Radang
Radang
Definisi:
Infeksi
Penyebab:
Bakteri:
Virus:
Parasit:
Cacing: Jamur:
malaria, toxoplasma.
cysticercosis.
candida, aspergilus.
MENINGITIS
Cara
Penyebaran:
Sistemik:
Klinik:
Meningitis
MENINGITIS
Gejala
Neonatus
Panas
(50%), letargi, sulit menyusu, irritable, muntah + diare, apnoe, kejang, ubun-ubun besar >>.
Anak
dan dewasa.
Panas,
sakit kepala, fotofobia, kaku kuduk, letragi,stupor, konfus, koma, kejang, defisit neurologi fokal, mual + muntah.
Orang
tua.
sakit kepala, kaku duduk, konfus / koma, kejang.
Panas,
MENINGITIS
Gejala
Prodromal.
Anoreksia,
penurunan BB, batuk, berkeringat malam hari, sakit kepala, meningismus, gangguan kesadaran.
Tanda
klinis.
Adenopati
servical, suara paru di apex, panas badan, kaku duduk, defisit neurologi fokal, tuberkulin test (+).
MENINGITIS
Diagnosa:
Foto
baru, pungsi lumbal (pemeriksaan cairan otak), laboratorium darah, tuberkulin test, CT scan kepala + kontras, biakan kuman.
Terapi:
Antibiotika
kuman. Bila kejang anti konvuisi. Perawatan penderita (bila panas dikompres, hindari luka dekubitus, miring kanan-kiri, kandung kencing, realimentasi / gizi cukup, corneal injury). Kelumpuhan fisioterapi.
MENINGITIS BAKTERIAL
Definisi/etiologi
Disebut
juga meningitis piogenik akut atau meningitis purulenta, adalh suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses peradangan yang melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan otak dan medulla spinalis Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, H. influenzae, Staphylococci, Listeria monocytogenes, basil gram negatif.
Kriteria diagnosis: Anamnesa: gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7 hari: menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran. Pemeriksaan fisik:
Tanda
rangsang meningeal Papil edema biasanya tampak stlh beberapa jam onset Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media, mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N.meningitidis) 7
lumbal Pemeriksaan likuor Pemeriksaan kultur likuor dan darah Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan elektrolit darah
Radiologis
R
lumbal: mutlak dilakukan bila tidak ada kontraindikasi. Pemeriksaan likuor: tekanan meningkat > 180 mmH2O, pleiositosis > 1000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3 terutama PMN. Protein meningkat > 150 mg/dL, dapat > 1000 mg/dL, glukosa menurun < 40 % dari GDS. Dapat ditemukan mikroorganisme dgn pengecatan gram Darah rutin: leukositosis, LED meningkat Pemeriksaan penunjang lain Bila hasil analisis likuor serebrospinalis mendukung, tetapi pada pengecatan gram negatif maka untuk menentukan bakteri penyebab dapat dipertimbangkan pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C-RP atau PCR (polymerase chain reaction) 9
Diagnosis banding Meningitis virus Perdarahan subarachnoid Meningitis khemikal Meningitis TB Meningitis leptospira Meningoensefalitis fungal Tatalaksana Perawatan umum Kausal: lama pemberian 10-14 hari Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris sesuai dengan kelompok umur harus segera dimulai
10
Terapi
tambahan: dianjurkan hanya pada penderita resiko tinggi, penderita dengan status mental sangat mengganggi, edema otak atai TIK meninggi yaitu dengan deksamethason 0,15mg/kgBB/6 jam iv selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum pemberian antibiotik Penanganan peningkatan TIK: Meninggikan letak kepala 30o dari tempat tidur Cairan hiperosmoler: manitol atau gliseerol Hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 27-30 mmHg
11
Penyulit Gangguan serebrovaskuler Edema otak Hidrosefalus Perdarahan otak Shock septik ARDS DIC Efusi subdural SIADH Konsultasi Dengan bagian lain sesuai dengan sumber infeksi
12
13
MENINGITIS TUBERKULOSA
Definisi/etiologi Adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa Kriteria diagnosis Anamnesa: didahulu oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah, demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung.
14
Pemeriksaan
Tanda-tanda
fisik
rangsangan meningeal berupa kaku kuduk dan tanda laseque dan kernig Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
lab: pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK), pemeriksaan darah rutin, kimia, dan elektrolit Pemeriksaan sputum BTA (+) Pemeriksaan radiologis
Foto
polos paru CT-scan kepala atau MRI dobuat sebelum dilakukan pungsi lumbal bila dijumpai peningkatan TIK
15
Pemeriskaan
IgG
penunjang lain:
anti TB (untuk mendapatkan antigen bakteri diperiksa counter-electrophoresis, radioimmunoassay atau teknik ELISA) PCR
Pada
pemeriksaan laboratorium
LCS
Pemeriksaan
Pelikel
(+) / Cobweb appearance (+) Pleiositosis 50-500/mm3 , dominan sel mononuklear, protein meningkat 100-200mg%, glukosa mennurun <5060% dari GDS, kadar laktat, kadar asam amino, bakteriologis Ziehl-Nielsen (+), kultur BTA (+).
Pemeriksaan
PCR
16
Diagnosis banding Meningoencephalitis viral Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna Meningitis oleh karena jamur/parasit (Cry[ptococcus neoformans / Toxoplasma gondii), sarkoidosis meningitidis T4ekanan selaput yang difus oleh karena sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma, leukemia, glioma, melanoma, dan meduloblastoma
17
Kortikosteroid Penyulit: Hidrosefalus Kelumpuhan saraf kranial Iskemi dan infark pada otak dan mielum Epilepsi SIADH Retardasi menta;l Atrofi nrvus optikus
18
Konsultasi Bedah saraf Prognosis Menigntis TB sembuh lambat dan umumnya meninggalkan sequele neurologis Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal
19
MENINGITIS KRIPTOKOKUS/JAMUR
Kriteria diagnosis Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus Diagnsosis pasti: pemeriksaan sediaan langsung dan kultur dari LCS Predisposisi: gangguan imunitas nerat (AIDS, resipien transplantasi jaringan, atau sedang dalam terapi keganasan)
20
Pemeriksaan penunjang Pungsi lumbal: profil LCS menyerupai MTB, pencegatan Tinta India / gram terhadap LCS Pemeriskaan serologis Kultur Saburaud Diagnosis banding Meningitis serosa sebab lain Tatalaksana Terapi kausal: amfoterisin B dan 5Florositosin IV (2 minggu) dilanjutkan Flukonazol 200 mg/hari Terapi simptomatik/suportif: disesuaikan keadaan pasien
21
Penyulit Herniasi Konsultasi Atas indikasi ke bag. Ilmu Penyakit Dalam & bag. Bedah saraf Prognosis buruk
22
Ensefalitis viral
Definisi/etiologi Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkhim sistem saraf pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-tanda neurologis fokal. Etiologi:
Virus
DNA
Poxviridae:
Virus
RNA:
Paramiksoviridae:
virus parotitis, virus morbili Picornaviridae: enteroviridae, virus poliomielitis, echovirus Togaviridae: virus ensefalitis alfa, flavivirus ensefalitis jepang B, virus demam kuning, virus rubi Bunyaviridae: virus ensefalitis california Arenaviridae: khoriomeningitis limfositaria Retroviridae: virus HIV
ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa diketahui penyebabnya. Diplopia, vertigop, parestesi berlangsung sepintas. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal
Bentuk abortif
Nyeri
kepaka, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat infeksi saluran nafas atas atau gastrointestinal
24
Bentuk
fulminan
Berlangusng
beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah, dan dalam waktu yang sangat singkat masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung
Bentuk
khas ensefalitis
Gejala
awal nyeri kepaka ringan, demam, gejala infeksi saluran nafas atas atau gastroinstestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun sampai koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan 25 gangguan mental
jernih dan ttekanannya dapat normal atau meningkat Fase dini dapat dijumpai peningkatan sel PMN diikuti pleiositosis limfositik, umumnya kurang dari 1000/L Glukosa dan klorida normal Protein normal atau sedikiit meningkat (80-200 mg/dL)
Pemeriksaan
Lekosit:
darah
normal atau lekopenia atau leukositosis ringan Amilase serum sering meningkat pada parotitis Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis infeksiosa Pemeriksaan antigen-antibodi spesifik untuk HSV, sitomegalovirus, dan HIV
26
Pemeriksaan radiologis Foto toraks CT-scan MRI Pemeriksaan penunjang lain Bila tersedia failitas, virus dapat dikembangbiakkan dari cairan serebrospinal, tinja, urin, apusan nasofaring, atau darah Diagnosis banding Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa Meningitis TB, meningitis karena jamur Abses otak Lues serebrospinal Intoksikasi timah hitam Infiltrasi neoplasma
27
Terapi Perawatan umum Anti edema serebri: deksamethason dan manitol 20% Atasi kejang: diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai 3 kali dengan dengan interval 15-30 menit. Bilas masih kejang berikan fenitoin 100-200mg / 12 jam/ hari dilarutkan dalam NaCl dengan kecepatan maksimal 50 mg.menit Terapi kausal: untuk HSV: acyclovir
28
Penyulit Defisit neurologis sebagai gejala sisa Hidrosefalus Gangguan mental Epilepsi SIADH Prognosis Beratnya sequele tergantung virus penyebab
29
POLIOMIELITIS
Definisi
Penyakit
akut yang sangat menular denga berat yang sangat bervariasi, disebabkan oleh virus polio
POLIOMIELITIS
Patologi
dan penyebab
Virus polio merupakan virus enterik ,dibagi menjadi tipe 1, 2, dan 3 Imunitas silang dari tipe ke tipe amat sedikit Infeksi ditularkan melalui kontak antar manusia Virus masuk ke dalam tubuh melalui saluran makanan Penyebaran ke kelenjar regional dan viremia menyebabkan timbulnya gejala demam ringan dengan manifestasi yang tidak khas; bila virus gagal menembus susunan saraf pusat dan dinetralkan oleh antibodi, infeksi menjadi abortif dan tidak terdapat gejala sisa Bila virus masuk ke susunan saraf pusat, faktor penjamu (host) akan mempengaruhi tingkat kerusakan. Faktor-faktor tersebut antara lain usia, aktifitas fisik yang berlebihan selama prodromal dan kehamilan; suntikan lokal yang didapat selam 6 minggu sebelumnya meningkatkan resiko terkenanya ekstremitas yang disuntik Pada kasus paralitik, substansi kelabu medula spinalis membengkak dan kemerahan, terutama bagian kornu anterior.
POLIOMIELITIS
Gejala
dan tanda
Penyakit dibagi menjadi mielitis abortif, yang tanpa SSP lebih jauh; poliomielitis nonparalitik, SSP terkena tanpa paralisis; poliomielitis paralitik dan poliomielitis bulbar dengan paralisis saraf otak yang mengenai pergerakan muka, menelan , dan laring Fase pertama penyakit yang ringan ditandai oleh malaise, demam ringan, sakit otot, pilek, anoreksia, mual, dan diare Interval bebas gejala selama beberapa hari di antara penyakit minor dan mayor seringkali terdapat Bila invasi SSP terjadi, derajat penyakit mayor bervariasi dan nonparalitik hingga paralitik yang fulminan dan proses ensefalitik Kaku kuduk merupakan tanda terkenanya SSP pada bentuk paralitik
Paralitik
Kelemahan satu atau lebih kelompok otot, lesi asimetrik dan tersebar, tipe paralisis yang flaksid Dapat mengenai saraf bulbar, spinal, dan otonom (hanya saraf motorik), yang mungkin menyebabkan atoni usus dan vesika urinaria, paralisis otot pernapasan, hipotensi atau hipertensi akibat gangguan otonomik
POLIOMIELITIS
Diagnosis
banding
Nonparalitik Meningitis viral atau bakterial, menifingismus disertai penyakit infeksi lain: tonsilitis, serum sickness, dan lain-lain Paralitik Sindrom Lendry-Guillain-Barre, infeksi enterovirus paralitik lain, neuritis perifer, ensefalitis, paralisis periodik, tumor atau trauma medula spinalis
Pemeriksaan
khusus
Pemeriksaan cairan serebrospinal, yang akan ditandai oleh pleositosis (lekosit dari 5-10 sampai 3000/ml); mula-mula lekosit polimorfonuklear lebih banyak, kemudian lebih banyak limfosit.Protein mula-mula bervariasi dari 3-100 mg/100 dl atau lebih tinggi. Glukosa dan elektrolit normal. Pemeriksaan virologik
POLIOMIELITIS
Pencegahan
Vaksin virus polio yang dilemahkan diberikan peroral Vaksinasi pada bayi, mulai pada usia 1-2 bulan dengan booster diberikan kemudian pada masa anak-anak Vaksin virus polio yang dijadikan inaktif
Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik Istirahat baring sangat penting dan mungkin mengurangi resiko terjadinya paralisis Analgesik dan terapi supportif lain Bila terjadi komplikasi, bantuan respirasi dan cairan intravena mungkin diperlukan
POLIOMIELITIS
Prognosis
Kebanyakan penderita terserang bentuk abortif atau nonparalitik dan sembuh sempurna Hanya sedikt saja yang menderita bentuk paralitik 50% diantaranya sembuh sempurna dalam waktu 4-6 minggu; 25% mendapat disabilitas ringan dan 25% menderita kerusakan berat yang menetap Angka mortalitas pada anak-anak 1-4 %; bentuk bulbar dan dewasa mempunyai mortalitas lebih tinggi
TETANUS
Definisi
Penyakit
sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi singkat.
Kriteria
Diagnosis:
dan spasme otot.
Hipertoni
Trismus,
risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding perut tegang, anggota gerak spastik. Lain-lain: kesukaran menelan, asfiksia dan asnosis, nyeris pada otot-otot disekitar luka
Kejang
tonik dengan kesadaran tidak terganggu Umumnya ada luka/riwayat luka. Retensi urine dan hiperpireksia Tetanus lokal
TETANUS
Pemeriksaan
Bila
Penunjang
memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. tetani. EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung. Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
Diagnosis
Kejang
Banding
karena hipokalsemia Reaksi distonia Rabies Meningitis Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri Epilepsi/kejang tonik klonik umum
TETANUS
Tatalaksana
IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam Kausal Antitoksin tetanus Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m. selama 3-5 hari. TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M. tergantung beratnya penyakit. Diberikan SINGLE DOSE Antibiotik : Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v. Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA). Bilaalergi terhadap Penisilin dapat diberikan: Eritromisin 500 mg/6 jam/ oral. ATAU Tetrasiklin 500 mg/6 jam/ oral. Penanganan luka : Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
TETANUS
Simtomatis
dan Supportif
Diazepam Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg 1.v. perlahan 2-3 menit. Dapat diulangi bila diperlukan. Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan infus (10-12 mg/KgBB/hari) diberikan secara drips (syringe pump). Untuk mencegah terjadinya kristalisasi, cairan dikocok setiap 30 menit. Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul / IV perlahan selama 3-5 menit, dapat diulangi stiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Bila tak teratasi segera rawat di ICU. Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan secara bertahap 10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah intake peroral memungkinkan maka diazepam diberikan peroral dengan frekuensi pemberian setiap 3 jam. Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distres pernapasan, sianosis. Nutrisi Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring, atau cair. Bila perlu, diberikan melalui pipa nasogastrik. Menghindari tindakan/ perbuatan yang bersifat merangsang, termasuk rangsangan suara dan cahaya yang intensitasnya bersifat intermitten.
TETANUS
Mempertahankan/ membebaskan jalan nafas: pengisapan lendir oro/nasofaring secara berkala. Posisi/letak penderita diubah0ubah secara periodik. Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin.
Penyulit
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas Pneumonia aspirasi Kardiomiopati Fraktur kompresi
Konsultasi
Dokter Gigi Dokter Ahli Bedah Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan Dokter Ahli THT Dokter Ahli Anestesi
TETANUS
Prognosis/
Angka
luaran
kematian tinggi bila: Usia tua Masa inkubasi singkat Onset periode yang singkat Demam tinggi Spasme yang tidak cepat diatasi Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml IM. TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval waktu 4-6 minggu.
TRAUMA KEPALA
Macam
Akselerasi.
Datangnya
trauma dalam percepatan linear / angular isi rongga kranial rusak oleh karena kontak mendadak tulang menonjol atau membrane dural lesi kounterkoup (-). kepala yang bergerak membentur benda yang fixed dan solid lesi kounterkoup (+).
Deselerasi.
Bila
Rotasi
dan Shearing.
hiperrextensi, lateral flexi / menoleh.
Hiperflexi,
TRAUMA KEPALA
Bentuk
Kompresi.
Tarikan. Shearing
(pergeseran).
TRAUMA KEPALA
Pemeriksaan:
Bukti
cidera:
fraktur basis kranii:
Periorbital.
Laserasi
kesadaran:
eye opening, motor respons, motor verbal respons. Penurunan kesadaran: tindakan segera.
TRAUMA KEPALA
Pemeriksaan:
Pemeriksaan
Isokor
pupil:
Gerakan
Dolls
bola mata:
Vital
sign:
Tensi,
TRAUMA KEPALA
Tipe
Cidera:
Fraktur tulang kepala (linear dan depress). Cidera kepala tertutup tanda fraktur tulang kerusakan massa otak. Luka penetrasi pada tulang dan otak. Cidra kraniospinal: mengenai otak dan medula spinalis cervikalis bagian atas (C1 C2).
Patologi:
Cidera kepala ringan, defisit neurologi reversible secara total oleh karena kehilangan fungsi otak sementara. Kerusakan struktural (-). Kerusakan jaringan otak, sehingga menimbulkan kerusakan permanen di otak. Penurunan kesadaran / defisit menurologi fokal.
Kontusio Otak.
defisit neurologis yang timbul Lamanya defisit neurologis sebelum dilakukannya tindakan dekmpresi
47
Gejala dan tanda klinis CMS mempunyai gambaran klinis yang berbeda tergantung letak dan luas lesi, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelompok:
48
Sindroma
Kausa utama
Ggn sensori kontralateral, parese ipsilateral, ggn proprioseptif ipsilat, rasa raba normal
Infark A.spinalis anterior (T4- Ggn sensorik bilateral, T6) watershed, iskemik proprioseptif normal, parese akut, HNP UMN dibawah lesi, parese UMN setinggi lesi, disfungsi spinkter Syringomeyelia, hypotensive Parese LMN pada lengan, spinsal cord ischemic, parese tungkai, dan itrauma spinal spastisitas,. Nyeri hebat dan hiperpati, ggn. Sensorik pada lengan, disfungsi spinkter urin
Sindr.spinalis posterior
Ggn. Proprioseptif bilateral, nyeri parestesi pada leher, punggung dam bokong, parese ringan.
Pemeriksaan penunjang Lab: darah lengkap, GDS, ureum, dan kreatinin Radiologi: foto vertebra posisi AP/Lat dengan sentrasi sesuai dengan letak lesi CT-scan atau MRI jiuka diperlukan tindakan operasi Neurofisiologi klinik: EMG, NCV, SSEP Penatalaksanaan Umum:
1. Bila ada fraktur atau dislokasi kolimna vertebralis servikaslis, segera pasang kerah fikassi leher, jangan gerakkan kepala atau leher
50
2. Jika ada fraktur kolumnas vertebralis torakalis, angkut pasien dalam keadaan telungkup, lakukan fiksasi torakal (dgn korset) 3. Fraktur daerah lumbal, fiksasi dgn korset lumbal 4. Kerusakan medulla spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah menurun karena paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat menurunnya tekanan darah. Beri infus, bisa mungkis plasm atau darah, dextran 40 atau expafusin. Sebaiknya jangan diberi cairan isotonik seperti misalnya NaCl 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg adrenalin s.k., boleh diulang dalam 1 jam kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali per menit berikan sulfas atropin 0,25 mg iv.
51
5. Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau cara lain. Jaga jalan nafas tetap lapang. 6. Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi hiperhidrosis, usahakan suhu badan tetap normal 7. Jika ada ganggaun miksi, pasang kondom kateter atau dower kateter dan jika ada gangguan defekasio, berikan laksan
Medikamentosa
Berikan metil-prednisolon 30mg/kgBB, iv perlahanlahan selama 15 menit. 45 menit kemudian per infus 5 mg/.kgBB selama 24 jam. Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan peningkatansekunder asal arakhidonat
52
Bila
Diazepam
terjadi hipertensi berat akibat gangguan saraf otonom (T > 180/100 mmHg) pertimbangkan pemberian obat antihipertensi bila:
Operasi
Dilakukan
Ada
fraktur,pecahan tulang yang menekan medulla spinalis Gambaran neurologis yang progresif memburuk Fraktur, dislokasi yg labil Terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan medulla spinalis
53
Penyulit Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit, tidak dapat sembuh sempurna Konsultasi Bedah saraf / lainnya tergantung indikasi Neuroemergensi Neurorestorasi/neurorehabilitasi
54
TUMOR OTAK
Macam:
Primer:
6
orang/100.000 tahun. Neuroepithelial astrositoma, oligodendrogiloma, meduloblastorma. Menignen meningioma. Sel selubung saraf neurofibroma, neurilemoma. Pembuluh darah hemingioblastoma.
Sekunder
(tumor metastase):
dari paru / mamae / prostat.
Penyebaran
TUMOR OTAK
Lokasi:
Pada
intrakranial, bisa benigna atau maligna. Tumor benigna tumbuh lambat, soliter. Tumor Maligna tumbuh cepat, deferensiasi jelek, mitosis, nekrosis, jarang metastasis ke extra kranial, infiltratif.
TUMOR OTAK
Etiologi:
Penyebab pasti belum diketahui. Faktor predisposisi (radiasi kepala dan obat imunosuresi).
Gejala
Klinik:
Timbul secara pelan-pelan (besar dan tingkat keganasan). Sakit kepala, muntah, papilodema. Penurunan kesadaran. Pelebaran (dilatasi) pupil. Epilepsi (fokal / umum). Gangguan fungsi luhur (tergantung letak tumor) supratentorial. Sraf kranial III IX batang otak. Dismetri, tremor, gangguan jalan serebelum.
TUMOR OTAK
Diagnosis:
Foto