Teddy Bear Band k1
Teddy Bear Band k1
Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur
: 9 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Alamat Suku Agama MRS No. RM Ruang Ayah : Wilalung 5/6 : Jawa : Islam : 2 Februari 2013 : 649259 : Bougenville 3 : Tn. S
Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 2 Februari 2013 pukul 15.00 WIB di Bougenville 3 dan didukung catatan medis pasien
Pasien datang ke Poli Anak RSUD Kudus pada 2 Februari 2013 dengan keluhan demam 10 hari naik turun, nyeri menelan serta tidak bisa BAB sejak 4 hari yang lalu. KU : tampak sakit ringan Kesadaran : Compos mentis TTV HR : 100 x/menit RR : 24 x/menit SpO2 : 96 % Suhu : 38,1 C
Tindakan:
Infus RL 20 tpm Ceftriaxone 2 x 500 gram Paracetamol 3 x 2 cth
Riwayat Pemeliharaan Antenatal: Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat pendarahan selama kehamilan disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan pada saat usia penderita kurang dari 1 bulan, tidak ada kelainan pada anak.
Riwayat Imunisasi
BCG DPT Polio
Campak Hepatitis B
Riwayat Nutrisi
Umur (bulan) 0-6 6-12 ASI v v PASI v Biskuit v Bubur susu v
Sekarang pasien sehari makan 3x, pasien makan berbagai jenis makanan dari telur, tahu, tempe, ayam, ikan, sayur, buah-buahan. Kesan: kualitas dan kuantitas makanan baik.
Status Present
Pemeriksaan dilakukan pada 2 Februari 2013 pukul 15.00 WIB di Bougenville III.
Keadaan Umum : Lemah Kesadaran : Compos Mentis TTV :
Nadi cukup Suhu RR : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan
Pemeriksaan Fisik
SISTEM HASIL
Mesocephal, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, UUB cekung (-) Turgor baik, sianosis (-), ikterik (-) Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Hidung Tenggorokan Mulut Leher Thorax
Paru
I : pergerakan dada kanan dan kiri simetris, retraksi pernapasan (-) P : stem fremitus kanan-kiri sama kuat, krepitasi (-) P : sonor di seluruh lapang paru A : SD vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
SISTEM
HASIL
Abdomen
Inspeksi : tampak mendatar Auskultasi : BU (+) normal Palpasi : abdomen supel, terdapat nyeri tekan seluruh lapang abdomen, hepar dan lien tidak teraba membesar Perkusi : timpani
Skoliosis (-), lordosis (-), kifosis (-)
Tulang belakang
Superior -/-/-
Inferior -/-/-
Sianosis
Edema Pembesaran kel aksila Pembesaran kel inguinal
-/-/-/-
-/-/-
-/-
Kekeruhan
pH (4,6 8) BD (1,001 1,0030) Albumen Reduksi Bilirubin Urobilin
Jernih
5,5 1.010 -
Eritrosit
Epitel Silinder Bakteri Kristal
01
+ -
Follow Up
3 Februari 2013 Keluhan Demam (+) Mual (-) muntah (-), nyeri perut (+) BAB (-), BAK (+) makan, minum (+) TTV S : 38,3 oC N : 110 x/mnt RR : 30 x/mnt Pemeriksaan fisik Mata: CA -/-, SI -/ Leher: pembesaran KGB (-) Paru: SD vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/ Jantung: BJ 1 dan 2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: BU (+) N, timpani, supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak membesar
Follow Up
4 Februari 2013 Keluhan Demam menurun Mual (-) muntah (-), nyeri perut (-) BAB (-), BAK (+) makan, minum (+) TTV S : 37,8 oC N : 110 x/mnt RR : 30 x/mnt Pemeriksaan fisik Mata: CA -/-, SI -/ Leher: pembesaran KGB (-) Paru: SD vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/ Jantung: BJ 1 dan 2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: BU (+) N, timpani, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak membesar
Follow Up
5 Februari 2013 Keluhan Demam (-) Mual (-) muntah (-), perut kembung (-) BAB (-), BAK (+) makan, minum (+) TTV S : 36,9 oC N : 110 x/mnt RR : 30 x/mnt Pemeriksaan fisik Mata: CA -/-, SI -/ Leher: pembesaran KGB (-) Paru: SD vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/ Jantung: BJ 1 dan 2 (+) reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: BU (+) N, timpani, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak membesar Pasien diperbolehkan pulang
Diagnosis
Diagnosis Banding Demam Tifoid Infeksi Saluran Kemih TB Paru
Diagnosis Febris
Penatalaksanaan
Medikamentosa Infus RL 20 tpm Inj Ceftriazone IV 2 x 500 mg Paracetamol 3 x 2 cth
PROGNOSIS
Pemeriksaan kultur feses Pemeriksaan Mantoux dan foto toraks (atas indikasi)
DEMAM
Keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi IL-1
POLA DEMAM
Demam kontinu
Demam intermiten
Demam remiten
Demam dengan variasi diurnal >1 C, suhu terendah mencapai suhu normal
Demam dengan variasi normal lebar >1 C, tetapi suhu terendah tidak mencapai suhu normal
Merupakan demam intermiten yang ditandai dengan periode demam yang diselang dengan periode normal
Demam tinggi disusul oleh penurunan suhu, lebih kurang 1 hari dan kemudian timbul demam tinggi kembali Demam yang sporadis, terdapat penurunan temperatur yang jelas dan kekambuhan demam Periode demam setiap minggu atau lebih lama dan periode afebril yang sama durasinya disertai dengan berkurangnya siklus.
Demam PelEbstein
Typhus inversus Reaksi JarischHerxheimer Relapsing fever Factitious fever atau self induced fever
Demam dengan kenaikan temperatur tertinggi pada pagi hari bukan selama senja atau di awal malam Demam dengan peningkatan temperatur yang tajam dan eksaserbasi manifestasi klinis
Seperti demam Pel-Epstein namun serangan demam berlangsung setiap 5-7 hari
ETIOLOGI
Non-infeksi Infeksi - infeksi bakteri - infeksi virus - infeksi jamur
Increased heat conservation (vasoconstriction/ behaviour changes) Increased heat production (involuntary muscular contractions)
Elevated thermoregulatory set point Anterior hypothalamus (mediated by PGE2) (antipyretics and NSAIDs act here)
FEVER
MANIFESTASI KLINIS
Bakteri Umumnya memiliki ciri demam gradual, suhu tubuh penderita akan naik turun dalam minggu pertama dan mendekati minggu ke 2 suhu tubuh tinggi tapi tetap stabil Laboratorium: leukositosis Terapi: antibiotik Virus Demam akut yang mendadak, panas tinggi sampai di atas 39 C Laboratorium: leukopenia Terapi: simtomatis
DD
Demam lebih dari tujuh hari :
Demam tifoid
Malaria TB Paru
DEMAM TIFOID
PENDAHULUAN
DEFINISI:
demam 1 mgg TANDA2 - malaise - demam - rasa tdk enak - splenomegali penyk inf usus halus
gangg kesadaran -/+ DEMAM ENTERIK gangg sal cerna
salm typhi
Demam tifoid
Demam Paratifoid
ETIOLOGI
Batang gram negatif Flagella T berkapsul T berspora Anaerob fakultatif
salm typhi
Usus:
(berkemb biak)
BAKTEREMIA PERTAMA
( 24 72 JAM) tanpa gejala/asimtomatik
Lanj PATOGENESIS:
S.R.E - su tul - limpa - hati SISTEMIK bakteri berkemb biak usus tinja
BAKTEREMIA SEKUNDER
(bbrp hr/mgg) dg gejala
inflamasi
ENDOTOKSIN Pirogen panas. sitokin
MANIFESTASI KLINIK DEMAM TIFOID: Minggu I : angsur2 Masa Inkubasi (10-14 hari) - demam - pusing /
GANGG SAL CERNA
Minggu I
DEMAM
- nyeri kepala
- anoreksia - mual-muntah GANGG
BAYI(diare akut/septikemia)
-diare -ikterik - muntah - hepatosplenomegali - distensi - kejang -anoreksia
- meteorismus
- hepatosplnm - apati s/d koma
ROSEOLA BRONKITIS
KESADARAN
MEMBUAT DX
Widal
-titer O 1/200
MALARIA
DEFINISI
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Spesies plasmodium pada manusia : 1. P. Falciparum : penyebab malaria tropica 2. P. Vivax 3. P. Ovale 4. P. Malariae : penyebab malaria tertiana : penyebab malaria ovale : penyebab malaria malariae
C. MASA INKUBASI :
Waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis, yang ditandai demam.
P. Falciparum
P. Vivax P. Ovale
: 9 14 (12) hari
: 12 - 17 (15) hari : 16 - 18 (17) hari
MANIFESTASI KLINIK
GEJALA PATOLOGIK / KLINIK :
2. Hipertrofi dan hiperplasi sistim retikuloendotelial menyebabkan limpa membesar. Sel makrofag bertambah dan dalam darah terdapat monositosis
3. Anemia dapat terjadi oleh karena: a. Eritrosit ysng diserang hancur pada sporulasi. b. Derajat fagositosis RES meningkat, akibatnya banyak eritrosit hancur.
DIAGNOSIS
Dengan pemeriksaan laboratorium (Mikroskopik, Tes diagnostik cepat) : Menemukan parasit malaria pada sediaan darah tepi. Sediaan dibuat sebaiknya pada waktu demam. Tanpa pemeriksaan laboratorium
I.
Anamnesis : I. Keluhan utama : demam menggigil dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal pegal II. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria III. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria IV. Riwayat sakit malaria V. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir VI. Riwayat mendapat transfusi darah VII. Gejala klinis pada anak dapat tidak khas
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM : 1. Pemeriksaan mikroskopik : - Pemeriksaan darah tebal dan tipis. - Bila pemeriksaan pertama negatip,diperiksa ulang setiap 6 jam selama 3 hr berturut-turut. - Bila hasil pemeriksaan 3 hr berturut-turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan. 2. Tes diagnostik lain : a. HRP 2 (Histidin Rich Protein) yang diproduksi oleh
( gametocyt).
TUBERKULOSIS PARU
TB Paru
TBC, KP, flek, Paru basah TB anak = TB dewasa
Inhalasi Mycobacterium tuberculosis Fagositosis oleh Kuman mati makrofag alveolus paru Kuman hidup berkembang biak Pembentukan fokus primer Penyebaran limfogen Penyebaran hematogen Kompleks primer Terbentuk imunitas seluler spesifik
Sakit TB
Infeksi TB
Imunitas optimal
Sakit TB
57
HIPERSENSIVITAS
KEKEBALAN
DIAGNOSIS
Pasti : M. Tuberkulosis
Sulit : - Pengambilan sampel - Jumlah Kuman Sedikit
Diagnosis Kerja :
- Klinis, Radiologis - Tuberkulin - Laboratorium lain
(Tidak Spesifik)
59
60
61
Kriteria Jones
KRITERIA MAYOR Karditis Poliartritis Korea Eritema marginatum Nodul subkutan KRITERIA MINOR Artralgia Demam Pemeriksaan penunjang:
LED meningkat CRP + EKG: PR interval memanjang
berdasarkan
Kriteria
Ditemukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor Ditambah dengan bukti infeksi streptokokus grup A (usap tenggorok positif dan/atau peningkatan titer antibodi terhadap streptokokus, atau terdapat demam skarlatina)
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis: proteinuria, leukosituria (leukosit > 5/LPB), hematuria (eritrosit >5/LPB)
Diagnosis pasti dengan ditemukannya bakteriuria yang bermakna pada biakan urin
SEPSIS
Diagnosis:
Terlihat jelas sakit berat dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas Hipo atau hipertermia Takikardia, takipneu Gangguan sirkulasi Leukositosis atau leukopeni
Penatalaksanaan
Medikamentosa Antipiretik Bekerja secara sentral menurunkan pusat pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat siklooksigenase (enzim yg berperan pd sintesis prostaglandin) Penurunan pusat suhu akan peningkatan pelepasan panas melalui kulit dgn radiasi, konveksi, penguapan diikuti respon fisiologi termasuk penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah ke kulit.
Indikasi: - Demam lebih dari 39 C berhubungan dengan gejala nyeri, tidak nyaman biasa timbul pd otitis media atau mialgia - Demam lebih dari 40,5 C - Demam berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme - Anak dengan riwayat kejang atau delirium yg disebabkan demam
Parasetamol
Antipiretik pilihan utama
Ibuprofen
Antipiretik pilihan kedua Baik digunakan untuk bayi dan anak yg kecil Efek antipiretik kuat, analgetik sedang, anti-inflamasi sedang Dipakai untuk keadaan : Demam karena infeksi Demam karena proses inflamasi dan autoimun Demam dengan keluhan mialgia, atralgia sedang-berat Bentuk sediaan sirup Dosis antipiretik 5 mg/kgBB/dosis Dosis analgetik 10 15 mg/kgBB/dosis Dosis anti-inflamasi 20-40 mg/kgBB/dosis
Asam Asetil-salisilat
Aspirin
Hindari penggunaan aspirin jika: 1.Infeksi virus khususnya infeksi saluran nafas atau cacar air. Aspirin dapat menyebabkan sindrom Reye 2.Defisiensi G6PD, aspirin dapat menyebabkan anemia hemolitik 3.Anak yang menderita asma, dapat menimbulkan aspirininduced sensitivity berupa mengi, urtikaria, angioedema 4.Pasien yg mengalami pembedahan atau pendarahan, aspirin dapat menghambat agregasi trombosit
Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan tangan, makanan dan lingkungan Edukasi orang tua Anak diistirahatkan Ukur suhu Sediakan obat penurun panas dan berikan nutrisi yang cukup dan cairan yang adekuat Bila suhu >40 C tidak berespon dengan penurun demam dapat dilakukan kompres air hangat (27 -34 C) Memperhatikan gejala-gejala lain yang timbul (ptekiae, muntah, sesak, dll) Periksakan diri ke dokter