Anda di halaman 1dari 8

BAB II PEMBAHASAN 2.

1 Pengertian Diare Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata Diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through),merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpi dan sekresi. Diare sering didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair sebanyak 3 kali perhari.24,25UKK Gasto-hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak atau bahkan cair. 2.2 Penyebab Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor yaitu : 1. Faktor Infeksi a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak 1) 2) 3) 4) 5) Infeksi bakteri : Vibrio, Escherechia Coli, Salmonella, Shigella, Yersina Infeksi Virus : Enterovirus Infeksiparasit : cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongiloides) Infeksi protozoa : Entamoeba histolytica,Giardia lambia, Thricomonas hominis Infeksi jamur : Candida albican b. Infeksi Parenterial yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi atau anak dibawah tiga tahun. Makanan dan miniman yang terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (AzrulAzwar,1989). Adapun sumber-sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui air, makanan, minuman, tanah, tangan dan alat yang digunakan secara pribadi. Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk menjadi bentuk kista. Kista ini akan keluar bersama faeces dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang air besar sembarangan

akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap pada makanan, maka akan terjadi kontaminasi (DepkesRI,1991). 2. Faktor Malabsorbsi Faktor mal absorbs ini meliputi : a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleranslaktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransiglukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terserang ialah intoleransi laktosa b. Malabsorbsi lemak c. Malabsorbsi protein 3. Faktor makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan 4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang tetapi menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

2.3 Distribusi Diare Diare masih menyumbang lebih dari 2 juta kematian setiap tahunnya dan berhubungan dengan gangguan perkembangan fisik dan kognitif terbatas sumber daya negara.Sebagian besar kematian karena diare terjadi di daerah miskin, hampir 90 persen dari mereka di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan. Menurut prevalensi yang didapat dari berbagai sumber, salah satunya dari hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada Tahun 2007, penderita diare di Indonesia berasal dari semua umur, tetapi prevalensi tertinggi penyakit diare diderita oleh balita dan disusul oleh lansia yang berusia lebih dari 75 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi antara penderita dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir sama. Masyarakat yang menderita diare dapat berasal dari berbagai jenis status sosial ekonomi dan berbagai pekerjaan, namun, prevalensi tertinggi penyakit ini diderita oleh masyarakat yang tidak bekerja dan masyarakat yang bekerja sebagai petani, nelayan, atau buruh. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas )tahun 2007 menunjukkan prevalens nasional diare(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dankeluhan responden) adalah 9%. Ada 14 provinsiyang prevalensinya di atas prevalens nasional,tertinggi adalah Provinsi Nanggroe AcehDarussalam (18,9%) dan terendah adalah ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusiberdasarkan kelompok umur, prevalens diaretertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%. Prevalens diare 13% lebih banyak terdapat didaerah perdesaan dibandingkan dengan daerahperkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebabkematian karena diare dengan proporsi

kematianuntuk seluruh kelompok umur sebesar 3,5%,berada dalam urutan 13 dari 22 penyebabkematian baik penyakit menular atau pun penyakittidak menular. Jika

dikelompokkan berdasarkankelompok penyakit menular maka proporsikematian karena diare adalah sebesar 13,2% yangberada pada urutan ke 4 dari 10 penyebabkematian. Penyebab kematian karena diaretertinggi pada kelompok usia 29 hari - 11 bulan(31,4%) dan usia 1-4 tahun (25,2%). Selamatahun 2008 dilaporkan telah terjadi KLB diarepada 15 provinsi dengan jumlah penderitasebanyak 8.443 orang, meninggal 209 orang(Case Fatality Rate/CFR = 2,48%). Dari datadatatersebut di atas; tampak bahwa diare, baikyang disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa;masih merupakan masalah kesehatan masyarakatutama yang perlu penanganan dan kajian dariberbagai aspek. Penyebab kesakitan dan kematianakibat diare di lndonesia tidak dapat diketahuisecara spesifik apakah disebabkan oleh virus,bakteri atau protozoa. Hal ini dikarenakan,sebagian besar diagnosis yang dilakukan olehtenaga medis tidak berbasiskan hasil pemeriksaanlaboratorium tetapi hanya berdasarkan diagnosisklinis. Diketahuinya dengan pasti prevalenspenyebab diare oleh protozoa adalah dari hasilpenelitian atau hasil pemeriksaan laboratoriumpara penderita rawat inap di rumah sakit. Berikut data prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2007

Berdasarkan data tersebebut di atas, Prevalensi nasional Diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhanresponden) adalah 9,00%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Diare diatasprevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, JawaBarat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, KalimantanSelatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.

Bila dilihat per-kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Prevalensi diare menurut kelompok umur dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 Grafik Prevalensi Diare Menurut Kelompok Umur

Berdasarkan waktu. Penyakit diare termasuk dalam kategori penyakit berdasarkan siklus. Penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan dan paska banjir. Pada paska banjir, lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi media penularan penyakit diare.

2.4 Gejala Klinis dan Diagnosis Diare Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai dengan muntah-muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadangkadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007). Diare akut akibat infeksi dapat ditegakkan diagnosis etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang menyokongnya. Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dapat membantu diagnosis yaitu bentuk feses, makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi penderita, adakah orang disekitarnya yang menderita hal serupa, tempat tinggal penderita dan pekerjaan penderita tersebut. (Setiawan, 2007)

Selain menilai gejala dan tanda diagnosis ambesiasi yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bentuk trifozoid dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichom stain. Untuk screening cukup menggunakan sediaan basah dengan bahan saline dan diwarnai lugol agar terlihat lebih jelas. Selain tinja, specimen yang dapat diperiksa berasal dari enema, aspirat dan biopsy. (Hemma, 2006) Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik. Warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lender berarti ransangan atau radang dinding usus. jika lender tersebut berada dibagian luar tinja, maka lokasi iritasi yaitu diusus besar. Jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar dibagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting (Gandasoebrata, 2007).

2.5 Pencegahan Diare Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara: 1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan; 2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi; 3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain); 4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. 2.6 Sebab Prevalensi Diare Tinggi Diare merupakan pembunuh berbahaya di Provinsi Nangroe Aceh darusslam (NAD) bagi balita. Di seluruh dunia terdapat 1.9 juta balita meninggal setiap tahunnya akibat berbagai

macam gangguan diare. Menurut WHO, sekitar 2/3 di antaranya (1.3 juta) terjadi di 15 negara di Asia dan Afrika. Penduduk di negara berkembang termasuk di Indonesia diyakini rentan terkena diare karena kondisi sanitasinya dinilai buruk oleh sejumlah ahli kesehatan di seluruh dunia. Penyebab diare banyak terjadi di berbagai provinsi di Indinesia adalah karena permasalahan ini kurang mendapat perhatian selayaknya. Selain itu, kurangnya fasilitas kesehatan, kurangnya air bersih, infrastruktur kesehatan yang tidak baik, kebersihan pribadi, BAB (buang air besar) tidak pada tempatnya, tidak adanya sarana jamban yang baik, kebersihan lingkungan (lalat di mana-mana), dan para orangtua yang tidak mengetahui cara mengatasi dehidrasi juga memegang peran dalam meningkatkan angka diare.

2.7 Sebab Bayi dan Balita Lebih Rentan terhadap Diare Penyakit diare dapat menyerang siapa saja tak terkecuali pada orang dewasa, di Indonesia kasus diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan yang serius dengan angka kematian yang cukup tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun. hal ini terjadi karena anak-anak dan balita memiliki daya tahan dan kekebalan tubuh yang masih rendah sehingga sangat rentan terkena penyakit diare. Untuk anak-anak atau bayi, harus benar-benar dibersihkan faktor kebersihannya. Biasanya bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan atau mainan atau apa pun ke dalam mulutnya yang menjadi sarana penularan penyakit diare. Selain itu, pencucian botol susu yang tidak bersih menjadi sarana penularan diare lainnya 2.8 Rencana Operasinal 2.8.1 Perumusan Program Kesehatan Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan program kesehatan yaitu: 1. Meningkatkan akses sanitasi dasar: a. Program penyediaan air bersih b. Pemabangunan jamban keluarga 2. Meningkatkan fasilitas kesehatan dalam hal meningkatkan jumlah peralatan dan meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang profesional dan kompeten. 3. Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti:

cuci tangan pakai sabun (sebelum dan seseudah makan) memasak air minum buang air besar di jamban hindari makanan dan minuman yang tidak bersih

2.8.2 Pengawasan dan Pengendalian Program kesehatan yang telah diuraikan diatas dapat berjalan dengan efisien dan efektif maka dibutuhkan pengawasan dan pengendalian program. Pengawasan dapat dilakukan oleh semua pihak meliputi kader kesehatan setempat, pemerintah daerah, dan seluruh lapisan masyarakat. Pengendalian program yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Dinar, Agatha. 2009. Diagnosis Dan Patofisiologi Diare Akut Terkait Dengan Infeksi. http://agathariyadi.wordpress.com/2009/09/04/diagnosis-dan-patofisiologi-diare-akut-terkaitdengan-infeksi/ Harian Joglosemar. 2013. Anak-Anak Rentan Diare. http://edisicetak.joglosemar.co/berita/anakanak-rentan-diare-32928.html http://medicastore.com/diare/pengobatan_diare.htm Londok, Jessy. 2011. Epidemiologi Penyakit Menular + Diare. http://www.girlonthemove.biz/2011/06/epidemiologi-penyakit-menular-diare.html Metrix Community. Diare Pada Anak. http://www.metris-community.com/diarepadaanak/ Rezeki S, Sri. 2013. Diare Masih Jadi Masalah di Negara Berkembang. http://www.anakku.net/diare-masih-jadi-masalah-di-negara-berkembang.html RISKESDAS. 2007 Sptiani, Desi. 2012. Makalah Diare. http://kesehatan94.blogspot.com/2012/12/makalah-diare.html United Nations Childrens Fund (UNICEF). 2012

Anda mungkin juga menyukai