Anda di halaman 1dari 16

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intususepsi dikenal juga dengan nama Invaginasi .

Intususepsi merupakan penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada bayi, ketika satu bagian atas dariusus invaginasi ke bagian bawah dari usus tersebut. Jika progress dari intususepsiini tidah di tatalaksana segera, dapat berakibat fatal. Kematian yang disebabkanoleh intususepsi jarang ditemukan di negara maju, ini disebabkan waktu diagnosisyang cepat dan terapi operatif. Di negara berkembang, pasien mungkin ditemukantelah dalam kondisi serius, dan angka kematian yang tinggi karena terbatasnyaakses kesehatan.1 65% kasus intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1tahun dengan insiden puncak antara bulan kelima dan kesembilan kehidupan. Walaupun keadaan ini bisa timbul pasca bedah, yang hanya melibatkan usus halusdalam 86% demikian, atau bisa timbul pada anak yang lebih besar dengan lesis e p e r t i p o l i p a t a u d i v e r t i k u l u m m e c k e l s e b a g a i t i t i k p e m b a w a n ya . B i a s a n ya intususepsi yang terjadi pada bayi, tidak diketahui sebab pastinya. Pada anak di bawah usia 4 tahun , 95% invaginasi dimulai pada atau dekat katup ileosekalis.2 1.2 Batasan Masalah Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, pemeriksaan, manifestasiklinis dan penatalaksanaan intususepsi. 1.3 Tujuan Penulisan 1. M e m a h a m i d e f i n i s i , e t i o l o g i , p e m e r i k s a a n , m a n i f e s t a s i k l i n i s d a n penatalaksanaan intususepsi.2.Meningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran. 3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di BagianBedah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia-Rumah Sakit UmumUniversitas Kristen Indonesi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal ( intususeptum ) berinvaginasi kedalam segmen distal ( intususipien ) serta kemudian di dorong kedistal oleh peristaltik usus. 2 ,3 2.2Anatomi usus halus 6 Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum, yejunum dan ileum. Panjangduodenum 26 cm, sedangkan yejunum + ileum : 6 m . Dimana 2/5 bagian adalahyejunum (Snel, 89). Sedangkan menurut schrock 1988 panjang usus halus manusiadewasa adalah 5-6 m

5 . Batas antara duodenum dan yejunum adalah ligamentumtreits . Yejunum dan ileum dapat dibedakan dari : 1. L e k u k a n l e k u k a n j e j u n u m t e r l e t a k p a d a b a g i a n a t a s r o n g g a a t a s peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum ; ileum terletak pada bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis. 2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripadaileum Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yanglebih permanen yaitu plica circularis , lebih besar, lebih banyak dan 4

pada yejunum lebih berdekatan ; sedangkan pada bagian atas ileumlebar, dan pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.3.Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatasdan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan kanan aorta. 4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu ataudua arkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan ke dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh darahyang pendek, yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.5.Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan danl e m a k j a r a n g d i t e m u k a n d i d e k a t d i n d i n g u s u s h a l u s . P a d a u j u n g mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga lemak ditemukan dari

pangkal sampai dinding usus halus.6 . K e l o m p o k a n j a r i n g a n l i m f o i d ( A g m e n F e ye r ) t e r d a p a t p a d a m u k o s a ileum bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik. Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi adalah : Perbedaan eksterna 1.Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobil, sedang kan c o l o n asenden dan colon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.2 . U k u r a n u s u s h a l u s u m u m n ya l e b i h k e c i l d i b a n d i n g k a n d e n g a n u s u s besar yang terisi.3.Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang berjalan ke bawah menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.4.Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus.Pada usus besar (kecuali appendix) otot longitudinal tergabung dalamtiga pita yaitu taenia coli.5 . U s u s h a l u s t i d a k m e m p u n y a i k a n t o n g l e m a k y a n g m e l e k a t p a d a dindingnya. Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakanappandices epiploideae.6.Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar sakular. Perbedaan interna 1.Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang dinamakan plica silcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.2.Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar tidak mempunyai.3.Kelompokan jaringan limfoid (agmen feyer) ditemukan pada mukosausus halus , jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar. 2 . 3 K l a s i f i k a s i 6 Intususepsi dibedakan dalam 4 tipe : 1. E n t e r i k : u s u s h a l u s k e u s u s h a l u s 2. Ileosekal: valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke s e k u m dan menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dariintususepsi. 3. Kolokolika: kolon ke kolon. 4. I l e o k o l o i k a : i l e u m p r o l a p s m e l a l u i v a l v u l a i l e o s e k a l i s k e k o l o n . Umumnya para penulis menyetujui bahwa paling sering intususepsi mengenai v a l v u l a i l e o s e k a l i s . N a m u n m a s i h b e l u m j e l a s p e r b a n d i n g a n i n s i d e n s i u n t u k masingmasing jenis intususepsi. Perrin dan Linsay memberikkan gambaran : 39%ileosekal, 31,5 % ileokolika, 6,7% enterik, 4,7 % kolokolika, dan sisanya adalah bentuk-bentuk yang jarang dan tidak khas (Tumen 1964). 2.4 Epidemiologi dan Etiologi 1, 4 Di Netherland dan Jerman, ditemukan angka kejadian intusepsi di bagian bedahanak 1.21.4% dari keseluruhan pasien ( usia populasinya tidak di spesifikasi ). DiAustralia , New Zealand dan Amerika Serikat , insiden intusepsi tidak berbeda jauhdari yang di temukan di Eropa 0.50 2.30 kasus per 1000

kelahiran hidup. Di china,insidensi yang dilaporkan adalah 0.77 kasus per 1000 kelahiran hidup; dari Kuwait0.50 kasus per 1000 kelahiran hidup. Amerika serikat memiliki angka insidens 6

terendah , yaitu 0.24 kasus per 1000 anak > 1 tahun. Di Venezuela terdapat 0.33kasus per 1000 anak > 2 tahun . 4 Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak anak dandewasa. Pada anak anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah idiopatik yangmana lead pointnya tidak ditemukan. Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi,diduga tindakan masyarakat tradisional berupa pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti diare juga berperan pada timbulnya invaginasi sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh suatuneoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead pointnya dapatditemukan. Keadaan patologik ini terjadi pada lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah dilaporkan ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon. Ataupun akibat hyperplasia kelenjar l i m f e u s u s h a l u s ( P e ye r s p a t c h e s / K e l e n j a r l i m f e m e s e n t e r i k a ) . D i E r o p a , pembengkakan kelenjar limfe mesenterika ditemukan 1950% pada pasien yang dioperasi atau di investigasi dengan USG. Invaginasi yang terbanyak pada usus halusadalah neoplasma yang bersifat jinak ( diverticle meckels, polip ). Etiologi lainnyayang frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen seperti lymphoma,diaarhea, riwayat pembedahan abdomen sebelumya, inflamasi pada appendiks, dantrauma tumpul abdomen. 2 . 5 P a t o f i s i o l o g i Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus ( obstruksi ) baik partiil maupun total dan stranggulasi ( Boyd, 1956 ). Proses terjadinya invaginasi dimulaidengan hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil menyebabakan usus masuk ke dalam lumen usus distal kemudian berkontraksi terjadiedema mengakibatkan terjadinya perlekatan yang tidak dapat kembali normalsehingga terjadi invaginasi.Sedangkan pada orang dewasa biasanya di awali adanya gangguan motilitas ususlainnya yang terfiksir/ atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya,karena arah peristaltik adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik usus. Akibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnyaakan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan alirandarah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus. 2.6 Manifestasi klinis Rasa sakit adalah gejala yang paling khas dan hampir selalu ada. Dengan adanyaserangan rasa sakit/kholik yang makin bertambah dan mencapai puncaknya, dankemudian menghilang sama sekali, diagnosis hampir dapat ditegakkan. Rasa sakit berhubungan dengan passase dari

intususepsi. Diantara satu serangan denganserangan berikutnya, bayi atau orang dewasa dapat sama sekali bebas dari gejala.Selain dari rasa sakit gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah muntah,k e l u a r n y a d a r a h m e l a l u i r e k t u m , d a n t e r d a p a t n ya m a s a ya n g t e r a b a d i p e r u t . Beratnya gejala muntah tergantung pada letak usus yang terkena. Semakin tinggiletak obstruksi, semakin berat gejala muntah. Hemathocezia disebabkan olehkembalinya aliran darah dari usus yang mengalami intususepsi. Terdapatnya sedikitdarah adalah khas, sedangkan perdarahan yang banyak biasanya tidak ditemukan.Pada kasus-kasus yang dikumpulkan oleh Orloof, rasa sakit ditemukan pada 90%,muntah pada 84%, keluarnya darah perektum pada 80%dan adanya masa abdomen pada 73% kasus (Cohn, 1976).Gambaran klinis intususepsi dewasa umumnya sama seperti keadaan obstruksi usus pada umumnya, yang dapat mulai timbul setelah 24 jam setelah terjadinyaintususepsi berupa nyeri perut dan terjadinya distensi setelah lebih 24 jam ke duadisertai keadaan klinis lainnya yang hampir sama gambarannya seperti intususepsi pada anak-anak. Pada orang dewaasa sering ditemukan perjalanan penyakit yang jauh lebih panjang, dan kegagalan yang berulang-ulang dalam usaha menegakkandiagnosis dengan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan-pemeriksaan lain (Cohn,1976). Adanya gejala obstruksi usus yang berulang, harus dipikirkan kemungkinanintususepsi. Kegagalan untuk memperkuat diagnosis dengan pemeriksaan radiologisseringkali menyebabkan tidak ditegakkanya diagnosis. Pemeriksaan radiologis sering tidak berhasil mengkonfirmasikan diagnosis karena tidak terdapat intususepsi 8

pada saat dilakukan pemeriksaan. Intussusepsi yang terjadi beberapa saatsebelumnya telah tereduksi spontan. Dengan demikian diagnosis intussusepsi harusdipikirkan pada kasus orang dewasa dengan serangan obstruksi usus yang berulang,m e s k i p u n p e m e r i k s a a n r a d i o l o g i s d a n p e m e r i k s a a n p e m e r i k s a a n l a i m t i d a k memberikan hasil yang positif.Pada kasus intususepsi kronis ini, gejala yang timbul seringkali tidak jelas dan membingungkan sampai terjadi invaginasi yang menetap. Ini terutama terdiri dariserangan kolik yang berulang, yang seringkali disertai muntah, dan kadang-kadang juga diare. Pada banyak kasus ditemukan pengeluaran darah dan lendir melaluirektum, namun kadang-kadang ini juga tidak ditemukan. Gejala-gejala lain yang juga mungkin didapatkan adalah tenesmus dan anoreksia. Masa abdomen dapatdiraba pada kebanyakan kasus, terutama pada saat serangan (Tumen, 1964). 2 . 7 D i a g n o s i s Gejala klinis yang sering dijumpai berupa nyeri kolik sampai kejang yang ditandaidengan flexi sendi koksa dan lutut secara intermiten, nyeri disebabkan oleh iskemisegmen usus yang terinvaginasi. Iskemi pertama kali terjadi pada mukosa usus bila berlanjut akan terjadi strangulasi yang ditandai dengan keluarnya mucus bercampur dengan darah sehingga tampak seperti agar-agar jeli darah Terdapatnya darah samar dalam tinja dijumpai pada + 40%, darah makroskopis pada tinja dijumpai pada +40% dan pemeriksaan Guaiac negatif dan hanya ditemukan mucus pada + 20%kasus. Diare merupakan suatu gejala awal disebabkan oleh perubahan faali saluran pencernaan ataupun oleh karena infeksi. Diare yang disebut sebagai gejala palinga w a l i n v a g i n a s i , d i d a p a t k a n p a d a 8 5 % k a s u s . P a s i e n b i a s a n ya m e n d a p a t k a n intervensi medis maupun tradisional pada waktu tersebut. Intervensi medis berupa pemberian obat-obatan. Hal yang sulit untuk diketahui adalah jenis obat yangd i b e r i k a n , a p a k a h s u a t u a n t i d i a r e ( s u a t u s p a s m o l i t i k ) , o b a t ya n g s e r i n g k a l i dicurigai sebagai pemicu terjadinya invaginasi. Sehingga keberadaan diare

sebagais a l a h s a t u g e j a l a i n v a g i n a s i a t a u p e n g o b a t a n t e r h a d a p d i a r e s e b a g a i p e m i c u timbulnya invaginasi sulit ditentukan. Muntah reflektif menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi, gejala ini dijumpai pada 75% pasien invaginasi. Muntah dan nyeri sering dijumpai sebagai gejala yangdominan pada sebagian besar pasien. Muntah reflektif terjadi tanpa penyebab yang jelas, mulai dari makanan dan minuman yang terakhir dimakan sampai muntah bilus. Muntah bilus suatu pertanda ada refluks gaster oleh adanya sumbatan disegmen usus sebelah anal. Muntah dialami seluruh pasien. Gejala lain berupak e m b u n g , s u a t u g a m b a r a n a d a n ya d i s t e n s i s i s t e m u s u s o l e h s u a t u s u m b a t a n didapatkan pada 90%. Gejala lain yang dijumpai berupa distensi, pireksia, DancesSign dan Sousage Like Sign, terdapat darah samar, lendir dan darah makroskopis pada tinja serta tanda-tanda peritonitis dijumpai bila telah terjadi perforasi. DancesSign dan Sousage Like Sign dijumpai pada + 60% kasus, tanda ini patognomonik pada invaginasi. Masa invaginasi akan teraba seperti batang sosis, yang terseringditemukan pada daerah paraumbilikal. Daerah yang ditinggalkan intususeptum akanteraba kosong dan tanda ini disebut sebagai Dances Sign.Pemeriksaan colok dubur teraba seperti portio uteri, feces bercampur lendir dandarah pada sarung tangan merupakan suatu tanda yang patognomonik. Pemeriksaanfoto polos abdomen, dijumpainya tanda obstruksi dan masa di kwadran tertentu dariabdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi. USG membantu menegakkand i a g n o s i s i n v a g i n a s i d e n g a n g a m b a r a n t a r g e t s i g n p a d a p o t o n g a n m e l i n t a n g invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi. Fotodengan kontras barium enema dilakukan bila pasien ditemukan dalam kondisistabil, digunakan sebagai diagnostik maupun terapetik. TRIAS INVAGINASI : Anak mendadak kesakitan episodic, menangis dan mengankat kaki (Craping pain), bila lanjut sakitnya kontinyu Muntah warna hijau (cairan lambung) Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan dalam) = currant jelly stool Pemeriksaan Fisik : 10 Obstruksi mekanis ditandai darm steifung dan darm counter. Teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi spontan ( Sousage Like Sign ) Nyeri tekan (+) Dancen sign (+) Sensasi kekosongan padakuadran kanan bawah karenamasuknya sekum pada kolon ascenden

RT : pseudoportio(+), lender darah (+) Sensasi seperti portio vaginaakibat invaginasi usus yang lama Radiologis Foto abdomen 3 posisi :T a n d a o b s t r u k s i ( + ) : D i s t e n s i , A i r f l u i d l e v e l , H e r i n g b o n e ( g a m b a r a n p l i k a circularis usus) Foto abdomen 3 posisiColon In loop berfungsi sebagai : Diagnosis : cupping sign, letak invaginasi Terapi : Reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda2 obstruksidan kejadian < 24 jamReposisi dianggap berhasil bila setelah rectal tube ditarik dari anus barium keluar bersama feses dan udara Pada orang dewasa diagnosis preoperatif keadaan intususepsi sangatlah sulit,meskipun pada umumnya diagnoasis preoperatifnya adalah obstruksi usus tanpadapat memastikan kausanya adalah intususepsi, pemerikasaan fisik saja tidaklahcukup sehingga diagnosis memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan radiologi (barium enema, ultra sonography dan computed tomography), meskipunumumnya diagnosisnya didapat saat melakukan pembedahan.Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat yang khas dan pemeriksaan fisik.Pada penderita dengan intususepsi yang mengenai kolon, barium enema mungkindapat memberi konfirmasi diagnosis. Mungkin akan didapatkan obstruksi aliran barium pada apex dari intususepsi dan suatu cupshaped appearance pada barium ditempat ini.Ketika tekanan ditingkatkan, sebagian atau keseluruhan intususepsi mungkin akantereduksi. Jika barium dapat melewati tempat obstruksi, mungkin akan diperolehsuatu coil spring appearance yang merupakan diagnostik untuk intususepsi. Jikasalah satu atau semua tanda-tanda ini ditemukan, dan suatu masa dapat diraba padatempat obstruksi, diagnosis telah dapat ditegakkan (Cohn 1976). Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian kasus intususepsi mempunyai riwayat perjalanan penyakit yang khronis, bahkan kadang-kadang mencapai waktu bertahun tahun. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada orng dewasa daripadaanak-anak (Tumen 1964). Biasanya ditemukan suatu kelainan lokal pada usus 12

namun Goodal (cit Tumen, 1964) telah mengumpulkan dari literatur 122 kasusintususepssi khroni primeir pada orang dewasa. Beberapa penulis tidak menyetujuik o n s e p b a h w a i n t u s u s e p s i t e r s e b u t b e r l a n g s u n g t e r u s m e n e r u s d a l a m w a k t u demikian lama. Stallman (cit Tumen 1964) mempertanyakan tepatnya penggunaanistilah intususepsi kronis. Goldman dan Elman (cit Tumen 1964) mengemukakank e y a k i n a n n ya b a h w a p e n d e r i t a t i d a k m u n g k i n d a p a t b e r t a h a n h i d u p d e n g a n intususepsi yang berlangsung lebih dari 1 minggu. Para penulis ini berpendapat, halyang paling mungkin telah terjadi pada kasus seperti ini adalah adanya reduksispontan dan rekurensi yang terjadi berganti -ganti. Adanya mesenterium yang panjang, yang memungkinkan invaginasi terjadi tanpa gangguansirkulasi,kemungkinan dapat menyebabkan terpeliharanya integritas striktural usus.Serangan ini dapat berulang dalam waktu yang lama dengan status kesehatan penderita yang relatif baik, sampai akhirnya terdapat suatu serangan yang demikian beratnya sehingga tidak dapat tereduksi spontan, dan tindakan bedah menjadidiperlukan.Mendiagnosis intususepsi pada dewasa sama halnya dengan penyakit lainnya

yaitumelalui :1 . A n a m n e s i s , p e m e r i k s a a n f i s i k ( g e j a l a u m u m , k h u s u s d a n s t a t u s l o k a l i s seperti diatas). 2. Pemeriksaan penunjang ( Ultrasonography, Barium Enema dan ComputedTomography)

CT Scan AbdomenUSGABDOMEN 14

USGDOPPLER2.8 Penatalaksanaan Dasar pengobatan adalah :1.Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.2.Menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang

nasogastrik.3 . A n t i b i o t i k a . 4 . L a p a r o t o m i e k s p l o r a s i . Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari serangan pertama, maka akanmemberikan prognosa yang lebih baik.Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dahulu mencakup dua tindakan : Reduksi hidrostatik Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter dengan tekanan tertentu. Pertama kali keberhasilannya dikemukakan oleh Laddtahun 1913 dan diulang keberhasilannya oleh Hirschprung tahun 1976. Reduksi manual (milking) dan reseksi usus Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka lekosit,mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai dengan distensi abdomen, feces berdarah, gangguan sistema usus yang berat sampaitimbul shock atau peritonitis, pasien segera dipersiapkan untuk suatu op erasi.Laparotomi dengan incisi transversal interspina merupakan standar yang diterapkandi RS. Dr. Sardjito. Tindakan selama operasi tergantung kepada penemuan keadaanusus, reposisi manual dengan milking harus dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung kepada ketrampilan dan pengalaman operator. Reseksi usus dilakukanapabila pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitasusus diragukan atau ditemukan kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi.S e t e l a h u s u s d i r e s e k s i d i l a k u k a n a n a s t o m o s e e n d t o e n d a p a b i l a h a l i n i memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Diagnosis pada saat pembedahan tidak sulit dibuat. Pada intususepsi yang mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya adalah suatu keganasan, oleh karena itu ahli bedahdianjurkan untuk segera melakukan reseksi, dengan tidak usah melakukan usahareduksi. Pada intususepsi dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi denganhati-hati. Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrose, reduksi tidak perludikerjakan dan reseksi segera dilakukan (Ellis, 1990). Pada kasus -kasus yangidiopatik, tidak ada yang perlu dilakukan selain reduksi (Aston dan Machleder,1975 cit Ellis, 1990). Tumor benigna harus diangkat secara lokal, tapi jika ada keragu-raguan mengenai keganasan, reseksi yang cukup harus dikerjakan. 1. Pre-operatif Penanganan intususepsi pada dewasa secara umum sama seperti penangan pada 16

kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum seperti rehidrasi dankoreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit 2.Durante Operatif Penanganan secara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi, karena kausaterbanyak intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan neoplasma maka tindakanyang dianjurkan adalah reseksi anastosmose segmen usus yang terlibat dengan memastikan lead pointnya, baik itu neoplasma yang bersifat jinak maupun yangganas.Tindakan manual reduksi tidak dianjurkan karena risiko:1. Ruptur dinding usus selama manipulasi2. Kemungkinan iskemik sampai nekrosis pasca operasi3. Kemungkinan rekurensi kejadian intususepsi4. Ileus yang berkepanjangan akibat ganguan otilitas5. Pembengkakan segmen usus yang terlibatB a t a s r e s e k s i p a d a u m u m n ya a d a l a h 1 0 c m d a r i t e p i t e p i s e g m e n u s u s ya n g terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum 30

cm dari lesi, kemudiand i l a k u k a n a n a s t o s m o s e e n d t o e n d a t a u s i d e t o s i d e . Pada kasus-kasus tertentu seperti pada penderita AIDS, lesi/lead pointnya tidak d i t e m u k a n m a k a t i n d a k a n r e d u k s i d a p a t d i a n j u r k a n , b e g i t u j u g a p a d a k a s u s retrograd intususepsi pasca gastrojejunostomi tindakan reduksi dapat dibenarkan,keadaan lainya seperti intususepsi pada usus halus yang kausanya pasti lesi jinak tindakan reduksi dapat dibenarkan juga, tetapi pada pasien intususepsi tanpa riwayat pembedahan abdomen sebelumnya sebaiknya dilakukan reseksi anastosmose .

3. Pasca Operasi Hindari Dehidrasi Pertahankan stabilitas elektrolit Pengawasan akan inflamasi dan infeksi Pemberian analgetika yang tidak mempunyai efek menggangu motilitas ususPada invaginasi usus besar dimana resiko tumor ganas sebagai penyebabnyaadalah besar, maka tidak dilakukan reduksi (milking) tetapi langsung dilakukan 18

reseksi. Sedangkan bila invaginasinya pada usus halus reduksi boleh dicobadengan hati-hati , tetapi bila terlihat ada tanda necrosis, perforasi, oedema, r e d u k s i t i d a k b o l e h d i l a k u k a n , m a k a l a n g s u n g d i r e s e k s i s a j a ( E l l e s , 9 0 ) . Apabila akan melakukan reseksi usus halus pada invaginasi dewasa hendaknyad i p e r t i m b a n g k a n j u g a s i s a u s u s h a l u s y a n g d i t i n g g a l k a n , i n i u n t u k menghindari / memperkecil timbulnya short bowel syndrom.Gejala short bowel syndrom menurut Schrock, 1989 adalah: 1. Adanya reseksi usus yang etensif 2.

Diaarhea 3. Steatorhe 4. MalnutrisiA p a b i l a u s u s h a l u s ya n g t e r s i s a 3 m e t e r a t a u k u r a n g a k a n m e n i m b u l k a n gangguan nutrisi dan gangguan pertumbuhan. Jika usus halus yang tersisa 2meter atau kurang fungsi dan kehidupan sangat terganggu. Dan jika tinggal 1meter maka dengan nutrisi prenteralpun tidak akan adequat. (Schrock, 1989) DAFTARPUSTAKA 1. Hanz-Iko Huppertz Prof. Dr , Montse Soriano-Gabarro MD, MSc , ElisabettaFranco Prof , Urlich Desselberger MD, Judith Wolleswinkel -van den BoschPhD , Carlo Giaquinto MD ,et all. Intussusception Among Young Children inEurope. The Pediatric Infectious Disease Journal , 2006 January 25 (1) 22-27. 2. Sabiston DC. Buku Ajar Bedah. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.2010. p270-2723.Gabriel Conder , John Rendre, et all. Abdominal Radiology Intussusception ,Cambrige University Press.4 . J H o l d e r , G . K V o n S c h u l t h e s s e t a l l . D i s e a s e o f t h e a b d o m e n a n d p e l v i s , 2006 . Springer science , Italy. p218-223 . 5. S j a m s u h i d a ya t R , d e J o n g W . B u k u A j a r I l m u B e d a h . E d i s i k e - 2 . J a k a r t a : Penerbit Buku Kedokteran. 2005. p627-629 6 . D i u n d u h d a r i http://kedokteranugm.com/?tag=ugm/invaginasi.

Anda mungkin juga menyukai