Anda di halaman 1dari 16

Implementasi CSR : Pemberdayaan Masyarakat Adat di Provinsi Riau

Oleh : Prof. Dr. Sunarmi, SH.M.Hum

Aktivitas korporasi berdampak terhadap kualitas kehidupan manusia baik itu terhadap individu, masyarakat, dan seluruh kehidupan. Terjadinya deforestasi, pemanasan global, pencemaran lingkungan, kemiskinan, kebodohan, penyebaran penyakit menular, akses hidup dan air bersih, berlangsung terus menerus.

Akhinya muncul wacana tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR yang menekankan bahwa tanggungjawab perusahaan bukan lagi mencari profit semata-mata, melainkan juga tanggungjawab sosial dan lingkungan. Dasar pemikirannya, ketergantungan pada kesehatan finansial tidaklah menjamin perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Reponsibility) diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan.

CSR merubah paradigma industri dan korporasi yang semula hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), ke arah keuangan, sosial, dan aspek lingkungan disebut (Triple bottom line) yaitu profit, people dan planet (3P).

CSR dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas.

Sejalan dengan munculnya kesadaran pentingnya CSR, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah mulai mengimplementasikan CSR dalam aktivitas bisnisnya. Manajemen perusahaan menyadari perlunya memberikan kontribusi sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada publik yang memerlukannya. Tanggung jawab dan kewajiban moral tidak hanya kepada shareholder tetapi juga kepada stakeholder pada umumnya.

Konsep Piramida CSR dari Archie B. Carrol memberi justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR yaitu : 1. Tanggungjawab ekonomis (make a profit). 2. Tanggungjawab legal (obey the law). 3. Tanggungjawab etis (be ethical). 4. Tanggungjawab filantropis (be a good citizen). perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility.

Di Indonesia, CSR telah memiliki landasan hukum dalam beberapa undang-undang yaitu : 1. UUPT No. 40 Tahun 2007 tentang PT; 2. PP No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. 3. UUPM No. 25 Tahun 2007 tentang PM; 4. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Pasal 13 ayat 3 (p), Undang-undang No 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi; 6. UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN 7. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 9; 8. Keputusan Ketua Bapepam No. kep- 38/PM/1996

peraturan No. VIII.G.2;

Secara singkat program CSR bermanfaat untuk : 1. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and market share) 2. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strengthened and brand positioning) 3. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (Enchaned Corporate Image and Cloud) 4. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan mempertahankan karyawan (Increased ability to attract, motivate and retain employes) 5. Menurunkan biaya operasional perusahaan (Decreasing operating cost) 6. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan (investors and financial analysts).

Kelemahan CSR yaitu : 1. multi interpretasi terhadap CSR baik arti maupun bentuk implementasinya. Konsekuensinya adalah skema CSR yang hanyalah merupakan rangkaian pernyataan atau prinsip yang bersifat kabur, tak mampu menjadi panduan dalam situasi konkret. 2. CSR belum berfungsi sebagai mekanisme penyelesaian berbagai masalah sosial dan lingkungan yang mencuat sebagai dampak kinerja bisnis. 3. Masih minimnya infrastruktuktur pendukung aktifitas CSR di Indonesia.

CSR adalah konsep moral dan etis yang berciri umum, oleh karena itu sebaiknya implementasinya harus dialirkan ke dalam program-program kongkrit. Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah Pengembangan Masyarakat atau Community Development (CD). Kegiatan CD yang relevan adalah program yang didedikasikan pada peningkatan pendapatan (ekonomi) atau kesejahteraan masyarakat, masalah-masalah ketenagakerjaan, peningkatan pendidikan, kesehatan masyarakat, penguatan kelembagaan lokal serta tersedianya basic infrastruktur yang memadai.

Perkembangan perkebunan sawit di Provinsi Riau berkembang cepat disebabkan meningkatnya kebutuhan dunia atas produk turunan yang berasal dari Crude Palm Oil (CPO) yang berdampak pada terjadinya alih fungsi lahan dalam jumlah yang besar. Alih fungsi lahan dan hutan terjadi meluas, khususnya lahan gambut . Sejalan dengan itu, masyarakat lokal kurang siap dengan perkembangan yang ada sehingga berpotensi menimbulkan kerawanan dan konflik sosial. Konflik sosial yang timbul dapat bersumber dari berbagai sebab, antara lain : (1) alih hak atas tanah yang kurang didukung oleh klarifikasi pembebasan lahan dan hak hukum atas lahan baik antara masyarakat sendiri, maupun dengan pihak perusahaan perkebunan besar dan pemerintah, (2) alih fungsi lahan yang kurang disertai kejelasan atas hak atas tanah, (3) kesenjangan akses ekonomi antara masyarakat lokal dengan pendatang serta dengan perusahaan perkebunan.

Untuk mengatasi berbagai konflik yang ada, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan pemberdayaan masyarakat lokal melalui program CSR. Pemberdayaan masyarakat lokal dan jaminan hakhak masyarakat adat disekitar daerah operasional perusahaan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai perintah Undang-undang. Idealnya tanpa adanya protes dan kewajiban kontrak, perusahaan seharusnya memberdayakan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Secara filantropi perusahaan seharusnya meredistribusi keuntungannya setelah mereka memanfaatkan resources di lokasi di mana masyarakat berada.

Kelemahan Implementasi program-program CSR : 1. Kurang melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah. Program direalisasi tanpa dilakukan need assessment yang melibatkan masyarakat. 2. Program tidak dirancang secara sistematis dalam jangka waktu yang panjang dengan kejelasan capaian yang jelas. Tujuan jangka pendek pemberdayaan sebaiknya jelas (spesific), terukur (measurable), sederhana (relistic), sehingga merupakan kondisi yang mendorong minat masyarakat untuk mewujudkannya (achievable) dalam waktu tertentu. 3. Implementasinya secara parsial, terpisah satu sama lain. Kerangka kerja dan mekanisme pengelolaan program tidak berbasis pada kepentingan masyarakat menyebabkan program yang diciptakan tidak mewakili kebutuhan masyarakat. Saat ini realisasi program lebih berorientasi pada kegiatankegiatan derma berupa pendirian infrastruktur fisik dalam bentuk pembagunan fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana air bersih, olah raga, dan tempat peribadatan.

Program CSR sebaiknya: 1. Didasarkan pada kebutuhan riil (real-needs) yang secara dialogis dikomunikasikan dengan masyarakat, pemerintah, perusahaan, masyarakat/LSM dan akademisi/peneliti. 2. Menghargai lokal (valuing the local) berupa pengetahuan lokal, nilai-nilai, keyakinan, ketrampilan, proses dan sumber daya suatu masyarakat. Mengadopsi kearifan lokal yang ada dengan membiarkan masyarakat mengelola lahannya sesuai dengan cara mereka selama ini dan memberikan akses yang sebesar-besarnya terhadap sumber-sumber produksi rakyat seperti, air, tanah, lahan pertanian, modal, teknologi, jalur distribusi dan infrastruktur pendukung lainnya merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dan bermanfaat langsung bagi masyarakat lokal.

Anda mungkin juga menyukai