Anda di halaman 1dari 34

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Air merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Air memiliki berbagai macam fungsi bagi makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme tubuh. Semua makhluk hidup memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup sekaligus bagian penting dalam proses metabolisme. Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari untuk menghindari dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya. Dalam air minum, terdapat beberapa kandungan bahan kimia. Kandungan ini memiliki efek positif dan negatif bagi tubuh. Kondisi lingkungan atau daerah sumber air masing-masing mempengaruhi karakteristik air minum tersebut sehingga bahan kimia yang terkandung pun beragam jumlahnya. Berdasarkan keragaman jumlah bahan-bahan kimia dalam air, maka dibutuhkan suatu standard yang mengatur kualitas air yang baik untuk dikonsumsi. Standard kualitas air ini diatur oleh Departemen Kesehatan berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) yang harus dipatuhi oleh semua produsen air minum. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis bahan kimia yang terkandung dalam air yang dipakai dalam rumah sakit untuk kemudian hasilnya dibandingkan dengan standard yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kadar bahan kimia yang dianalisis pada sampel air yang dipakai dirumah sakit. 2. Membandingkan hasil analisis yang diperoleh dengan standard baku mutu yang dimiliki pemerintah. 3. Meningkatkan dan menambah pengetahuan kepada mahasiswa dalam hal kualitas lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5 2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme (Slamet, 2007 ). Di dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli (Mulia, 2005). Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-). B Air Bersih. Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syaratsyarat pengawasan kualitas air, air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitsanya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005). 1. Syarat Kuantitas Kebutuhan masyarakat terhadap air bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat ( Chandra, 2006). Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak 138,5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi,cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter (Slamet, 2007). 2. Syarat Kualitas Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007). C Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah. 1. Bau. Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. 2. Rasa. Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. 3. Warna. Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk

senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warna pun dapat berasal dari buangan industri. 4. Kekeruhan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. 5. Suhu. Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa, mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. 6. Jumlah Zat Padat Terlarut. Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. D Parameter Mikrobiologis. Sumber- sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan patogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen. E Parameter Radioaktivitas . Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian, dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. F Parameter Kimia. Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu),

derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia, contohnya antara lain sebagai berikut : 1. pH. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (netral) untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 9. 2. Besi (Fe). Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l) menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru dan menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. 3. Klorida. Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Dalam jumlah banyak, klor (Cl) akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu klor (Cl) di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor (Cl) ini dapat terikat pada senyawa organic dan membentuk halogenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 600 mg/l. 4. Tembaga (Cu). Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati; muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur. 5. Mangan (Mn). Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat khronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf: insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask). Bila pemaparan berlanjut maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi

hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita parkinsonism. 6. Seng (Zn). Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menyebakan gejala muntaber. Seng (Zn) menyebabkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar maksimum seng (Zn) yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 15 mg/l. 7. Phospat (PO43-). Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan dan ganggang akan terhalang. Fosfat yang berasal dari air atau limbah alami biasanya berbentuk sebagai senyawa fosfat saja. Senyawa fosfat dapat diklasifikasikan sebagai ortho fosfat, fosfat yang terkondensasi (pyro, metha, polifosfat lainnya), dan senyawa fosfat yang terikat secara organik. Senyawa-senyawa fosfat yang biasa dideteksi dengan cara colorimetry tanpa hidrolisis atau oksidasi dengan pemanasan sampel disebut sebagai fosfor reaktif atau ortho fosfat. Hidrolisis asam pada titik didih airmengubah fosfat terlarut atau fosfat partikulat yang berkondensasi menjadi orthofosfat terlarut. Istilah fosfat yang terhidrolisis asam lebih disukai daripada fosfat terkondensasi. Fraksifraksi senyawa fosfat yang terkonversi menjadi orthofosfat hanya oleh proses oksidasi yang dekstruktif dari zat-zat organic disebut sebagai fosfat organic. 8. Ammonia (NH4+). Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Keberadaannya dalam air dapat mempengaruhi perubahan sifat fisik air dan kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut.

Ammonia

dan

hypochlorite

dengan

katalis

sodium

nitroprusside akan

menghasilkan intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan konsentrasi NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L. G Instrumentasi. 1. Spektrofotometer UV-VIS. Spektrofotometri ialah suatu analisis berdasarkan pengukuran intensitas cahaya yang dipancarkan (It) dan secara tidak langsung cahaya yang diabsorb (Ia) yang tergantung oleh warna dari suatu zat. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya tersebut disebut Spektrofotometer. Hukum yang berlaku pada spektrofotometer adalah Lambert-Beer. Persamaannya : A = .c.t Dimana : A = absorbansi = epsilon (tetapan) C = konsentrasi t = tebal cuvet Pada Spektrofotometer terbagi dalam 4 bagian penting, yaitu: a. Sumber cahaya (sinar) Sumber cahaya yang dapat dipakai ada dua yaitu wolfram dan deuterium. Wolfram menghasilkan sinar pada panjang gelombang diatas 375 nm dan deuterium memiliki panjang gelombang dibawah 375 nm. Dengan memilih salah satu dari keduanya kita dapat melakukan penetapan daerah UV atau VIS. b. Monokromator Monokromator berfungsi untuk mendispersikan atau menguraikan cahaya polikromatis menjadi monokromatis. Ada dua macam monokromator yaitu prisma dan grating. Grating lebih banyak dipakai karena lebih baik pada

dalam mendispersikan cahaya karena daya mendispersikannya lebih besar dibandingkan prisma. Selain itu grating juga dapat dipakai disemua daerah spektra. Ketelitian dari monokromator selain dipengaruhi jenisnya juga dipengaruhi oleh lebar celah (Slit Width) yang dipakai. Karena semakin sempit slit yang dipakai maka sinar yang ditransmisikan akan makin selektif, artinya makin monokromatis tetapi hubungan lebar slit dengan band pass width tidak linier. c. Cuvet Cuvet adalah tempat larutan contoh yang akan diukur. Dalam penggunaannya cuvet harus memiliki syarat-syarat: 1) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan cahaya 2) Permukaannya secara optis sejajar 3) Tidak bereaksi dengan bahan-bahan kimia 4) Tidak rapuh 5) Bentuknya sederhana Bentuk cuvet yaitu lingkaran dan persegi dengan ukuran panjang 1x 1 cm dan tinggi + 5 cm. Adapun jenis cuvet yaitu plastik, kaca, dan kuarsa. Kaca hanya dapat digunakan di daerah VIS, tidak UV karena kaca dapat mengabsorb sinar UV. Sedangkan kuarsa bisa di daerah UV-VIS dan kuarsa lebih tahan pelarut organik, asam basa kuat. Maka dari itu banyak yang menggunakan kuarsa. d. Detektor Fungsinya merubah cahaya yang diterima menjadi arus listrik. Ada dua jenis detektor yang dikenal yaitu: 1) Foto Tube (photo emissive cell) 2) Barrier Layer Cells. Diantara keduanya paling baik yaitu Barrier Layer Cells, karena pada saat proses jatuhnya foton sinar pada katoda akan membebaskan elektron labih banyak dibandingkan Foto Tube yaitu sebesar 106107 elektron.

2. Atomic Absorption Spectrophotometre (AAS). Spektrofotometer serapan atom adalah metode analisis berdasarkan pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap oleh atom bebas. Analisis mengunakan spektrofotometer serapan atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat peka dan cepat, pengerjaanya relative sederhana. Prinsip dasar SSA yang didasarkan pada proses penyerapan energy radiasi dari sumber nyala atom-atom yang berada pada tingkat energy dasar akan memberikan energy menjadi bacaan absorbans yang sebanding dengan konsentrasi. Komponen-komponen utama yang menyusun spektrofotometer serapan atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detektor dan penampilan data.

10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilakukan setiap seminggu sekali pada hari rabu. 2. Sampel. Sampel yang digunakan untuk penelitian yaitu air rumah sakit yang berada di sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut merupakan daftar tempat pengambilan sampel: a. Sampel 1.1 Dari Rs.Hermina Ciputat (Toilet Bawah). b. Sampel 1.2 Dari Rs.Hermina Ciputat (Musola). c. Sampel 2.1 Dari Rs.Bersalin As-syifa (Dapur). d. Sampel 2.2 Dari Rs.Bersalin As-syifa (Toilet). e. Sampel 3.1 Dari Rs.UIN Jakarta (Toilet). f. Sampel 3.2 Dari Rs.UIN Jakarta (Dapur). g. Sampel 4.1 Dari Rs.Hermina Depok (Kamar Inap). h. Sampel 4.2 Dari Rs.Hermina Depok (Toilet luar). i. Sampel 5.1 Dari Rs.Gaplek (Dapur). j. Sampel 5.2 Dari Rs.Gaplek (Kamar Inap). k. Sampel 6.1 Dari Puskesmas Benda Baru (Toilet). l. Sampel 6.2

11

Dari Puskesmas Benda Baru (Rawat Inap). m. Sampel 7.1 Dari Rs.Harapan Bunda Jakarta Timur (toilet lantai 1). n. Sampel 7.2 Dari Rs.Harapan Bunda Jakarta Timur (toilet lantai 1). o. Sampel 8.1 Dari Rs.Sari Asih (Toilet lantai 3). p. Sampel 8.1 Dari Rs.Sari Asih (Toilet lantai 1). 3. Uraian Metode Analisis. Sampling dan Uji Sifat Fisik Air. A.Bahan : - Aquadest. - Sampel air rumah sakit. B.Alat : - Botol sampel PE. - Water Quality Cheacker. - pH Meter. C.Prosedur Penelitian. Persiapan Wadah Sampel. Untuk analisa kimia, dibutuhkan wadah penyimpan sampel yang bersih dari kontaminan, yang dapat mengganggu hasil analisis. Pertama dibersihkan dan dicuci botol sampel dengan sabun atau deterjen, kemudian dibilas botol tersebut dengan air suling hingga bersih. Lalu dibilas wadah tadi menggunakan larutan HNO3. Setelah itu, dibilas lagi botol tadi menggunakan air suling hingga bersih. Kemudian dikeringkan dengan cara membalikkan botol sampel. Pengambilan Air Sampel. Untuk analisis kimia dan fisika dari sampe air, pengambilan sampel memiliki beberapa langkah. Dalam pengambilan sampel pada aliran di bawah tekanan, diatur laju air 500ml/menit. Pengambilan sampel air dari kran atau klep, digunakan pipa sambungan yang masuk ke dalam botol. Dialirkan sampel air beberapa saat hingga air meluap

12

sampai 10 kali volume botol sampel. Ditutup botol sampel dengan segera, dihindari kontaminasi dengan udara. Pengambilan sampel air pada kolam, danau, sungai, laut, bak penampungan dan lainnya, digunakan alat pengambilan sampel khusus. Pengambilan sampel air panas, harus melalui koil pendingin. Dialirkan sampel tidak kurang dari 500ml/menit pada keadaan normal. Didinginkan Suhu air hingga di bawah 30oC. Penggambilan sampel untuk air pada pipa sebagai berikut: sebelum penggambilan sampel, buang aliran sampel mula-mula selama waktu tertentu sesuai dengan diameter pipa. Ambil sampel air dengan cara penyedotan. Sambung koil dengan tabung penyedotan sampel, alirkan sedikitnya 5 kali volume tabung sampel. Kemudian ambil sampel air dan tutup segera, hindari kontaminasi dengan udara. Analisa Uji Fisik. Parameter yang diuji pada uji fisik ini ada dua, yaitu nilai pH, temperature, DO, Turbidity, conducticity, sanility dan TDS dari sampel air dari rumah sakit. uji ini dilakukan bersamaan dengan menggunakan water quality checker, yaitu dengan cara menyiapkan sampel dalam suatu wadah. Dibersihkan water quality checker menggunakan aquades. lalu dicelupkan WQC pada sampel hingga nilai keseluruhan muncul dan terbaca stabil. Analisis Kadar Fosfat. A.Bahan : - Sampel. - Air Suling. - H2SO4 5N. - Kalium antimonil tartrat. - Ammonium molibdat. - Asam askorbat. B.Alat : - UV-VIS Spektrofotometer - Timbangan analitik - Labu Erlenmeyer 125 mL

13

- Labu ukur 100 mL; 250 mL; dan 1000 mL - Gelas ukur 25 mL dan 50 mL - Pipet volumetric 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL; dan 25 mL - Gelas piala 1000 mL C.Prosedur Penelitian. 1. Pembuatan Larutan. a). Larutan H2SO4 5 N Dimasukkan dengan hati-hati 70 mL asam sulfat pekat ke dalam gelas piala yang berisi 300 mL air suling dan diletakkan pada penangas es. Larutan diencerkan dengan air suling sampai 500 mL lalu dihomogenkan. b). Larutan kalium antimonil tartrat. Sebanyak 1.3715 g kalium antimonil tartrat dilarutkan dengan 400 mL air suling dalam labu ukur 500 mL yang kemudian ditambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan dihomogenkan. c). Larutan ammonium molibdat. Sebanyak 20 g ammonium molibdat dilarutkan ke dalam 500 mL air suling kemudian dihomogenkan. d). Larutan Asam Askorbat. Sebanyak 1.76 g asam askorbat dilarutkan ke dalam 100 mL air suling. e). Larutan Campuran. Dicampurkan secara berturut-turut 50 mL H2SO4 5N, 5 mL larutan kalium antimonil tartrat, 15 mL larutan ammonium molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat. 2). Pembuatan Kurva Kalibrasi. Dibuat deret standar dengan memipet 0; 1; 2; 3; 4; 5 larutan baku fosfat yang mengandung 10 mg P/L dan dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL. ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh kadar fosfat 0.0 mg P/L; 0.2 mg P/L; 0.4 mg P/L; 0.8 mg P/L; 1.0 mg P/L. Di optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian kadar fosfat. Dipipet larutan kerja dan dimasukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 1

14

tetes indicator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang. Kemudian ditambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan. Larutan tersebut dimasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10-30 menit. 3). Penggukuran Sampel. Dipipet 25 mL sampel uji secara duplo dan dimasukkan masingmasing ke dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 1 tetes indicator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah muda, ditambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang. Setelah itu ditambahkan 8 mL larutan campuran kemudian dihomogenkan. Dimasukkan larutan tersebut kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu dibaca dan dicatat serapan masuknya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10-30 menit. Analisis Kadar Ammonia (NH4+). A. Bahan : -Larutan Fenol (C6H5OH). -Natrium Nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5 %. -Larutan Alkalin Sitrat (C6H5Na3O7). -Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5%. -Larutan Pengoksidasi. -Larutan induk Ammonia 1000 mg/L. -Larutan baku Ammonia 100 mg/L. -Larutan baku Ammonia 10 mg/L. -Air suling. B. Alat: 1) UV-VIS Spektrofotmeter 2) Neraca analitik 3) Erlenmeyer 50 mL 4) Labu ukur 100 mL; 500 mL; dan 1000 mL 5) Gelas ukur 25 ml 6) Pipet volumetrik 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; dan 5,0 mL

15

7) Gelas piala 8) Pipet tetes C. Prosedur Penelitian. 1. Pembuatan Larutan. a) Larutan Fenol (C6H5OH) Dicampurkan 11.1 mL Fenol yang dicairkan (kadar Fenol 89 %) dengan etil alcohol 95 % didalam labu ukur 100 mL. Diencerkan dengan aquades hingga batas tanda tera dan dihomogenkan Catatan : Larutan ini tahan selama 1 minggu. b) Larutan Nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0.5 % Dilarutkan 0.5 gram Natrium Nitroprusida dalam 100 mL air suling lalu dihomogenkan. Catatan : Larutan disimpan dalam botol gelap dan tahan sampai 1 bulan. c) Larutan hipoklorit (NaOCl) 5 % Catatan : larutan yang tersedia di pasaran berkonsentrasi 5 %, larutan ini akan terdekomposisi setelah segel dilepas, oleh karena itu ganti larutan setelah 2 bulan. d) Larutan pengoksidasi Dicampurkan 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL larutan NaOCl 5 %. Larutan ini harus disiapkan setiap kali sebelum pengujian. e) Larutan induk Ammonia 1000 mg/L Dilarutkan 3.819 g NH4Cl (yang sudah dikeringkan pada 100oC dengan 100 ml aquades dalam labu ukur 1 L. Diencerkan hingga batas tanda tera dengan aquades Setiap 1 mL larutan ini mengandung 1 mg N /L = 1 mg NH3 /L. 3. Kalibrasi. Dipipet 0.0 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 5 mL larutan baku ammonia 10 mg N /L dan masukan dimasing-masing ke dalam labu ukur 100 mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh kadar ammonia 0.0 mg N /L; 0.1 mg N/L; 0.2 mg N/L; 0.3 mg N/L; 0.5 mg N/L. Alat spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk alat pengujian kadar ammonia. Dipipet 25 mL larutan standard dan dimasukkan masing-masing ke dalam

16

Erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm. 4. Pengukuran Sampel. Dipipet 25 mL sampel dan dimasukkan masing-masing kedalam erlenmeyer 25 mL. Ditambahkan 1 mL larutan Fenol, dihomogenkan. Ditambahkan 1 mL larutan Natrium Nitroprusida, dihomogenkan. Ditambahkan 2.5 mL larutan pengoksidasi, dihomogenkan. Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin atau aluminum foil. Dibiarkan selama 1 jam untuk pembentukan warna. Diukur absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 640 nm. Analisis Kadar Besi (Fe2+) dan Mangan (Mn2+). A.Bahan : 1) Larutan induk Fe 1000 ppm

2) Larutan induk Mn 1000 ppm 3) HNO3 pekat 4) Aquades 5) Sampel Air ( Air Minum isi ulang ) 6) Sampel Standar 1,0 ppm; 3,0 ppm; dan 6.0 ppm B.Alat : 1) AAS ( Atomic Absorption Spectrophotometer )

2) Gelas ukur 100 mL 3) Beker glass 100 mL 4) Pipet mikro C.Prosedur Penelitian. Tahap pertama adalah tahap preparasi di mana ketiga sampel ditambahkan HNO3 1 ml (1 % dari volume sampel). Larutan Induk Fe dan Mn 1000 ppm diencerkan menjadi 100 ppm dan10 ppm dalam 100 ml larutan. Apabila sampel agak keruh, dilakukan penyaringan dengan kertas saring atau centrifuge. Selanjutnya buat larutan standar Fe dan Mn dari larutan induk Fe dan Mn dengan konsentrasi 1,0 ppm, 3,0 ppm, dan 6,0 ppm. Nilai absorbansinya diukur dengan menggunakan

17

spektrofotometer serapan atom (AAS) dengan panjang gelombang 248,3 nm dan 279,5 nm. Kemudian dilakukan uji pengukuran sampel air, pertama-tama lampu katoda dari logam yang akan dianalisa dipasang pada AAS, kemudian alat AAS beserta komputer dan kompresor dihidupkan. Lalu kran udara pada kompresor yang menuju AAS dibuka dan kran asetilensor yang menuju AAS dibuka. Tombol ignisi ditekan sehingga nyala menjadi kebiru-biruan. Kemudian pipa kapiler pada nebulizer

dicelupkan pada larutan yang akan dianalisis dimulai dari larutan blanko, standar lalu sampel uji untuk kemudian dibaca absorbansinya.

18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis. A.Uji Fisik Air. Sampel pH Suhu (oC) 1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2 6.1 6.2 7.1 7.2 8.1 8.2 7,35 7,44 5,87 5,99 5,98 6,02 6,69 6,53 6,92 4,41 6,21 6,31 7,64 7,70 7,6 7,75 25,37 25,49 27,22 27,22 25,03 25,74 21,69 22,02 22,11 21,58 14,82 14,29 27,01 27,53 26,52 27,01 DO (mg/L) 9,31 8,84 8,09 8,06 7,63 7,10 10,38 9,91 9,56 9,69 12,79 11,53 7,26 7,24 7,99 7,72 Turbidity Conducticity (NTU) 3,1 0,00 0,00 0,00 0,00 2,7 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,203 0,214 0,173 0,137 0,252 0,266 0,333 0,334 0,267 0,266 (ms/cm) 0,296 0,290 0,1206 0,196 Salinity (%) 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 TDS (gr/L) 0,192 0,189 0,134 0,128 0,153 1,49 0,132 0,139 0,113 0,089 0,164 0,173 216 217 0,173 0,173

B. Analisis Kadar Fosfat (PO43-) 1.Kalibrasi Standar. Standar sampel 1.1 sampai dengan sampel 4.2 No. Sampel ID Konsentrasi Standar (mg/L) 1. 2. 3. Standar 1 Standar 2 Standar 3 0,00 0,10 0,20 0,0015 0,0458 0,1238 Absorbansi

19

4. 5.

Standar 4 Standar 5

0,40 0,60

0,2421 0,4002

Standar sampel 5.1 sampai dengan sampel 8.2 No. Sampel ID Konsentrasi Standar (mg/L) 1. 2. 3. 4. 5. Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 0,00 0,10 0,20 0,40 0,60 0,0456 0,0978 0,1548 0,2908 0,4267 Absorbansi

2.Konsentrasi Fosfat. No. Sampel ID Absorbansi FP Kadar Fosfat Sampel (mg/L) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Sampel 1.1 Sampel 1.2 Sampel 2.1 Sampel 2.2 Sampel 3.1 Sampel 3.2 Sampel 4.1 Sampel 4.2 Sampel 5.1 Sampel 5.2 Sampel 6.1 Sampel 6.2 Sampel 7.1 Sampel 7.2 Sampel 8.1 Sampel 8.2 0,0757 0,0816 0,0239 0,0245 0,0121 0,0114 0,0129 0,0221 0,1001 0,0520 0,0834 0,1073 0,1071 0,1089 0,1258 0,1264 0,18 0,20 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 < 0,1 0,13 < 0,1 < 0,1 0,15 0,15 0,15 0,20 0,20

20

C. Analisi kadar ammonia 1.Kalibrasi Standar. Standar sampel 1.1 sampai dengan sampel 4.2 No. Sampel ID Konsentrasi Sampel (mg/L) 1. 2. 3. 4. 5. Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 0,00 0,10 0,20 0,40 0,60 0,0017 0,1359 0,2011 0,3160 0,4501 Absorbansi

Standar sampel 5.1 sampai dengan sampel 8.2 No. Sampel ID Konsentrasi Sampel (mg/L) 1. 2. 3. 4. 5. Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 Standar 5 0,00 0,10 0,20 0,40 0,60 0,015 0,0857 0,1492 0,4056 0,5665 Absorbansi

2.Konsentrasi Ammonia. No. Sampel ID Absorbansi FP Kadar Ammonia 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2 0,0611 0,0809 0,0254 0,0397 0,2312 0,2045 0,2846 0,2806 0,0752 0,1279 < 0,1 < 0,1 -0,01 < 0,1 0,27 0,24 0,35 0,34 < 0,1 0,14

21

11. 12. 13. 14. 15. 16.

6.1 6.2 7.1 7.2 8.1 8.2

0,0296 0,0382 0,0668 0,1492 0,0379 0,0422

< 0,1 < 0,1 < 0,1 0,17 < 0,1 < 0,1

D. Analisis Kadar Besi dan Mangan 1.Kalibrasi Standar Fe2+ Standar sampel 1.1 sampai dengan sampel 4.2 No. Sampel ID Konsentrasi Standar (mg/L) 1. 2. 3. 4. Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 0,00 1,00 3,00 5,00 0,0007 0,0244 0,0701 0,1126 Absorbansi

Standar sampel 5.1 sampai dengan sampel 8.2 No. Sampel ID Konsentrasi Standar (mg/L) 1. 2. 3. 4. Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 0,00 1,00 3,00 5,00 -0,0013 0,0210 0,0708 0,1108 Absorbansi

2.Kalibrasi Standar Mn2+ Standar sampel 1.1 sampai dengan 4.2 No. Standar ID Konsentrasi Standar (mg/L) 1. 2. Standar 1 Standar 2 0,00 1,00 -0,0010 0,0617 Absorbansi

22

3. 4.

Standar 3 Standar 4

3,00 5,00

0,1651 0,2512

Standar sampel 5.1 sampai dengan 8.2 No. Standar ID Konsentrasi Standar (mg/L) 1. 2. 3. 4 Standar 1 Standar 2 Standar 3 Standar 4 0,00 1,00 3,00 5,00 -0,0009 0,0629 0,1678 0,2579 Absorbansi

3.Konsentrasi Fe2+ dan Mn2+ No. Sampel ID Konsentrasi Fe2+ (mg/L) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 4.2 5.1 5.2 6.1 6.2 7.1 7.2 8.1 8.2 0,22 0,35 0,12 0,11 0,11 0,21 0,16 0,16 0,16 0,14 0,13 0,23 0,10 0,17 0,21 0,13 Konsentrasi Mn2+ (mg/L) 0,1 0,64 < 0,1 < 0,1 0,16 0,21 < 0,1 0,31 0,11 0,21 < 0,1 < 0,1 < 0,1 0,14 0,19 0,30 FP

23

Pembahasan. 1.Sampling dan Uji Sifat Fisik Air Pada percobaan ini dilakukan penentuan nilai tingkat keasaman, temperature, DO, Turbidity, Conducticity, Salinity dan TDS dari air rumah sakit yang diuji. Penentuan ini dilakukan dengan menggunakan water quality checker yang dapat memberikan data nilai semuanya sekaligus. Dari hasil pengujian ini didapatkan data seperti yang terlihat pada table hasil percobaan. Bahwa nilai dari semua sampel air rumah sakit masih dikatakan layak konsumsi, karena berada pada standard air bersih yaitu Permenkes 416/1990, yang menyatakan bahwa air bersih layak digunakan memiliki pH antara 6.5-8.5 dan turbidity maksimal 5 NTU dan DO maksimal 500 mg/L dan memiliki temperatur yang tidak berbeda jauh dengan suhu lingkungan pada saat itu. Pengaruh tingkat keasaman air bersih bagi tubuh manusia sangat penting, karena akan mempengaruhi juga tingkat keasaman darah. Jika darah terlalu asam atau dibawah ambang batas yang ditentukan (6.5) maka darah akan menggumpal, karena darah terdiri atas protein yang jika berada pada pH rendah akan menggumpal. Penggumpalan darah ini menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah menjadi lebih berat, dan jika berlangsung lama dapat menyebabkan penyakit seperti stroke, kolesterol, penyakit jantung, dan lainnya. Sampel yang paling bagus untuk digunakan adalah sampel 5.2 pada rumah sakit gaplek titik pengambilan sampelnya terletak di kamar inap yang memiliki nilai pH 4,41 dan turbidity 0,0 NTU. Sedangkan untuk sampel yang tidak layak untuk digunakan adalah sampel 1.1 pada rumah sakit hermina ciputat titik pengambilan sampelnya terletak di toilet bawah yang memiliki nilai PH sebesar 7,35 dan turbidity 3,1 NTU. 2. Uji fosfat dengan metode asam askorbat. Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat

24

banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Fosfor dialam dalam bentuk terikat sebagai Ca-fosfat, Fe- atau Al-fosfat, fitat atau protein. Bakeri yang berperan dalam siklus fosfor : Bacillus, Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas, Xanthomonas, dll.

Mikroorganisme(Bacillus,

Pseudomonas,

Aerobacter

aerogenes) dapat melarutkan P menjadi tersedia bagi tanaman. Fosfat dapat disebut orthofosfat, gugus fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dama bentuk ionik, dia membawa sebuah -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-. Pada pengujian kadar fosfat, sampel air yang diuji ditambahkan fenolftalein jika warna larutan masih berwarna merah muda maka ke dalam larutan ditambahkan sedikit demi sedikit dengan asam sulfat 5 N sampai warna hilang. Penambahan asam sulfat dimaksudkan agar dalam larutan sampel berada dalam suasana asam, dimana di dalamnya terkandung asam fosfat.
3.

H3PO4

H+ + PO43-

Saat penambahan indikator pp, warna merah mudah muncul karena reaksi antara ion PO43- dengan indikator pp, jika ditambahkan ion H+ berlebih maka ion H+ tersebut akan bereaksi dengan ion negatif membentuk asam fosfat yang tidak berwarna. Ke dalam sampel air kemudian ditambahkan larutan campuran (Larutan asam sulfat, kalium antimonil tartrat, dan ammonium molibdat dan asam askorbat). Reaksi antara asam fosfat dengan ammonium molibdat akan membentuk asam fosfomolibdat. Kemudian dengan adanya asam askorbat dalam campuran akan mereduksi asam molibdat tersebut menjadi senyawa kompleks fosfomolibdat yang berwarna biru. Larutan ini yang kemudian diukur serapannya dalam Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 880 nm.

25

Selanjutnya praktikan menguji kadar fosfat (PO4) dengan metode asam askorbat.Metode asam askorbat dapat digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk fosfat tertentu didalamair minum, air permukaan, air payau, air limbah rumah tangga dan limbah industry. Cara uji inidigunakan untuk penentuan kadar fosfat yang terdapat dalam air/air limbah antara 0,01-1.0 mg/L PO43- dengan menggunakan metode asam askorbat dengan alat spektrofotometer pada panjanggelombang 880 nm Pada percobaan uji fosfat dengan metode asam askorbat, sebelumnya dilakukan pengukuran kadar fosfat dengan alat

spektrofotometer perlu dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dengan konsentrasi standar fosfat sebesar 0,00mg/L; 0,10 mg/L; 0,30 mg/L; 0,60 mg/L; dan 1,00 mg/L. sehingga dihasilkan kurva kalibrasi dari hubungan antara absorbansi yang terukur tehadap konsentrasi fosfat. Dari hasil yang didapat data

(2.1),(2.2),(3.1),(3.2),(4.1),(4.2),(5.2),(6.1) menunjukkan hasil yang lebih kecil dari MDL(Methode Detection Limit) ini menunjukan bahwa kandungan fosfat dalam sampel air tersebut sangatlah kecil.

26

Sementara untuk sampel air yang lainnya, kadar fosfat terbesar terdapat pada sampel air (1.2),(8.1),(8.2). Dalam KepMenKes 907-2002 tidak tercantum baku mutu untuk kadar fosfat dalam air, akan tetapi keberadaan fosfat dalam air yang bersumber dari pemakaian detergen yang terdiri atas surfaktan dan builders Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci Detergen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam Detergen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam Detergen.

Kurva Kalibrasi Standar Fosfat


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Standar Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Fosfat Standar absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Fosfat Sampel 1.1 sampai dengan 4.2

27

Kurva Kalibrasi Fosfat Standar


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Fosfat Standar absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Fosfat Sampel 5.1 sampai dengan 8.2

4. Uji Ammonia Sampel Air Selanjutnya praktikan menguji kadar ammonia (NH3) dengan metode phenat. Ammonia dan hypochlorite dengan katalis sodium nitroprusside akan menghasilkan intensitas senyawa biru dari indofenol yang diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm. Cara uji ini digunakan untuk penentuan kadar ammonia (NH3-N) dalam sampel air dengan metode Phenat yaitu dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm dan dengan konsentrasi NH3-N antara 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L. Dari hasil pengamatan didapati bahwa semua sampel memilki kadar ammonia dibawah nilai MDL. Hal ini menunjukan bahwa kadar ammonia dalam sampel tersebut sangatlah kecil. Menurut Baku mutu nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor907/MENKES/SK/VII/2002 batas kadar ammonia yang terkandung dalam air yang akan dikonsumsi yaitu 0,15 mg/L. dan untuk batas nilai MDL untuk penentuan kadar ammonia yaitu 0,1 mg/L sampa 0,6 mg/L. Dari hasil pengamatan, semua sampel memiliki nilai kadar ammonia 0,1 mg/L. Keberadaan ammonia dalam air minum dapat menyebabkan perubahan fisik air seperti timbulnya bau gas ammoniak dan perubahan warna jika kandungan ammonia terlalu tinggi. Standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI tidak memperbolehkan ammonia terdapat dalam air minum. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampel, semua sampel yang diambil

28

dari 12 lokasi memiliki nilai kadar ammonia masih berada dibawah nilai MDL dan nilai baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

Kurva Kalibrasi Standar Ammonia


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Standar Ammonia absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Ammonia Sampel 1.1 sampai dengan Sampel 4.2

Kurva Kalibrasi Standar Ammonia


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Standar Ammonia absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Ammonia Sampel 5.1 sampai dengan 8.2 5. Analisis Kadar Fe2+ dan Mangan2+ Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui kadar besi (Fe) dan Mn dalam sampel bahan baku air di Puskesmas Benda Baru menggunakan spektrofotometer serapan atom. Percobaan ini diawali dengan pembilasan asam nitrat (HNO3) ke dalam wadah yang akan digunakan untuk menyimpan sampel,

29

pembilasan ini dilakukan untuk mengawetkan sampel karena sampel tidak dapat segera digunakan setelah diambil sehingga sampel tidak akan kehilangan komponen-komponennya. Sebelum melakukan analisis, sampel perlu didestruksi dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat. Asam nitrat (HNO3) berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan karena di dalam air, ion besi (Fe) dapat mengalami hidrolisis dan membentuk Fe(OH)3 yang merupakan padatan. Dengan memberikan suasana asam di dalam air, hidrolisis ini tidak akan terjadi sehingga ion besi (Fe) tetap larut di dalam air dan tidak membentuk endapan. Pengendapan ini tidak boleh terjadi karena menyebabkan ketidak akuratan pengukuran. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 273,5 nm, hal ini disebabkan karena panjang gelombang untuk menganalisis besi (Fe) adalah 273,5 nm. Larutan standar yang digunakan dibuat dalam konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 3 ppm, dan 5 ppm sehingga dapat diperoleh garis regresi yang dapat digunakan untuk menentukan kadar besi (Fe) dalam sampel yang digunakan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimum besi (Fe) yang diperbolehkan adalah 1,0 mg/L untuk air bersih. Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa semua sampel tergolong air bersih yang diperbolehkan atau tidak melewati aturan yang telah ditetapkan.

Kurva Kalibrasi Standar Fe


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Standar absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Sampel Fe 1.1 sampai dengan 4.2

30

Kurva Kalibrasi Standar Fe


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Standar absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Sampel Fe 5.1 sampai dengan 8.2

Untuk kadar mangan (Mn) dalam sampel hampir semuanya sedikit mengandung kadar Mn. Namun ada sampel yang besar mengandung kadar mangan (Mn) yaitu sampel 1.2 yang diambil dari rumah sakit hermina ciputat titik lokasinya musola yaitu dengan nilai kadar mangn (Mn) sebesar 0,64 mg/L. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimum mangan (Mn) yang diperbolehkan adalah 0,1 mg/L untuk air bersih.

Kurva Kalibrasi Standar Mn


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Standar absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Sampel 1.1 sampai dengan Sampel 4.2

31

Kurva Kalibrasi Standar Mn


0.3 0.25 y = 0.0514x + 0.0062 R = 0.9959

Absorbansi Standar

0.2 0.15 0.1 0.05 0 -0.05 0 2 4 6 Konsentrasi Standar absorbansi Linear (absorbansi)

Standar Sampel 5.1 sampai dengan Sampel 8.2

32

BAB V KESIMPULAN

Dari data yang di peroleh dalam percobaan analisi uji fisik, uji kadar fosfat, uji kadar ammonia, uji kadar besi dan mangan, dapat disimpulkan bahwa air di rumah sakit sekitar ciputat dan yang lainya layak untuk digunakan. Hal ini dikarenakan nilai dan kadar masingmasing parameter uji berada di dalam ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah,yaitu SNI nomor 01-3553-1996, sehingga masih aman digunakan. Namun ada sedikit air yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan oleh pemerintah tetapi tidak banyak. Sebagian besar air pada sampel tersebut termasuk air yang layak untuk digunakan.

33

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28190/4/Chapter%20II.pdf

http://www.scribd.com/doc/24898561/Laporan-Praktikum-HPLC-rtf diakses tanggal http://wikipedia.org http://www.scribd.com/doc/32563834/Besi-Dan-Mangan http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfat http://bplhdjabar.go.id/index.php/did-you-know/lingkungan/305-pencemaran-air http://victoria-ro.com

34

Anda mungkin juga menyukai