Anda di halaman 1dari 26

Batuan sedimen

Batuan sedimen adalah batuan hasil pengendapan batuan asal yang mengalami erosi kemudian terjadi proses diagenesa untuk membentuk batuan sedimen tersebut. Manurut Hutton (1875; dalam sanders, 1981) manyatakan batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran akibat gravitasi, gerakan tanah atau longsor. Batuan sedimen juga dapat terbantuk oleh proses penguapan larutan kalsium karbonat, silica, garam dan material lain. Menurut Tucker (1991), 70% batuan di permukaan bumi berupa batuan sediman. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi, hal ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relative tipis.

A. Pembentukan Batuan Sedimen Klastika

Terdapat berbagai proses alamiah dalam pembentukan batuan sedimen kalastika yaitu : 1. Proses Pelapukan Kegiatan pelapukan ini merupakan suatu proses akibat kerja gaya gaya eksogen yang berasal dari luar system bumi, baik akibat dari proses radiasi matahari maupun sebagai hasil proses kimiawi yang berlangsung. Batuan dapat lapuk jika mengalami pengangkatan sehingga batuan itu tersingkap di permukaan bumi akibat proses tektonik yang bekerja dari dalam bumi, dan proses pengangkatan ini dikenal pula dengan denudasi. Proses pelapukan ini terbagi menjadi dua proses berdasarkan sifatnya yaitu : Pelapukan kimiawi atau proses dekomposisi Pelapukan Mekanis atau proses desintegrasi

Pelapukan kimiawi atau proses dekomposisi merupakan hasil reaksi kimia pada batuan terhadap mineral mineral yang tidak stabil pada kondisi tekanan dan temperatus normal di permukaan, serta proses pelarutan oleh kegiatan air tanah yang mengandung komponen aktif H+, OH-, CO2, dan lain lain. Secara umum proses dekomposisi mencakup : Proses pelarutan contohnya adalah mineral mafik yang relative mudah larut. Hal ini karena mineral mafik banyak mengandung unsure Fe-Mg yang dapat membantuk mineral mineral baru berupa : khlorit, serpentin, serta mineral bijih. Proses dehidrasi, contohnya adalah penghancuran mineral olivine dan feldspar oleh air. Proses Karbonatisasi yaitu proses pembentukan mineral karbonat yang kaya akan kandungan kalsium atau talk. Pelapukan kimiawi ini merupakan proses pelapukan yang sangat khas dijumpai di daerah tropic subtropik. Dengan perbedaan suhu yang relative sangat kecil yakni antara 20 350 C serta intensitas curah hujan yang cukup tinggi sekitar 2.000 mm/thn. Pelapukan mekanis secara fisika atau proses desintegrasi mengakibatkan : Terjadinya pemecahan atau pemisahan bahan bahan batuan asal oleh tingkat perbedaan suhu yang cukup tinggi antara 0 500 C. Proses pelapukan ini sangat diatur oleh proses radiasi matahari, dengan curah hujan yang sangat rendah. Pelapukan mekanis ini merupakan penciri daerah gurun serta daerah yang beriklim empat musim atau nontropik.

2. Proses Pengangkutan Proses pengankutan bahan bahan sedimen akan sangat ditentukan oleh jauh dekatnya jarak bahan bahan tersebut terangkut dari tempat asal/sumbernya.

Seberapa jauh suatu bahan bahan sedimen tersebut terangkut akan dicerminkan oleh bentuk butir, ukuran butir, serta kehadiran minerl mineral penyusun baik mineral mineral yang stabil, tidak stabil, ataupun campuran keduanya. Bentuk butir dapat dibedakan sebagai berikut : Menyudut : menunjukkan gejala bahwa material terangkut balum jauh atau masih relative dekat dengan sumbernya. Menyudut tanggung : sebagai penciri bahwa bahan bahan sedimen tersebut agak relative jauh dari sumbernya. Membulat tanggung : merupakan penciri bahwa material terangkut sudah relative jauh dari sumber asalnya. Membulat : menunjukkan gejala bahwa material yang terbawa sudah sangat jauh dari sumbernya. Berdasarkan komposisi mineral yang menyusun batuan sedimen tersebut sebagai berikut : Batuan sedimen yang tersusun oleh mineral mineral yang tidak stabil berarti menunjukkan bahwa material sedimentasi sangat dekat dari sumbernya, dan biasanya berupa endapan turbidit. Batuan sedimen yang tersusun atas mineral mineral stabil dan tidak stabil memberikan indikasi bahwa material yang terangkut belum terlalu jauh dari sumbernya. Batuan sedimen yang didominasi oleh mineral mineral stabil terhadap pelapukan baik mekanis maupun kimiawi, manunjukkan bahwa bahan bahan tersebut sebelum terendapkan sudah mengalami pengangkutan yang cukup jauh. Ukuran butir juga sangat menentukan untuk mendeteksi seberapa jauh material tersebut mengalami pengangkutan dari sumbernya. Semakin halus suatu butiran penyusun batuan sedimen klastika akan memberikan petunjuk bahwa bahan bahan tersebut sudah terangkut jauh dari sumbernya.

Pemilahan atau sorting merupakan tingkat hubungan antar butir dalam batuan sedimen klastik yang juga menentukan tingkat jauh dekatnya jarak pada proses pengangkutan.

3. Proses Pengendapan Proses pengendapan bahan bahan sedimen klastika atau detritus sangat ditentukan oleh berat Janis dari material yang terendapkan dan besarnya percepatan gravitasi pada cekungan dimana material tersebut diendapkan. Dalam proses pengendapan tersebut akan diikuti oleh beberapa kejadian fisika lainnya antara lain: Proses pemadatan yang disebabkan oleh gaya gravitasi tersebut di atas, serta adanya pembebanan oleh bahan bahan sedimen yang terendapkan belakangan di atasnya. Proses pembatuan akibat penekanan yang berlangsug secara terus menerus, dimana kandungan air yang ada di dalam bahan sedimentasi tersebut menjadi keluar dari batuannya sehingga rongga porinya menjadi kecil. Proses diagenesa yang diikuti oleh kristalisasi kembali sebagian material asal atau allogenik menjadi mineral baru sebagai penyusun yang dikenal dengan autigenik. Jika proses ini berlangsung terus menerus, maka secara berangsur batuannya menjadi metasedimen kemudian menjadi batuan metamorf. A.1. Klasifikasi batuan sedimen klastik Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Klasifikasi ukuran butir yang dipakai dalam pengelompokkan batuan sedimen klastik menggunakan klasifikasi dari Wentwort seperti yang diperlihatkan pada Tabel berikut :

SKALA WENTWORT Ukuran Butir Nama >256 Boulder 64 256 4 64 24 1/16 2 1/256 1/16 1/256 < Cobble Pebble Granule Sand Silt Clay

Tabel. dibawah adalah daftar nama-nama Batuan Sedimen Klastik (berdasarkan ukuran dan bentuk butir) : Tekstur Klastik KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN KLASTIK Ukuran Butir Komposisi Nama Batuan Gravel > 2 mm Fragmen batuan Konglomerat membundar Fragmen batuan menyudut Breksi 1/16 - 2 mm Mineral kuarsa dominan Batupasir Kuarsa Kuarsa dan felspar Batupasir Arkose Kuarsa, felspar, lempung Batupasir dan fragmen batuan Graywacke < 1/256 mm Laminasi Serpih masif Lempung

A.2. Tekstur Batuan Sedimen Klastik Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar butir / mineral yang terdapat di dalam batuan. Sebagaimana diketahui bahwa tekstur yang terdapat dalam batuan

sedimen terdiri dari fragmen batuan / mineral dan matrik (masa dasar). Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan sedimen klastik terdiri dari : Besar Butir, Bentuk Butir, Kemas (Fabric), Pemilahan (Sorting), Sementasi, Porositas (kesarangan), dan Permeabilitas (Kelulusan). 1. Besar Butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur berdasarkan klasifikasi Wentword. 2. Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi : Rounded (Membundar ), Sub-rounded (Membundar tanggung), Sub-angular (Menyudut tanggung), dan angular (Menyudut).

Gambar. Kategori Kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk.,1987)

3. Kemas (Fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan / mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu : Kemas Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran mengambang diatas masa dasar batuan. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat). Gambar di bawah ini

memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts), orientasi butir atau arah-

arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.

Gambar. Batuan sedimen berkemas butir: paking, kontak dan orientasi butir serta hubungan antara butir matrik.

4. Pemilahan (Sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun batuan.

Gambar. Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen.

5. Sementasi (Cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah : karbonat, silika, dan oksida besi. 6. Porositas (Kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas Baik, Porositas Sedang, Porositas Buruk. 7. Permeabilitas (Kelulusan) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas baik, permeabilitas sedang, permeabilitas buruk.

Contoh Contoh Batuan Sedimen Klastik BREKSI

Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.

KONGLOMERAT

Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2-256 milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat.

SANDSTONE

Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.

QUARTZ SANDSTONE

Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.

ARKOSE

Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.

GRAYWACKE

Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrix yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.

SHALE

Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineralmineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi plastis.

B. Pembantukan Batuan Sedimen non-klastik Batuan sedimen kalstik terbentuk akibat proses mekanis, sedangkan untuk batuan sedimen non-klastik dapat terbentuk oleh barbagai macam proses antara lain yaitu : akibat pengkristalan dari suatu larutan yang jenuh akan kandungan kimia tertentu akibat suatu hasil penguapan, proses panggantian, serta endapan biokimia. Beberapa proses yang mengatur pembantukan batuan sedimen non-klastik sebagai berikut : 1. Adanya reaksi reaksi kimiawi yang berlangsung 2. Pengkristalan dari larutan jenuh misalnya kadar garam yang tinggi pada suatu danau, dengan meningkatnya temperature maka akan terjadi penguapan sehingga garam garaman tersebut menjadi jenuh dan terkristalkan, kemudian terendapkan. Proses ini tidak melibatkan alih tempat, jadi bersifat insitu. 3. Oleh proses biokimia yang disebabkan oleh aktivitas organism yang ada, sehingga terjadi pengendapan atau pembentukan batuan sedimen organic. B.2. Beberapa Contoh Batuan Sedimen Non-Klastik Batuan Sedimen Evaporit Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang pada akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahari yang cukup lama.

1. Batuan garam (Rock salt) yang berupa halite (NaCl).

2. Batuan gipsum (Rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20)

3. Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat. Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batugamping dan juga di kawasan air panas (hot springs).

Batuan Sedimen Karbonat Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses

biokimia. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batugamping dan dolomit. Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah: Kalsit (Calcite) (CaCO3) dan Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2) Nama-nama batuan karbonat: 1. Mikrit (Micrite) (microcrystalline limestone), berbutir sangat halus, mempunyai warna kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur karbonat (lime mud) yang juga dikenali sebagai calcilutite.

2. Batugamping oolitik (Oolitic limestone) batugamping yang komponen utamanya terdiri dari bahan atau allokem oolit yang berbentuk bulat

3. Batugamping berfosil (Fossiliferous limestone) merupakan batuan karbonat hasil dari proses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan / mineral kalsit atau dolomit merupakan bahan utama yang membentuk batuan ini.

4. Kokina (Coquina) cangkang fosil yang tersimen

5. Chalk terdiri dari kumpulan organisme planktonic seperti coccolithophores; fizzes readily in acid 6. Batugamping kristalin (Crystalline limestone)

7. Travertine terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air panas hasil dari proses kimia 8. Batugamping intraklastik (intraclastic limestone), pelleted limestone

Batuan Silika Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini terhasil

dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, dimana mineral silika mengganti kalsium karbonat. Kelompok batuan silika adalah:

Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous Earth).

Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan, masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa mikrokristalin, berwarna cerah hingga gelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, atau dapat juga dari proses diagenesis batuan karbonat.

Batuan Organik

Endapan organik terdiri daripada kumpulan material organik yang akhirnya mengeras menjadi batu. Contoh yang paling baik adalah batubara. Serpihan daun dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.

Tabel dibawah adalah daftar nama-nama Batuan Sedimen Non-klastik (berdasarkan genesa pembentukannya). KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN NON-KLASTIK Kelompok An-organik Tekstur Komposisi Nama Batuan Batugamping Klastik Dolomite Klastik atau Non- Calcite, CaCO3 klastik Klastik atau Non- Dolomite, CaMg(CO3)2 klastik Non-klastik Non-klastik Non-klastik Halite, NaCl Gypsum, CaSO4-2H2O

Mikrokristalin quartz, SiO2 Rijang (Chert) Batu Garam Batu Gypsum

Biokimia

Klastik atau Non- Calcite, CaCO3 klastik Non-klastik Non-klastik Mikrokristalin Quartz Sisa Tumbuhan terubah

Batugamping Terumbu Rijang (Chert) yang Batubara

Penamaan Batuan Sedimen a. Batuan sedimen klastik Tabel. Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (Huang, 1965). Tekstur/Struktur Rudit (2 256 mm) Komposisi Nama batuan mineral/fragmen Komposisi sejenis Konglomerat atau campuran, terutama dengan rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batugamping dll. Fragmen umumnya runcing, dan menyudut Kipas aluvial yang mengalami pembatuan Tillit Umumnya tidak terpisah. Fragmen batuan terdapat bekas goresan Terutama kuarsa Arenit atau 25%, felspar kalium atau plagioklas 10- batupasir kuarsa 25%. Pecahan batuan: basal, riolit, batusabak dll. Mineral mika, serisit, klorit, bijih besi. Pemilahan jelek, warna abu-abu kemerahan Lebih dewasa dari arkose antara graywacke dan arenit Ciri-ciri khas Fragmen umumnya bulat atau agak membulat

Breksi

Fanglomerat

Pecahan batuan bercapur dengan semen Arenit (1/16 2 mm)

Pemilahan baik dan bersih

Arkose

Batupasir felspatik

Graywacke subgraywacke Lutit (1/16 1/256 mm) Serpih Batulumpur Batulempung b. Batuan sedimen non-klastik Tabel. Penamaan batuan sedimen non klastika secara megaskopis (Huang, 1965). Tekstur/Struktur Komposisi mineral/fragmen Terutama kalsit Nama batuan Batugamping Ciri-ciri khas Breaksi dengan HCl, mengandung organik, bioklastika,

Umumnya mineral Batulanau lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit dan bijih besi. Mudah membelah, tidak plastis, bila dipanasi menjadi plastis

Antara batupasir dan serpih

Rapat, afanitik, berbutir kasar, kristalin, porus, oolit dan mosaik Terutama dolomit Dolomit

Berbutir halus

Tidak segera bereaksi dengan HCl, jarang mengandung fosil, berbutir sedang Kristal halus dengan Kapur mikroorganisme

Putih abu-abu terang, sangat rapuh, mengandung fosil

Karbonat dan lempung Rapat dan berlapis

Napal

Abu-abu terang, rapuh, pecahan konkoidal Campuran silika, opal Rijang dan kalsedon dll. Gips Evaporit, tidak sendiri melainkan

Warna beragam, keras, kilap non logam, konkoidal

Terutama gips

Anhidrit Terutama malit

berasosiasi dengan mineral/batuan lain. Dijumpai kristal yang mengelompok Fosforit Diperlukan penentuan kadar P 2 O3 Batubara, lignit Warna coklat, pecahan prismatik

Masif atau berlapis

Mineral fosfat dan fragmen tulang

Amorf, berlapis, tebal Humus, tumbuhan

Struktur Pada Batuan Sedimen

Current dan Graded

Bouma Sequence

Konvolut dan Dike Batupasir

Konkresi dan Nodule

Mudcracks

Striation dan Groove casts

Liniasi dan Furrow

Cone-in-cone dan Kristal pasir

Flute casts

Ripple bedding

Klasifikasi struktur sedimen (Pettijohn, 1975). INORGANIC STRUCTURE MECHANICAL (PRIMARY) A. Beddding : geometry 1. Laminations 2. Wavy bedding ORGANIC STRUCTURE CHEMICAL (SECONDARY) A. Solution structures 1. Stylolites 2. Corrosion zone 3. Vugs, oolicasts etc. B. Accretionary structures 1. Nodules 2. Ripple-bedding 2. Concretions 3. Graded bedding 4. Growth bedding 3. Crystal aggregates (sperulites & osettes) 4. Veinlets 5. Color banding C. Composite structures C. Miscellaneous 1. Geodes 1. Scour or current marks (flutes) 2. Septaria 2. Tool marks (grooves etc.) 3. Cone-in-cone 3. Casts and molds 4. Fecal pellets and coprolites D. Bedding-plane marking (on surface) 1. Wave and swash marks 2. Tracks and trails 1. Borings

A. Petrifactions

B. Bedding internal structures 1. Cross-bedding

B. Bedding (weedia and other stromatolites)

C. Bedding-plane marking (on surface)

2. Pits and prints (rain etc.) 3. Parting lineation E. Deformed bedding 1. Load and founder structures 2. Synsedimentary folds and breccias 3. Sandstone dikes and sills

Anda mungkin juga menyukai