Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN ANAK II Anak dengan Disfungi Ginjal Sindroma Nefrotik (Penyakit Glomerular)

Disusun oleh: Hikmah Ginanjar F Adityo Listyanto Astria Putri Utami Mega Purnamasari Gina Tri Ayu R Ika Nur Fajriyani Devi Amelia S Dwi Setyo Rini Devi Sulistiani Sefi Rachma A Chyntia Ines T Faisalado Candra W Yaoumul Shoim F Wawan Aji S Rizki Rahadianto G1D008001 G1D008005 G1D008009 G1D008013 G1D008017 G1D008021 G1D008025 G1D008029 G1D008033 G1D008037 G1D008041 G1D008045 G1D008049 G1D008053 G1D008057

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2010

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Syndrom nefrotik merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering muncul pada anak. Sindrom nerotik merupakan merupakan salah satu manifestasi klinik gloerrulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, protenuria massif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5g/dl, hiperkolesterolemia dan lipiduria. Ementara, 90% kasus sindrom nerotik pada anak diakibatkan karena hypoalbuminea. Orang tua sering kurang menanggapi secara dini tentang gejala yang muncul pada syndrom nefrotik anak sehingga banyak dijumpai kasus sindrom nefrotik anak dalam kondisi yang sudah berat. Dalam makalah ini dibahas mengenai sindrom nefrotik termasuk tanda-tandanya sehingga akan lebih dapat memahami gejala dan manifestasi klinik sindrom nefrotik.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud sindroma nefrotik? 2. Apa saja etiologi sindroma nefrotik? 3. Bagaimana manifestasi klinis sindroma nefrotik? 4. Apa saja pemeriksaan penunjang dan komlikasi sindroma nefrotik? 5. Bagaimana terapi dan prognosis sindroma nefrotik? 6. Bagaimana asuhan keperawatan dengan masalah sindroma nefrotik?

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Syndrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik gloerrulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, protenuria massif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5g/dl, hiperkolesterolemia dan lipiduria ( Aru W. Sudoyo dkk, 2006). B. Etiologi Sebab pasti belum diketahui. Umumnya dibagi menjadi : 1. Sindroma nefrotik bawaan, diturunkan secara resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal. 2. Sindroma nefrotik sekunder disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronik, thrombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dll. 3. Sindroma nefrotik idiopatik. (Mansjoe, 2000) C. Manifestasi klinis Manifestasi awal penyakit seperti bengkak periorbital, dan oliguria. Dalam beberapa hari, edema semakin jelas dan menjadi anasarka. Keluhan jarang selain malaise ringan dan nyeri perut. Engan perpindahan volume plasma rongga ketiga dapat terjadi syok. Bila edema berat dapat timbul dispneu akibat efusi pleura ( arif mansjoer dkk, 2001) D. Pemeriksaan penunjang Urin terlihat berkabut dan terdapat albumin berat. Proteinuria yang sangat selektif, yaitu urin yang mengandung sejumlah besar protein dengan berat molekul rendah, merupakan gambaran prognostic yang baik yang menunjukan histology penurunan minimal. Silinder hialin sangat banyak. Albumin serum di bawah 25 g/dl dan kolesterol serum biasanya meningkat. Kreatinin serum biasanya meningkat (Meadow, 2005). E. Komplikasi

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Peritonitis, hiperkoagulabilitas yang menyebabkan tromboemboli, syok, dan gagal ginjal akut. F. Terapi Dan Prognosis Kortikosteroid diberikan dalam dosis besar selama 4 minggu. Pada keadaan edema, cairan dan garam dibatasi mungkin dibutuhkan diuretic jika edema menyebabkan gejala. Sebagian besar anak mengalami remisi dalam 2 minggu setelah memulai terapi steroid. Dieresis terjadi dan edema serta albuminuria menghilang dengan cepat. Sebagian besar mengalami relaps satu tahun kemudian. Mereka dapat diberikan terapi steroid lebih lanjut, namun bila relaps sering terjadi biasanya siklofosfamid menghasilkan remisi lebih lama. Prognosis jangka panjang bagus, meski relaps yang sering dapat menyulitkan selama masa anak-anak dengan pertambahan usia relaps menjadi lebih jarang dan anak bebas dari kondisi tersebut ketika dewasa dan kemudian mempertahankan fungsi ginjal normal dan tingkat kesehatan yang baik. Beberapa kasus (terutama yang awalnya tidak responsive terhadap terapi steroid) mengalami insufisiensi ginjal (meadow, 2005). G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Pada pengkajian anak dengan sindroma nefrotik dapat ditemukan adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan meningkat, edema periorbital, adema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urin, urin tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun dan kepucat. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan jumlah protein urin meningkat, berat jenis urin meningkat, albumin serum menurun, kolesterol serum meningkat, hemoglobin dan haematokrit terjadi peningkatan (hemokonsentrasi) dan laju endap darah meningkat (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006). Keadaan umum : Kesadaran samnolent, wajah tampak sembab, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi. Anak sering mengalami gangguan psikososial, seperti halnya pada penyakit berat dan kronik umumnya yang merupakan

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

stres nonspesifik terhadap anak yang sedang berkembang dan keluarganya. Kecemasan dan merasa bersalah merupakan respons emosional, tidak saja pada orang tua pasien, namun juga dialami oleh anak sendiri. Kecemasan orang tua serta perawatan yang terlalu sering dan lama menyebabkan perkembangan dunia sosial anak menjadi terganggu. Pemeriksaan tanda vital : Nadi 80 kali/menit, tekanan darah 130/80mmHg, RR 25 kali/menit, 37,5 derajat celcius, gangguan pola nafas. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Pemeriksaan kulit terdapat udema saat disentuh dan kulit menjadi lebih tipis dan mengalami oozing. Rambut berwarna hitam, kelebatan normal. Kelenjar getah bening dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala Dapat dinilai bentuknya mesocephal, simetris, ukurannya normal dan tidak terdapat nyeri tekan. Pandangan ke segala arah normal. Leher sikap lurus, nyeri tekan, gerakan bebas, JVP tidak meningkat. Mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa. Terdapat edema di kelopak mata. Pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi normal. Leher bentuk vertebra lordosis. Klien mengalami sakit kepala, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma). Pemerksaan dada Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru simetris, pergerakan nafastidak teratur, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan pekak, apabila terjadi konsolidasi jaringan paru, dan pada saat auskultasi paru dapat ditentukan

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

suara nafas ronchi basah . Kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa denyut apeks murmur. Pemeriksaan abdomen : Hati dan limpe tidak teraba, timpani, supel, peristaltik meningkat. Pada beberapa pasien, nyeri perut yang kadang-kadang berat, dapat terjadi pada sindrom nefrotik yang sedang kambuh karena sembab dinding perut atau pembengkakan hati. Gangguan gastrointestinal sering timbul dalam perjalanan penyakit sindrom nefrotik. Diare sering dialami pasien dengan sembab masif yang disebabkan sembab mukosa usus. Hepatomegali disebabkan sintesis albumin yang meningkat, atau edema atau keduanya. Produksi urine berkurang kemudian pemeriksaan pada daerah anus. Pada daerah skrotum/labia terdapat edema, terdapat nyeri pada

kostovertebral/pinggang. Klien sering mengalami nyeri pada abdomen. Terjadi diare disebabkan karena edema mukosa usus. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi

Diperiksa adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain. Terdapat udeme perifer di ujung ekstremitas atas. Bengkak pada ekstremitas bawah pada siang harinya. Bengkak bersifat lunak, meninggalkan bekas bila ditekan (pitting edema). Kenaikan aktivasi saraf simpatetik dan konsentrasi katekolamin, menyebabkan tahanan atau resistensi vaskuler glomerulus meningkat. Kenaikan tahanan vaskuler renal ini dapat diperberat oleh kenaikan plasma rennin dan angiotensin.

2. Diagnosa Diagnosa yang terjadi pada anak dengan sindroma nefrotik adalah sebagai berikut : a. Kelebihan volume cairan b. Risiko tinggi kekurangan cairan intravascular c. Risiko infeksi d. Gangguan integritas kulit e. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) f. Gangguan gambaran tubuh

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

g. Intoleransi aktivitas h. Perubahan proses keluarga

3. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Kelebihan Volume Cairan Kelebihan volume cairan tubuh ini dapat disebabkan oleh terjadinya akumulasi cairan dalam jaringan karena proses penyakitnya. Tujuan keperawatan yang diharapkan adalah menurunkan kelebihan jumlah cairan yang masuk dalam tubuh dan pasien bias mendapatkan cairan yang sesuai dengan kebutuhan. Tindakan : Kaji asupan dan keluaran cairan yang ada, timbang berat badan. Kaji adanya edema dengan mengukur lingkar abdomen pada umbilicus dan kaji edema daerah sekitar mata. Monitor berat jenis urin dan albumin. Berikan kortikosteroid untuk menurunkan protein urin. Batasi cairan selama ada edema. Pertahankan kelembapan bibir.

b. Risiko Tinggi Kekurangan Cairan Intravaskular Risiko tinggi kekurangan cairan intravascular ini dapat disebabkan oleh hilangnya kadar protein dan cairan. Tujuan keperawatannya adalah untuk mengatasi atau mencegah kehilangan cairan yang berlebih. Tindakan : Monitor tanda vital. Monitor kualitas dan frekuensi nadi. Berikan albumin atau berikan plasma expander. Pantau tekanan darah.

c. Risiko Infeksi

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Risiko terjadi infeksi pada sindroma nefrotik ini dapat disebakan adanya penuruna daya tahan tubuh, adanya kelebihan beban cairan yang ada dalam tubuh. Tujuan rencana tindakannya adalah mencegah terjadinya infeksi. Tindakan : Gunakan prinsip aseptic dalam tindakan. Monitor gejala awal infeksi. Beri penjelasan atau libatkan orang tua dalam penanganan atau perlindungan terhadap infeksi. Lindungi anak dari kontak yang terinfeksi.

d. Gangguan Integritas Kulit Gangguan integritas kulit ini dapat disebakan oleh adanya edema serta menurunnya daya tahan tubuh. Tujuan rencana tindakan keperawatan diarahkan untuk mempertahankan integritas kulit. Tindakan : Lakukan perawatan kulit. Hindari pakaian yang sangat ketat. Berikan bedak dan jaga permukaan kulit. Berikan sokongan pada daerah yang mengalami edema. Aturlah posisi yang sering dan berikan kesejajaran tubuh. Bersihkan daerah yang mengalami edema. Berikan matras atau penghilang tekanan (tempat tidur penurun tekanan).

e. Kurang Nutrisi Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan ini dapat disebabkan oleh hilangnya nafsu makan. Tujuan rencana tindakan keperawatannya diarahkan untuk pemenuhan nutrisi secara optimal. Tindakan : Berikan diet seimbang sesuai dengan kebutuhan.

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Batasilah konsumsi natrium selama edema dan terapi steroid. Berikan zat besi. Berikan makanan dari porsi yang sedikit. Berikan makan yang disukai anak dan menarik. Libatkan orang tua dalam pemberian makan.

f. Gangguan Gambaran Tubuh Terjadinya gangguan gambaran tubuh ini disebabkan oleh adanya perubahan penampilan yang dapat membuat anak menarik diri dari lingkungan. Tujuan rencana keperawatan adalah diarahkan pada pemberian motivasi atas penghargaan dirinya. Tindakan : Kaji perasaan dan masalah yang terjadi pada diri anak. Bantulah mengekspresikan perasaan. Doronglah untuk melakukan aktivitas social. Berikan penghargaan positif pada penampilannya.

g. Intoleransi Aktivitas Terjadinya intoleransi aktivitas pada kasus sindroma nefrotik ini dapat disebabkan kelelahan akibat kurangnya energy. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan atau mengondisikan dalam keadaan istirahat. Tindakan : Pertahankan tirah baring. Berikan keseimbangan istirahat dan aktivitas apabila melakukan ambulasi. Berikan aktivitas yang menyenangkan (bermain sesuai dengan kelompok usia dan sesuai denagan kemampuan anak).

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

BAB III KESIMPULAN 1. Syndrom nefrotik (SN) merupakan salah satu manifestasi klinik gloerrulonefritis (GN) ditandai dengan edema anasarka, protenuria massif 3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5g/dl, hiperkolesterolemia dan lipiduria ( Aru W. Sudoyo dkk, 2006). 2. Sindrom nefrotik disebabkan oleh: a. Sindroma nefrotik bawaan, diturunkan secara resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal. b. Sindroma nefrotik sekunder disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronik, thrombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dll. c. Sindroma nefrotik idiopatik 3. Diagnosa yang sering muncul pada sindrom nefrotik adalah a. Sindroma nefrotik bawaan, diturunkan secara resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal. b. Sindroma nefrotik sekunder disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronik, thrombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dll. c. Sindroma nefrotik idiopatik

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Aru W.Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Smeltzer, suzzane. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Kumpulan tugas, semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai