Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Labirinitis adalah sebuah inflamasi pada labirin yang terletak pada telinga sebelah dalam. Salah satu fungsi dari telinga dalam adalah untuk mengatur keseimbangan. Bila fungsi ini terganggu secara klinis, akan terjadi gangguan keseimbangan dan pendengaran yang menghilang secara tiba tiba dan dapat mengenai satu telinga atau keduanya. Etiologi labirinitis kebanyakan disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis yang disebabkan oleh proses autoimunne menyebabkan proses iskemia pada pembuluh darah yang bisa mengakibatkan disfungsi yang menyerupai labirinitis akut. Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intratemporal dari radang telinga tengah. Penderita otitis media kronik yang kemudian tiba-tiba mendapat serangan vertigo, muntah dan kehilangan pendengaran harus waspada terhadap timbulnya labirinitis supuratif. Bakteri masuk ke dalam melalui kanalikuli di dalam tulang, hematogen atau limfogen. Paling sering melalui destruksi tulang oleh kolesteatom dan merusak labirin vestibuler. Bila mengenai seluruh labirin disebut labirinitis umum dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Jika infeksinya terbatas akan menimbulkan labirinitis lokal dengan gejala vertigo yang ringan. Klasifikasi labirinitis terdiri dari labirinitis sirkumkripta, labirinitis difusa yang terdiri dari serosa dan purulen, dan labirinitis laten. Labirinitis virus biasanya mengenai usia 30-60 tahun dan ini jarang diamati pada anak-anak. Meningogenic supurative labirinitis biasanya mengenai anak-anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Otogenic supurative labirinitis dapat diamati pada orang-orang dari segala usia. Serouse labirinitis lebih umum dalam anak kelompok usia, dimana sebagian besar kedua kasus akut dan kronis otitis media diamati.Data epidemiologi labirinitis masih kurang, namun dari beberapa referensi didapatkan penyebab terbanyak adalah virus. Prevalensi orang dengan pendengaran yang hilang secara tiba-tiba diperkirakan 1 kasus di 10.000 orang. Satu studi yang melaporkan bahwa 37 pasien 240 menyajikan dengan vertigo posisional disebabkan oleh labirinitis virus. orang-orang dari segala usia. Serouse labirinitis lebih umum dalam anak kelompok usia, dimana sebagian besar kedua kasus akut dan kronis otitis media diamati. Data epidemiologi labirinitis masih kurang, namun dari beberapa referensi didapatkan penyebab terbanyak adalah virus. Prevalensi orang dengan pendengaran yang hilang secara

tiba-tiba diperkirakan 1 kasus di 10.000 orang. Satu studi yang melaporkan bahwa 37 pasien 240 menyajikan dengan vertigo posisional disebabkan oleh labirinitis virus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Anatomi dan Fisiologi Telinga 2.1.1 Anatomi Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam.

Gambar 1. Telinga normal

A. Telinga Luar Telinga luar terdiri atas aurikula, meatus akustikus eksternus dan membrane timpani. Aurikulum disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik yang pada manusia rudimenter.1,3 Meatus akustikus eksternus berbentuk tabung dengan panjangnya kira-kira 2,5-3 cm, manakala diameternya bervariasi yaitu lateral biasanya lebih lebar dari medial. Meatus akustikus eksternus tediri dari dua bagian yaitu bagian lateral dan medial. Bagian lateral adalah pars kartilagenus yaitu 1/3 luar merupakan lanjutan dari aurikulum, mempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalis serta kulit melekat erat dengan perikondrium. Bagian medial adalah pars osseus yaitu 2/3 medial merupakan bagian dari os temporalis, tidak berambut, ada penyempitan istmus yaitu kira-kira 5 mm dari membrane timpani.1,3

Membran timpani memisahkan meatus akustikus eksternus dan telinga tengah. Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dengan diameter kira-kira 1 cm. Bagian atas disebut pars flaksida sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam. Serat inilah yang menyebabkan reflek cahaya, reflek cahaya terletak di kuadran anterior inferior. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosessus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian superior anterior, superior- posterior, inferior anterior, inferior posterior, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.1,3

B. Telinga Tengah Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruangan yang terisi udara yang terletak dibagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan disebelah posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui tuba eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan didalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi dibagian anterior pada celah tuba eustachius epitelnya selapais silindris bersilia.1,3 Di bagian dalam rongga ini terdapat tiga jenis tulang pendengaran yaitu : tulang maleus, inkus, stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak, tanpa rongga sum-sum tulang. Tulang maleus melekat pada membrane timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligament tipis diatap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkat celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada dua otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran diatas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula kearah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi kedalam gagang maleus. Tendon otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk pyramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi kedalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.1,3

C. Telinga Dalam Telinga dalam adalah suatu system saluran dan rongga didalam pars petrosum tulang temporalis. Telinga dalam dibentuk oleh labirin tulang (labirin osseosa) yang didalamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimfe sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimfe.1,3 Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu : kanalis semisirkularis, vestibulum, koklea tulang. Labirin tulang ini disebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan dibagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat didalam labirin tulang oleh ruang perilimfe yang berisi cairan endolimfe. Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan rongga timpani melalui suatu membrane yang dikenal sebagai fenestra ovale. Ke dalam vestibulum bermuara tiga buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis anterior, kanalis semisirkularis posterior dan kanalis semisirkularis lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada tiga saluran tetapi muaranya hanya lima karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak berampula dan bermuara kedalam bagian medial vestibulum oleh krus komunne. Kearah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang dan fenestra rotundum. Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang disebut mediolus. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus. 1,3 Labirin membranasea terletak didalam labirin tulang, merupakan suatu system saluran yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat terdapat lembaran lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin membranasea. Labirin membranasea terdiri atas duktus semisirkularis, membranasea, ultrikulus, sakulus dan duktus koklearis. 1,3

2.1.2 FISIOLOGI A. Pendengaran Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu dan menginterpretasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energi gelombang tekanan menjadi impuls saraf, dan kortek cerebri mengkonversi impuls ini menjadi bunyi. Bunyi memiliki frekuensi, amplitude dan bentuk gelombang. Frekuensi gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi gelombang udara per unit waktu. Telinga manusia dapat menangkap ferkuensi yang berfariasi dari sekitar 20 18000 Hertz (Hz). Satu hertz adalah satu siklus per detik. Amplitudo adalah ukuran energi atau intensitas fluktuasi tekanan. Gelombang bunyi dengan amplitude yang berbeda di interpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan. Ukuran bunyi dalam decibel (dB).1,2,3 Gelombang bunyi ditangkap oleh aurikulum dan di transmisikan ke dalam meatus akustikus eksternus kemudian bergerak menuju kanalis akustikus internus kearah membrane tympani. Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membrane tympani.Sifat membrane adalah aperiodis yang tidak memiliki frekuensi alaminya sendiri tetapi mengambil karakteristik vibrasi yang terjadi.1,3 Getaran tersebut menggetarkan membrane tympani di teruskan ke membrane tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dengan fenestra ovale, Muskulus stapedius dan tensor timpani berkontraksi secara reflektori sebagai respon terhadap bunyi yang keras. Kontraksi akan menyebabkan membrane timpani menjadi tegang osikular lebih kaku dan dengan demikian mengurangi transmisi suara.1,2,3 Eneregi getar yang telah di amplifikasikan ini diteruskan ke stapes yang akan menggerakan fenestra ovale sehingga perilimf pada skala vestibuli bergerak. Getaran menggerakan membrane reissner mendorong endolimf sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membrane basilaris dan membrane tektorial. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan defleksi seterosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel-sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu di lanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.1,3

B. KESEIMBANGAN Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan disekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptife reseptor keseimbangan terjadi dari macula yaitu reseptor keseimbangan statis yang terdapat di utrikulus dan sakulus manakala krista ampularis yaitu reseptor keseimbangan dinamis yang terdapat pada kanal semisirkular, bereaksi terhadap gerakan rotasi pada sumbu bidang.1,2,3 Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimf di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensorik melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kea rah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.1,3 Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energy mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimf di dalam kanalis semisirkularis menjadi energy biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat member informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.1,2,3

Anda mungkin juga menyukai