Pengaturan System Kardiovaskuler
Pengaturan System Kardiovaskuler
Prinsip pengaturan kardiovaskuler: Memenuhi kebutuhan suplai darah ke jaringan sesuai dengan aktivitas jaringan Mempertahankan aliran darah ke jaringan spesifik seperti ke jantung, ke otak dan ke ginjal, pada gangguan aliran darah (misal akibat perdarahan) dengan mengurangi aliran darah ke jaringan lainnya
Pengaturan sisten kardiovaskuler ada 4 macam: 1. Intrinsic Regulation of Heart Pumping Pengaturan intrinsik pompa jantung sebagai repons terhadap perubahan jumlah volume darah yang masuk ke jantung (Mekanisme Frank-Starling). Semakin besar regangan yang terjadi pada otot jantung semakin besar pula kekuatan kontraksi otot jantung (sampai batas / limit fisiologis, semakin banyak pula jumlah volume darah yang dapat dipompakan (stroke volume) 2. a. b. 3. Local Control of Blood Flow Pengaturan jangka pendek Metabolic control atau control dari berdasarkan aktivitas metabolisme Myogenic control atau control dari otot Endothelial-derived relaxing factor Pengaturan jangka panjang Pengubahan aliran ke jaringan yang perlu (aktiv) Pmbentukan pembuluh baru Pembentukan pemnuluh kolateral Nervous regulation System saraf otonom : Sympathetic: meningkatkan kekuatan kontraksi mempercepat frekwensi Peningkatan COP Parasympathetic: > Berlawanan dengan simpatis > Distribusi di atrium > di ventrikel > Stimulasi kuat denyut jantung berhenti selama beberapa detik, kemudian diikuti escape jantung berdenyut dengan irama ventrikel kemampuan pemompaan ventrikel turun > 50 %
4.
Humoral regulation a. Vasoconstrictor Agents - Norepinephrine dan epinephrine - Angiotensin - Vasopressin - Endothelin: merusak pembuluh darah b. Vasodilator agents
- Bradykinin - Serotonin - Histamine - Prostaglandin c. Ion - ion K: berpengaruh terhadap lama proses pencapaian ambang dan masa polarisasi. - ion Ca: mempengaruhi kekuatan kontraksi jantung. d. Zat kimia lainnya: keasaman dan osmolitas
Prinsip Hemodinamika
Ada 3 prinsip fungsi sirkulasi: Kecepatan aliran darah ke setiap jaringan tubuh hampir selalu diatur sesuai dengan kebutuhan jaringan. Curah jantung terutama dikendalikan oleh penjumlahan seluruh aliran darah setempat. Pada umumnya, tekanan arteri dikendalikan secara mandiri baik dengan pengaturan aliran darah setempat atau pengaturan curah jantung. Pada dasarnya, hemodinamik diatur oleh 3 komponen penting a. Aliran darah Aliran darah adalah jumlah darah yang melalui suatu titik tertentu di dalam sirkulasi dalam suatu periode. Pada orang dewasa dalam keadaan istirahat biasanya berjumlah 5 liter/menit. Aliran darah yang melalui pembuluh ditentukan oleh 2 faktor: Perbedaan tekanan darah di antara kedua ujung pembuluh (gradient tekanan) di sepanjang pembuluh darah, yaitu daya yang mendorong darah melalui pembuluh. Tahanan bagi aliran darah yang melalui pembuluh (resistensi) Dengan demikian, dapat dirumuskan berdasarkan hukum ohm: F = P/R F=P/R
F: aliran darah P: gradient tekanan R: resistensi Jenis aliran darah: Aliran darah turbulen bila darah mengalir melintang di pembuluh membentuk pusaran. Aliran darah laminar bila darah mengalir dengan kecepatan tetap melalui suatu pembuluh yang panjang dan licin.
b. Tekanan darah
Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Biasanya diukur dengan manometer air raksa dengan satuan mmHg. c. Resistensi aliran darah Resistensi adalah hambatan aliran terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang ditimbulkan oleh gesekan antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh yang stasioner. Resistensi ditentukan oleh beberapa factor: Viskositas (kekentalan) darah Timbul antara molekul suatu cairan yang saling bergesekan. Semakin besar viskositas maka semakin besar pula resistensi darah. Viskositas ditentukan oleh konsentrasi protein plasma dan jumlah sel darah merah yang beredar. Luas permukaan pembuluh Karena darah menggesek lapisan pembuluh darah mengalir, semakin besar luas permukaan yang berkontak dengan darah maka semakin besar pula resistensi terhadap aliran darah. Ditentukan oleh panjang (l) dan jari-jari pembuluh (r). Darah akan lebih deras mengalir pada pembuluh besar daripada pembuluh yang lebih kecil karena darah lebih banyak berkontak dengan dinding pembuluh kecil sehingga resistensinya lebih besar. Resistensi berbanding terbalik dengan jari-jari pangkat empat. R ~ 1/r4
Aktivitas otot rangka Banyak vena besar yang terletak antara otot-otot rangka, sehinnga ketika otot berkontraksi vena tertekan dan meningkatkan aliran darah menuju jantung.
Efek katup vena Katup ini berperan dalam menjada aliran darah agar tidak kembali ke jaringan dan juga berperan dalam melawan efek gravitasi.
Aktivitas pernafasan Akibat aktivitaspernafasan, tekanan di dada menjadi 5mmHg lebih rendah dari tekanan atmosfer. Hal ini menyebabkan aliran balik ke jantung menjadi meningkat.
Terjadi karena adanya pengisian ventrikel yang menyebabkan tekanan atrium 0 mmHg, sehingga darah masuk ke jantung.
memompakan semua darah yang dikembalikan padanya; peningkatan aliran balik vena menyebabkan peningkatan volume sekuncup. 2. Control ekstrinsik (tingkat stimulasi simpatis) Stimulasi simpatis dan epinfrin meningkatkan kontraktilitas jantung yang mengacu pada kekuatan kontaksi pada setiap volume akhir diastolic. Hal ini disebabkan karena peningkatan influx Ca++ yang dicetuskan oleh norepinefrin dan epinefrin. Tambahan Ca++ sitosol menyebabkan miokardium menghasilkan gaya lebik kuat, sehingga darah yang dipompakan menjadi lebih banyak. Stimulasi simpatis juga menyebabkan konstriksi vena yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga meningkatkan volume diastolic khir dan meningkatkan volum sekuncup.
Manusia bernapas secara tidak langsung, artinya udara pernapasan tidak berdifusi langsung melalui seluruh permukaan kulit. Selaput tipis tempat berlangsungnya difusi gas tersebut terlindung di bagian dalam tubuh, berupa gelembung paru-paru (alveolus). Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu pernapasan luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal). Perhatikan Gambar 7.3.
Hb + O2 => HbO2 Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2 meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini karena adanya perbedaan tekanan parsial. Tekanan udara luar sebesar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru sebesar 160 mmHg. Tekanan parsial pada kapiler darah arteri 100 mmHg, dan di vena 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O 2 dari udara berdifusi ke dalam darah. Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena 47 mmHg, tekanan parsial CO2 dalam arteri 41 mmHg, dan tekanan parsial CO2 dalam alveolus 40 mmHg. Adanya perbedaan tekanan parsial tersebut menyebabkan CO2 dapat berdifusi dari darah ke alveolus.
CO2 + Hb => HbCO2 Karboksihemoglobin disebut juga karbominohemoglobin karena bagian dari hemoblogin yang mengikat CO2 adalah gugus asam amino. Reaksinya sebagai berikut. CO2 + RNH2 => RNHCOOH 3) Sekitar 610% CO2 diangkut plasma darah dalam bentuk senyawa asam karbonat (H2CO3).
Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru dibebaskan ke udara bebas. Darah yang melewati paru-paru hanya membebaskan 10% CO2. Sisanya sebesar 90% tetap bertahan di dalam darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-ion bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau penyangga karena mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH darah. Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat (H2CO3) akan meningkat sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang berperan sebagai larutan buffer. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis yang disebut asidosis. Anda dapat lebih memahami proses berlangsungnya pernapasan luar dan pernapasan dalam pada manusia dengan mengamati Gambar 7.4 di bawah ini.
Setelah sampai dalam jaringan, gas O2 dipergunakan untuk respirasi sel, yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa) sehingga dapat dihasilkan energi, gas CO2, dan uap air.