Anda di halaman 1dari 10

KEBERADAAN TARI TOPENG CIREBON

Topeng Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkan sistem kepercayaan
Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Paham kepercayaan asli, di mana pun di
Indonesia, dalam hal penciptaan, adalah emanasi. Paham emanasi ini diperkaya dengan
kepercayaan Hindu dan Budha. Paham emanasi tidak membedakan Pencipta dan ciptaan,
karena ciptaan adalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal.
Mimi Rasinah (80), mestro topeng Cirebon, sudah lebih dua tahun mengalami lumpuh
sebelah tubuhnya akibat stroke dan kini hanya terbaring lemah di rumahnya di Desa
Pekandangan, Kecamatan Indramayu.
Rasinah adalah “mutiara kehidupan” yang sebelumnya kurang dikenal orang selain
sebagai penari lokal. Sampai kemudian, Endo Suanda dan Toto Amsar dari Masyarakat
Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI) memberi perhatian kepadanya begitu mendapat
informasi mengenai keberadaan seniwati ini dari seseorang. Sejak itulah ia mulai dikenal
di panggung- panggung pertunjukan besar, berpentas di Jakarta, Bandung, bahkan Jepang
dan Inggris.
”Mimi Rasinah sangat perlu uluran tangan dermawan karena sudah tidak punya apa-apa
lagi. Satu-satunya yang bisa dilakukan untuk dapat uang adalah dengan melelang topeng
dan benda-benda pusaka milik Mimi,” kata Ade Jayana (27), suami Erli Rasiah (22), cucu
Mimi Rasinah kepada wartawan di Indramayu, Selasa (19/2).
Ia mengungkapkan, Mimi menghabiskan hidupnya demi pengembangan tari topeng,
bahkan saat terkena stroke pertama Desember tahun 2006, juga disebbkan karena
kelelahan setelah pulang mengajar tari topeng di salah satu SMA di Indramayu.
”Karena kekelahan, Mimi terjatuh setelah mengambil air wudlu. Sampai sekarang, sudah
dua tahun hanya berbaring saja,” kata Ade, lulusan STSI Bandung.
Mimi Rasinah yang lahir di Indramayu 3 Februari 1930 itu sekarang merupakan satu-
satunya maestro topeng yang tersisa setelah wafatnya Sawitri, maestro topeng asal
Losari, Cirebon, tahun 1999. Beberapa kali melihat Rasinah menari, tetap saja tergetar
melihat aliran tenaga lewat gerakan dan getaran tubuhnya, yang mungkin memang
merupakan seluruh eksistensi hidupnya, karena seperti dikatakannya sendiri, “Daripada
berhenti menari lebih baik mati.”
Saat ini tari topeng tidak lagi menjadi seni pertunjukan pada acara hajatan seperti
pernikahan atau sunatan karena perannya sudah tergeser oleh organ tunggal yang
dianggap lebih modern. (ant)

Tari Topeng Cirebon Terancam Punah

Kesenian tari topeng di Cirebon sulit berkembang karena hanya ditampilkan pada waktu
tertentu saja. Akibatnya minat dan pengetahuan masyarakat terhadap tari topeng semakin
berkurang. Apabila hal ini terus terjadi, dikhawatirkan tari topeng Cirebon segera punah.
Menurut Inu Kertapati, pelaku seni tari topeng, tari topeng muncul hanya pada saat ada
kejuaraan dan acara yang diselenggarakan pihak Kasultanan di Cirebon. Biaya yang
mahal dan adanya kesenian lain yang lebih modern membuat masyarakat mulai
meninggalkan tari topeng Cirebon. Masyarakat lebih tertarik dengan organ tunggal dan
dangdut, kata Inu. Selain itu, tari topeng hingga saat ini masih dianggap sebagian
masyarakat sebagai tarian rakyat dan hanya untuk rakyat. Padahal, berdasarkan
perjalanan dan pengalaman pentas Inu di luar negeri, tari topeng Cirebon menjadi salah
satu tarian unik dunia, baik bentuk topeng maupun tariannya. Selain masyarakat yang
kurang peduli, para pelaku seni tari topeng di Cirebon saat ini masih berjalan sendiri-
sendiri. Akibatnya, pelaku seni itu tidak mengetahui apa yang masih harus diperbaiki.
Semua merasa puas dengan apa yang didapat. Padahal, apabila dibandingkan dengan
tarian daerah lain, perkembangan tari topeng masih jauh tertinggal. (d01)

Maestro Tari Topeng Menderita Lumpuh

Cirebon (ANTARA News) - Mimi Rasinah (80), mestro topeng Cirebon, sudah lebih dua
tahun mengalami lumpuh sebelah tubuhnya akibat stroke dan kini hanya terbaring lemah
di rumahnya di Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu.
"Mimi Rasinah sangat perlu uluran tangan dermawan karena sudah tidak punya apa-apa
lagi. Satu-satunya yang bisa dilakukan untuk dapat uang adalah dengan melelang topeng
dan benda-benda pusaka milik Mimi," kata Ade Jayana (27), suami Erli Rasiah (22), cucu
Mimi Rasinah kepada wartawan di Indramayu, Selasa.

Ia mengungkapkan, Mimi menghabiskan hidupnya demi pengembangan tari topeng,


bahkan saat terkena stroke pertama Desember tahun 2006, juga disebebkan karena
kelelahan setelah pulang mengajar tari topeng di salah satu SMA di Indramayu.

"Karena kekelahan, Mimi terjatuh setelah mengambil air wudlu. Sampai sekarang, sudah
dua tahun hanya berbaring saja," kata Ade, lulusan STSI Bandung.

Selanjutnya Erli menjelaskan, saat ini dia meneruskan kegiatan latihan tari topeng di
sanggar tari "Mimi Rasinah" di rumahnya di Ds Pekandangan, Kec Indramayu.

"Mimi minta latihan tari terus jalan, dan banyak murid yang masih terus berlatih sampai
sekarang," katanya.

Ia juga mengungkapkan, dirinya menunggu janji Pemkab Indramayu untuk mengganti


biaya penampilan Grup Tari Topeng Mimi Rasinah di Gedung Sangkuriang Bandung
pertengahan Januari 2008 lalu, karena saat itu biaya ditanggung oleh keluarganya.

"Saat itu saya tampil mewakili Indramayu. Biaya kami tanggung dulu, soalnya Pemkab
janji akan mengganti biaya pementasan. Namun sampai sekarang belum ada kejelasan,
padahal kami sangat membutuhkan uang," katanya.

Karena terdesak kebutuhan obat-obatan itu, dua topeng kebanggaan Mimi Rasinah yaitu
Topeng Kelana Dursasana dan Topeng Kelana Gandrung, akan dilelang untuk
mendapatkan uang.

"Mimi juga akan melelang dua uang benggol warisan dari ayahnya yang dulu sempat
ditawar orang eropa sampai Rp 10 juta," katanya yang berharap ada uluran tangan dari
Pemerintah.

Mimi rasinah sejak tahun 1990 sudah berkelana untuk pentas tari topeng ke luar negeri
antara lain di Jepang, Belanda dan sejumlah negara lainnya.

Mimi Rasinah yang lahir di Indramayu 3 Februari 1930 itu sekarang merupakan satu-
satunya maestro topeng yang tersisa setelah wafatnya Sawitri, maestro topeng asal
Losari, Cirebon, tahun 1999.

Sejak kecil Mimi Rasinah sudah menggeluti tari topeng yang diajarkan oleh ayahnya, dan
keseriusan Mimi Rasinah dalam menggeluti kesenian ini dibuktikan dengan profesinya
sebagai penari topeng yang tetap mempertahankan tradisionalitas, sehingga banyak yang
menyebutnya klasik.

Di seputar Cirebon, karakter tari topeng mempunyai macam dan bentuknya, seperti
wilayah Timur Cirebon tepatnya di Desa Astanalanggar dengan tokohnya Dewi dan
Sawitri yang dua-duanya sudah wafat.

Di sebelah Barat terdapat di Palimanan, Cirebon dengan tokohnya Wentar, Koncar, Ami,
Dasih dan Suji. Juga di Desa Slangit, Klangenan, Kabupaten Cirebon ada juga maestro
yang dulu berjaya antara lain Sutejo, Suparta, Sujaya, Sujana, dan Keni.

Saat ini tari topeng tidak lagi menjadi seni pertunjukan pada acara hajatan seperti
pernikahan atau sunatan karena perannya sudah tergeser oleh organ tunggal yang
dianggap lebih moderen.(*)

COPYRIGHT © 2008

Ketentuan Penggunaan

Versi Cetak Beritahu Teman Beri Komentar


Berlangganan berita ANTARA via email gratis!

Komentar Pembaca

tombro tekourip@yahoo.com 01/03/08 22:22

Di malang juga ada. 2 Maestro topeng yang satu lumpuh dan yang satu strok. ini pun
juga tdk mendapat perhatian dari pemerintah.Bahkan dia akan menjual sanggar tarinya
beserta tanah

Berita Sebelumnya

• Dewa 19 Belum Siap Kembali ke Dapur Rekaman


• Saksi Akui Roy Marten Tidak "Nyabu"
• Law, Depp dan Ferrel Gantikan Ledger Teruskan Film Yang Belum Rampung

Tentang Kami | Ketentuan Penggunaan | RSS Feed


Copyright © 2008 ANTARA

Tari Topeng Dipentaskan Kembali di Keraton

Cirebon, Kompas - Tari topeng, yang menjadi tarian khas keraton sejak abad XIV,
dipentaskan kembali di keraton setelah bertahun-tahun hilang dari keraton. Pementasan
tari topeng kacirebonan dilakukan Sanggar Tari Sekar Pandan, Cirebon, Sabtu (5/7)
malam, di bangsal tamu keraton.

Penampilan tari topeng malam itu berkolaborasi "satu panggung" dengan sejumlah tarian
Jawa klasik yang dibawakan Sanggar Tari Jawa Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta,
pimpinan Ishadi SK.

Pementasan tari-tari klasik cukup menghibur sekitar 500 warga Cirebon, termasuk Sultan
Kacirebonan Ke-9 Abdul Gani dan keluarganya.

Di awal acara, pergelaran tari topeng samba menggambarkan kelincahan masa kecil yang
diperagakan lima gadis remaja, cukup menghidupkan suasana.

Selain tari topeng samba dan topeng kelana, malam itu digelar juga tari cublak-cublak
suweng, tari bondan, tari sekar puri, tari sukoretno, dan tari Minakjinggo-Damarwulan.

Menurut Ishadi SK, tari Jawa klasik sudah jarang dipentaskan secara umum. "Kalaupun
itu dipertunjukkan, dibutuhkan dana puluhan juta rupiah. Persoalannya, tidak ada pihak
yang mau mensponsori. Saya sudah menawarkan proposal ke pihak swasta, tapi mereka
enggan," kata Ishadi yang membawa rombongan tari dari Jakarta ke Cirebon.

Tergeser arus
Tepuk tangan panjang kerap mengiringi para penari saat meninggalkan arena. Tak jarang
tepuk tangan diberikan di tengah babak saat para penari menampilkan gerakan
improvisasi tariannya.

Seperti terlihat pada pementasan tari topeng kelana. Begitu Sang Kelana menuju sudut
bangsal dan menaiki seseorang dan terus menari di atas pundak, penonton bersorak-
sorak.

Pemangku adat Keraton Kacirebonan Bambang Irianto menyebut dahaganya masyarakat


atas pementasan kesenian seiring menghilangnya kesenian keraton. Menurut Bambang,
Keraton Kacirebonan memiliki 70 jenis kesenian, tetapi yang tersisa tinggal 20 jenis.
"Sekarang kami membina kembali kesenian yang hilang itu seperti topeng dan debus
khas Cirebon," katanya.

Tergesernya kesenian tradisional tak lepas dari pengaruh modernitas dunia. Ketika
masyarakat mulai berpaling pada perangkat elektronik, seperti VCD dan organ tunggal
dipadukan dengan lagu-lagu dangdut yang dihiasi goyangan-goyangan hebat, kesenian
klasik turut terkikis.

Pergelaran wayang kulit di desa-desa ikut tenggelam dengan arus ini. Sekarang nyaris
tidak ada lagi pergelaran kesenian menyambut penanaman dan panen padi. Acara sedekah
bumi, semacam syukuran masyarakat kepada Tuhan, juga hampir punah.

Pembina Sanggar Tari Sekar Pandan Keraton Kacirebonan Tommy Dendabrata


mengatakan, tidak banyak orang yang mau berkesenian secara total, apalagi untuk
kesenian tradisional. (zal)

Topeng-topeng Rasinah
Sujarwo
TOPENG, menurut seorang seniman dari Cirebon, Marsita, berasal dari kata taweng
yang berarti tertutup atau menutupi. Sedangkan pendapat umum, topeng mengandung
pengertian sebagai penutup muka atau kedok. Atas dasar ini, tari topeng merupakan seni
tari tradisional yang secara spesifik menonjolkan penggunaan penutup muka berupa
topeng atau kedok oleh para penari saat pentas.

Banyak tulisan tentang kesamaan dan perbedaan seni tari topeng di daerah-daerah yang
memiliki produk budaya tari topeng, termasuk jenis topengnya. Di Cirebon, dikutip dari
berbagai sumber, jumlah topeng atau kedok dalam seni pentas tradisional ini ada
sembilan.

Yaitu Panji, Samba atau Pamindo, Rumyang, Tumenggung atau Patih, Kelana atau
Rahwana, Pentul, Nyo atau Semblep, Jinggananom dan Aki-aki.

Dari kesembilan itu, yang dijadikan sebagai topeng/kedok pokok hanya lima buah, yaitu
Panji, Samba atau Pamindo, Rumyang, Tumenggung dan Kelana. Sedangkan empat
kedok lainnya hanya digunakan apabila dibuat cerita atau lakon seperti cerita Jaka
Blowo, Panji Blowo, Panji Gandrung dan lainnya.

Beragam pula makna seni tari topeng. Di Cirebon, misalnya, mempunyai arti simbolik
dan penuh pesan-pesan terselubung, baik dari jumlah kedok, warna kedok, jumlah
gamelan pengiring dan lain sebagainya. Ini merupakan upaya para Wali dalam
menyebarkan agama Islam dengan menggunakann kesenian Tari Topeng setelah media
dakwah.
Di daerah tetangganya, Indramayu, konon pada zaman Sunan Kalijaga, tari Topeng
menjadi alat penyebaran agama Islam di Indramayu. Tiap orang yang menonton
pertunjukan tari topeng wajib mengucapkan syahadad. Seiring berjalannya waktu tari
topeng sering dianggap kuno, dan sebagian masyarakat menjadi malu untuk
mementaskannya.

Di sinilah arti penting sosok Mimi Rasinah bagi warga Indramayu khususnya, dan para
pencinta dan pemerhati seni tari topeng umumnya.

Tapi Rasinah sekarang sudah 78 tahun lebih. Ia tak mungkin lagi menari dengan gaya
khasnya, atraktif, di panggung. Apalagi sekarang ia lumpuh di bagian tangan dan kaki
kirinya setelah terserang stroke dua tahun lalu. Setelah Rasinah, belum tampak jelas para
calon maestro tari topeng Indramayu sekelasnya.

Kondisi itu cukup mengkhawatirkan banyak pihak. Rhoda Grauer, salah satunya, yang
kemudian membuat film dokumenter berjudul RASINAH: The Enchanted Mask. Film ini
bukan hanya mengisahkan tradisi tari Topeng, namun juga mengangkat sisi sejarah si
pelaku yaitu Rasinah dan kerabatnya. Dalam film ini antara lain terekam, bahwa Topeng
Kelana Udeng sudah puluhan tahun menemani Mimi tampil di sejumlah pentas nasional
maupun internasional.

Ketika masih sehat, Mimi Rasinah pernah mengemukakan, di antara lima karakter topeng
yang membanggakan dirinya ialah Kelana Udeng.
Topeng yang merupakan simbol agresivitas yang biasanya ditunjukkan dengan
kelincahan gerak tari.
Tentunya, Rasinah kini tidak lagi lincah seperti simbol Topeng Kelana Udeng. Ia pun tak
lagi bisa bersembunyi di balik topeng-topengnya untuk menutupi keadaannya yang serba-
kekurangan.
Apalagi setelah ia, sebelum mendapat perhatian pihak yang peduli, berniat menjual
topeng-topengnya untuk berobat. (*)

Anda mungkin juga menyukai