Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Persoalan bulan Qomariyah merupakan persoalan yang sangat klasik dan

senantiasa menjadi sorotan kaum muslimin di dunia ini. Dalam artian, persoalan

ini bukan hanya baru terjadi pada saat ini, namun persoalan awal bulan

Qomariyah ini sudah terjadi semenjak awal tersebarnya keberadaan Islam itu

sendiri dan sudah mendapatkan perhatian serta pemikiran yang cukup serius dari

para pakar hukum Islam (fuqaha), mengingat persoalan ini sangat berkaitan erat

dengan ibadah kaum muslim di dunia.

Perbedaan yang paling mencolok dari persoalan ini sering terjadi pada saat

awal-awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah dan perbedaan persoalan ini

pun sering terjadi pula di Indonesia.

Di Indonesia, patokan untuk menetapkan suatu awal bulan Qomariyah

ditugaskan oleh Departemen Agama (Depag) di bawah pengawasan Menteri

Agama Republik Indonesia. Departemen Agama memandang bahwa penetapan

awal dan akhir Ramadhan harus dilakukan oleh pemerintah karena menyangkut

kepentingan umat dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk kepentingan penetapan awal bulan Qomariyah, Departemen Agama

selalu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Dalam masalah

keagamaan, Departemen Agama selalu berkonsultasi dengan Majelis Ulama

Indonesia, sedangkan dalam masalah teknis pelaksanaan rukyah dan penyediaan


2

data hisab, Departemen Agama selalu berkonsultasi dengan instansi terkait seperti

BMKG, Dinas Hidrooseanografi, Planetarium, Observatorium Bosscha ITB,

lembaga-lembaga falakiyah, Ormas Islam, serta instansi-instansi lainnya atau

perorangan yang ahli, koordinasi ini dilakukan dengan cara konsultasi,

musyawarah, diskusi/seminar atau dalam bentuk kegiatan lainnya.1

Setelah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait,

Departemen Agama melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam proses penetapan

awal dan akhir Ramadhan secara terperinci yang kemudian dari hasil proses

tersebut, Menteri Agama melakukan sidang itsbat pada malam hari tanggal 29

Sya’ban atau Ramadhan untuk memutuskan awal dan akhir Ramadhan. Sidang

itsbat tersebut dihadiri oleh anggota Badan Hisab Rukyah, MUI, Wakil Ormas

Islam, dan undangan lainnya. Dari hasil keputusan sidang itsbat tersebut

dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Agama tentang Penetapan 1

Ramadhan atau Syawal yang kemudian pada malam hari itu juga diumumkan

kepada masyarakat.2

Masalah penetapan awal bulan Qomariyah ini memang mutlak adalah

urusan Departemen Agama, namun pada prakteknya, masih terdapat perbedaan

pendapat di kalangan Ormas Islam di Indonesia, tak terkecuali bagi kalangan

Nahdlatul Ulama (NU) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

1
Wahyu Widiana, Proses pengambilan Keputusan Departemen Agama Tentang Penentuan
Awal Dan Akhir Ramadhan, (Jakarta : gema Insani Press, 1994), h. 82.
2
Ibid, h. 83.
3

Bagi kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama, metode yang diajukan adalah

dengan cara penentuan atau penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Zulhijjah harus dengan metode rukyat hilal, namun apabila dengan metode rukyat

tidak berhasil atau bulan tidak tampak maka disempurnakanlah bilangan hitungan

bulan tersebut menjadi 30 hari. Bagi kalangan Nahdlatul Ulama melakukan rukyat

hilal tersebut haruslah berdasarkan di salah satu tempat di Indonesia, seperti di

daerah pantai-pantai yang ada di Indonesia.

Hal ini berdasarkan pendapat Imam Hanafi, Maliki dan Syafi’i yang

menyatakan bahwa penanggalan Qomariyah harus sama di dalam satu wilayah

hukum suatu negara.3

Di Indonesia, pelaksanaan rukyat hampir dilaksanakan oleh setiap

organisasi Islam, namun secara keseluruhan bahwa hasil dari pelaksanaan rukyat

tersebut yang dapat menetapkan kapan masuknya awal bulan tersebut adalah dari

pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Agama. Di antara sekian

banyak organisasi yang melaksanakan observasi rukyat tersebut adalah kalangan

Nahdlatul Ulama dan Hizbut Tahrir Indonesia.

Dari hasil pengamatan rukyat hilal di kalangan Nahdlatul Ulama, akhir

bulan Sya’ban jatuh pada hari Minggu tanggal 31 Agustus 2008 dan awal

Ramadhan 1429 Hijriyah jatuh pada tanggal 1 September 2008. Sedangkan akhir

Ramadhan 1429 Hijriyah jatuh pada hari Selasa tanggal 30 September 2008

3
DR. Ir. H.S. Farid Ruskanda, M. Sc, APU, 100 Masalah Hisab & Rukyat Telaah Syariah,
Sains dan Teknologi, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), h. 18.
4

sehingga secara otomatis awal dari bulan Syawal jatuh pada hari Rabu tanggal 1

Oktober 2008.

Hizbut Tahrir Indonesia dalam menetapkan awal bulan Qomariyah

cenderung menggunakan metode rukyat global, yaitu suatu metode untuk

menentukan awal dan akhir bulan dengan rukyat yang tidak terikat pada batasan

negara tertentu. Misalnya, apabila di Indonesia melihat hilal, maka negara lain

seperti Malaysia, Singapura, Mesir dan sebagainya yang terikat dengan metode

tersebut, maka mereka wajib menyudahi mengawali atau mengakhiri bulan

tersebut. Oleh karena itu, rukyat global merupakan upaya untuk menyamakan

awal dan akhir bulan secara serentak di seluruh dunia untuk umat Islam.

Pandangan Hizbut Tahrir ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Imam

Hambali yang menyatakan kesamaan tanggal Qomariyah harus berlaku di seluruh

dunia, di bagian bumi yang berada pada malam atau siang yang sama.4

Pengamatan yang dilakukan oleh tim ahli falak dari anggota Hizbut Tahrir

Intenasional, akhir bulan Sya’ban jatuh pada hari Minggu tanggal 31 Agustus

2008 dan awal Ramadhan 1429 Hijriyah jatuh pada tanggal 1 September 2008,

dalam hal penetapan awal bulan Ramadhan 1429 Hijriyah, antara Hizbut Tahrir

Indonesia dengan kalangan Nahdlatul Ulama tidak mengalami perbedaan dalam

hal awal bulan Ramadhan. Namun bagi kalangan Hizbut Tahrir, akhir Ramadhan

1429 Hijriyah jatuh pada hari selasa tanggal 29 September 2008 sehingga di

4
Ibid, h. 19.
5

kalangan Hizbut Tahrir awal dari bulan Syawal jatuh pada hari Selasa tanggal 30

September 2008.

Namun bila dilihat dalam tinjauan fiqih (hukum Islam), penentuan awal

bulan termasuk masalah ijtihadiyah yang diperbolehkan adanya perbedaan di

dalamnya. Akan tetapi, jika ditinjau dari segi sosial kemasyarakatan, perbedaan

tersebut dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Oleh karena itu, kesatuan

dalam awal bulan Qomariyah atau kalender Islam pada umumnya, jelas lebih

maslahat bagi umat Islam.5

Terlepas dari permasalahan ini, suatu perbedaan di kalangan umat Islam

merupakan suatu rahmat bagi umat Islam itu sendiri, karena di setiap perbedaan

itulah ilmu pengetahuan dapat berkembang pesat seperti saat ini.

Tulisan ini pula tidak dimaksudkan untuk memperuncing masalah, akan

tetapi penulis ingin menelaah kajian dan menggali ilmu yang sebanyak-

banyaknya yang berkaitan dengan pembahasan yang penulis angkat secara

mendalam, objektif dan seksama dengan penuh rasa tanggung jawab dalam

rangka kebenaran dan kemaslahatan, sehingga setiap pemberlakuan syariat hukum

Islam dapat dipahami secara tepat dan benar.

5
Purwanto dan D.N. Dawanas, Peran Astronomi Dalam Penentuan Awal Bulan Hijriyah,
makalah pada Koordinasi Pelaksanaan Hisab Rukyat, Tugu 31 Januari-1 Februari 1994, h. 1.
6

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji secara

lebih mendalam dan mengangkatnya dalam sebuah skripsi dengan judul :

ANALISIS PERBANDINGAN PENETAPAN AWAL DAN AKHIR BULAN

RAMADHAN 1429 H ANTARA METODE RUKYATUL HILAL OLEH

NAHDLATUL ULAMA DAN RUKYAT GLOBAL OLEH HIZBUT TAHRIR

INDONESIA.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan 1429 H antara

metode rukyatul hilal oleh Nahdlatul Ulama dan metode rukyat global oleh

Hizbut Tahrir Indonesia ?

2. Sejauh mana perbedaan dan persamaan penetapan awal dan akhir bulan

Ramadhan 1429 H antara metode rukyatul hilal oleh Nahdlatul Ulama dan

metode rukyat global oleh Hizbut Tahrir Indonesia ?


7

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui konsep penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan 1429 H

antara metode rukyatul hilal oleh Nahdlatul Ulama dan metode rukyat global

oleh Hizbut Tahrir Indonesia.

2. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan dan persamaan penetapan awal dan

akhir bulan Ramadhan 1429 H antara metode rukyatul hilal oleh Nahdlatul

Ulama dan metode rukyat global oleh Hizbut Tahrir Indonesia.

D. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap topik yang dibahas

dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu memberikan definisi operasional

sebagai berikut :

Analisis adalah penelitian terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

keadaan sebenarnya (sebab musababnya/duduk perkaranya).6

Perbandingan adalah suatu perbedaan (selisih) atau kesamaan.7

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki atau cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang ditentukan.8

6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 43.
7
Ibid, h. 100.
8
Ibid, h. 740.
8

Ormas adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat

Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,

profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk

berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.9 Dalam

penelitian ini ormas yang diteliti adalah organisasi Nahdlatul Ulama dan Hizbut

Tahrir Indonesia.

Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan atau kalender

Hijriyah dengan mengamati hilal (bulan) secara langsung. Apabila hilal (bulan

sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan berjalan digenapkan

(istikmal) menjadi 30 hari.

Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah

yang menganut prinsip bahwa jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka

penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah

yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.10

Dari penjelasan judul di atas, penulis berusaha menelaah dan melihat

konsep perbandingan antara dua pandangan Nahdlatul Ulama dan Hizbut Tahrir

Indonesia mengenai metode penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan 1429

Hijriyah. Adapun metode tersebut yang diajukan Nahdlatul Ulama adalah metode

rukyatul Hilal, dan Hizbut Tahrir Indonesia menggunakan metode rukyat global,

9
Undang-undang No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
10
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah.
9

yang mana dari kedua organisasi tersebut akan melahirkan suatu penetapan

mengenai awal dan ahkir bulan Ramadhan 1429 Hijriyah dan pula kedua

organisasi ini merupakan salah satu dari sekian organisasi Islam di Indonesia yang

cukup eksis di masyarakat kita.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada tingkat sarjana

jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda.

2. Sumbangan pemikiran bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya yang

berkaitan langsung dengan mata kuliah Ilmu Falak.

F. ALASAN MEMILIH JUDUL

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penulis

mengemukakan beberapa alasan dalam memilih judul skripsi ini, yaitu :

1. Dalam hal penetapan awal bulan Qomariyah, sering muncul ke permukaan

berbagai macam metode-metode penetapan awal bulan Qomariyah yang

dipraktekkan organisasi-organisasi Islam di Indonesia, khususnya di tiga

bulan Qomariyah, yaitu Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah, hal ini sangat

berbeda sekali dalam hal menentukan awal waktu sholat lima waktu dan

menentukan arah kiblat.


10

2. Ingin mengetahui lebih jauh bagaimana metode-metode penetapan awal bulan

Qomariyah, yang mana belum sepenuhnya penulis mengetahuinya.

3. Karena permasalahan yang penulis sajikan ini, hingga sampai sekarang,

khususnya di kalangan Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Samarinda sendiri masih terlalu sedikit untuk mengkajinya, sehingga penulis

tertarik untuk mengangkatnya dalam suatu karya ilmiah.

G. METODE PENELITIAN

Dalam menyusun skripsi ini, untuk memperoleh data yang diperlukan,

penulis menggunakan beberapa tehnik, yaitu :

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan merupakan library research atau penelitian

kepustakaan, yaitu objek penelitiannya merujuk pada literatur-literatur

maupun buku-buku yang ada kaitannya dengan judul tersebut.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah objek dari mana data dapat diperoleh.

Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, maka sumber dalam

hal ini terdiri dari :

a. Bahan primer, yaitu bahan-bahan yang berasal dari buku-buku atau bahan

bacaan yang secara langsung berkaitan dengan permasalahan yang penulis

angkat, yang mempunyai kekuataan yang mengikat dan mendasar, antara

lain buku yang membahas tentang ilmu falak, yaitu Ilmu Falak Dalam
11

Teori dan Praktek (Hamdan Mahmud), Hisab dan Rukyat (DR. Susiknan

Azhari), hisab Untuk Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan (Wachid

Basith), dan lain sebagainya.

b. Bahan sekunder, yaitu buku-buku dan bahan-bahan penunjang, yang

memberikan penjelasan mengenai bahan primer sehingga akan

memberikan pemahaman dalam membahas bahan primer tersebut, antara

lain buku-buku yang menyangkut kedua organisasi tersebut, yaitu

Nahldatul Ulama dan Hizbut Tahrir, seperti Islam dan radikalisme di

Indonesia (Afadlal, dkk), Hizbut Tahrir atau Mengenal Hizbut Tahrir

(Saifullah), Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah (Nana Sudjana), dan lain

sebagainya.

c. Bahan tersier, yaitu bahan hukum yang sifatnya melengkapi kedua bahan

tersebut seperti Ensiklopedia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus

Bahasa Arab dan bahan-bahan lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini penelitian kepustakaan, maka teknik pengumpulan

datanya dengan membaca, memahami dan menelaah literatur yang erat

kaitannya dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik Analisa Data


12

Di lihat dari objek penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif, yaitu penulis berusaha atau memaparkan sesuatu dengan apa

adanya, dan teknik analisa datanya adalah dengan menggunakan metode

komperatif, maksudnya penulis melakukan perbandingan dalam rangka

melihat bagaimana persamaan dan perbedaan antara metode penetapan awal

dan akhir bulan Ramadhan yang terjadi pada tahun 2008 Masehi atau 1429

Hijriyah oleh kalangan Nahdlatul Ulama dengan metode rukyatul hilal dan

Hizbut Tahrir Indonesia dengan metode rukyat global. 11

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima (5)

bab dengan perincian sebagai berikut :

Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, kegunaan penelitian,

alasan memilih judul, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II adalah bab yang di dalamnya membahas tentang sekilas tentang

organisasi Nahldatul Ulama, sekilas tentang organisasi Hizbut Tahrir Indonesia,

pandangan umum tentang rukyatul hilal dan rukyat global,

Bab III adalah bab yang di dalamnya membahas tentang pandangan

Nahldatul Ulama terhadap metode rukyatul hilal, teknik dan proses penetapan

11
Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung : Sinar Baru, 1991), h. 6-7.
13

awal dan akhir bulan ramadhan 1429 hijriyah oleh metode Nahdlatul Ulama,

pandangan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap metode rukyat global, teknik dan

proses penetapan awal dan akhir Ramadhan 1429 hijriyah oleh Hizbut Tahrir,

masalah istikmal, serta membahas tentang persamaan dan perbedaan metode

rukyatul hilal dan rukyat global.

Bab IV adalah analisa teori, dalam bab ini dibahas secara komperatif

antara materi-materi dan teori-teori yang ada di Bab II dan Bab III.

Bab V adalah penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai