Anda di halaman 1dari 39

Jalan raya adalah suatu lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana/prasarana perhubungan yang dibuat sedemikian

rupa untuk melayani kelancaran arus lalu lintas.

yaitu semua gerakan jenis pemakai jalan yang terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengangkut yang digerakkan oleh manusia dan hewan, seperti Delman, Gerobak dorong, Pedati, Sepeda, Becak, serta semua jenis kendaraan bermotor roda dua, roda tiga. Kelancaran lalu lintas dijalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya tersebut, antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur.

Jalan raya menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang jalan raya, serta peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 1985, maka sistem jaringan jalan raya di Indonesia dibedakan atas sistem jalan raya Primer dan sistem jalan raya Sekunder.

Sistem jalan raya primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah padda tingkat Nasional, yaitu dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Jalan raya primer diperuntukkan melayani keperluan lalu lintas kendaraan berat (High Vehicle) seperti Bus, Truk 2 As, Truk 3 As, Truk gandengan Semi Trailer dan Trailer dengan kecepatan 60 sampai 129 kilometer/jam, serta untuk melayani tingkat kepadatan lalu lintas yang sangat tinggi.

Jalan raya primer ini disebt juga dengan Jalan Arteri atau Jalan Raya Utama yaitu jalan raya yang berperan sebagai urat nadi perekonomian bangsa,

Fungsinya untuk menjamin kelancaran lalu lintas orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, serta menjamin kelancaran pengangkutan dan pendistribusian bahanbahan pokok keperluan masyarakat seharihari.

Oleh sebab itu jalan raya primer umumnya menghubungkan antar kota yang bernilai strategis dan potensial, seperti menghubungkan wilayah perkebunan dan pertanian dengan pusat-pusat perdagangan, antar wilayah pusat produksi dan industri, antar pusat perdagangan, serta jalan menuju ke wilayah pelabuhan sebagai pintu gebang pusat kegiatan ekspor untuk pengiriman barang-barang industri dan produksi ke luar Negeri atau sebaliknya.

Jalan raya sekunder merupakan jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Ini berarti bahwa jaringan jalan sekunder dierencanakan menurut ketentuan pengaturan tata ruang pembangunan perkotaan, yaitu berfingsi menghubungkan wilayah yang mempunyai fungsi primer dan fungsi sekunder serta pelayanan jaringan jalan dari rumah ke rumah.

Oleh sebab itu jaringan jalan sekunder disebut juga Jalan Kolektor (pengumpul/pembagi), yaitu berfungsi menjamin kelancaran mengumpulkan dan mendistribusikan bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat dari kota-kota penting tertentu ke kota-kota yang lebih kecil. Selain itu juga berfungsi untuk melayani keperluan lalu lintas pada daerah disekitarnya.

Selain itu, jaringan jalan sekunder juga berfungsi untuk melayani keperluan lalu lintas mulai dari jenis kendaraan berat (High Vehicle) hingga kendaraan ringan (Low Vehicle), dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Menurut fungsi pelayanan lalu lintas jalan raya dibedakan atas jalan Arteri, jalan Kolektor dan jalan Lokal.

Adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri antara lain, kendaraan menempuh perjalanan jarak sedang dan jumlah jalan dibatasi.

Adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri antara lain melayani perjalanan jarak pendek (dekat) jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan Lokal

- Jalan arteri primer - Jalan kolektor primer - Jalan lokal primer

- Jalan arteri sekunder - Jalan kolektor sekunder - Jalan lokal sekunder

Jalan Raya Primer

Jalan Raya Sekunder

Yaitu jalan yang menghubungkan antar Ibu Kota Provinsi atau menghubungkan Ibu Kota Provinsi dengan Ibu Kota Kabupaten. Salah satu cirinya : -Jalan raya Arteri Primer tidak boleh terganggu oleh berbagai kegiatan lalu lintas lokal. -Lebar jalur min 2x3,75 meter.

Yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antar kota Kabupaten/Kota, atau menghubungkan kota Kabupaten dengan kota Kecamatan. Salah satu cirinya : -Lebara jalur perkerasan jalan minimum 2x3,50 meter. -Melayani kecepatan rencana 40-80 kilometer/jam.

Yaitu jalan yang menghubungkan antar kota kecamatan, antar kota kecamatan dengan kota pada jenjang di bawahnya sampai persil dengan syarat kecepatan kendaraan rencana dibawah 40 kilometer/jam dan lebar jalan minimal 6 meter.

Yaitu jalan yang menghubungkan antara kawasan primer dengan kawasan sekunder, atau menghubungkan antara sesama kawasan sekunder dan antara kawasan sekunder dengan kawasan persil dibawahnya. Syaratnya : -Kecepatan rencananya diatas 30 kilometer/jam -lebar jalur lalu lintas minimum 2x3,75 meter -kapasitas jalan sama dengan dari volume lalu lintas rata-rata, dan tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

Yaitu jalan yang menghubungkan antar kawasan sekunder ke I, atau jalan yang menghubungkan antara kawasan sekunder ke II dengan kawasan sekunder ke II. Syaratnya : Kecepatan rencana rendah dan lebar jalur lalu lintas minimum adalah 2x3,00 meter.

Yaitu jalan yang menghubungkan antara kawasan sekunder ke I, Kawasan sekunder ke II dan ke III masing-masing dengan kawasan pemukiman/perumahan, yaitu dengan melayani kecepatan rencana sangat rendah kurang dari 30 kilometer/jam dan dengan lebar jalur lintas minimum 2x2,50 meter.

Jalan raya diklasifikasikan berdasarkan karakteristik lalu lintas yang lewat, yaitu menurut tingkat kepadatan arus lalu lintas pada waktuwaktu tertentu, serta menurut jenis kendaraan, menurut ukuran dan daya angkut kendaraan serta berdasarkan besarnya beban maksimum sumbu kendaraan bermotor yang diijinkan (MST). Dengan mengetahui klasifikasi kelas jalan, maka dapatlah diketahui fungi pelayanan dari suatu jalan raya serta jumlah lalu lintas yang lewat pada kedua lajur jalan tersebut untuk pergi dan pulang.

Jumlah lalu lintas yang lewat pada kedua lajur lalu lintas lazimnya disebut dengan Volume Lalu Lintas, yaitu berdasarkan jumlah lalu lintas Harian Rata-Rata (LHR) dalam 1 tahun atau selama 365 hari Rumus : LHR =lalu lintas dalam satu tahun 365 hari

Karena lalu lintas yang lewat pada suatu jalan raya terdiri dari campuran kendaraan ringanberat, yang melaju cepat, ringan, dan lambat, maka jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu titik dalam satuan waktu tertentu akan mengakibatkan timbulnya pengaruh dari setiap jenis kendaraan terhadap keseluruhan arus lalu lintas.

Pengaruh ini diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor ekivalen mobil penumpang (Emp) sebagai nilai standar yang besarnya nilai = 1.

Dengan demikian LHR dihitung dengan mempergunakan satuan mobil penumpang (SMP), yaitu jumlah masing-masing jenis kendaraan dikalikan dengan nilai faktor ekivalen dari masing-masing jenis kendaraan yang bersangkutan.

Adapun nilai faktor ekivalen dari setiap jenis kendaraan tersebut, menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut :

Daftar nilai Ekivalen Kendaraan


Jenis lalu lintas AASHO 1954

Mobil Penumpang
Truk ringan < 5 Ton Truk sedang < 10 Ton Truk berat > 10 Ton Bus Sepeda Motor Sepeda Kendaraan tak Bermotor

1,00
2,00 2,50 3,00 3,00 1,00 0,50 7,00

Setelah memperhitungkan jumlah total LHR dalam satuan mobil penumpang (SMP), maka dapat ditetapkan klasifikasi jalan raya menurut kelas dengan berpedoman pada daftar di bawah ini :
Ketentuan standar Klasifikasi Jalan Raya
Klasifikasi Jalan Raya Total LHR (dalam SMP) Beban Gandar Tunggal >10 Ton >5 Ton >5 Ton <2 Ton

Fungsi Pelayanan Jalan Raya Utama Jalan Sekunder

Kelas Jalan I II A II B II C >20.000 6.000-20.000 1.500-8.000 < 2.000

Jalan Penghubung

III

--

---

Keadaan terrain suatu jalan raya dapat dibedakan menurut topografi daerah disekitarnya, yaitu diklasifikasikan sebagai daerah dengan tofografi datar, bebukit dan tofografi pegunungan.

Penetapan keadaan terrain topografi tersebut didasarkan oleh besarnya lereng melintang tegak lurus terhadap sumbu jalan, yaitu diukur dari perbedaan tinggi antara dua titik yang terdapat pada kedua sisi luar badan jalan yang dinyatakan dalam satuan prosen.

Pada umumnya posisi kedua titik tersebut terletak pada daerah batas milik jalan (DMJ).
Kemiringan Topografi = Beda tinggi x 100 % Jarak

Rumus :

Setelah diperoleh besarnya prosentase kemiringan melintang dari kedua titik tersebut, maka dapatlah ditetapkan klasifikasi medan topografi suatu badan jalan berdasarkan ketentuan standar topografi pada daftar dibawah ini :

Ketentuan standar klasifikasi medan Topografi


Prosentase (%) Lereng Melintang 00,00-9,99 10,00-24,90 > 25,00 Klasifikasi Terrain Medan Topografi Datar (D) Berbukit (B) Pegunungan (G)

Pemerintah RI mempunyai hak menguasai atas penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan raya di seluruh wilayah negara kesatuan RI. Hak dan wewenang Hukum tersebut antara lain : 1. Aspek pengaturan, yaitu mencakup perencanaan, perumusan dan kebijaksanaan. 2. Aspek pengendalian, yaitu dalam bidang pembangunan dan operasi penyelenggaraan lalu lintas. 3. Aspek pengawasan.

Berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 45 Tahun 1974, maka Departemen Pekerjaan Umum ditugaskan atas nama Pemerintah memikul tanggung jawab untuk melaksanakan hak dan wewenang hukum tersebut, serta menetapkan ketentuanketentuan tentang pembangunan, pemeliharaan, dan penggunaan jalan raya indonesia.

Dengan demikian, berdasarkan wewenang dan tanggung jawab atas aspek-aspek penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, maka secara administratif penyelenggaraan jalan raya di Indonesia di klasifikasikan menjadi: -Jalan Negara -Jalan Provinsi -Jalan Kabupaten/Kota -Jalan Desa.

meliputi semua jalan raya utama yang berperan sebagai urat nadi pengendali perekonomian bangsa, guna menjamin kelancaran pengangkutan hasil produk industri dan hasil bumi, serta untuk menjamin pendistribusian bahan pokok kebutuhan masyarakat sehari-hari di seluruh wilayah Nusantara.

semua jalan raya sekunder, jalan kolektor yang berada dalam wilayahnya, yang berfungsi untuk menjamin kelancaran pengangkutan hasil produksi industri dan hasil bumi, serta untuk mendistribusikan bahan kebutuhan pokok masyarakat seharihari, yaitu dari Ibu Kota provinsi ke kota-kota Kabupaten dan kota-kota disekitarnya.

semua ruas jalan sekunder dan jalan lokal yang ada dalam wilayahnya. jadi, pemerintah daerah, baik pemerintah tingkat I maupun tingkat II, masing-masing memikul tanggung jawab sepenuhnya atas aspek-aspek penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalam raya di daerahnya.

jalan raya berdasarkan kelengkapan fasilitasnya dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu : -Jalan exspress way -Free way -Colector -Local Road

Jalan raya primer atau jalan arteri, akan tetapi prioritas jalan diberikan pada kendaraan untuk lalu lintas menerus (bergerak lurus). Pada daerah persimpangan yang arus lalu lintasnya saling memotong jalan raya utama seharusnya dilengkapi dengan persimpangan jalan yang tidak sebidang (Flyover). Kecepatan kendaraan rata-rata hingga 100 kilometer/jam.
Jalan Cepat (Exspress) Penjelasan Express way

Jalan raya arteri yang memungkinkan kendaraan bergerak dengan kecepatan lebih dari 100 kilometer/jam. Tanpa mengalami rintangan apapun, baik rintangan yang disebabkan oleh adanya persimpangan jalan, oleh kendaraan membelok, penyebrangan jalan, dan lain-lain. Selain itu jalan free way ini harus disertai dengan sistem pengendalian jalan masuk secara penuh.
Jalan Bebas Hambatan (Free Way)

Penjelasan Free Way

Dibandingkan dengan jalan raya lainnya jalan free way ini memiliki fasilitas tingkat tertinggi dibangun dengan biaya yang sangat mahal. Tetapi memiliki keuntungan atau kelebihan tertentu antara lain : Dapat mengurangi waktu tempuh, yang disebabkan oleh waktu yang hilang oleh ditiadakannya beberapa rintangan. Dapat mengurangi terjadinya konflik lalu lintas. Lebih nyaman dan memenuhi persyaratan keamanan di sepanjang perjalanan.

Bersifat permanen. Dengan pengendalian jalan masuk di sepanjang jalan dapat mencegah terjadinya pertumbuhan sektor sosial ekonomi. Mengurangi biaya operasi kendaraan, antara lain pengurangan pemakaian bahan bakar dan bahan pelumas, mengurangi kebisingan dan polusi udara serta meningkatkan daya tahan mesin dan perangkat kendaraan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai