Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar disebut sebagai pembelajaran. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Penilaian merupakan salah satu komponen yang harus terlaksana dengan baik agar pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan penilaian diperlukan seperangkat instrumen yang dapat digunakan untuk memotret kemampuan siswa terhadap pembelajaran yang telah atau sedang dilaksanakan. Guru berperan penting dalam memilih alat dan sistem pelaksanaa penilaian di kelas Jenis penilaian yang sering dilaksanakan guru setelah pembelajaran dalam satu kompetensi dasar di kelas berupa ulangan harian. Dalam satu semester ulangan harian dilaksanakan 3-4 kali. Sistem pelaksanaan secara klasikal dan serentak. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah pelaksanaan ulangan harian. Pelaksanaan penilaian dengan cara tersebut tidak dapat mengetahui hasil belajar siswa secara bertahap sebelum dilakukan ulangan harian. Ketidaktahuan siswa terhadap sejauh mana kompetensi yang telah diperoleh berdampak pada hasil ulangan hariannya. Hal ini merugikan bagi siswa dan guru. Kerugian yang dialami siswa berupa tidak dicapainya nilai ulangan harian minimal sama dengan KKM yang telah ditetapkan. Kerugian

bagi guru, jika jumlah siswa yang nilainya kurang dari KKM lebih dari 15% maka diwajibkan melaksanakan remidial teaching, sangat menyita banyak waktu, dan mengganggu pembelajaran pada kompetensi dasar berikutnya. Keadaan ini sangat dirasakan oleh guru yang mengajar di sekolah yang sebagian besar siswanya berkemampuan rendah. Berdasarkan data kurikulum SMP N 3 Kalikajar, Kabupaten Wonosobo nilai ulangan harian pada semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 sebagai berikut : Persen KKM No. Ulangan Harian ke1 2 3 4 1 2 3 4 75 75 75 75 KKM Kelas 8 Nilai ratarata 76 78 75 75 tercapai dan terlampaui 75% 80% 78%

Sumber : Arsip Kurikulum SMP N 3 Kalikajar, Wonosobo Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mata pelajaran Fisika di SMP N 3 Kalikajar masih rendah, di bawah 75%. Salah satu penyebab belum berhasilnya pembelajaran Fisika tersebut salah satunya instrumen penilaian dan teknik penilaian. Guru belum melaksanakan pengecekan sejauh mana penguasaan materi ajar dapat dikuasai oleh siswa. Pengecekkan penguasaan materi ajar dapat dilaksanakan oleh guru atau siswa secara mandiri sebelum pelaksanaan ulangan harian, terutama bagi siswa yang kemampuannya rendah. Dengan demikian bagi siswa yang

kemampuannya rendah sudah dapat melaksanakan refleksi diri terhadap hasil pembelajarannya. Selain faktor eksternal, kemampuan siswa melakukan pengecekan hasil belajarnya sendiri sangat mempengaruhi hasil pembelajarannya. Kenyataanya sebagian besar siswa berkemampuan rendah (lower

achievement) belajarnya lebih singkat dengan pengulangan yang minimalis. Berbeda dengan siswa berkemampuan tinggi (upper achievement) sebagian besar dari mereka belajarnya tidak sekedar membaca tetapi melakukan pengecekan selama proses belajarnya, dengan berbagai cara seperti mencoba mengungkapkan kembali yang telah dibaca dengan peta konsep, membuat ringkasan, membuat soal sendiri dijawab sendiri, dan sebaginya. Guru yang memahami karakteristik siswa berkemampuan rendah dituntut untuk dapat mengubahnya menjadi siswa berkemampuan tinggi. Pelaksanaan perubahan selain dengan cara pembelajaran efektif juga dapat dengan menyediakan instrumen yang dapat membimbing siswa melakukan pengecekan hasil belajarnya secara berkelanjutan. Self assesment ( Klenowskis 1995: dalam Ross.2006:1) merupakan bentuk evaluasi dari sebuah keberhasilan seseorang, dan bentuk identifiksi kekuatan dan kelemahannya dalam rangka meningkatkan hasil belajar. Pendapat ini memperkuat asumsi bahwa self assessment dapat mengikat

siswa dalam menilai pekerjaannya sendiri sehingga dapat meningkatkan minat dan perhatiaan siswa. Namun demikian self assessment murni bagi siswa berkemampuan rendah dapat menjadi beban yang dapat merusak

motivasi belajar, bahkan bisa tidak berfungsi sama sekali. Agar berfungsi secara efektif struktur instrumen self assessment dibuat dengan berbagai variasi mulai dari soal mudah kemudian lebih sulit dan seterusnya dengan harapan bisa menuntun cara berfikir siswa. Instrumen akan menjadi tidak bermakna jika cara penggunaan istrumen tidak diperhatikan oleh guru dan siswa. Oleh karena itu selain struktur, diperlukan teknik pengendaliannya. Teknik pengendalian berkelanjutan. Penyebab tidak dilakukan penilaian berkelanjutan sebelum ulangan harian karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru. Pemantauan terhadap siswa dilaksanakan secara umum dan belum menggunakan instrumen yang dapat mengukur kemajuan siswa secara berkesinambungan. Beban kerja minimal 24 jam tatap muka dalam satu minggu, target kurikulum yang harus diselesaikan dalam satu tahun, serta rata-rata jumlah siswa dalam satu kelas yang melebihi standar memungkinkan guru hanya melaksanakan ulangan harian saja. Oleh karena itu perlu merencanakan instrumen penilaian berkelanjutan yang dapat membantu siswa untuk menuju ulangan harian. Harapannya jika proses tersebut terlaksana dengan baik maka penguasaan kompetensi siswa diketahui guru secara berkelanjutan dan berdampak pada ketuntasan ulangan harian di akhir pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan self assessment terbimbing secara berkelanjutan dalam satu pelaksanaan pembelajaran. Instrumen dan teknik pelaksanaan self assessment terbimbing yang akan yang digunakan dengan bimbingan guru secara

dikembangkan diharapkan dapat digunakan oleh siswa secara madiri di luar jam pembelajaran maupun di dalam pembelajaran.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Kompetensi dasar 6.3 tentang Cahaya merupakan kompetensi yang sangat kompleks untuk dipahami oleh siswa kelas 8. Cakupan materi yang sangat luas, konsep yang abstrak sangat sulit dijelaskan tanpa dilaksanakan praktikum, serta banyaknya rumusan matematik yang digunakan untuk menjelaskan teori. Pembelajaran pada kompetensi ini memerlukan

keterampilan guru dalam memilih bahan ajar, strategi dan model pembelajarannya, serta penilaian yang akan digunakan. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam waktu 15 tahun bahwa perolehan hasil belajar pada kompetensi 6.3 tentang cahaya cenderung rendah. Penelitiaan terdahulu pada kompetensi ini sebagian besar mengembangkan model dan media pembelajaran, serta perangkat

pembelajaran yang meliputi alat, buku pegangan, lembar kerja. Penelitian terhadap pengukuran hasil belajar pada kompetensi 6.3 belum banyak diteliti. Pada sekolah dengan standar pelayanan minimal, siswa dalam satu kelas mempuyai kemampuan yang heterogen. Jika perbedaan kemampuan ini tidak diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran maupun pelaksanaan penilaian maka bagi siswa yang kemampuannya rendah tidak mampu menyesuaikan dengan teman satu kelas yang kemampuannya sedang dan tinggi. Dampaknya ketika dilakukan pengukuran hasil belajar melalui

ulangan harian siswa memperoleh nilai yang sebagian besar berada di bawah KKM. 1.3. RUMUSAN MASALAH 1.3.1 Bagaimana bentuk instrumen pengembangan self assessment

terbimbing (pada standar kompetensi 6.3 : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya terhadap berbagai bentuk cermin dan lensa)? 1.3.2 Bagaimana validitas dan reliabilitas instrumen self assessment yang dikembangkan? 1.3.3 Bagaimana tingkat kepraktisan instrumen self assessment terbimbing yang dihasilkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa

berkemampuan rendah ? 1.3.4 Bagaimana efektifitas instrument self assessment terbimbing bagi siswa berkemampuan rendah?

1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1 Menemukan bentuk instrumen pengembangan self assessment terbimbing (pada standar kompetensi 6.3 : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya terhadap berbagai bentuk cermin dan lensa) 1.4.2 Menghitung validitas dan reliabilitas instrumen self assessment yang dikembangkan? 1.4.3 Mengetahui tingkat kepraktisan instrumen self assessment terbimbing yang dihasilkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa

berkemampuan rendah ?

1.4.4 Mengetahui efektifitas instrument self assessment terbimbing bagi siswa berkemampuan rendah?

1.5. MANFAAT PENELITIAN 1.5.1 Memperoleh instrument penilaian self assessment terbimbing untuk siswa yang berkemampuan rendah pada sekolah menengah pertama. 1.5.2 Meningkatkan jumlah siswa yang tuntas belajar dalam pembelajaran standar kompetensi 6.3

Anda mungkin juga menyukai