Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS ANTROPOMETRI Data antropometri diperlukan untuk perancangan sistem kerja yang baik.

Lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja. Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu : - Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut. Contoh: stasiun kerja, kursi, meja dan sebagainya. Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang harus kita lakukan adalah mempelajari manusia baik mengenai sifat dan tingkah lakunya serta keadaan fisiknya. Tujuan utama penyertaan antropometri ini adalah untuk memperkecil beban kerja operator sehingga keamanan dan keselamatan instalasi itu dapat dipertinggi lagi. Persoalan yang muncul berkaitan dengan desain peralatan adalah berkaitan dengan antropometri orang Indonesia adalah kompatibilitasnya dengan antropometri tenaga kerja Indonesia. Permasalahan ini timbul karena semuanya itu didesain bukan oleh orang Indonesia dan tidak berdasarkan pada data antropometri tenaga kerja Indonesia, meskipun pada akhirnya hasil rancangan tersebut akan dioperasikan oleh orang Indonesia. Misalnya pekerja pada pabrik pakaian. Kerajinan destar merupakan salah satu bentuk industri kecil yang berkembang di desa Gerih Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung, dengan jumlah perajin 21 orang semua laki-laki. Ukuran bahan destar 115 cm X 115 cm, ukuran tersebut bisa dijadikan satu destar disebut destar bungkulan dan bisa dijadikan dua destar disebut destar jejatoran biasa. Pada proses menjahit, para perajin menggunakan kursi dengan ketinggian dudukan 42 cm tanpa menggunakan dudukan rotan. Tinggi mesin jahit 75 cm, tinggi pedal dari lantai 9 cm dengan kemiringan 250. Pada proses menjahit, perajin melakukan pekerjaannya dengan sikap paksa (membungkuk dan penggunaan anggota gerak bagian atas tubuh dalam keadaan terangkat). Pada akhir pekerjaan ini dilaksanakan, perajin merasakan keluhan pada sistem muskuloskeletal terutama di bagian pantat, bahu, leher, punggung , dan betis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ukuran kursi yang tidak sesuai dengan antropometri perajin, kerasnya dudukan kursi, jenis pekerjaan yang bersifat menoton, dan tidak ada istirahat

pendek, apalagi hal ini berlangsung selama 8 jam dalam satu hari dengan tidak melakukan istirahat pendek dan perajin tidak disediakan minum, sehingga asupan gizi perajin tidak terjaga serta sistem kerja borongan membuat pekerja memaksakan diri untuk tetap bekerja meskipun dalam keadaan lelah. Penelitian Manuaba (1998 a) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara keluhan leher dan bahu dengan periode kerja, sikap kerja duduk dan tinggi badan, serta terdapat 32,17 % mengeluh sakit di leher dan 43,48 % mengeluh sakit di bahu. Dari uraian di atas terlihat ada beberapa masalah ergonomi, yang menjadi masalah utama dan perlu segera dilakukan perbaikan adalah masalah kursi kerja yang tidak sesuai dengan antropometri perajin dan masalah asupan gizi perajin. Masalah ergonomi tersebut apabila tidak segera diperbaiki, tentunya akan dapat memberikan beban berlebihan, menimbulkan keluhan muskuloskeletal yang akan diikuti oleh menurunnya tingkat produktivitas kerja. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam upaya mengatasi masalah yang muncul. Untuk maksud tersebut dilakukan penelitian berupa perbaikan-perbaikan kondisi kerja. Upaya pendekatan partisipasi dengan perajin dan pihak perusahaan menunjukkan hasil bahwa alternatif perbaikan yang dipilih adalah perbaikan kursi kerja sesuai antropometri perajin dengan menggunakan dudukan rotan dan pemberian teh manis saat istirahat pendek. kuisioner, frekwensi perubahan posisi duduk, dan penilaian jumlah produksi dalam satu jam kerja. hasil pengujian terhadap 30 responden dalam waktu 45 menit, menunjukan bahwa menjahit mengunakan kursi lama rata-rata 116 denyut 1 menit, sedangkan kursi rancangan baru 104 denyut per menit. Upaya intervensi ini dipilih berdasarkan urgensi, murah, dan mudah dilakukan. Dengan perbaikan-perbaikan ini diharapkan dapat menurunkan gangguan sistem muskuloskeletal, tidak cepat lelah dan meningkatkan produktivitas kerja. Pekerja akan lebih nyaman menjahit dalam posisi duduk. Maka Data-data antropometri yang diperlukan itu adalah : 1. Tinggi badan: 160 cm 2. Tinggi bahu: 13 cm 3. Tinggi pinggul: 35 cm 4. Tinggi siku: 15 cm 5. Panjang lengan: 40 cm Antropometri posisi duduk: 1. Tinggi lutut: 25 cm 2. Lipat lutut punggung : 25 cm 3. Tinggi duduk: 100 cm 4. Lipat lutut telapak kaki: 20 cm 5. Panjang lengan bawah: 23 cm

Antropometri tangan: 1. Panjang tangan : 10 cm 2. Panjang telapak tangan : 6 cm 3. Lebar tangan sampai ibu jari : 5 cm 4. Lebar tangan sampai matakarpal : 4 cm 5. Ketebalan tangan sampai matakarpal : 2 cm 6. Lingkar tangan sampai telunjuk : 4 cm 7. Lingkar tangan sampai ibu jari : 5 cm Pada antropometri kaki beberapa bagian yang perlu diukur adalah : 1. Panjang kaki : 40 2. Lebar kaki : 7 3. Jarak antara tumit dengan telapak kaki yang lebar : 37 4. Lebar tumit : 4 5. Lingkar telapak kaki : 14 6. Lingkar kaki membujur : 16 Pemodelan biomekanik menjahit menggunakan kursi rancangan baru (rotan)beban yang dialami oleh daerah pantat dan lumbar berkurang karena sudut paha dan badan menjadi besar, dimana berat paha di tahan dengan baik oleh kedalaman kursi, dibandingkan dengan menggunakan kursi lama.

Dimensi stasiun kerja untuk operator duduk

Anda mungkin juga menyukai