia mirasidium mungkin terlihat pada sediaan basah karena aktif bergerak. (2) Dengan teknik penetasan. Telur akan menetas dlm bbrp jam bila diletakkan dalam 10 vol air yang telah dide-klorinasi. Mirasidium bersifat Fototropik positif, maka dapat diidentifikasi dalam air yang diterangi.

Daftar Permintaan dan Laporan Pemeriksaaan Laboratorium Parasitologi

Pemeriksaan Spesimen lain:

1. 2. 3. 4.

Pemeriksaan Cacing Kremi Bahan dari Sigmoidoskopi Bahan pemeriksaan dari Duodenum Spesimen Urogenital

Pemeriksaan Cacing Kremi (Pin Worm=Seat Worm))


Cacing betina migrasi keluar anus, pada malam hari, untuk meletakkan telurnya di sekitar perianal telur jarang ditemukan pada tinja.

Beberapa cara pengmbilan sampel: 1. Menggunakan Pita Plastik Perekat (Cellulose Tape=Adhesive Cellophane Tape). 2. Anal Swabs. Sample harus diambil pada pagi hari sebelum pasien mandi/BAB

Cellulose Tape=Adhesive Cellophane Tape.

Spesimen Urogenital
Sediaan basah sekret vagina, uretra dan prostat atau sedimen urin. Spesimen diencerkan dengan setetes garam fisiologis dan langsung diperiksa dg mikroskop dengan sedikit cahaya untuk melihat gerakan aktif organisme Trichomonas vaginalis. Banyaknya laporan hasil positif atau negatif palsu, menguatkan anjuran untuk menggunakan monoklonal Ab dalam menegakkan Dx. Pemeriksaan sedimen Urin bisa dilakukan untuk inf filaria (Onchocerca volvulus) Tehnik filtrasi membran untuk menemukan telur Schistosoma haematobium juga sangat berguna.

Tehnik filtrasi membran pada sample Urin


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kumpulkan sampel urin Ambil 1 ml urin dengan spuit Isi sisa spuit dengan udara Tempelkan pemegang filter yang berisi filter Nucleophore dg uk pori 8 mm Semprotkan urin melalui filter Pindahkan filternya dan letakan filter secara terbalik pada gelas objek mikroskop Filter dilembabkan dengan lar NaCl 0.85% Periksa filter dengan pembesaran 100x untuk melihat adanya telur

Sputum
Organisme yang dapat ditemukan dalam sputum adalah: Cacing: Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, cacing tambang, telur paragonimus westermani, kait Echinococcus granulossus.

Protozoa : Pneumocystis carinii, Entamoeba histolytica, Entamoeba ginggivalis, Trichomonas tenax, dan Cryptosporidium

S p u t u m (..lanjutan)
Biasanya diperiksa sebagai sediaan basah, yang tidak dikonsentrasi. Sputum harus berasal dari sal pernapasan (bukan ludah/cairan mulut). Usahakan sputum pagi dan harus segera dikirim ke laboratorium. Bila sputum kental tambahkan NaOH3% dengan jumlah yang sama campur rata centrifuge buang supernatan periksa sedimen dengan NaCl atau Iodium. Jika pemeriksaan tidak segera formalin 10% atau PVA dipulas Giemsa, tahan asam atau Ab Monoklonal.

S p u t u m (..lanjutan)
Biasanya diperiksa sebagai sediaan basah, yang tidak dikonsentrasi. Sputum harus berasal dari sal pernapasan (bukan ludah/cairan mulut). Usahakan sputum pagi dan harus segera dikirim ke laboratorium. Bila sputum kental tambahkan NaOH3% dengan jumlah yang sama campur rata centrifuge buang supernatan periksa sedimen dengan NaCl atau Iodium. Jika pemeriksaan tidak segera formalin 10% atau PVA dipulas Giemsa, tahan asam atau Ab Monoklonal.

A s p i r a t Paru
Biasanya pada pasien Pneumocystis carinii. Organisme Pneumocystis carinii dapat dilihat dengan sediaan hapus-tekan bahan paru2 yang didapat dari biopsi terbuka atau brush dan telah dipulas. Pemeriksaan sputum umumnya tidak dpt digunakan u/ dx pneumocystis Pemeriksaan spesimen pada kasus Pneumocystis seringkali disebut sbg prosedur STAT dan secara rutin dikerjakan di PA.

AspIrat Hati

Trofozoit E histolytica dapat ditemukan pada pemeriksaan aspirat paru dan hati; sering sangat sulit untuk mendemostrasikan organisme.
Bahan aspirat hati harus diambil dari bag. Tepi abses, bukan tengahnya yang nekrotik. The Amebiasis Research Unit, Durban, South Africa menganjurkan enzim proteolitic untuk membebaskan organisme dari bahan aspirat.

A s p I r a t Hati

Pemeriksaan bahan Kista Hidatid


Aspirasi ini merupakan prosedur yang berbahaya, biasanya hanya dikerjakan pada tehnik operasi terbuka untuk pengambilan kista. Cairan akan berisi Hidatid sand (skolex intact/degeneratif, kait-kait dan korpuskel kalkareus) Dx dibuat dengan melihat kait-kaitnya. INGAT: tidak ditemukannya skolek/kait-kait tidak berarti tdk ada penyakit hidatid, karena beberapa kista bersifat steril dan tidak mengandung anak.

Dikenal 2 (dua) macam sediaan darah tepi :

1. Sediaan darah tebal 2. Sediaan darah tipis


Dianjurkan untuk membuat 2 sediaan darah, Tipis dan tebal, agar dapat mendeteksi infeksi ringan.
Akan tetapi untuk identifikasi morfologi lebih baik dengan sediaan apusan darah tipis.

Bbrp ctt penting


1. Darah harus mengalir bebas dari jari yang ditusuk (tidak boleh dipencet). Karena darah akan diencerkan dan mengurangi jumlah parasit/lap pandang. Untuk darah yang langsung dikirim ke lab, sebaiknya dengan menggunakan EDTA (20mg EDTA/10mL darah) Saat pengambilan spesimen harus jelas tertulis, sehingga dokter dapat menghubungkan antara hasil pemeriksaan dengan pola demam/gx lain pasien. Dari lap. Yang dikirimkan kembali ke dokter, terdapat juga bbrp petunjuk, bahwa hasil pemx negatif dari suatu spesimen, tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi parasit.

2.

3.

4.

Sediaan darah tebal


Keuntungan : Parasit mudah dapat ditemukan walaupun parasite count relatif rendah. Berguna untuk pemeriksaaan darah filaria. Kerugian : Struktur masing-masing stadium kurang begitu jelas

Sediaan darah tipis


Keuntungan : Struktur Plasmodium dari masing-masing stadium dapat dilihat dengan jelas. Kerugian: Parasit sulit ditemukan bila parasite count rendah. Mikrofilaria bisa rusak bila dibuat sediaan darah tipis.

Persiapan dan Alat pembuatan apusan darah tepi


Alat : 1. Jarum steril 2. Alkohol 70 % 3. Kapas 4. Gelas objek yg bersih dan bebas lemak 5. Larutan Giemsa (1 ml Giemsa induk dilarutkan dalam 14 ml Buffer pH 7,2) 6. Methyl alkohol

Apusan darah tebal


Jari tengah Jarum steril 1. Darah diambil dari jari tengah, jari manis atau daun telinga. 2. Sebelumnya jari tsb dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian ditusuk dengan jarum steril sampai keluar darah. Gelas objek 3. Tetesan darah pertama diusap dengan kapas bersih. 4. Tetesan selanjutnya diletakkan di atas gelas objek, satu tetes di tengah. 5. Ratakan sehingga membentuk lingkaran dengan garis tengah cm. 6. Keringkan dalam suhu kamar (untuk darah tebal)

Apusan darah tebal (..lanjutan)


Gelas benda

Tetesan darah

1. Lebarkan darah memakai bagian sudut dari gelas benda yang lain. 2. Menilai ketebalan hapusan yang benar : jarum aloji atau huruf cetak hitam yang di letakkan di bawahnya masih dapat terlihat.

Jarum arloji
Gelas benda Cetakan huruf

Jarum lancet

Sediaan darah tipis


1. Kira2 tetes darah diletakkan di tepi gelas benda.
45

2. Ambil gelas benda yg lain, letakkan tepinya di pinggir tetesan darah dengan membentuk sudut 45 d atas tetesan darah. 3. Tunggu sampai darah mengalir merata pada tepi gelas benda ini.

Cara pengamatan

4. Geserkan gelas benda ini dengan cepat ke depan (berlawanan dengan sudut 45 yg terbentuk, darah berada di belakang persinggungan gelas benda).

5. Keringkan pada suhu kamar.

Buffer pH 7,2

Pengenceran 1:15 Giemsa induk

1. Pada tetes darah tebal yang sudah kering, tuangkan larutan Giemsa sebanyak 3 cc, tunggu 45 menit. 2. Tuang larutan Giemsa tsb. dan cuci di bawah air mengalir secara tidak langsung selama 10 detik. 3. Tunggu sampai kering, kemudian periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat, memakai minyak imersi.

1. Plasmodium falciparum
SEDIAAN DARAH TIPIS Dalam darah tepi biasanya hanya terlihat stadium trofozoit muda bentuk cincin dan atau gametosit memberikan gambaran yang monoton. Bila penyakit berat semua stadium bisa terlihat dalam darah tepi. Umumnya stadium skizon ada dalam organ dalam.

Pengenalan serangga vektor


Tujuan : mengenal serangga2 yg penting dlm parasitologi kedokteran, shg mhs dapat : > mengidentifikasi serangga yg menjadi vektor,dan hospes perantara > menjelaskan peran serangga tsb dlm hubu-

Topik praktikum : serangga vektor


Arthropoda (filum): > badan beruas-ruas > mempunyai eksoskelet > mempunyai umbai2 yg beruas2 > badan bilateral simetris

Yang penting dlm kedokteran :


Kelas Crutacea : Ordo Copepoda : C, D Decapoda : K, U Kelas Diplopoda : Lengkibang Kelas Chilopoda : Kelabang Kelas Arachnida Kelas Insekta

Anda mungkin juga menyukai