Anda di halaman 1dari 42

KEMAMPUAN ADAPTASI NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP KONDISI AIR UNTUK TEMPAT PERINDUKANAN disusun oleh: Dewanto Suardi

A.Latar Belakang Masalah


Demam berdarah dengue(DBD) merupakan penyakit menular yang berpotensi menimbulkan wabah di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan 60% penduduk yang sakit mengidap penyakit ini. DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh daerah tropis dan sub tropis di seluruh dunia,Penyakit ini bersifat endemis dan fatal,dan sering menimbulkan epidemi atau kejadian luar biasa (KLB).

Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue hingga saat ini belum ada vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah dan mengobati virus tersebut dan diketahui Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD. Berdasarkan Menteri Kesehatan sampai saat ini penyakit DBD sudah menjadi masalah yang endemis pada 122 kota atau kabupaten,605 kecamatan dan 1800 desa atau kelurahan. Data pada bulan Januari sampai dengan April 2008 kejadian kasus DBD di kota Semarang menepati urutan ke dua setelah kabupaten Jepara.

Resistensi vektor akibat dosis yang tidak dapat dan tidak berdampak panjang karena jentik nyamuk tidak mati. Resistensi Ae aegypti terhadap organosfosfat di Salatiga berkisar antara 16,6 33,3 %,sedangkan terhadap malathion 0,8 % mencapai 66 82 %. Data di Bandung menunjukkan bahwa Ae aegypti juga resistensi terhadap d-Allethrin, Permethin,dan Cypermethrin dengan Lethal Time 90 %, (LT 90) berkisar antara 943 jam. Oleh karena itu program reduksi sumber larva dan menggalang partisipasi sektor non kesehatan menjadi sangat penting.

Pemerintah Indonesia melaksanakan program reduksi sumber larva melalui pembersihan sarang nyamuk (PSN) yang dikenal dengan 3M (menutup tandon air bersih,menguras tandon air,dan mengubur barang bekas),tapi kepadatan vektor di Indonesia (Indeks Premis) 20 % (5 %) di atas nilai risiko penularan hasil penelitian di berbagai daerah lebih tinggi. Hasil penelitian di kota Palembang HI mencapai 44,7 %.9 Jakarta Utara 27,3 % dan Indeks ovitrap (ovitrap index = OI) pada lingkungan rumah di kota Semarang mencapai 36,6 %,dengan presentase spesies Ae aegypti sebesar 72,78 % dan Aedes albopictus 27,22 % dan11 Hasil survey jentik di Kelurahan Simongan dan Manyaran Semarang Barat menunjukkan angka bebas jentik (ABJ) sebesar 52,7 % dan 46,51 %

B.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat disimpulkan permasalahan sebagai

berikut:
1).Kejadian penyakit DBD masih meningkat dari tahun ke tahun. 2).Foging dan penggunaan insektisida telah menimbulkan resistensi dan membutuhkan biyaya besar, tetapi tidak membawa hal yang memuaskan. 3).Beberapa penelitian menemukan larva Aedes di sumur gali, padahal secara teoritis nyamuk Aedes memilih tandon air bersih yang tidak berhubungan dengan tanah sebagai tempat bertelur. Dari permasalahan tersebut timbul berbagai macam pertanyaan:

C.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Membuktikan bahwa nyamuk Ae aegypti dapat bertelur pada berbagai perindukan selain air bersih. 2.Tujuan Khusus a).Membuktikan bahwa nyamuk Ae aegypti dapat bertelur di air tanah. B).Membuktikan bahwa nyamuk Ae aegypti dapat bertelur di air Comberan. C).Menganalisis perbedaan rata-rata jumlah telur Ae aegypti berdasarkan jenis air pada TPA. d).Membandingkan jumlah telur Ae aegypti berdasarkan kombinasi jenis air pada tempat perindukan.

D.Manfaat Penelitian Memberikan bukti bahwa nyamuk Aedes aegepti dapat berkembang biak di luar air bersih. Hal ini dapat menjadi pedoman untuk menyusun kebijakan dan strategi baru dalam pengendalian nyamuk Ae aegypti,terkait dengan usaha-usaha Pencegahan DBD.

E.Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan bagian dari bidang ilmu kesehatan masyarakat yang termasuk dalam pengendalian vektor Terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,dari keempat penelitian diatas sangat berbeda dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah menggunakan macam-macam jenis air yaitu air bersih,air comberan dan air tanah.

TINJAUAN PUSTAKA A.Nyamuk Aedes aegepti a).Klasifikasi Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Ae aegypti seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut : 13Kingdom Philum Klas Ordo Familia Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Hexapoda :Diptera : Culicidae : Aedes : aegypti

B).Ciri-Ciri Nyamuk Ae aegypti Nyamuk pembawa atau penyebab penyakit demam berdarah yaitu Ae aegypti yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a).Badan dan tungkai bergaris-garis hitam putih, juga pada sayapnya, terdapat bintik-bintik atau botol-botol putih. b).Dalam keadaan istirahat pantatnya mendatar,tidak menungging seperti nyamuk Anopheles. c).Aktif atau keluar dari sarangnya untuk mencari mangsa atau menggigit manusia pada pagi atau siang hari antara pukul 09.00 sampai 11.00 dan pada sore hari antara pukul 15.00 sampai pukul 17.00.

C.Siklus Hidup Nyamuk demam berdarah(Ades aegypti) termasuk ke dalam ordo dipthera dan familia iculcdae dan Ae aegypti dalam siklus hidupnya diphtera mengalami metamorfosis sempurna yaitu perubahan bentuk melalui empat stadium stadium telur,larva(jentik),pupa hingga imago (dewasa). Waktu yang diperlukan untuk daur hidup nyamuk Ades aegypti mulai dari stadium telur hingga dewasa sampai siap bertelur kembali antara 14-16 hari.

1).Telur Selama masa bertelur,seekor nyamuk betina mampu meletakkan 100-400 butir telur. Telur-telur tersebut diletakkan di bagian yang berdekatan dengan permukaan air. Dan telur menetas menjadi larva (jentik) setelah tujuh hari.13

2).Larva Setelah kontak dengan air, telur akan menetas menjadi larva yang disebut larva instar 1 dalam waktu 2 hari,setelah itu larva akan mengalami 3 kali pergantian kulit berturut-turut menjadi larva instar II, III dan larva instar IV dan Setadium larva biasanya berlangsung 6-8 hari. Dan ada beberapa larva Ae aegypti tampak bergerak aktif dan lincah dengan memperlihatkan gerakan naik turun dalam air yang berulang-ulang.

Larva instar 1 tubuhnya sangat kecil,warna transparan,panjang 1-2 mm,duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernafasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II bertambah besar dengan ukuran 2,5-3,9 mm dan duri dada belum jelas dan corong pernafasan sudah berwarna hitam.
Larva instar IV telah lengkap setuktur anatominya sudah jelas, tubuh dapat dibagi menjadi kepala,dada dan perut dan dalam perkembangan nya dipengaruhi lingkungan yang baik pada suhu optimal 25C sampai 27C dan larva akan mati pada suhu kurang dari 10C atau lebih dari 40C.

Kadar pH air mempengaruhi kadar O2 dan CO dalam air,Peningkatan pH air akan menurunkan kadar CO, sementara O2 akan mengendap hingga kadarnya akan menurun juga. Kadar O2 dan CO di air juga berpengaruh terhadap pembentukan enzim sinokrom oksidasc larva Ae aegypti dan baik pada pencahayaan kurang dari 85 lux,Sedangkan diatas 85 lux pertumbuhan larva akan terhambat dan akhirnya mati.

3).Pupa Pupa merupakan stadium akhir calon nyamuk demam berdarah yang ada di dalam air. Bentuk tubuh pupa bengkok dan kepalanya besar. Fase pupa membutuhkan waktu 2-5 hari 4).Dewasa Nyamuk Ae aegypti mempunyai bintik-bintik putih pada pergelangankakinya. Usianya berkisar antara 7-10 hari,tetapi di laboratorium dengan kondisi lingkungan yang optimal dan makanan yang cukup,nyamuk dapat bertahan hidup hingga satu bulan dan Selama fase itu tidak makan apapun alias puasa.

D.Bionomi 1).Tempat Perindukan atau tempat Perkembangbiakan nyamuk Ae aegypti menyukai tempat-tampat yang berisikan air jernih dan tidak langsung beralaskan tanah, tempat perindukan atau perkembangbiakan tersebut dibedakan menjadi 3 yaitu : A).Tempat perindukan sementara Terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air, misalnya; kaleng bekas,pecahan botol,pecahan gelas,talang air,pot bunga dan tempat-tempat penampungan genangan air bersih

B).Tempat perindukan permanen Adalah tempat penampungan air untuk keperluan rumah tangga seperti diantaranya bak penampungan air bersih (reservoir, bak mandi,gentonggentong air dan bak cuci di kamar mandi) C).Tempat perindukan alamiah Nayamuk Ae aegypti lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap dan terlindung dari sinar mata hari berupa genangan air pada lubang pohon misalnya pada celah-celah atau lubang-lubang pohon pada pohon pisang,kelapa,aren)

atau juga pada bekas potongan pohon bambu dan lubang bekas batang atau cabang pohon yang tumbang dan lain-lain dan dari hasil penelitian Joko Susanto pada tahun 2006 bahwa nyamuk Ae aegypti lebih suka bertelur telur di media yang bewarna hitam. berdasarkan teori yang ditulis oleh Palson (2003) dan Santos (2003) menyatakan bahwa nyamuk Ae aegypti mau berkembang biak di berbagai jenis Aktratan antara lain air rendaman jerami dan air rendaman Udang windu.

2).Perilaku makan Ae aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga bisa makan dari hewan berdarah panas lainya dan Sebagai hewan diurnal nyamuk betina memiliki dua periode aktifitas menggigit,pertama dipagi hari selama beberapa jam matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum matahari gelap. 3).Perilaku istirahat Ae aegypti suka istirahat di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi di dalam rumah atau bangunan,termasuk di kamar tidur,kamar mandi, kamar kecil dan dapur dan jenis nyamuk ini jarang di temukan di luar rumah.

4).Jarak terbang Penyebaran nyamuk Ae aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi sepertinya terbatas 100 meter dari lokasi kemunculan dan akan tetapi penelitian baru di puerto rico menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari tempat bertelur.

Parameter COD BOD Minyak Nabati Minyak Mineral Zat padat tersuspensi (TSS) pH Temperatur Ammonia Bebas (NH3)

Konsentrasi (mg/L) 100 - 300 50 - 150 5 - 10 10 - 50 200 - 400 6.0 - 400 38 - 40 [oC] 1.0 5.0

Nitrat (NO3-N)

20 - 30

Senyawa aktif biru metilen


Sulfida (H2S)

5.0 - 10
0.05 0.1

Fenol
Sianida (CN)

0.5 1.0
0.05 0.5

Batasan Air Limbah Kepmen LH No. KEP51/MENLH/10/1995

1).Air Tanah Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah terdapat diantara butir-butir tanah atau retakan bebatuan dengan kedalaman 15-30 meter,yaitu berupa air sumur gali. Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah dan untuk masing-masing lapisan tanah. Air tanah tersebut memiliki ciri-ciri suspendet solids rendah dan dissvolved solids tinggi dan air tanah Juga mempunyai kandungan diissvolved solids (TDS),besi,mangan dan kesadahan.

2.Air comberan(Air limbah rumah tangga) Adalah semua limbah yang berasal dari kamar mandi,WC,dapur,tempat cuci,apotik,rumah sakit,adapun sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkotaan atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi. salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan kedalam suatu badan air dan menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,air limbah adalah sisa dari suatu usaha kegiatan yang berwujud cair.

3.Air bersih Menurut perturan Menteri Kesehaten Republik Indonesi Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 air bersih adalah air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi sarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak.

D.Kerangka Konsep Variabel bebas Jenis air -Air tanah -Air tercemar (air comberan) -Air bersih Variabel Terikat Jumlah telur yang terdapat di masing-masing air Variabel pengendali -Temperatur -Volume -komposisi E.Hipotesis 1.Ditemukan telur Ae aegypti pada perindukan berisi air tanah. 2.Ditemukan telur Ae aegypti pada perindukan berisi air comberan. 3.Ada perbedaan rata-rata jumlah telur pada masing-masing jenis air.

A.Jenis Penelitian Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah explanatory research dan pelaksanaanya menggunakan metode Eksperimen Kuasi.
Hal ini berfungsi untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam aplikasi penggunaan,air comberan,air tanah dan air bersih dan Sebagai variabel bebas dan telur Ae aegypti sebagai variabel terikat disain post test only with control group dan adapun bagan desain yang akan digunakan adalah diantaranya :

Xo 0 X1 0 X2 0 X3 0 X4 0 X5 0 X6 0 X7 0 Keterangan : Xo : Air Bersih ( Kontrol ) X1 : Air Comberan ( Perlakuan I ) X2 : Air Tanah ( Perlakuan II ) X3 Sampai X7 banyaknya jumlah variasi (t-1) (r-1) = 15 (7-1) (r-1) = 15 6r-6 = 15 6r = 15+6 r = 3,6 =4

B.Waktu dan Tempat Penelitian 1.Penelitian ini dilakukan di desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. 2.Pemeriksaan air yang akan digunakan penelitian yaitu di laboraturium Stikes Hakli Semarang. 3.Penghitungan telur dilaksanakan di laboraturium Parasitologi Universitas Muhamadiyah Semarang. C.Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah nyamuk Ae aegypti yang sudah kenyang darah dan siap untuk bertelur dilaboraturim B2P2VRP.

Perlakuan dalam penelitian ini adalah variasi jenis air perindukan dan variasi ini berasal dari tiga macam kondisi air yaitu air bersih (AB),air tanah (AT) dan air comberan (AC). Dari ketiga air tersebut di buat tuju macam variasi sebagia berikut: I AB-AB-AB II AT-AT-AT III AC-AC-AC IV AB-AT V AB-AC VI AT-AC VII AB-AT-AC C.Kerangka Teori Berdasarkan teori diatas disusun kerangka teori sebagai berikut :

D.Variabel dan Definisi Operasional 1.Variabel penelitian a.Variabel dependen (terikat) Jumlah telur yang dihasilkan untuk masing-masimg tempat perindukan. b.Variabel independen (bebas) Jenis air tempat bertelur nyamuk Ae aegypti c.Variabel pengendali Temperatur air, Volume air dan komposisi air. 2.Definisi Operasional a.Menghitung jumlah telur nyamuk Ae aegypti yang terdapat dalam masing masing tempat perindukan selama enam hari. Satuan : ekor skala : rasio b.Jenis air tempat bertelur nyamuk Ae aegypti Adalah jenis air yang digunakan untuk tempat bertelur nyamuk Ae aegypti , yang dibedakan atas:air bersih, air tanah, dan air comberan Satuan : Skala : nominal

C.Temperatur air Derajat panas atau dingin yang di ukur dengan menggunakan termometer disetiap kelompok exsperimen. Satuan : derajat celcius Skala : interval d.Volume air Banyaknya air yang digunakan dalam percobaan dalam setiap tempat yaitu 183 dari jumlah volum tempat yaitu 240 ml. satuan : milliliter skala : rasio e.Komposisi air Adalah kandungan yang terdapat dalam masing-masing air, dalam kandungannya. Satuan : persen Skala : rasio

setiap kelompok akan di ukur

E.Metode Pengumpulan Data 1.Data Primer Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan perhitungan jumlah telur yang terdapat di masing-masing tempat eksperimen. 2.Data Sekunder Data yang diperoleh dari studi pustaka yang berasal dari internet, bukubuku, majalah atau hasil penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini.

F.Prosedur Penelitian 1.Bahan a.Tempat perindukan terbuat dari ovitrap yang berukuran 240 ml yang di cat warna hitam ovitrap di isi dengan air yang sudah di siapkan dengan volum yaitu 183 ml. b.Nyamuk Ae aegypti betina yang kenyang darah dan siap bertelur 2.Alat a.Ovitrap berwarna hitam b.Kandang c.Alat tulis d.Thermometer e.Kertas saring 3.Tenaga Tenaga yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: a.Peneliti sendiri 1 orang b.Tenaga penghitung 2 orang

4.Prosedur Pengambilan Air a.Cara Pengambilan air tanah Air tanah diambil dari dalam sumur gali yang kedalamannya antara 15-30 M di daerah Kertosari Singorojo dan ditaruh di dalam jirigen. b.Cara Pengambilan Air Comberan ( air limbah rumah tangga ) Air Comberan di ambil dari perumahan Ngaliyan Semarang dengan cara got perumahan di bendung agar air comberan bisa terkumpul,setelah terkumpul,air diambil dengan gayung langsung di saring dengan kain kantong gandum tujuanya agar kalau ada kotoran bisa diambil dan dimasukan ke dalam jrigen dan apabila terdapat telur nyamuk maka dalam satu hari satu malam dapat menetas terlebih dahulu

5.Cara mengambil air bersih Cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut : a).Ruangan yang akan dipakai penelitian disiapkan b).Kandang dimasukkan kedalam ruangan yang telah disiapkan dan di tata rapi c).Tiga jenis air yang sudah disiapkan kemudian di tuang ke dalam ovitrap yang berbeda d).Ovitrap yang sudah terisi air sebanyak dari volume ovitrap kemudian ovitrap diberi kertas saring di atas airnya e).Ovitrap yang sudah diisi air dan sudah ada kertasnya kemudian dimasukkan ke dalam kandang f).Nyamuk dimasukkan ke dalam kandang yang sudah disiapkan

g).Selama tiga hari kertas yang ada di dalam ovitrap diambil kemudian dikeringkan, setelah kering terus dimasukkan ke dalam plastik. h).Cara penghitungan telur yaitu kertas saring yang diambil dari ovitrap yang telah dikeringkan dan dimasukkan ke dalam plastik kemudian dibawa ke laboratorium Parasitologi Universitas Muhammadiyah Semarang untuk dilakukan penghitungan.

Anda mungkin juga menyukai