Anda di halaman 1dari 10

Masuk dan Berkembangnya Islam di Singapura

A. Pendahuluan Singapura adalah sebuah negara kota yang kecil. Singapura terletak tepat di ujung pantai selatan Semenanjung Melayu, yang terpisah dari dataran Semenanjung Malaka (Johor) oleh Selat Johor, dan dihubungkan oleh sebuah tambak yang bernama tambak Johor. Republik Singapura merupakan sebuah negara pulau yang terdiri dari sebuah pulau Singapura (Temasek) dan 54 pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau karang. Luas wilayahnya sekitar 621,4 km2 dan berpenduduk 2.800.000 jiwa, dengan kepadatan penduduk

4.590 / km2. Hampir 77 % warga Singapura adalah china, dengan minoritas suku melayu 14 %, berikutnya disusul oleh India , Pakistan dan Arab. Muslim hanya berjumlah 15,5% dari seluruh jumlah pnduduk, yang mana 13,9 % diantara yang memeluk islam itu adalah etnis melayu dan lainnya berasal dari Pakistan India dan Arab. Sisanya terdri dari 61 % penganut Budha, Taoism, dan Confusionism, 14,6 % Kristen, 4 % Hindhu dan lain-lain. Sebagian etnis melayu menganut mazhab sunni. Muslim yang berasal dari Timur tengah dan afrika menganut mazhab Maliki, muslim India dan Turki menganut mazhab Hanafi, sementara muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hambali. Dalam perjalan sejarahnya, dahulu Singapura mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia tenggara. Dikelilingi oleh negara muslim besar Indonesia dan Malaysia, Singapura selalu sensitif dalam mengelolah hubungan etnis dan agama. Posisi yang

s s
1

strategis mnjadikan nilai lebih Singapura sebagai transit perdagangan dari berbagai kawasan.

Pada sisi lain, telah memungkinkannya manjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah islam, baik pada masa kesultanan Malaka, masa colonial, sampai pada awal abad ke 20. Pada tahun 1965 Singapura menjadi sebuah negara yang merdeka setelah melepaskan diri dari Malaysia. Saat itu, Singapura menjadi negara yang paling maju dibandingkan negara tetangganya di Asia Tenggara. Namun demikian, Islam relatif tidak berkembang bila dibandingkan sejarah masa lalunya.Umat islam di Singapura relatif tidak terlihat kiprahnya dalam wacana ke Islaman Asia tenggara. Berikut ini akan diuraikan perkembangan islam dalam berbagai fase sejarah Singapura.

B. Singapura di Awal Sejarah Singapura telah dihuni pada masa pra sejarah, pada tahun 1100-an Singapura telah dijadikan kota pelabuhan. Dan pada tahun 1200 - 1300-an pelabuhan Singapura telah menjadi pusat perdagangan. Sebelum bernama Singapura, wilayah ini lebih dikenal dengan nama Tumasik atau tumasek yng berarti kota pantai. Istilah Singapura sendiri muncul pada tahun 1299, ketika seorang putra Raja Tamil yang bernama Sang Nila Utama bersama istrinya Putri Banten Wan Sri Bini saat berlayar ke daerah ini. Berdasarkan legenda sejarah Melayu, setelah kedua orang ini beserta rombongannya tiba di tempat ini, mereka melihat seekor binatang buas melintasi jalan yang akan mereka lalui. Binatang itu sebesar kambing, ternyata binatang itu seekor Singa, kemudian Sang Nila Utama memberi nama daerah ini dengan sebutan Singapura (kota singa). Sejak akhir abad ke- 14 M sampai pada tahun 1511 M, Singapura menjadi wilayah bagian dari kerajaan Malaka. Parameswara yang semula beragama Hindu, yang diusir oleh Majapahit dari Tumasik, kemudian mendirikan kerajaan di Malaka (1396 1414) dan merebut kembali daerah Tumasik ( Singapura ) ini. Akibat hubungan yang intim dengan pedagang-

pedagang muslim, Parameswara akhirnya memeluk agama Islam dan bergelar Sultan Iskandar Syah. Pada abad ke- 18 M Singapura berada dibawah wilayah kekuasaan kesultanan Johor, dengan seorang temunggung sebagai kepala pemerintahannya. Pada abad ke-19, Singapura sudah menjadi pelabuhan transit yang sangat penting karena jalurnya yang sangat penting. Oleh karena itu, akhirnya Inggris mengambil langkah untuk menciptakan Singapura sebagai pusat kota dagang di Asia Tenggara. Maka dari itu, pada tahun 1818 M gubernur jendral Inggris di India memerintahkan kepada Sir Thomas Stamford Raffles, untuk bisa merebut dan mengusai Singapura dan wilayah-wilayah penting lainya yang berada di daerah kawasan Melayu tersebut. Pada tanggal 28 Januari 1819 Raffles berhasil mendaratkan armadanya untuk kemudian mengadakan perundingan dengan Sultan Husain dari Johor dan tumenggungnya di Singapura Abdul Rahman, untuk mengadakan aliansi dalam penguasaan Singapura. Perjanjian ini terwujud pada tanggal 30 Januari 1819 untuk menjadikan Singapura sebagai wilayah yang bisa diatur bersama dalam satu sistem. Kemudian pada tahun 1824, Sultan Johor dan Tumenggung Abdul Rahman menyerahkan wilayah tersebut kepada Inggris dengan mendapatkan imbalan ganti rugi. Sejak tahun 1826 Singapura berubah statusnya menjadi bagian dari Straits-Settlements ( negara-negara selat ) bersama-sama dengan Penang, Malaka dan Welleslay sebagi wilayah jajahan Inggris. Singapura menjadi koloni Inggris sampai tahun 1946, karena Straits-Settlements dibubarkan, kemudian Singapura berdiri sendiri yang bergabung dalam British-Commonwealth. Tahun 1959 konstitusi Singapura terbentuk dengan pemerintahan sendiri dengan gubernurnya Sir William Goode, dengan perdana menteri pertamanya yang diangkat pada tanggal 5 Juni 1959 yaitu Lee Kuan Yew.

Tahun 1961 Perdana Mentri Malaya Tun Abdul Rahman, membuat gagasan untuk membentuk Negara Malaysia yang terdiri dari federasi Malaya, yaitu Singapura, Serawak, Borneo Utara, dan Brunai, karena ia khawatir kalau Singapura menjadi basis komunis. Akan tetapi hal ini menimbulkan konflik dengan Indonesia, terkait dengan perebutan Borneo Utara yang bergabung dengan Malaysia. Keadaan konflik ini dimanfaatkan oleh Lee Kuan Yew pada tanggal 9 Agustus 1965 untuk memisahkan Singapura dari Malaysia, dan terbentuklah negara baru ditengah-tengah kebudayaan dan etnik Melayu secara umum. Sejak inilah Singapura menjadi negara yang paling heterogen dari segi etnik, sekalipun mayoritas Melayu. Selain Melayu, mereka terdiri dari etnik China, India, dan sedikit Arab. C. Masuknya Islam dan Perkembanganya di Singapura Sampai sekarang belum dapat ditemukan bukti-bukti yang jelas kapan pertama kalinya islam masuk ke Singapura, tetapi berdasarkan perkiraan zaman dengan masa aktifnya para pedagang muslim yang sudah ada di Malaka, Islam masuk ke Singapura pada abad ke- 8 M karena pada abad tersebut para pedagang muslim ini telah sampai ke Kanton, China, yang kemungkinan besar akan selalu singgah di pulau-pulau yang telah berpenduduk di semenanjung tanah Melayu ini. Disamping sebagai pedagang, para muslim ini tampaknya telah menjadi guruguru agama serta imam di tengah-tengah kelompok masyarakat setempat, mereka mengajarkan Al-Quran dan mendirikan madrasah-madrasah sehingga orang-orang kampung senang pada kegiatan semacam itu, dan tidak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menikah dan memperistri penduduk setempat. Perilaku kehidupan sehari-hari keluarga muslim melayu di Singapura adalah pencerminan yang sangat kuat dari pengaruh guru-guru agama dan imam-imam masjid. Mereka terbiasa dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan dan sosial secara kolektif, mayoritas

masyarakat Singapura bermazhab syafiiyah dan sebagian kecil syiah. Pada pertengahan abad ke-19 M, di Makkah berkembang Tarekat Naqsyabandiyah dan berkembang juga pada akhirnya di Semenanjung Melayu, termasuk Singapura dan di Nusantara khususnya. Syekh Abdul Karim asal Banten merupakan tokoh TQN di Singapura abad ke-19 M. Di Semenanjung tanah Melayu ini, dan khususnya Singapura, kehidupan tasyawuf sangat kental bagi mayoritas penduduknya. Dengan demikian, secara umum karakteristik Islam Asia Tenggara yang paling menonjol adalah kehidupan tasyawuf dangan berbagai pola tarekatnya. Bukan berarti hal ini mereka tidak mengenal dasar-dasar Islam secara fundamental, tapi justru pola kehidupan tasawuf yang diajarkan oleh guru-guru Agama di surau-surau, pesantren, dan pondok-pondok sufi di Semenanjung Melayu ini, doktrin-doktrin syariat mereka menyatukan pengajaran dan pengalamannya dengan nilai-nilai hakikatnya. Dengan demikian, berbicara penyebaran Islam di Semenanjung Melayu dan Nusantara, berarti membicarakan polapola penyebaran tarekat sufi didalamnya. Di Singapura tarekat yang paling tua di kenal di daerah ini dalah Tarekat Alawiyah yang berpusat di Masjid Baalami, yang dulu dikembangkan oleh Muhamad bin Ali Baalawi. sekarang masih dipimpin oleh Syed Hasan bin Muhamad bin Salim al-Attas. Tarekat ini mengamalkan ritual Ratib Abdul Rahma setiap hari kamis malam jumat setelah shalat magrib, sebagian besar masyarakat berbondong-bondong membawa air dibotol yang disimpan di depan mihrab masjid, untuk dilakukan doa bersama, setelah itu mereka gunakan untuk keperluan tabaruk, seperti untuk orang sakit, keberkahan hidup dan sebagainya. Pada masa-masa sekarang Tarekat Qodariyah- Naqsabandiyah (TQN) asal pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat lebih populer dikalangan masyarakat muslim di Singapura. Tarekat ini dikembangkan oleh Syekh Ahmad Shahibul Wafa Tajularifin di

Tasikmalaya, kemudian dikembangkan di daerah ini oleh Haji Ali bin Muhammad, sebagai wakil talkinnya. Beliau sebagai putra daerah yang memiliki kapasitas pengetahuan agama Islam yang kuat secara akademik, sebagai alumni pada Madrsah al-Junaid di Singapura. Kedua kelompok masyarakat tarekat ini telah menarik minat para pemuda pemudi untuk menjalankan pengalamannya. Sekalipun demikian ada juga beberapa jenis tarekat yang juga dianut oleh masyarakat muslim Singapura, di antaranya Tarekat Syadziliyah, Idrisiyah Samaniyah, Darwaqiyah, dan Rifaiyah, disamping itu ada pula jenis tarekat asal India yakni Tarekat Nuri Syah Chesty al-Qadiriyah dan tarekat ini banyak bercampur dengan tradisi India. Masyrakat muslim Singapura sekalipun hidup di tengah kota metropolitan dunia, penghormatan pada makam-makam para ulama sangat bagus. Mereka biasa menziarahi makam-makam Syekh tarekat, dan biasa mengadakan khaul pada waktu-waktu tertentu di tempat-tempat seperti itu, seperti makam Habib Nuh di Palmer Road, Singapura. Posisi strategis Singapura dalam bidang ekonomi dan posisi politik umat Islam yang semakin terjepit telah menyebabkan pembaruan pemikiran dalam masyarakat Melayu dan muslim Singapura. Pada awal abad 19 M, muncul jurnalisme Melayu dan aktivitas penerbitan buku-buku di Singapura. Misalnya buku-buku karangan Abdus Samad al-Palimbani, seorang ulama terkenal dari Sumatra Selatan terbit disini, dua karangannya Hidayah as-Salikin fi Suluk Maslak al-Muttaqin (sebuah kitab tasawuf yang berisi penjelasan tentang wihdatul wujud) dan Sair as-Salikin ila badah Rabb al-alamin (buku yang menjelaskan hubungan dan kaitan antara tasawuf dan Syariah), keduanya ditulis dengan bahasa Melayu aksara Jawi (Arab-Melayu). Dalam bidang politik, masyarakat Melayu menyadari posisinya yang minoritas, sehingga meraka mengambil garis moderat, loyal dan partisipatif. Kebanyakan umat Islam mendukung

partai People Action Party (PAP), partai ini sejak Singapura merdeka selalu mendominasi kekuasaan di Singapura.

Dalam bidang pendidikan, karena mutu lulusan madrasah atau sekolah Islam lainnya dianggap tidak setingkat dengan lulusan sekolah umum pemerintah, ada keinginan pemerintah untuk memasukan pelajaran umum dengan kuantitas dan kualitas yang sama dengan sekolah pemerintah. Rencana ini disambut dengan reaksi tokoh-tokoh Melayu dan muslim Singapura. Ada yang mencurigai rencana ini untuk menghilangkan identitas, ruh, dan warna kemelayuankeislaman mereka, sehingga mereka kehilangan identitas dan tercabut dari akar budayanya, tetapi tidak kurang juga ada yang dapat memahami dan akhirnya menerima rencana ini. D. Islam Masa kolonia Jatuhnya Malaka ketangan Portugis pada tahun 1511 yang disertai oleh mundurnya kesultanan Malaka ke selatan Johor merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah Singapura. Pada masa colonial Portugis, penyebaran dan perkembangan Islam sedikit terhambat. Tetapi, bangsa Melayu muslim terus berupaya melawan penduduk Portugis dan bangsa Portugis pun kalah. Kekuasan pun jatuh ketangan Belanda dan berakhir ke tangan Inggris. Ketika Singapura berada ditangan inggris yang dipimpin oleh colonel Stamford raffles, ia berhasil menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas dan pasar internasional Asia tenggara. Perkembangan Singapura ini sangat berdampak besar terutama bagi perjalan sejarah Islam dalam masyarakat Melayu. Kebijakan-kebijakan inggris lebih simpatik terhadap islam bila dibandingkan dengan kebijakan Belanda dan portugis. Diantaranya adalah kebijakan Inggris tentang masyarakat pluralis. Untuk keperluan Inggris terhadap wilayah jajahan baru tersebut, khususnya dalam masalah tenaga kerja maka dikeluarkan kebijakan pintu terbuka. Kolonial

mendatangkan tenaga kerja dari China dan India. Sehingga terjadilah Imigrasi besar-besaran. Imigrasi yang tidak dibatasi ini membawa dampak pada aspek politik dan aspek ekonomi. Bangsa melayu muslim yang semula menjadi mayoritas di Singapura menjadi kaum yang minoritas. Dampak lainnya semakin minimnya elit muslim yang berkuasa. Ini menyebabkan posisi tawar menawar kaum muslim terhadap pemerintah menjadi lemah. Pada masa inilah kekuasaan muslim di Singapura semakin menurun dan menjadi kaum yang minoritas hingga sekarang.
E. Proses Islamisasi dan Peradan Islam di Singapura

Proses Islamisasi yang terjadi di Singapura tidak bisa dilepaskan dari keberadaan etnis Melayu yang mendiami pulau itu. Seperti disebutkan di atas, identifikasi Islam tidak bisa dilepaskan dari etnis Melayu. Namun persoalan yang sejak permulaan dirasakan dalam perkembangan komunitas Muslim Singapura adalah kurangnya pemimpin tradisional pribumi. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap kepentingan-kepentingan mereka ketika berhadapan dengan pemerintah, kolonial Inggris, yang memiliki prioritas tersendiri. Pada abad ke-19 komunitas Muslim Singapura terbagi atas dua kategori: Muslim-pribumi dan Muslim-migran. Muslim pribumi adalah yang sejak awal sudah bertempat tingal di sana. Muslim pribumi ini adalah orang-orang Melayu. Kelompok ini merupakan Muslim-mayoritas. Sedang Muslimimigran antara lain adalah berasal dari imigran Bugis, Jawa, Sumatera, Riau, Arab dan MuslimIndia. Salah satu bukti Islam pernah berkembang di Singapura adalah berdirinya pusat pendidikan Islam (sekolah Melayu) seperti : Madrasah Al-Junied al-Islamiya, Madrasah Wak Tanjong, Madrasah Al-Sagoff dan madrasah Al-Maarif al-Islamiah. Dan beberapa masjid yang didirikan oleh orang Muslim arab, salah satunya adalah masjid BaAlawi yang terletak dijalan Lewis, Bukit Timah. Serta berkembangnya organisasi-organisasi Islam yang bernaung di

masjid-masjid tersebut, antara lain Association for Muslim Professionals (AMP), Association of Women for Action and Research (AWARE), Mohamedan Advisory Board (Dewan Penasehat Urusan Muslim), yang dimaksudkan sebagai badan yang memberikan nasehat-nasehat kepada pemerintah mengenai persoalan-persoalan komunitas Muslim, AMLA dan MUIS. Di bawah MUIS itulah dikoordinasikan berbagai kelembagaan yang menunjang kelangsungan kehidupan umat Islam Singapura.

Kesimpulan
Dari pembahasan tentang perkembangan Islam di Singapura, yang meliputi sejarah masuk dan perkembangannya serta pembentukan peradabannya, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahap awal proses Islamisasi, Islam diidentikan dengan agamanya orang Melayu. Dalam hal ini karena Islam menjadi agama yang dianut oleh sultan di Malaka, yang juga pernah singgah di Singapura ketika lari dari Palembang, dan kemudian mendirikan kesultanan Malaka dan menjadi Muslim. Identifikasi Melayu dan Sultan ini memberikan kemungkinan awal dari perkembangan Islam di Singapura. Sekalipun demikia, dalam beberapa abad kemudian (kurang lebih 4 abad), Singapura menjadi daerah yang tidak bertuan. Dan penghuni pulau Singapura adalah para perompak laut. 2. Pada tahap kedua, proses Islamisasi terjadi terutama setelah Singapura menjadi pilihan Raffles sebagai basis perdagangan Inggris di belahan timur. Singapura kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan yang menarik minat Muslim Melayu di sekitarnya dan juga pedagang-pedagang Muslim Arab dan India untuk bermigran ke Singapura. Sejak itulah, awal abad 19, proses pembentukan peradaban Islam di Singapura berlangsung sampai sekarang.

3. Dengan dimotori oleh migran Arab dan India, juga dukungan Muslim Melayu, Islam berkembang di Singapura membangun citra dirinya. Seiring dengan perjalan sejarahnya, komunitas Muslim memainkan peran dalam perkembangan pembaharuan Islam di kawasan Asia Tenggara. Tercatat penerbitan majalah dan buku yang memiliki muatan refomis dipublikasikan dari Singapura.

4. Bersamaan dengan itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam melaksanakan ajaran Islam, Muslim Singapura telah mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan sejumlah kelembagaan Muslimnya, yang dewasa ini kita kenal seperti AMLA dan MUIS. Di bawah MUIS itulah dikoordinasikan berbagai kelembagaan yang menunjang kelangsungan kehidupan umat Islam Singapura. 5. Sebagai kelompok minoritas, tentu ada pilihan-pilihan nyata yang dihadapi Muslim Singapura. Dalam hal ini nampaknya umat Islam Singapura lebih mengambil sikap dan pilihan yang adaptasionis dan kerjasama ketimbang melepaskan diri dari ikatan nasional Singapura.

10

Anda mungkin juga menyukai