Anda di halaman 1dari 78

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch.

(COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS

MARYANA JAYANTI PASARIBU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

ABSTRAK
MARYANA JAYANTI PASARIBU. Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera : Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras. Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP dan ALI NURMANSYAH. Penyimpanan beras di gudang dalam jangka waktu yang relatif lama mengakibatkan serangan hama pasca panen selama penyimpanan. Serangan S. zeamais pada beras dapat mengakibatkan beras menjadi patah dan kebanyakan menjadi bubuk. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan populasi S. zeamais, susut berat, dan perubahan kadar air pada empat kultivar beras (IR-42, IR-64, Ketan Putih dan Ketan Hitam) selama tiga bulan penyimpanan. Populasi awal yang diinfestasikan adalah 5, 10, dan 15 pasang diinfestasikan pada masingmasing kultivar beras dengan tiga ulangan. Penyimpanan beras dilakukan pada 45, 60, dan 90 hari. Pengamatan dilakukan terhadap tingkat populasi, susut berat, dan kadar air beras. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian empat kultivar beras terhadap pertumbuhan populasi S. zeamais adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4 x 3 x 3 dengan 3 ulangan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf lima persen dengan program SAS 9.1 dan analisis regresi dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2003 untuk mengetahui hubungan populasi awal (X1) dan waktu penyimpanan (X2) dengan populasi akhir (Y). Populasi akhir pada kultivar Ketan Hitam menghasilkan rata-rata populasi akhir tertinggi dibandingkan tiga kultivar lainnya yaitu 497,48 ekor. Persentase penyusutan pada Ketan Hitam lebih tinggi dibandingkan kultivar beras lainnya. Pada populasi awal 15 pasang S.zeamais, Ketan Hitam mengalami penyusutan tertinggi yaitu sebesar 4,85% dalam waktu penyimpanan selama 90 hari. Persentase kadar air Ketan Hitam dengan tingkat populasi awal 15 pasang mengalami peningkatan sebesar 2,27% dan lebih tinggi dibandingkan beras lainnya. Pada waktu penyimpanan selama 90 hari dengan tingkat populasi pada awal infestasi sebanyak 15 pasang, diperoleh rata-rata populasi akhir tertinggi sebesar 729,84 ekor kumbang beras (S. zeamais), sementara rata-rata tingkat populasi terendah yaitu 51,25 ekor pada penyimpanan 45 hari dengan populasi awal infestasi 5 pasang. Berdasarkan hasil analisi regresi pada kultivar IR-64 diperoleh persamaan Y= 20,54X1 + 1,39X2. Jenis beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir sementara waktu penyimpanan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir. Persamaan untuk kultivar IR-42 adalah Y= 8,01X 1 + 2,80X2. Jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi akhir, namun waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Persamaan untuk kultivar Ketan Putih Y= 11,24X1 + 2,28X2. Faktor beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Sedangkan untuk kultivar Ketan Hitam persamaannya adalah Y= 11,60X1 + 3,52X2, pada persamaan ini jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir, sedangkan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan Sitophilus zeamais berbeda pada setiap kultivar beras.

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman

MARYANA JAYANTI PASARIBU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul Penelitian

: PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA : CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS Nama Mahasiswa : MARYANA JAYANTI PASARIBU NRP : A34051469

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi. NIP. 195910221985031002

Dr. Ir. Ali Nurmansyah, MSi. NIP. 196302121990021001

Diketahui Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Dadang, MSc. NIP. 196402041990021002

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1987 di Ende, Nusa Tenggara Timur. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari ibu K. Nainggolan dan bapak M. Pasaribu. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Lubuk Pakam, Sumatera Utara pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan setahun kemudian terpilih sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama menempuh kuliah, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Hama Penyakit Setahun (2008-2009), Hama dan Penyakit Benih dan Pascapanen (2008-2009), dan Dasardasar Proteksi Tanaman (2008-2009).

PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Bapa surgawi atas kasih karunia dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) Pada Empat Kultivar Beras. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1 Bapak Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, M.Si sebagai dosen pembimbing pertama, Bapak Dr. Ir. Ali Nurmansyah sebagai dosen pembimbing kedua dan Bapak Ir. Uha Suhardja Satari, MS sebagai dosen penguji atas masukan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Mama K. Nainggolan, bapak M. Pasaribu (atas dukungan doa dan materi), adik-adikku terkasih Christyanto Pasaribu, Erikson Setiawan Pasaribu, Merry Selviana Pasaribu. 3. Teman-teman DPT 42 : Bontor, Febri, Tety, Huda dan Anci atas bantuannya. 4. Abang-abangku : BDebby, BMaryo, BDodo dan anak-anak Pondok Dame lainnya atas kesediaannya untuk membantu selama masa penelitian. 5. Teman-teman Wisma Ananda : Rina dan Maria, adikku Devi dan Tetty, dan teman-teman Pondok Putri dan alumni : Roro, Tintun, Wenny, Marie dan Esther atas dukungan moral yang diberikan di saat terberatku. 6. Kepada teman terbaikku Hilman Pardede ST, M.Eng atas semua doa, jurnal, dan semangat yang pernah diberikan selama ini.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP PRAKATA DAFTAR TABEL ................................................................................ ................................................................................ .............................................................................. .............................................................................. i v vi ix x xi 1 2 2 2 3 4 6 7 7 7 7 8 8 9 9 10 1

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ PENDAHULUAN Latar Balakang Tujuan Hipotesis Manfaat ................................................................................ ................................................................................ ................................................................................ ................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa) .......................................................................... Sitophilus zeamais Motsch. ................................................................ Populasi ................................................................................ .......................................................................... BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Metode Pengembangbiakan serangga uji .............................................. Pemisahan serangga jantan dan betina (Seksing) ..................... Pelaksanaan Percobaan.............................................................. Peubah Pengamatan Perhitungan susut ...................................................................... Perhitungan persentase perubahan kadar air ..................... Rancangan Percobaan ............................................................... Analisis Data ............................................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Akhir Sitophilus zeamais ..................................................... Bahan dan Alat ................................................................................

Halaman Susut Berat Pada Empat Kultivar Beras ............................................ Perubahan Kadar Air Pada Empat Kultivar Beras.............................. Perubahan Suhu Dalam Toples........................................................... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ......................................................................................... Saran LAMPIRAN .............................................................................................. ................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 23 23 24 26 14 17 20

DAFTAR TABEL
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Teks Halaman 11 12 14 15 15 16 17 18 19

Rata-rata populasi akhir kumbang beras (S. zeamais) pada empat kultivar beras . ................................................................................ Rata-rata populasi akhir kumbang beras (S. zeamais) pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda ................... Koefisien persamaan regresi setiap jenis beras untuk populasi akhir ............................................................................................... Rata-rata susut berat empat kultivar beras pada populasi awal yang berbeda .................................................................................. Rata-rata susut berat empat kultivar beras pada waktu penyimpanan yang berbeda ............................................................ Rata-rata susut berat pada waktu penyimpanan dan populasi awal yang berbeda .................................................................................. Rata-rata perubahan kadar air beras pada populasi awal yang berbeda ........................................................................................... Rata-rata perubahan kadar air beras pada waktu penyimpanan yang berbeda .................................................................................. Rata-rata perubahan kadar air pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda ............................................................

DAFTAR GAMBAR
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. Teks Halaman 7 8 20 21 21

Perbedaan Sitophilus zeamais betina dan jantan ............................ Susunan toples penyimpanan empat kultivar beras berbagai waktu penyimpanan dan tingkat populasi Sitophilus zeamais .................. Suhu dalam toples selama 45 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal ........................... Suhu dalam toples selama 60 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal ........................... Suhu dalam toples selama 90 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal ...........................

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Teks Output Populasi akhir .................................................................... Output susut berat ........................................................................ Output kadar air ............................................................................ Uji Lanjut Populasi Akhir ............................................................ Uji Lanjut Susut Berat.................................................................... Uji Lanjut Kadar Air ..................................................................... Analisis Regresi ............................................................................. Halaman 26 31 32 36 40 52 63

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan utama sebagai sumber karbohidrat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Dewan Ketahanan Pangan diacu oleh Nainggolan (2007) tingkat konsumsi beras pada tahun 2007 adalah 139,15 kg/kap. Konsumsi ini termasuk pangan, kebutuhan industri, dan pakan ternak (Nainggolan, 2007). Penyimpanan beras di gudang dalam jangka waktu yang relatif lama mengakibatkan serangan hama pasca panen selama penyimpanan. Serangan hama pasca panen dapat menimbulkan banyak permasalahan diantaranya menurunkan kualitas bahan simpanan secara fisik, menyebabkan susut berat, perubahan kadar air serta menurunkan kandungan vitamin B dan dapat meningkatkan serat kasar, selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Ekawati, 2008). Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan hama gudang diperkirakan mencapai 26-29% (Semple 1985 dalam Ekawati, 2008). Menurut Sunjaya dan Widayanti (2006) penyebab utama kerusakan pada biji-bijian atau bahan pangan yang disimpan di daerah tropika adalah serangga. Serangga yang banyak merusak terutama dari jenis kumbang (Coleoptera). Sitophilus zeamais merupakan serangga penyimpanan yang paling penting dan banyak menimbulkan kerusakan pada bahan pangan yang disimpan di dunia. Selain menyerang jagung dalam tempat penyimpanan, kumbang ini juga menyerang beras (Purwanto dan Nawangsih, 1999). Masalah hama adalah masalah populasi. Suatu jenis serangga mulai dikategorikan sebagai hama apabila tingkat populasinya telah mencapai suatu tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi, atau kecenderungan populasinya selalu berada pada tingkat tertentu (Harahap, 2006). Kecocokan makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan populasi hama, dan selanjutnya besarnya populasi hama sangat menentukan besarnya persentase susut produk pertanian (Rohayati, 1992). Makanan merupakan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan populasi hama. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana tingkat pertumbuhan Sitophilus

zeamais pada beberapa jenis beras untuk memperoleh informasi jenis beras apa yang paling sesuai untuk pertumbuhan kumbang ini serta tingkat penyusutan yang terjadi selama masa penyimpanan. Tujuan Penelitian Mempelajari pertumbuhan populasi S. zeamais, susut berat, dan perubahan kadar air pada empat kultivar beras selama tiga bulan penyimpanan serta menentukan pola pertumbuhan S. zeamais. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan pertumbuhan S. zeamais pada kultivar beras yang berbeda dan waktu berpengaruh nyata terhadap tingkat pertumbuhan S. zeamais. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai referensi untuk mengetahui perkembangan populasi S. zeamais pada masingmasing kultivar beras.

TINJAUAN PUSTAKA
Padi (Oryza sativa) Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan Ordo Famili Subfamili Genus Spesies gandum. Padi merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Taksonomi Oryza sativa menurut Lu (1999) : : Oryzeae : Poaceae (Gramineae) : Oryzoideae : Oryzae : Oryza sativa Linnaeus

Oryza sativa hanya dapat dipanen satu kali selama musim tanamnya. Kematangan fisiologis ditandai dengan menguningnya bulir dan berat bulir hampir tetap (Syafei 1991 dalam Rohayati 1992). Setelah padi dipanen, gabah (beras yang tertutup sekam) akan mengalami proses penanganan pasca panen. Beras merupakan hasil pengolahan gabah. Tahap pengolahan gabah menjadi beras yang dapat dikonsumsi, dikerjakan melalui tahapan gabah menjadi beras pecah kulit sampai menjadi beras sosoh. Beras pecah kulit adalah beras yang masih mempunyai kulit luar. Beras pecah kulit diperoleh dari butir gabah yang dikelupas sekamnya. Winarno (1984) menyatakan bahwa pati beras terdiri dari molekul-molekul besar yang tersusun atau dirangkaikan dari unit-unit gula (glukosa). Kalau rangkaiannya lurus disebut amilosa dan kalau bercabang disebut amilopektin. Rasio amilosa/amilopektin dapat menentukan tekstur, pera tidaknya nasi, pulen tidaknya nasi, cepat tidaknya mengeras serta lekat tidaknya nasi. Rasio amilosa/amilopektin tersebut dapat pula dinyatakan dengan kadar amilosa saja. Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu beras dengan kadar amilosa tinggi 25% sampai 33%, beras dengan kadar amilosa medium 20% sampai 25%, beras dengan kadar amilosa rendah 9% sampai 20%, beras dengan kadar amilosa sangat rendah 2% sampai 9%. Beras pulen merupakan beras yang lebih rekat jika dimasak karena mengandung amilosa yang lebih rendah dan amilopektin yang tinggi. Sedangkan

beras pera kadar amilosanya lebih tinggi dibandingkan amilopektin (Haryadi, 2008). Sitophilus zeamais Motsch. Menurut Lawrence (1994) Sitophilus zeamais tergolong Ordo Sub Ordo Famili : Coleoptera : Polyphaga : Curculionidae.

Super Famili : Curuculionoidea Serangga ini kecil kecoklatan (Borror et al. 1996) mudah dikenali karena moncongnya (snout) yang khas sehingga dikenal dengan sebutan kumbang moncong. Antenanya siku dan menggada, pada elitra terdapat empat buah bercak bulat berwarna merah. Punctures pada toraks bulat dan amat panjang (Pranata, 1979). Tipe alat mulutnya menggigit mengunyah. Kumbang ini adalah serangga penyimpanan yang paling penting dan banyak menimbulkan kerusakan pada bahan pangan. Serangga ini bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente. Sitophilus zeamais lebih dominan pada jagung dan beras, S. oryzae kebanyakan pada gandum (Kalshoven, 1981). Sitophilus zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman. Baik imago maupun larva makan butir-butiran, dan larva berkembang dalam butiran (Borror et al. 1996). Aktivitas makan fase larva di dalam butir biji-bijian menyebabkan adanya lubang besar pada endosperma. Larva tidak bertungkai, berwarna putih jernih. Ketika bergerak larva agak mengkerut (Surtikanti, 2004). Serangan kumbang ini dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan panas dan dapat meningkatkan kadar air sehingga merangsang pertumbuhan cendawan. Ukuran serangga ini bergantung pada tempat serangga berkembang biak. Bila hidup pada jagung ukurannya lebih besar daripada bila hidup pada beras (Sunjaya dan Widayanti, 2006). Panjang imago bervariasi mulai 2-5 mm tergantung pada kemampuan makan larva, tetapi pada umumnya S. oryzae berukuran 2-3,5 mm dan S. zeamais 3-3,5 mm (Kalshoven, 1981). Satu butir

beras hanya dapat ditempati oleh satu larva kumbang ini sedangkan pada biji yang lebih besar seperti jagung, satu butirnya dapat ditempati oleh dua larva S. zeamais. Perbedaan kelamin hama ini dapat dibedakan dengan beberapa karakter fisik yaitu, moncong imago jantan lebih pendek, tebal, dan permukaan lebih kasar dibandingkan dengan moncong imago betina dan ujung abdomen jantan melengkung ke bawah, sedangkan ujung abdomen imago betina lurus ke belakang (Wilbur dan Mills, 1978). Di Indonesia S. zeamais lebih banyak ditemukan daripada S. oryzae (Pranata, 1979). Sitophilus zeamais merupakan serangga yang dapat berkembang biak dengan cepat, yaitu selama satu tahun dapat menghasilkan 5-7 generasi. Kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji, kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya kemudian lubang ditutup kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur atau egg plug (Haines 1991 dalam Tandiabang et al.). Kumbang betina dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Larva kemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%. Kemudian menjadi pupa, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Fase pupa berlangsung di dalam biji yang telah kosong (Kalshoven 1981). Tipe pupa eksarata, dimana semua embelannya bebas atau tidak menyatu satu sama lain (Fachry 2005). Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan. Seluruh siklus hidup berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Anonim, 2008). Serangga ini digolongkan ke dalam hama primer (internal feeder), yaitu hama menyerang dan mampu berkembang dengan baik pada komoditas yang masih utuh dengan cara menggerek (Sunjaya dan Widayanti, 2006). Perkembangan, aktivitas, dan kopulasi serangga ini dilakukan pada siang hari dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan masa kopulasi hama gudang lainnya (Surtikanti, 2004). Populasi Populasi adalah sekelompok organisme dari spesies yang sama yang hidup di suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu. Pertumbuhan populasi hama

gudang dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari populasi serangga tersebut. Faktor dalam seperti keperidian atau kemampuan bertelur dan siklus hidup, dapat menentukan kecepatan berkembang biak suatu jenis serangga. Semakin tinggi keperidian dan semakin singkat siklus hidup, pertumbuhan populasi serangga tersebut akan semakin cepat (Harahap, 2006). Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan populasi serangga adalah makanan, suhu, kelembaban, dan habitat. Populasi menunjukkan perkiraan jumlah serangga secara tidak langsung dari level perkiraan pada kerusakan komoditas atau produk dari aktivitas serangga. Misalnya kerusakan oleh serangga pada biji, jejak serangga pada residu tepung pada lantai, atau terbentuknya produksi sutera oleh mulut larva, sebagai indikasi tingkat infestasi serangga. Indikator ini sangat berguna untuk mengambil tindakan sebelum populasi serangga dan kerusakan komoditi terakumulasi lebih tinggi. ( Hidayat, 2006). Serangga hama gudang bisa dikatakan sebagai oportunis, yaitu mereka akan cepat memanfaatkan sumber daya yang tersedia, sehingga populasinya juga meningkat dengan cepat, namun akhirnya sumber daya yang ada tidak dapat lagi mendukung keberadaan serangga tersebut sehingga sebagian dari mereka berpindah mencari sumber daya baru (Harahap, 2006). Mengendalikan serangga pada hakekatnya adalah mengendalikan populasi. Oleh karena tingkat populasi ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik maka semakin dirasakan perlunya para ahli hama memahami konsep-konsep ekologi (Pranata, 1979).

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji Sitophilus zeamais dan beras dari kultivar IR-42, IR-64, Ketan Putih, dan Ketan Hitam. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah wadah pembiakan dan pemeliharaan serangga uji dengan tutup diberi kasa, mikroskop stereo, timbangan digital, termohigrometer, dan kuas. Metode Pengembangbiakan serangga uji Pengembangbiakan serangga uji dilakukan dengan cara menginfestasikan 150 imago S. zeamais pada 500 g beras menggunakan wadah toples. Imago dibiarkan bertelur selama 2 minggu dan setelah itu dikeluarkan dari tempat pembiakan. Imago baru yang diperoleh digunakan sebagai serangga uji. Pemisahan serangga jantan dan betina (Seksing) Imago baru hasil pengembangbiakan yang berumur kurang dari 2 minggu dibedakan antara jantan dan betina menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 15 kali.

Betina

Jantan

Gambar 1 Perbedaan Sitophilus zeamais betina dan jantan

Pelaksanaan Percobaan Serangga uji adalah serangga yang berumur 2 minggu yang telah dibedakan antara jantan dan betina. Serangga tersebut diinfestasikan dengan tingkat populasi awal 5, 10, dan 15 pasang per 500 g beras pada setiap kultivar beras. Setiap jenis beras yang telah diinfestasi dengan tiga tingkat populasi serangga disimpan dengan waktu penyimpanan yang berbeda yaitu 45, 60, dan 90 hari, percobaan ini dilakukan dengan tiga kali ulangan. Pada hari ke 45, 60, dan 90 dilakukan penghitungan populasi serangga pada keempat kultivar tersebut. Beras ditimbang untuk mengetahui susut berat dan kemudian dilakukan pengukuran kadar air. Pencatatan temperatur dan kelembaban dilakukan sejak infestasi serangga sampai percobaan selesai dengan termohigrometer dan HOBO Logger.

Gambar 2 Susunan toples penyimpanan empat kultivar beras berbagai waktu penyimpanan dan tingkat populasi Sitophilus zeamais.

Peubah Pengamatan Perhitungan susut Susut berat dihitung dengan metode Bulk Density yang sering digunakan dalam penelitian skala laboratorik. Formulanya sebagai berikut: Persen susut =

A B 100% A

A = Berat Kering Awal B = Berat Kering Akhir (setelah penyimpanan 3 bulan) Berat kering dihitung menggunakan formula sebagai berikut :

Berat Kering = Berat Aktual

(100 kadarair) 100

Perhitungan persentase perubahan kadar air Perubahan kadar air dapat dihitung dengan formula: % Kadar Air = (Kadar air awal kadar air akhir) x 100% Kadar air awal Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian empat kultivar beras terhadap pertumbuhan populasi S. zeamais adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4 x 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah kultivar beras yaitu IR-64 (V1), IR-42 (V2), Ketan Putih (V3), dan Ketan Hitam (V4) , faktor kedua adalah waktu yaitu 45 hari (T1), 60 hari (T2), dan 90 hari (T3) sedangkan faktor ketiga adalah tingkat populasi awal serangga yaitu 5 pasang (P1), 10 pasang (P2), dan 15 pasang (P3) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf = 0,05. Data diolah menggunakan program SAS 9.1 Model rancangannya adalah sebagai berikut: Yijk= Vi T j Pk VT ij (VP) ik (TP) jk (VTP) ijk ijkl Keterangan : Yijk = Respon dari perlakuan kultivar ke-i, waktu ke-j, ulangan ke-k = Rataan umum = Pengaruh perlakuan kultivar ke-i = Pengaruh waktu ke-j = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan waktu ke-j = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan populasi ke-k = Pengaruh interaksi waktu ke-j dan populasi ke-k = Galat dari perlakuan kultivar ke-i, waktu ke-j, dan ulangan ke-k

Vi Tj VTij VPik TPjk

VTPijk = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dan waktu ke-j

ijk

10

Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2003. Dengan hasil berupa ANOVA dan analisis regresi untuk mengetahui hubungan peubah respon populasi awal (X1) dan waktu penyimpanan (X2) terhadap populasi akhir (Y). Analisis ini dilakukan pada masing-masing kultivar beras dengan pada setiap tingkat populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil uji ANOVA, untuk rata-rata populasi akhir

memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata pada faktor beras dan pada interaksi antara populasi dan waktu. Interaksi antara beras dan populasi awal, beras dan waktu, populasi awal dan waktu pada susut berat juga menunjukkan adanya interaksi yang nyata dan hal tersebut juga terjadi pada perubahan kadar air. Untuk hasil anlisis regresi diperoleh persamaan yang berbeda pada setiap kultivar beras. Dengan faktor waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap populasi akhir pada IR-42 dan Ketan Hitam, sedangkan beras berpengaruh nyata terhadap populasi akhir pada beras IR-64, dan untuk Ketan Putih kedua faktor yaitu beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap populasi akhir. Populasi Akhir Sitophilus zeamais Rata-rata populasi akhir yang diperoleh pada kultivar Ketan Hitam berbeda nyata dengan ketiga kultivar lainnya. Rata-rata populasi akhir pada kultivar Ketan Hitam 497,48 ekor dan merupakan rata-rata populasi tertinggi dari ketiga jenis beras lainnya. Sedangkan rata-rata populasi beras kultivar IR-42, IR64, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata (Tabel 1). Tabel 1 Rata-rata populasi akhir (ekor) kumbang beras (S. zeamais) pada empat kultivar beras Beras IR-42 IR-64 Ketan Putih Ketan Hitam Populasi akhir 253,48b 295,89b 251,63b 497,48a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

Jumlah populasi akhir yang terdapat pada Ketan Hitam menunjukan bahwa Sitophilus zeamais mampu berkembang biak dengan baik pada jenis beras ini. Preferensi makan kumbang ini bisa dikatakan lebih tinggi pada Ketan Hitam

12

karena pertumbuhan populasi pada beras ini relatif tinggi jika dibandingkan dengan ketiga beras lainnya. Harahap (2006) menyatakan bahwa pada kondisi yang menguntungkan, yaitu tersedianya makanan dan faktor lingkungan yang mendukung, populasi serangga hama gudang akan segera meningkat dengan cepat setelah infestasi. Menurut Ryoo et.al (1992) dalam Tandiabang et al. 1996, jenis makanan/jenis varietas sangat berpengaruh terhadap perilaku serangga dalam memilih makanan dan meletakkan telur. Pada waktu penyimpanan selama 45 hari, populasi kumbang beras pada populasi awal 5 pasang berbeda nyata dengan populasi awal 15 pasang sedangkan populasi kumbang beras pada populasi awal 5 dan 10 pasang tidak berbeda nyata. Pada penyimpanan 60 hari, populasi akhir kumbang beras dengan populasi awal 5 pasang berbeda nyata dengan populasi awal 10 dan 15 pasang. Pada waktu penyimpanan selama 90 hari populasi akhir yang diperoleh berbeda nyata pada ketiga tingkat populasi. Populasi akhir yang tertinggi terlihat pada waktu penyimpanan 90 hari dengan tingkat populasi awal 15 pasang yaitu 729,83 ekor sedangkan populasi terendah pada waktu penyimpanan 45 hari dengan tingkat populasi awal 5 pasang yaitu 51,25 ekor (Tabel 2). Tabel 2 Rata-rata populasi akhir (ekor) kumbang beras (S. zeamais) pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda. Populasi Awal (pasang) 5 10 15 45 51,25d 179,17cd 251,75c Waktu (hari) 60 161,33cd 433,08b 438,08b 90 198,58cd 478,00b 729,83a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

Populasi kumbang beras (S. zeamais) bertambah seiring lamanya penyimpanan dan tingkat populasi awal kumbang beras (S. zeamais) karena kumbang tersebut akan lebih lama melakukan kopulasi dengan pasangannya sehingga dapat menghasilkan generasi yang lebih banyak. Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual (Anonim, 2009). Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh, dimana pada tingkat populasi tertinggi yaitu 15 pasang dengan

13

lama penyimpanan 90 hari, rata-rata populasi akhir

mencapai 729,82 ekor.

Sebaliknya pada tingkat populasi terendah yaitu 5 pasang dengan waktu penyimpanan yang sama, rata-rata populasi akhir yang diperoleh relatif rendah yaitu 198,58 ekor. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Sitophilus zeamais. Dari (Tabel 3) dapat diketahui persamaan regresi kultivar IR-42 adalah Y= 8,01X
1

+ 2,80X2.

Jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan populasi akhir, namun waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Secara umum persamaan ini dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 89%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X2) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 8,01 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1) dan pada populasi awal (X1) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 2,80 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Persamaan untuk kultivar IR-64 untuk populasi akhir adalah Y= 20,54X1 + 1,39X2. Jenis beras berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir sementara waktu penyimpanan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan populasi akhir. Secara umum persamaan ini dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 82%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X2) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 20,54 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1) dan pada populasi awal (X1) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 1,39 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Persamaan untuk kultivar Ketan Putih Y= 11,24X1 + 2,28X2. Faktor beras dan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir. Berdasarkan pola tersebut dapat menggambarkan kondisi sebenarnya sebesar 82%. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa untuk waktu penyimpanan (X2) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 11,24 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1) sedangkan pada populasi awal (X1) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 2,28 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Sedangkan untuk kultivar Ketan Hitam persamaannya

14

adalah Y= 11,60X1 + 3,52X2, pada persamaan ini jenis beras tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi akhir, sedangkan waktu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pertambahan populasi. Pola tersebut dapat menggambarkan 87% kondisi sebenarnya. Pada waktu penyimpanan (X2) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 11,60 ekor untuk setiap perubahan satu pasang populasi awal (X1), sedangkan pada populasi awal (X1) yang konstan maka populasi akhir (Y) akan bertambah sebanyak 3,52 ekor untuk setiap penambahan satu hari penyimpanan. Tabel 3 Koefisien persamaan regresi setiap jenis beras untuk populasi akhir. Jenis Beras IR-42 IR-64 Ketan Putih Ketan Hitam
a) Variabel populasi awal (pasang) b) Variabel waktu (hari)

X1a) 8,01 (p=0,053) 20,54 (p=0,002) 11,24 (p=0,038) 11,6 (p=0,089)

X2b) 2,8 (p=0,000) 1,39 (p=0,150) 2,28 (p=0,010) 3,52 (p=0,002)

R2 (%) 89 82 82 87

Susut Berat Pada Empat Kultivar Beras Pada tingkat populasi awal sebesar 5 pasang, keempat jenis beras mengalami susut yang tidak berbeda nyata. Sedangkan pada tingkat populasi awal sebesar 10 pasang susut berat IR-42 tidak berbeda nyata dengan beras IR-64 dan Ketan Putih namun IR-64 berbeda nyata dengan Ketan Hitam. Pada tingkat populasi awal 15 pasang susut berat pada beras Ketan Hitam menunjukkan perbedaan yang nyata dengan beras IR-42, sedangkan beras IR-64, IR-42, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata. Tingkat susut terbesar pada Ketan Hitam dengan tingkat populasi 15 pasang yaitu sebesar 4,85% (Tabel 4).

15

Tabel 4 Rata-rata susut berat (%) empat kultivar beras pada populasi awal yang berbeda. Beras IR-42 IR-64 Ketan Putih Ketan Hitam 5 0,83cd 0,434d 1,61bcd 1,60bcd Populasi awal (pasang) 10 1,60bcd 0,56d 2,36bcd 3,71ab 15 2,41bcd 3,08abc 2,80abcd 4,85a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasakan uji Duncan pada taraf 5%

Dengan semakin banyak populasi yang berada pada tempat penyimpanan menyebabkan penyusutan beras semakin besar pula karena aktivitas serangga yang akan semakin banyak memakan beras. Pada Ketan Hitam diperoleh rata-rata populasi akhir tertinggi, hal ini berbanding lurus dengan tingkat penyusutan yang terjadi pada beras tersebut. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan (Anonim, 2009). Persentase susut berat menunjukkan bahwa susut berat Ketan Hitam berbeda nyata dengan Ketan Putih pada waktu penyimpanan selama 45 hari, sedangkan Ketan Putih tidak berbeda nyata dengan beras IR-42 dan IR-64. Pada waktu penyimpanan 60 hari persentase susut IR-42, IR-64, dan Ketan Putih tidak berbeda nyata, namun persentase susut Ketan Hitam berbeda nyata dengan beras IR-42 dan IR-64. Pada penyimpanan 90 hari, Ketan Hitam menunjukkan perbedaan nyata pada ketiga jenis beras lainnya, sedangkan persentase susut antara IR-42, IR-64 dan Ketan Putih tidak menunjukkan perbedaan nyata. Ketan Hitam mengalami penyusutan tertinggi dalam penyimpanan selama 90 hari yaitu sebesar 7,51% (Tabel 5). Tabel 5 Rata-rata susut berat (%) empat kultivar beras pada waktu penyimpanan yang berbeda. Beras IR-42 IR-64 Ketan Putih Ketan Hitam 45 1,08defg 0,77efg 2,05bcdef 0,15g Waktu (hari) 60 0,39fg 0,62fg 1,45cdefg 2,50bcde 90 2,98bc 2,69bcd 3,27b 7,51a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

16

Pada waktu penyimpanan 60 dan 90 hari, Ketan Hitam mengalami penyusutan terbesar jika dibandingkan dengan ketiga kultivar beras lainnya. Pada waktu penyiimpanan 90 hari penyusutan beras ini hampir mencapai dua kali lipat penyusutan Ketan Putih. Penyusutan yang relatif tinggi ini dipengaruhi oleh waktu penyimpanan yang semakin lama dan populasi yang terus berkembang selama masa penyimpanan. Semakin lama beras disimpan maka susut yang terjadi juga semakin besar pula. Apabila beras tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka beras itu akan dimakan oleh hama gudang tersebut, dan hasilnya pun beras tersebut menjadi pecah dan kebanyakan menjadi bubuk sehingga dapat menyebabkan susut. Kerusakan biji jagung oleh hama sering diikuti oleh organisme lain seperti cendawan Aspergillus sp. yang menyebabkan kualitas biji menurun, karena cendawan tersebut memproduksi senyawa beracun yang disebut aflatoksin (Tandiabang et al. 1996). Pada waktu penyimpanan selama 45 hari persentase susut berat yang disebabkan serangga pada tingkat populasi 5, 10, dan 15 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Sedangkan persentase susut pada waktu penyimpanan 60 hari untuk tingkat populasi awal 5 dan 10 pasang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, namun pada tingkat populasi awal 15 pasang persentase susut menunjukkan perbedaan nyata dengan tingkat populasi serangga 5 dan 10 pasang. Pada waktu penyimpanan 90 hari persentase susut pada populasi awal 15 pasang juga menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan populasi awal 5 dan 10 pasang. Pada penyimpanan 90 hari dengan tingkat populasi 15 pasang terjadi susut yang paling besar yaitu 6,81% (Tabel 6). Tabel 6 Rata-rata susut berat (%) pada waktu penyimpanan dan populasi awal yang berbeda. Populasi Awal (pasang) 5 10 15 45 0,88c 0,48c 2,01c Waktu (hari) 60 0,96c 1,39c 3,52b 90 1,21c 1,85c 6,81a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

17

Waktu penyimpanan dan tingkat populasi adalah faktor yang mempengaruhi susut bahan simpan. Pada waktu penyimpanan 45 hari susut terbesar terjadi pada tingkat populasi awal 15 pasang. Hal tersebut juga terjadi pada waktu penyimpanan 60 dan 90 hari dan menunjukkan pola penyusutan yang semakin meningkat seiring pertambahan waktu penyimpanan. Beras yang disosoh lebih mudah diserang daripada yang tidak disosoh, beras yang tidak disosoh akan rusak setelah dua bulan penyimpanan (Kalshoven 1981). Penyusutan bobot jagung mencapai 17% bila disimpan selama enam bulan dengan kerusakan biji 85% (Tandiabang et al. 1996). Perubahan Kadar Air Pada Empat Kultivar Beras Perubahan kadar air pada keempat jenis beras untuk tingkat populasi awal 5 pasang menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata, sedangkan pada tingkat populasi awal 10 pasang perubahan kadar air beras IR-64 berbeda nyata dengan beras Ketan Hitam dan Ketan Putih namun tidak berbeda nyata dengan beras IR42. Perubahan kadar air pada populasi awal 15 pasang tidak menunjukkan perbedaan nyata pada keempat jenis beras. Perubahan kadar air tertinggi yaitu pada Ketan Hitam dengan tingkat populasi awal 15 pasang (Tabel 7). Tabel 7 Rata-rata perubahan kadar air (%) beras pada populasi awal yang berbeda. Beras IR-42 IR-64 Ketan Putih Ketan Hitam 5 0,48bc 0,05c 1,34abc 0,70bc Populasi awal (pasang) 10 0,59bc 0,22c 1,71ab 1,73ab 15 1,34abc 1,28abc 1,73ab 2,27a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

Pada tingkat populasi awal 15 pasang Ketan Hitam mengalami perubahan kadar air yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ketiga jenis beras lainnya. Hal ini disebabkan karena populasi akhir yang diperoleh pada kultivar beras ini lebih tinggi dibandingkan dengan populasi akhir beras lainnya. Dengan semakin banyaknya populasi pada suatu tempat penyimpanan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air. Menurut Kalshoven (1981), perkembangan

18

populasi kumbang bubuk akan berlangsung cepat jika kadar air bahan simpan lebih dari 15%. Perubahan kadar air pada penyimpanan 45 hari menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara Ketan Putih dengan ketiga jenis beras lainnya, sedangkan perubahan kadar air untuk IR-42, IR-64 dan Ketan Hitam tidak berbeda nyata. Pada penyimpanan 60 hari, perubahan kadar air IR-42 dan IR-64 menunjukkan perbedaan nyata dengan Ketan Putih, sedangkan IR-42, IR-64, dan Ketan Hitam tidak menunjukkan perubahan kadar air yang berbeda nyata. Pada penyimpanan 90 hari, perubahan kadar air Ketan Hitam menunjukkan perbedaan yang nyata pada ketiga jenis beras lainnya, sedangkan IR-42, IR-64, dan Ketan Putih tidak menunjukkan perbedaan nyata. Ketan Hitam mengalami persentase perubahan kadar air yang paling besar yaitu pada penyimpanan selama 90 hari sebesar 4,19% dibandingkan ketiga kultivar lainnya. Sementara pada beras kultivar IR-42 dan IR-64 dalam penyimpanan 60 hari, tanda negatif menunjukkan tidak terjadinya peningkatan kadar air (Tabel 8). Tabel 8 Rata-rata perubahan kadar air (%) beras pada waktu penyimpanan yang berbeda. Beras IR-42 IR-64 Ketan Putih Ketan Hitam 45 0,77de 0,57de 1,81bc 0,03ef Waktu (hari) 60 -0,05ef -0,31f 1,02cd 0,49def 90 1,69bc 1,30bcd 1,95b 4,19a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

Selain faktor kepadatan populasi, lamanya waktu penyimpanan, suhu, dan kelembaban lingkungan juga mempengaruhi perubahan kadar air beras. Ketan Hitam mengalami perubahan kadar air terbesar pada waktu penyimpanan 90 hari. Seiring peningkatan waktu penyimpanan maka aktivitas serangga di dalam bahan simpan juga akan semakin besar. Hal ini akan mempengaruhi perubahan kadar air di dalam dalam bahan simpan. Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pasca panen menurun bila kadar air biji rendah. Peningkatan suhu dan kadar air

19

bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air 16% (Anonim 2009). Perubahan kadar air pada penyimpanan 45 hari menunjukkan bahwa pada populasi awal 10 pasang terdapat perbedaan yang nyata dibandingkan dengan populasi awal 5 dan 15 pasang. Pada waktu penyimpanan 60 hari pada populasi awal 15 pasang terdapat perubahan kadar air yang berbeda nyata dengan populasi awal 5 dan 10 pasang, sedangkan pada populasi awal 5 dan 10 pasang tidak terdapat perubahan kadar air yang nyata. Pada waktu penyimpanan 90 hari perbedaan yang nyata terhadap perubahan kadar air juga terjadi pada tingkat populasi awal 15 pasang jika dibandingkan dengan populasi awal 5 dan 10 pasang, sedangkan pada populasi 5 dan 10 pasang tidak terdapat perbedaan yang nyata. Perubahan kadar air pada waktu penyimpanan selama 90 hari dengan tingkat populasi 15 pasang dapat menyebabkan peningkatan sebesar 3,53% (Tabel 9). Tabel 9 Rata-rata perubahan kadar air (%) pada populasi awal dan waktu penyimpanan yang berbeda. Populasi Awal (pasang) 5 10 15 45 0,76c -0,15d 1,32bc Waktu (hari) 60 0,68cd 0,52cd 2,00b 90 0,96c 0,48cd 3,53a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan arti yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%

Persentase kadar air menunjukkan pola yang semakin meningkat terlebih pada tingkat populasi 15 pasang dengan ketiga waktu penyimpanan. Adanya aktivitas serangga dengan tingkat populasi yang semakin banyak dalam wadah penyimpanan menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air apalagi jika waktu penyimpanannya semakin lama. Peningkatan kadar air ini juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara di tempat penyimpanan. Tanda negatif pada waktu pengamatan 45 hari dengan populasi 10 pasang menunjukkan terjadinya

20

penurunan kadar air akhir, mungkin disebabkan oleh waktu penyimpanan yang belum terlalu lama dan populasi yang tidak begitu banyak serta suhu lingkungan yang panas. Perubahan Suhu Dalam Toples Adanya aktivitas serangga pada wadah penyimpanan beras dapat mempengaruhi suhu di dalam wadah tersebut. Aktivitas serangga ini diantaranya makan, mencari pasangan, dan juga bereproduksi. Suhu di dalam wadah penyimpanan juga dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan di sekitar penyimpanan.
Suhu dalam toples penyimpanan 45 hari 29,00
Suhu dalam toples (o C)

Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III

28,00 27,00 26,00 25,00

24,00
23,00 5 10 15 Pulen 5 10 15 Pera 5 10 15 Ketan Putih 5 10 15 Ketan Hitam

Tingkat Populasi

Kultivar Beras

Gambar 3 Suhu dalam toples selama 45 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal.

21

Suhu dalam toples penyimpanan 60 hari

30,00
Suhu dalam toples (oC)

29,00 28,00 27,00

26,00
25,00 24,00

Pengamatan I Pengamatan II Pengamatan III

23,00 5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15

Pengamatan IV

Tingkat Populasi

Pulen

Pera

Ketan Putih

Ketan Hitam

Kultivar Beras

Gambar 4 Suhu dalam toples selama 60 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal.
Suhu dalam toples penyimpanan 90 hari 30,00 29,00 Pengamatan I

Pengamatan II
Pengamatan III Pengamatan IV Pengamatan V Pengamatan VI

Suhu dalam toples (o C)

28,00 27,00 26,00 25,00 24,00 23,00 5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15

Tingkat Populasi

Pulen

Pera Kultivar Beras

Ketan Putih

Ketan Hitam

Gambar 5 Suhu dalam toples selama 90 hari penyimpanan pada empat kultivar beras dengan tiga tingkat populasi awal.

22

Ketiga gambar di atas adalah hasil pengamatan suhu di dalam toples selama masa penyimpanan. Pada waktu penyimpanan selama 45 dan 60 hari terlihat pola yang semakin meningkat mulai dari pengamatan awal sampai pengamatan akhir. Pola ini juga terlihat pada waktu penyimpanan selama 90 hari mulai dari pengamatan I sampai pengamatan V, namun pada pengamatan terakhir suhu dalam toples terlihat menurun, mungkin hal ini disebabkan karena aktivitas serangga yang mulai berkurang.

KESIMPULAN
Populasi akhir Sitophilus zeamais mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan tingkat populasi awal dan lamanya masa penyimpanan. Pertambahan populasi ini juga menyebabkan persentase penyusutan dan perubahan kadar air yang terjadi pada empat kultivar beras akan semakin besar pula akibat aktivitas serangga yang terjadi di dalam wadah penyimpanan. Pola pertumbuhan Sitophilus zeamais pada keempat beras menunjukkan perbedaan satu sama lain. Pada setiap kultivar beras, peningkatan populasi akhir dipengaruhi oleh faktor populasi awal dan waktu penyimpanan. Namun kedua faktor tersebut hanya berpangaruh nyata terhadap populasi akhir Ketan Putih saja. Berdasarkan hasil yang diperoleh, ratarata populasi akhir pada Ketan Hitam menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan ketiga kultivar lainnya. Hal ini menunjukkan, kumbang ini lebih baik pertumbuhannya pada Ketan Hitam sehingga mengakibatkan susut berat dan perubahan kadar air yang terjadi lebih tinggi dibandingkan ketiga kultivar lainnya.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya pada jenis bahan simpan yang tingkat populasi serangga dan waktu yang berbeda untuk mengetahui pertumbuhan populasi serangga, persentase susut, dan perubahan kadar air yang terjadi. Serta dapat membandingkan pertumbuhan serangga pada berbagai jenis bahan simpan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Kumbang jagung Sitophilus zeamais. Rentokil, Pest Control Indonesia. http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z-Pests-Maize-Weevil6.4.11.23.htm [20 Mei 2008]. Anonim. 2009. Ekologi hama pascapanen. http://abankudha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm [15 Juli 2009]. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Gadjah Mada University Press. Ekawati IW. 2008. Pengaruh empat jenis ekstrak dan serbuk tanaman terhadap aktivitas peneluran Sitophilus zeamais Motsch (Colepotera : Curculionidae) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fachry I. 2005. Keefektifan campuran ekstrak tumbuhan terhadap Sitophilus zeamais Motschulsky (Colepotera : Curculionidae) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harahap I. 2006. Ekologi serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. hlm 53-55. Haryadi Y. 2008. Aneka ragam beras. http://kotacianjur.wordpress.com/2006/03 /03/aneka-ragam-beras/ [20 Mei 2008]. Hidayat P. 2006. Sampling dan monitoring serangga pada gudang penyimpanan. Pengendalian Hama Gudang di Tempat Penyimpanan Bahan Pangan, Pakan, dan Tembakau. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. Imdad H, Nawangsih A. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya. Kalshoven,L.E.1981. The Pest of Crops in Indonesia. Rivised and translated by P.A.Vander Laan with the assistance of G.L.H.Rothsild. Jakarta : PT.Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Ladang YD, Ngamo TS, Ngassoum MB, Mapongmestsem PM dan Hance T. Effect of sorghum cultivars on population growth and grain damages by the rice weevil, Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae). Lawrence JF, Briton EB. 1994. Australian Beetles. Melbourne University Press. Lu BR. 1999. Taxonomy of the genus Oryza (Poaceae): historical perspective and current status. Genetic Resources Center, IRRI. Nainggolan K. 2007. Ketergantungan beras, antisipasi 2030. http://www.sinarharapan.co.id/berita/0706/04/sh04.html [17 Jun 2009]. Pranata RI. 1979. Pengantar Ilmu Hama Gudang. BIOTROP TROPICAL PEST BIOLOGY and BOGOR Agriculture

Rohayati A. 1992. Susut berat dua varietas beras dan gabah oleh beberapa tingkat populasi Rhyzopertha dominica (F.) (Coleoptera : Bostrichidae) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saenong MS dan Hipi A. 2005. Hasil-hasil teknologi pengelolaan hama kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera: Curculionidae) pada tanaman jagung. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia Lain dan Balai Penelitian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Sunjaya dan Widayanti. 2006. Pengenalan serangga hama gudang. Di dalam Prijono D, Dharmaputra OS, Widayanti S, editor. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. Bogor: KLH, UNIDO, SEAMEO BIOTROP. hlm 44-45 Surtikanti. 2004. Kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera: Curculionidae) dan strategi pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Tandiabang J, Tenrirawe A, dan Surtikanti.______. Pengelolaan Hama Pascapanen Jagung Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Winarno FG. 1984. Padi dan Beras. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor. Wilbur D dan Mills R. 1978. Stored grain insects. Di dalam: Pfadt RE, editor. Fundamentals of Applied Entomology. Ed ke-3. New York: Mac Millian Publishing Co, Inc. Hlm 592

LAMPIRAN

27 Lampiran 1 Output Populasi akhir The SAS System 20:15 Wednesday, April 13, 2005 1

The GLM Procedure Class Level Information Class beras populasi_awal waktu ulangan Levels 4 3 3 3 Values 1234 123 123 123 108 108

Number of Observations Read Number of Observations Used

28

The SAS System

20:15 Wednesday, April 13, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: pop_akhr Source Model Error Corrected Total R-Square 0.679791 Source beras populasi_awal waktu beras*populasi_awal beras*waktu populasi_awal*waktu beras*populasi*waktu Source Sum of DF Squares 35 72 107 6013114.102 2832423.333 8845537.435 Root MSE 198.3412 Type I SS pop_akhr Mean 324.6204 Mean Square F Value Pr > F <.0001 <.0001 <.0001 0.1618 0.5200 0.0360 0.9999 Pr > F Mean Square F Value 171803.260 39339.213 4.37 Pr > F <.0001

Coeff Var 61.09942 DF

3 1109560.991 369853.664 9.40 2 2113406.241 1056703.120 26.86 2 1729460.574 864730.287 21.98 6 375863.537 62643.923 1.59 6 205761.204 34293.534 0.87 4 428462.370 107115.593 2.72 12 50599.185 4216.599 0.11 DF Type III SS Mean Square F Value 9.40 26.86 21.98 1.59 0.87 2.72 0.11

beras 3 populasi_awal 2 waktu 2 beras*populasi_awal 6 beras*waktu 6 populasi_awal*waktu 4 beras*populasi*waktu 12

1109560.991 369853.664 2113406.241 1056703.120 1729460.574 864730.287 375863.537 62643.923 205761.204 34293.534 428462.370 107115.593 50599.185 4216.599

<.0001 <.0001 <.0001 0.1618 0.5200 0.0360 0.9999

29

The SAS System

20:15 Wednesday, April 13, 2005 3

The GLM Procedure Level of beras N 1 2 3 4 27 27 27 27 -----------pop_akhr---------Mean Std Dev 295.888889 253.481481 251.629630 497.481481 226.696906 150.079817 177.612835 438.264529

30

The SAS System

20:15 Wednesday, April 13, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for pop_akhr NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 72 Error Mean Square 39339.21 Number of Means 2 Critical Range 107.6 3 113.2 4 116.9

Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A B B B B B 497.48 295.89 253.48 251.63 Mean 27 27 27 27 4 1 2 3 N beras

31

The SAS System

20:15 Wednesday, April 13, 2005 5

The GLM Procedure Level of Level of populasi_awal waktu 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 12 12 12 12 12 12 12 12 12 -----------pop_akhr---------N Mean Std Dev 51.250000 161.833333 198.583333 179.166667 433.083333 478.000000 251.750000 438.083333 729.833333 38.544248 75.331791 86.970693 174.844260 225.439151 224.958178 131.349032 195.377703 462.264158

32 Lampiran 2 Output susut berat


The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 The GLM Procedure Class Level Information Class beras populasi_awal waktu ulangan Levels 4 3 3 3 Values 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 11

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

The SAS System The GLM Procedure Dependent Variable: sus_berat Sum of Squares 582.5818917 90.0310000 672.6128917

16:12 Tuesday, November 20, 2007

12

Source Model Error Corrected Total

DF 35 72 107

Mean Square 16.6451969 1.2504306

F Value 13.31

Pr > F <.0001

R-Square 0.866147

Coeff Var 52.71200

Root MSE 1.118227

sus_berat Mean 2.121389

Source beras populasi_awal waktu beras*populasi_awal beras*waktu populasi_awal*waktu beras*populasi*waktu

DF 3 2 2 6 6 4 12

Type I SS 70.3888028 215.1015500 86.0203500 111.2921833 21.7812278 71.0905667 6.9072111

Mean Square 23.4629343 107.5507750 43.0101750 18.5486972 3.6302046 17.7726417 0.5756009

F Value 18.76 86.01 34.40 14.83 2.90 14.21 0.46

Pr > F <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 0.0136 <.0001 0.9312

33

Lampiran 3 Output kadar air


The SAS System 16:12 Tuesday, November 20, 2007 The GLM Procedure Class Level Information Class beras populasi_awal waktu ulangan Levels 4 3 3 3 Values 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 19

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

34

The SAS System

16:12 Tuesday, November 20, 2007 The GLM Procedure

20

Dependent Variable: kd_air Sum of Squares 191.6686917 20.3638000 212.0324917

Source Model Error Corrected Total

DF 35 72 107

Mean Square 5.4762483 0.2828306

F Value 19.36

Pr > F <.0001

R-Square 0.903959

Coeff Var 47.47199

Root MSE 0.531818

kd_air Mean 1.120278

Source beras populasi_awal waktu beras*populasi_awal beras*waktu populasi_awal*waktu beras*populasi*waktu

DF 3 2 2 6 6 4 12

Type I SS 24.02081019 77.46610556 18.69377222 46.23388704 5.64670926 16.00875556 3.59865185

Mean Square 8.00693673 38.73305278 9.34688611 7.70564784 0.94111821 4.00218889 0.29988765

F Value 28.31 136.95 33.05 27.24 3.33 14.15 1.06

Pr > F <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 0.0060 <.0001 0.4059

Source beras populasi_awal waktu beras*populasi_awal beras*waktu populasi_awal*waktu beras*populasi*waktu

DF 3 2 2 6 6 4 12

Type III SS 24.02081019 77.46610556 18.69377222 46.23388704 5.64670926 16.00875556 3.59865185

Mean Square 8.00693673 38.73305278 9.34688611 7.70564784 0.94111821 4.00218889 0.29988765

F Value 28.31 136.95 33.05 27.24 3.33 14.15 1.06

Pr > F <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 0.0060 <.0001 0.4059

35

The SAS System

16:12 Tuesday, November 20, 2007 The GLM Procedure

21

Level of beras 1 2 3 4

N 27 27 27 27

------------kd_air----------Mean Std Dev 0.51703704 0.80222222 1.59111111 1.57074074 1.11739331 1.03082989 0.59670463 2.13634830

36

The SAS System

16:12 Tuesday, November 20, 2007 The GLM Procedure

22

Duncan's Multiple Range Test for kd_air NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 72 Error Mean Square 0.282831

Number of Means Critical Range

2 .2886

3 .3036

4 .3135

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A A A B B B

Mean 1.5911 1.5707 0.8022 0.5170

N 27 27 27 27

beras 3 4 2 1

37 Lampiran 4 Uji Lanjut Populasi Akhir Populasi*waktu The SAS System 20:08 Wednesday, April 13, 2005 1

The GLM Procedure Class Level Information Class pw Levels Values 9 123456789 108 108

Number of Observations Read Number of Observations Used

38

The SAS System

20:08 Wednesday, April 13, 2005 2

The GLM Procedure Dependent Variable: respon Source Model Error Corrected Total R-Square 0.482880 Source pw Source pw Sum of DF Squares 8 99 107 4271329.185 4574208.250 8845537.435 Root MSE 214.9514 respon Mean 324.6204 Pr > F Mean Square F Value 533916.148 46204.124 11.56 Pr > F <.0001

Coeff Var 66.21625 DF 8 DF 8

Type I SS 4271329.185 Type III SS 4271329.185

Mean Square F Value 533916.148 11.56

<.0001 Pr > F

Mean Square F Value 533916.148 11.56

<.0001

39

The SAS System

20:08 Wednesday, April 13, 2005 3

The GLM Procedure Level of pw N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 12 12 12 12 12 12 12 12 ------------respon----------Mean Std Dev 51.250000 161.833333 198.583333 179.166667 433.083333 478.000000 251.750000 438.083333 729.833333 38.544248 75.331791 86.970693 174.844260 225.439151 224.958178 131.349032 195.377703 462.264158

40

The SAS System

20:08 Wednesday, April 13, 2005 4

The GLM Procedure Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 99 Error Mean Square 46204.12 Number of Means 2 3 Critical Range 174.1 183.2 4 189.3 5 6 7 193.7 197.2 8 199.9 9 202.2

204.2

Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping A B B B B B C C C C C C C 729.83 478.00 438.08 433.08 251.75 198.58 179.17 161.83 51.25 Mean 12 12 12 12 12 12 12 12 12 1 9 6 8 5 7 3 4 2 N pw

D D D D D D D

41 Lampiran 5 Uji Lanjut Susut Berat Interaksi beras*populasi


The SAS System 20:40 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure Class Level Information Class pw Levels 12 Values 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

42

The SAS System

20:40 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon Sum of Squares 178.1903806 494.4225111 672.6128917

Source Model Error Corrected Total

DF 11 96 107

Mean Square 16.1991255 5.1502345

F Value 3.15

Pr > F 0.0012

R-Square 0.264923

Coeff Var 106.9777

Root MSE 2.269413

respon Mean 2.121389

Source pw

DF 11

Type I SS 178.1903806

Mean Square 16.1991255

F Value 3.15

Pr > F 0.0012

Source pw

DF 11

Type III SS 178.1903806

Mean Square 16.1991255

F Value 3.15

Pr > F 0.0012

43

The SAS System

20:40 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Level of pw 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

------------respon----------Mean Std Dev 0.43444444 0.56111111 3.08333333 0.83111111 1.20555556 2.41222222 1.60888889 2.35666667 2.80333333 1.60444444 3.70555556 4.85000000 0.63004189 0.78358861 2.98554015 0.76856107 0.98371885 2.47143571 0.58464614 0.82874906 1.63934438 2.63210045 3.51837715 4.60315109

44

The SAS System

20:40 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 5.150234

Number of Means Critical Range

2 2.124

3 2.235

4 2.308

5 2.362

6 2.404

7 2.438

8 2.466

9 2.490

10 2.510

11 2.528

12 2.543

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A A A A A A A

Mean 4.850 3.706 C C C C C C C C C C C C C C C 3.083 2.803 2.412 2.357 1.609 1.604 1.206 0.831 0.561 0.434

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

pw 12 11 3 9 6 8 7 10 5 4 2 1

B B B B B B B B B B B B B

D D D D D D D D D D D D D D D D D

Interaksi Populasi awal*Waktu


The SAS System 20:45 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure Class Level Information Class pw Levels 9 Values 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

45
Number of Observations Read Number of Observations Used 108 108

46

The SAS System

20:45 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon Sum of Squares 372.2124667 300.4004250 672.6128917

Source Model Error Corrected Total

DF 8 99 107

Mean Square 46.5265583 3.0343477

F Value 15.33

Pr > F <.0001

R-Square 0.553383

Coeff Var 82.11309

Root MSE 1.741938

respon Mean 2.121389

Source pw

DF 8

Type I SS 372.2124667

Mean Square 46.5265583

F Value 15.33

Pr > F <.0001

Source pw

DF 8

Type III SS 372.2124667

Mean Square 46.5265583

F Value 15.33

Pr > F <.0001

47

The SAS System

20:45 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Level of pw 1 2 3 4 5 6 7 8 9

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12

------------respon----------Mean Std Dev 0.87500000 0.96166667 1.20500000 0.47666667 1.38916667 1.84583333 2.00750000 3.52083333 6.81083333 0.95742553 0.95709630 0.68079499 1.16480457 2.05397379 1.75833836 1.78776206 2.47102650 2.65396944

48

The SAS System

20:45 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 99 Error Mean Square 3.034348

Number of Means Critical Range

2 1.411

3 1.485

4 1.534

5 1.570

6 1.598

7 1.620

8 1.639

9 1.655

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A B C C C C C C C C C C C C C

Mean 6.8108 3.5208 2.0075 1.8458 1.3892 1.2050 0.9617 0.8750 0.4767

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12

pw 9 8 7 6 5 3 2 1 4

Interaksi Beras*Waktu
The SAS System 20:53 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure Class Level Information Class bw Levels 12 Values 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

49

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

50

The SAS System

20:53 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon Sum of Squares 396.7825361 275.8303556 672.6128917

Source Model Error Corrected Total

DF 11 96 107

Mean Square 36.0711396 2.8732329

F Value 12.55

Pr > F <.0001

R-Square 0.589912

Coeff Var 79.90337

Root MSE 1.695061

respon Mean 2.121389

Source bw

DF 11

Type I SS 396.7825361

Mean Square 36.0711396

F Value 12.55

Pr > F <.0001

Source bw

DF 11

Type III SS 396.7825361

Mean Square 36.0711396

F Value 12.55

Pr > F <.0001

51

The SAS System

20:53 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Level of bw 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

------------respon----------Mean Std Dev 0.76888889 0.61555556 2.69444444 1.08222222 0.38555556 2.98111111 2.05444444 1.44666667 3.26777778 0.15000000 2.50111111 7.50888889 0.55815420 1.62115014 2.99794976 0.57030206 0.37071253 2.16315998 0.46736258 0.65578198 1.39745105 0.50928872 2.66132695 2.73241855

52

The SAS System

20:53 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 2.873233

Number of Means Critical Range

2 1.586

3 1.669

4 1.724

5 1.765

6 1.796

7 1.821

8 1.842

9 1.860

10 1.875

11 1.888

12 1.900

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A B B B B B B B B B G G G G G G G G G G G

Mean 7.5089 3.2678 2.9811 D D D D D D D D D 2.6944 2.5011 2.0544 1.4467 1.0822 0.7689 0.6156 0.3856 0.1500

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

bw 12 9 6 3 11 7 8 4 1 2 5 10

F F F F F F F F F F F

C C C C C C C C C

E E E E E E E E E

53 Lampiran 6 Uji Lanjut Kadar Air Interaksi beras*populasi


The SAS System 21:04 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure Class Level Information Class bp Levels 12 Values 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

54

The SAS System

21:04 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon Sum of Mean Square 4.3964811

Source Model Error Corrected Total

DF 11 96 107

Squares 48.3612917

F Value 2.58

Pr > F 0.0065

163.6712000 212.0324917

1.7049083

R-Square 0.228084

Coeff Var 116.5534

Root MSE 1.305721

respon Mean 1.120278

Source bp

DF 11

Type I SS 48.36129167

Mean Square 4.39648106

F Value 2.58

Pr > F 0.0065

Source bp

DF 11

Type III SS 48.36129167

Mean Square 4.39648106

F Value 2.58

Pr > F 0.0065

55

The SAS System

21:04 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Level of bp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

------------respon----------Mean Std Dev 0.04777778 0.21888889 1.28444444 0.47555556 0.59333333 1.33777778 1.33666667 1.71111111 1.72555556 0.70444444 1.73333333 2.27444444 0.56920510 0.53519726 1.56113830 0.82538038 0.67444422 1.35112710 0.47950495 0.49888487 0.75432273 1.66713160 1.95251120 2.60963652

56

The SAS System

21:04 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 1.704908

Number of Means 12 Critical Range 1.463

2 1.222

3 1.286

4 1.328

5 1.359

6 1.383

7 1.403

8 1.419

9 1.433

10 1.444

11 1.454

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A A A A A A A A A A A A A

Mean 2.2744 1.7333 1.7256 1.7111

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

bp 12 11 9 8 6 7 3 10 5 4 2 1

B B B B B B B B B B B B B B B B B

C C C C C C C C C C C C C C C

1.3378 1.3367 1.2844 0.7044 0.5933 0.4756 0.2189 0.0478

INteraksi POP*WAKTU The SAS System 21:01 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure Class Level Information Class pw Levels 9 Values 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

57

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

58

The SAS System

21:01 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon Sum of Squares 112.1686333 99.8638583 212.0324917

Source Model Error Corrected Total

DF 8 99 107

Mean Square 14.0210792 1.0087258

F Value 13.90

Pr > F <.0001

R-Square 0.529016

Coeff Var 89.65218

Root MSE 1.004353

respon Mean 1.120278

Source pw

DF 8

Type I SS 112.1686333

Mean Square 14.0210792

F Value 13.90

Pr > F <.0001

Source pw

DF 8

Type III SS 112.1686333

Mean Square 14.0210792

F Value 13.90

Pr > F <.0001

59

The SAS System

21:01 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Level of pw 1 2 3 4 5 6 7 8 9

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12

------------respon----------Mean Std Dev 0.75666667 0.67500000 0.96083333 -0.14916667 0.52000000 0.47750000 1.31583333 1.99750000 3.52833333 0.84625736 0.89530594 0.65942755 0.71330802 0.91598928 0.55330618 1.10078863 1.37416504 1.54009937

60

The SAS System

21:01 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 99 Error Mean Square 1.008726

Number of Means 9 Critical Range .9541

2 .8136

3 .8562

4 .8845

5 .9052

6 .9212

7 .9342

8 .9450

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A B B B

Mean 3.5283 1.9975 1.3158 0.9608 0.7567

N 12 12 12 12 12 12 12 12 12

pw 9 8 7 3 1 2 5 6 4

C C C C C C C C C C C

D D D D D D D

0.6750 0.5200 0.4775 -0.1492

Interaksi BEras*Waktu The SAS System 20:59 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure Class Level Information Class bw Levels 12 Values 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

Number of Observations Read Number of Observations Used

108 108

61

The SAS System

20:59 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon Sum of Mean Square 13.4291639 0.6699134

Source Model Error Corrected Total

DF 11 96 107

Squares 147.7208028 64.3116889 212.0324917

F Value 20.05

Pr > F <.0001

R-Square 0.696689

Coeff Var 73.06066

Root MSE 0.818482

respon Mean 1.120278

Source bw

DF 11

Type I SS 147.7208028

Mean Square 13.4291639

F Value 20.05

Pr > F <.0001

Source bw

DF 11

Type III SS 147.7208028

Mean Square 13.4291639

F Value 20.05

Pr > F <.0001

62

The SAS System

20:59 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Level of bw 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

------------respon----------Mean Std Dev 0.57333333 -0.31888889 1.29666667 0.77222222 -0.05111111 1.68555556 1.81111111 1.01555556 1.94666667 0.03333333 0.48555556 4.19333333 0.49056090 0.34008986 1.49266540 0.59322799 0.32670493 1.13877249 0.36967704 0.38144826 0.55287883 0.38800773 1.06980268 1.34769247

63

The SAS System

20:59 Saturday, July 2, 2005 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 96 Error Mean Square 0.669913

Number of Means 12 Critical Range .9173

2 .7659

3 .8060

4 .8326

5 .8520

6 .8672

7 .8794

8 .8894

9 .8980

10 .9053

11 .9117

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping A B B B B B B B

Mean 4.1933 1.9467 1.8111 1.6856

N 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

bw 12 9 7 6 3 8 4 1 11 10 5 2

C C C C C C C

F F F F F F F

E E E E E E E E E

D D D D D D D D D

1.2967 1.0156 0.7722 0.5733 0.4856 0.0333 -0.0511 -0.3189

Lampiran 7 Analisis Regresi IR-64


SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.91 R Square 0.82 Adjusted R Square 0.77 Standard Error 147.78 Observations 25 ANOVA df Regression Residual Total 2 23 25 SS 2330294.10 502315.90 2832610 Standard Error #N/A 5.98 0.93 MS 1165147.05 21839.82 F 53.35 Significance F 0.00

Intercept X1 X2

Coefficients 0 20.54 1.39

t Stat #N/A 3.43 1.49

P-value #N/A 0.0023 0.1503

Lower 95% #N/A 8.17 -0.54

Upper 95% #N/A 32.91 3.32

Lower 95,0% #N/A 8.17 -0.54

Upper 95,0% #N/A 32.91 3.32

64

IR-42
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations ANOVA df Regression Residual Total 2 23 25 SS 1731300.37 208348.63 1939649 Standard Error #N/A 3.92 0.64 MS 865650.19 9058.64 F 95.56 Significance F 0.00

0.94 0.89 0.84 95.18 25

Intercept X1 X2

Coefficients 0 8.01 2.80

t Stat #N/A 2.04 4.34

Pvalue #N/A 0.053 0.000

Lower 95% #N/A -0.10 1.46

Upper 95% #N/A 16.13 4.13

Lower 95,0% #N/A -0.10 1.46

Upper 95,0% #N/A 16.13 4.13

65

Ketan Putih
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.91 R Square 0.82 Adjusted R Square 0.77 Standard Error 131.32 Observations 26 ANOVA df Regression Residual Total 2 24 26 SS 1874803.99 413891.01 2288695 Standard Error #N/A 5.13 0.82 MS 937402.00 17245.46 F 54.36 Significance F 0.00

Intercept X1 X2

Coefficients 0 11.24 2.28

t Stat #N/A 2.19 2.78

Pvalue #N/A 0.038 0.010

Lower 95% #N/A 0.65 0.59

Upper 95% #N/A 21.84 3.97

Lower 95,0% #N/A 0.65 0.59

Upper 95,0% #N/A 21.84 3.97

66

Ketan Hitam
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.93 R Square 0.87 Adjusted R Square 0.80 Standard Error 131.97 Observations 17 ANOVA df Regression Residual Total 2 15 17 SS 1780989.28 261257.72 2042247 Standard Error #N/A 6.37 0.92 MS 890494.64 17417.18 F 51.13 Significance F 0.00

Intercept X1 X2

Coefficients 0 11.60 3.52

t Stat #N/A 1.82 3.83

P-value #N/A 0.089 0.002

Lower 95% #N/A -1.99 1.56

Upper 95% #N/A 25.18 5.47

Lower 95,0% #N/A -1.99 1.56

Upper 95,0% #N/A 25.18 5.47

67

Anda mungkin juga menyukai