Anda di halaman 1dari 2

Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku biawak-biawakan (Varanidae).

Biawak dalam bahasa lain disebut sebagai bayawak (Sunda), menyawak atau nyambik (Jawa), berekai (Madura), dan monitor lizard atau goanna (Inggris).Biawak dalam bahasa Arab disebut waral. Binatang ini adalah jenis binatang melata, termasuk golongan kadal besar dan sangat dikenal di negeri ini. Hidupnya di tepi sungai dan berdiam dalam lubang di tanah, bisa berenang di air serta memanjat pohon. Binatang ini tergolong hewan pemangsa dengan gigi taringnya yang memangsa ular, ayam dan lainnya. [1] Ada biawak yang lebih besar dan lebih buas, disebut komodo.

Larangan ini berdasarkan sabda nabi: -- Artinya: Rasulullah Saw. Melarang makan segala binatang buas yang bertaring dan setiap burung yang punya cakar[3] Pengertian dari hadits ini, bahwa setiap binatang buas bertaring dan burung yang mempunyai cakar kuat untuk memangsa, dilarang oleh Rasulullah SAW. Dalam kaidah fiqh di sebutkan bahwa hewan yang hidup di dua alam hukumnya haram dimakan, karena ia tergolong hewan yang menjiikkan. Dalam beberapa kitab fiqh disebutkan: haram hukumnya hewan yang hidup di dua alam, darat dan air seperti kodok, ketam, ular buaya dan penyu [27]. Selanjutnya, bagaimana jika terdapat binatang yang tidak dijumpai ditanah Arab?. AnNawawi menjelaskan, Bahwa orang Arab yang diperhitungkan itu adalah orang Arab pada masa Rasulullah SAW. Jika di kalangan orang Arab sendiri terjadi perselisihan, maka yang diperhitungkan kelompok yang lebih banyak. Jika kelompoknya sama banyak, maka memandang kecenderungan orang Quraisy. Jika binatang itu tidak pernah diketahui orang Arab, maka dibadingkan dengan hewan yang mirip. Jika mirip dengan hewan yang halal, halal. Jika mirip hewan yang haram, haram.Kemiripan bisa dilihat dari beberapa aspek, aspek bentuk, watak dan sebagainya

DAGING BIAWAK HARAM DIMAKAN Berbeda dengan dhabb, dikarenakan biyawak termasuk dari jenis hewan buas dan bertaring, maka masuk kepada larangan Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- sebagaimana dalam hadits-hadits berikut ini: : . Dari Az Zuhri: Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- telah melarang setiap yang bertaring dari hewan buas (untuk dimakan.pent). . Dari Abu Tsalabah Al Khusyni: Bahwasanya Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- melarang untuk memakan setiap yang bertaring dari hewan buas. : ). Dari Abu Hurairah -semoga Allah meridhainya-, dari Nabi -shallallahu alaihi wa sallambahwasanya bersabda: Setiap yang bertaring dari hewan buas, maka memakannya adalah haram. : . Dari Ibnu Abbas -semoga Allah meridhai keduanya-: Bahwasanya Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan dari setiap burung yang bercakar (yakni untuk dimakan.pent). Kesimpulannya, bahwa kata dhabb dalam bahasa arab tidak bisa kita artikan biyawak dalam bahasa Indonesia, karena keduanya adalah hewan yang saling berbeda. Dan kita di Indonesia tidak bisa mendapatkan satu ekor pun dhabb, karena memang disini bukanlah habibatnya. Sehingga kita ketahui dengan dalil-dalil yang ada bahwa daging dhabb halal untuk dimakan, adapun biyawak tidak, yakni daging biyawak haram untuk dimakan karena masuk pada hewan bertaring yang Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- melarang umatnya untuk memakannya.

Anda mungkin juga menyukai