Anda di halaman 1dari 10

Tanggal Jam

: 16-04-2013 :12.00 WIB

Analisis Arus Starting Motor 3 Fasa Hubung Bintang-Segitiga (Y-) Otomatis Eko Aprijanto 027002071 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Abstract
.The use of induction motors in the power plant electrical system is needed where the usability of an induction motor is as a driver. The use of three-phase induction motors for applications in industrial machines have been widely used in the industry because it has a simple construction that is easy to maintain. The main drawback is a three phase induction motor starting currents are quite high and a low starting torque. To overcome this we need to choose the right starting method that can reduce the starting current and starting torque increase. This study aims to determine the starting current in star delta circuit. Method starting circuit of the triangle is the method most commonly used starting in the industrialized world. Starting currents in the starting of the delta can be 5 to 7 times the nominal current. In the current starting star circuit has a value of 1/3 of the current delta starting circuit. To overcome this problem so that the starter needed not to damage equipment and disrupt the electrical system. The motor is a motor that has been used toyo brand, with a capacity of 1 KW. Starting method used in these motors is the star delta starting automatically.

Keywords: Starting current, 3-phase induction motor, Automatic star delta.

Abstrak
Penggunaan motor induksi di dalam system kelistrikan pembangkit listrik sangat dibutuhkan dimana kegunaan dari motor induksi adalah sebagai penggerak. Penggunaan motor induksi tiga fasa untuk aplikasi di mesin-mesin industri telah banyak digunakan pada dunia industri karena mempunyai konstruksi yang sederhana sehingga mudah dalam perawatannya. Kelemahan utama motor induksi tiga fasa adalah arus starting yang cukup tinggi dan torsi awal yang rendah. Untuk mengatasinya kita perlu memilih metode pengasutan yang tepat yang mampu menurunkan arus starting dan menaikkan torsi awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arus starting pada hubung bintang delta. Metode pengasutan hubung bintang segitiga merupakan metode pengasutan yang paling sering dipakai di dunia industri. Arus starting dalam pengasutan bintang delta yaitu bias 5 sampai 7 kali arus nominalnya. Dalam arus starting hubung bintang mempunyai nilai 1/3 dari arus starting hubung delta. Untuk mengatasinya diperlukan starter agar nantinya tidak merusak peralatan dan mengganggu sistem kelistrikannya. Motor yang telah dipergunakan adalah motor merk toyo, dengan kapasitas 1 KW. Metode starting yang digunakan pada motor tersebut yaitu dengan pengasutan bintang delta otomatis. Kata kunci: Arus starting, Motor induksi 3 fasa, Hubung bintang segitiga otomatis.

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagai alat penggerak, motor induksi lebih unggul dibandingkan alat penggerak lainnya. Selain itu motor induksi ini dapat dikendalikan secara manual atau dapat juga secara otomatis dan bahkan bila diinginkan dapat dilayani dari jarak jauh. Pemakaian motor induksi sebagai alat penggerak misalnya untuk keperluan industri bisa dimungkinkan dengan otomatisasi di dalam proses produksi sehingga biaya operasional dapat ditekan lebih murah. Hal ini bisa menekan biaya produksi karena sarananya mampu menggantikan banyak peran manusia. 1.2. Tujuan Tugas akhir yang berjudul Analisis Arus Starting Motor 3 Fasa Hubung Bintang-Segitiga (Y-) Otomatis ini bertujuan untuk mengetahui : Arus starting motor induksi 3 fasa dengan setting timer 10 detik hubung bintang pada kondisi berbeban sebelum hubung delta berjalan. Arus starting motor induksi 3 fasa dengan setting timer 2 detik hubung bintang sebelum ke hubung delta pada kondisi berbeban.

BAB II Landasan Teori, Berisikan penjelasan umum, landasan teori, prinsip dasar motor induksi, rangkaian eqivalen, diagram pasor, starting motor induksi, saklar Y-, hubungan , hubungan rangkaian, dan spesifikasi tarainer serta instalasi rangkaian trainer papan instalasi, diagram kontrol hubung Y - , diagram arus hubung Y, diagram arus hubung , diagram kontrol utama motor. BAB III, Berisikan pengujian ranggkaian kontrol motor dari mulai non polar, berpolaritas, dengan menampilkan hasil pengujian arus starting hubung bintang, hubung delta, arus starting hubung bintang-segitiga (Y-) setting timer otomatis. BAB IV, Berisikan analisis arus starting hubung bintang, hubung delta, arus starting hubung bintangsegitiga (Y-) setting timer otomatis. BAB V, Berisikan kesimpulan dari hasil keseluruhan praktek yang telah dilaksanakan selama kerja praktek dan saran-saran sebagai masukan. 2. Landasan Teori 2.1. Konstruksi Motor Motor mempunyai 2 bagian, yaitu bagian yang diam disebut stator serta bagian yang berputar disebut rotor. 2.2. Stator Stator motor induksi pada prinsipnya sama dengan stator motor sinkron. Stator tersebut terbuat dari sejumlah kaki (stamping) yang membentuk slot, tempat untuk belitan. Belitan pada stator adalah belitan 3 (tiga) phasa yang dihubungkan dengan sumber 3 (tiga) phasa. Belitannya dibelitkan untuk sejumlah kutub tertentu, dimana jumlah pastinya ditentukan dari kecepatan yang dibutuhkan. Semakin besar jumlah kutub, kecepatan putarnya semakin berkurang dan sebaliknya. Jika belitan stator disuplai dengan tegangan 3 (tiga) phasa maka akan mengalir arus 3 (tiga) phasa yang akan menghasilkan fluks magnetik berputar dengan besaran yang konstan, fluks magnetik yang berputar ini akan menginduksikan ggl pada rotor.

1.3. Metodologi Penelitian Metode pembahasan yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah: Kajian teoritis (literatur), yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dari buku-buku pegangan dan penunjang serta berhubungan dengan pelaksanaan Tugas Akhir. Diskusi dengan pembimbing dan rekan-rekan. Melakukan pengujian dan mengamati serta mencatat hasil dari praktek langsung selama melaksanakan Tugas Akhir. Memberikan suatu kesimpulan Akhir Tempat Tugas Akhir ini dilaksanakan di Labolatorium Fakultas Teknik Universitas Siliwangi.

1.4. Batasan Masalah Pada Tugas Akhir ini dibatasi hanya pada arus starting motor 3 fasa hubung bintang-segitiga (Y-) otomatis dengan seting timer. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang berjudul Analisis Arus Starting Motor 3 Fasa Hubung Bintang-Segitiga (Y-) Otomatis disusun sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Gambar 2.1 Konstruksi Stator Motor Induksi 3 (tiga) Phasa.

2.3. Rotor Ada 2 (dua) jenis kumparan rotor, yaitu jenis rotor sangkar (squirel-cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Kedua rotor ini bekerja pada prinsip yang sama dan mempunyai konstruksi stator yang sama, hanya berbeda dalam konstruksinya saja. a. Rotor sangkar (squirel-cage rotor)

Hampir 90% dari motor induksi adalah jenis rotor sangkar, karena jenis ini mempunyai konstruksi yang sangat sederhana dan kuat. Rotor ini terdiri dari laminasi silindris inti dengan slot-slot paralel sebagai tempat dari konduktornya, dan konduktor-konduktor ini terbuat dari batangan tembaga atau aluminium alloy. Konduktornya tidak terisolasi dari inti, karena arus rotor secara alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil, yaitu konduktor rotor. Pada setiap ujung konduktor rotor, semuanya dihubung singkatkan dengan cincin ujung sehingga tidak mungkin menambahkan tahanan luar sebagai pembantu starting.

2.4. Slip Jika arus bolak-balik dihubungkan pada belitan stator dari sebuah motor induksi, sebuah medan putar timbul. Medan putar ini memotong batang rotor dan menginduksikan arus kepada rotor. Arah aliran arus ini dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kiri untuk generator. Arus yang diinduksikan ini akan menghasilkan medan magnet di sekitar penghantar rotor, berlawanan polaritas dari medan stator, yang akan mengejar medan magnet pada stator. Karena medan pada stator terusmenerus berputar, rotor tidak pernah dapat menyamakan posisi dengannya atau selalu tertinggal dan karenanya akan terus mengikuti putaran medan pada stator 2.5. Torque

Gambar 2.2 Rotor Sangkar (Squirel-Cage Rotor)

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar yang lebih kecil adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerap kali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar. b. Rotor belitan (wound rotor) Motor rotor belitan atau motor cincin slip berbeda dengan motor sangkar dalam hal konstruksi rotornya. Rotor ini memiliki belitan 3 (tiga) phasa dengan jumlah kutub yang sama dengan stator. Belitan rotor ini juga diberikan tambahan resistansi luar yang terhubung melalui slip ring. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan phasa rotor dihubungkan secara Y dan masing-masing phasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor. Motor rotor belitan kurang banyak digunakan dibandingkan dengan motor rotor sangkar tupai karena harganya yang mahal dan biaya pemeliharaanya yang lebih besar.

Torque motor induksi arus bolak-balik tergantung kepada kekuatan medan rotor dan stator yang saling berinteraksi dan hubungan fasa antara keduanya. Selama operasi normal, K, cos adalah konstan, sehingga torque berbanding lurus dengan arus rotor. Arus rotor meningkat dengan proporsi yang sama dengan slip. Perubahan torque terhadap slip menunjukkan bahwa begitu slip naik dari nol hingga 10%, torque naik secara linier. Begitu torque dan slip naik melebihi torque beban penuh, maka torque akan mencapai harga maksimum sekitar 25% slip. Torque maksimum disebut breakdown torque motor. Jika beban dinaikan melebihi titik ini, motor akan stall dan segera berhenti. 2.6. Prinsip Kerja Motor Induksi Prinsip kerja motor induksi tiga fasa, dapat dijabarkan langkah-langkah berikut: 1. Ketika tegangan tiga fasa yang seimbang diberikan pada belitan stator, maka belitan stator akan menghasilkan arus yang mengalir pada tiap-tiap fasanya. 2. Arus pada setiap fasa stator akan menghasilkan fluksi yang berubah terhadap waktu. 3. Amplitudo fluksi yang dihasilkan pada fasa stator berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap belitan. 4. Penjumlahan dari ketiga fluksi pada belitan stator disebut medan putar yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns), besarnya ns ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator yang dirumuskan dengan 120 = 5. Akibat fluksi yang berputar tersebut maka timbul tegangan induksi pada belitan stator yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: 1 = 1 ()

Gambar 2.3 Rotor Belitan Motor Induksi 3 (Tiga) Phasa

1 = 4,441 () 6. Fluksi yang berputar tersebut juga memotong belitan rotor. Akibatnya pada belitan rotor akan dihasilkan tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: 2 = 2 () 2 = 4,442 () Dimana: E2 N2 = Tegangan induksi pada rotor saat dalam keadaan diam (volt). = Jumlah lilitan kumparan rotor.
V1

nol, tidak ada fluks yang memotong belitan rotor sehingga pada belitan rotor tidak diinduksikan tegangan, maka tidak ada arus yang mengalir pada belitan rotor, sehingga rotor tidak berputar, karena tidak ada gaya yang terjadi pada rotor. 2.7. Rangkaian Ekivalen Berikut digambarkan rangkaian ekivalen dari suatu motor induksi, dimana kerja motor indiksi seperti juga transformator adalah berdasarkan induksi elektromagnet. Oleh karena itu, motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan rangkaian sekunder yang berputar. Hingga rangkaian motor induksi dapat dilukiskan seperti di bawah :
R1 X1 I0 I2 Celah udara I2 sX2

I1

Rc

Ic

Xm

Im

E1

sE2

R2

max = Fluksi maksimum (Wb). 7. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka tegangan induksi tersebut akan menghasilkan arus I2. 8. Arus I2 ini berada pada medan magnet yang dihasilkan oleh stator, sehingga pada belitan rotor akan dihasilkan gaya (F). 9. Gaya (F) ini akan menghasilkan torsi (), jika torsi yang dihasilkan ini lebih besar dari torsi beban, maka rotor akan berputar dengan kecepatan nr yang searah dengan medan putar stator. 10. Ada perbedaan kecepatan medan putar pada stator (ns) dengan kecepatan putaran rotor (nr), perbedaan ini disebut slip (s) yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: = 100% 11. Setelah rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang diinduksikan pada belitan rotor akan dipengaruhi atau bergantung terhadap slip (s). Tegangan induksi pada rotor dalam keadaan ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: 2 = 4,442 () 2 = 2 () Dimana: E2s = Tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (volt).
I2X1 V1

Gambar 2.6 Rangkaian Motor Induksi.

Sedangkan rangkaian ekivalen motor induksi dapat digambarkan sebagai berikut:


R1 X1 I2 I0 X 2' R'2

I1 V1

Rc

Ic

Im

Xm

E1

R2' (1/s-1)

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi.

2.8. Diagram Phasor Diagram pasor dari rangkaian motor induksi dari gambar 2.8 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

I1
I

IC

I2R1 E1

I2

IM

sE2 I2sX2 I2R2 I2

Gambar 2.8 Diagram Pasor Motor Induksi.

2 = s = Frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar). 12. Akibat adanya slip (s), maka nilai frekuensi pada rotor (2) dan reaktansi (2 ) akan dipengaruhi oleh slip, yang dinyatakan dengan s dan 2 . 13. Jika kecepatan putaran rotor (nr) sama dengan kecepatan medan putar stator (ns), maka slip bernilai

Sedangkan diagram pasor dari rangkaian ekivalen gambar 2.9 dapat dipergunakan seperti di bawah ini :

Untuk tabel kode huruf dapat dilihat di bawah ini:


I '2a 2 R2 s

I1

Tabel 2.1. Kode Huruf


IC I0 I2 IM

I2R1 I2X1

I2a2X2

Nominal Kode Huruf

Ukuran Rotor, kVA/Hp

Nominal Kode huruf

Ukuran Rotor, kVA/Hp

E1

V1

Gambar 2.9 Diagram Pasor Rangkaian Ekivalen Motor Induksi 2.9. Starting Motor Induksi

A B C

0-3.15 3.15-3.55 3.55-4.00 4.00-4.50 4.50-5.00 5.00-5.60 5.60-6.30 6.30-7.00 7.10-8.00 8.00-9.00

L M N P R S T U V

9.00- 10.00 10.00-11.20 11.20-12.50 12.50-14.00 14.00-16.00 16.00-18.00 16.00-18.00 18.00-20.00 22.40-sampai ke atas

Jenis motor induksi tidak baik dihidupkan secara langsung sehingga dapat bermasalah pada sinkronisasi kerja motor. Dalam banyak kenyataannya, motor induksi dapat difungsikan secara mudah dengan dihubungkan langsung dengan sumber. Tetapi hal ini sewaktu-waktu bila dibutuhkan hal ini dapat dipergunakan. Sebagai contoh, bila dikehendaki arus starting boleh demikian terjadi penurunan tegangan karena terjadi hubung singkat fasa yang tidak berarti. Untuk gesekan masalah pada rotor motor induksi, pada starting dapat diatur relatif sedikit arus hanya sebagai hambatan sisipan kecil pada rangkaian yang dihidupkan lama. Hambatan sisipan ini tidak hanya berpengaruh pada starting saja tetapi juga timbul pada torsi arus starting. Untuk rotor sangkar-tupai motor induksi, arus starting dapat terjadi sangat tinggi tergantung pada batas tegangan awal motor dan pada kondisi hambatan yang seimbang untuk memperkirakan kondisi arus starting, seluruh motor yang mempunyai rotor sangkartupai sekarang mempunyai kode huruf starting (supaya tidak membingungkan pekerjaan maka digunakan sistem label) yang terdapat pada nameplate. Kebanyakan penandaan dengan kode menjadi ukuran arus motor harus sesuai dengan kondisi starting. Ukuran ini dapat diperlihatkan pembuktiannya pada waktu tegangan starting sehingga fungsinya menjadi rating tenaga kuda. Pada tabel 2.1 pada kekuatan kVA per daya kuda untuk masing-masing kode. Untuk menentukan arus starting pada motor induksi, baca ukuran tegangan, daya kuda, kode huruf dari name plate. Jika starting pada daya rektif untuk matar maka berlaku Sstart = (Ukuran Daya Kuda) . (Faktor Kode Huruf) dan arus starting dapat dituliskan: IL = SStart 3. VLL

D E F G H J K

2.10. Pengasutan Motor Induksi a. Hubung Bintang Pada saat hubungan bintang tegangan line ke netral dapat diformulasikan sebagai berikut: Vf Vln = 3 Iln = If = Vf 3 Z

b.

Hubung Delta

Pada saat hubungan delta, dapat diformulasikan sebagai berikut

I L 3I p
Iln = If = Ip c. Hubung Bintang-Delta

Bila motor induksi tersebut dihubungkan pada tegangan V maka masing-masing hubungan bisa dilihat pada gambar 2.10 terlihat sekali perbandingan arus yang digunakan antara hubung bintang dan delta pada beban penuh arusnya akan sama seperti di bawah ini.

=
VRS ER

1 3. 3 1 9 = 1 3

S ES VST N VRT ET

Dari persamaan di atas bisa dibuktikan bahwa arus line bintang hanya dari arus line delta, atau
T

(a)
R IR-IT IR IT

1 3

IS S IS-TR

3. Hasil Pengujian

3.1 Diagram Alir


Mulai

T IT-IS

(b) Gambar 2.10 Hubung (a)Y (b) Arus fasa adalah IP merupakan arus garis bintang dan V merupakan tegangan tiga fasa, jadi = = 3.
Mengoperasikan Motor pada Sistem 3 Phasa : 1. Buat rangkaian kendali motor 2. Rangkaian alat dan bahan 3. Operasikan motor dengan beban generator AC Catat Data Motor: 1. Arus dan Tegangan Nominal Kumparan 2. Frekuensi dan Nr 3. Daya, dan Faktor Daya

Dimana I LY arus garis adalah hubungan kumparan bintang, dan ZP adalah tahanan kumparan per fasa, untuk hubungan kumparan delta. =

Motor beroperasi dengan baik

Periksa Ulang Rangkaian Percobaan

Dan arus line delta adalah: = 3. = 3


Catat Hasil Data (1): 1. Arus Masukan 2. Tegangan, Nr 3. Faktor Daya 4. Efisiensi 5. Beben Motor

Karena itu ratio perbandingan antara hubung bintang-delta adalah: 1 = . = 3. 3 3 Dimana, = : 3 3. = 1 3 : 3

Olah Data (1) Dalam Bentuk : 1. Tabel 2. Grafik

Hasil Kinerja Motor Berupa: 1. Arus Masukan 2. Faktor Daya 3. Efisiensi 4. Kecepatan Rotor (Nr)

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.

3.2 Pengujian 3.2.1 Non Polaritas


- Pengujian masing-masing komponen apakah dapat dipergunakan dengan baik atau perlu diseting terlebih dahulu, seperti TOL (Termal Over Load) - Pengujian masing-masing terminal, apakah dapat difungsikan atau tidak dengan menggunakan alat ukur AVO meter pada posisi tahanan (ohm). - Pengujian rangkaian apakah sudah tepat sesuai dengan gambar atau belum, apabila sudah tepat pastikan tidak ada yang longgar sekrupnya dan tidak terjepit isolasi kabelnya serta pastikan tidak terjadi kebocoran instalasinya. - Pengujian motor listrik apakah dapat digunakan atau tidak, dengan melakukan pengukuran pada tahanan statornya. Tabel. 3.1 Pengukuran Tahanan Stator
Peng. 1 (Ohm) 10 Peng. 2 (Ohm) 9,9 Peng. 3 (Ohm) 9,8 Tahanan Rata-Rata (Ohm) 9,9

Pengukuran arus starting dengan seting waktu timer 2 detik pada hubung Y dengan motor tidak berbeban. Tabel 3.3 Pengukuran Arus Starting Pada Kondisi Motor Beban Nol
Peng. 1 IStart (Amper) 5,82 Peng. 2 IStart (Amper) 5,82 Peng. 3 IStart (Amper) 5,75 IStart rata-rata (Amper) 5,79

Tabel 3.5 Daya Efektif 3 Fasa Kondisi Beban Nol


komponen P V I S Cos Kondisi Rata-rata 1,07 371,4 6,05 4,7 0,45 Satuan KW V A VA

Lagging

3.2.2 Polaritas - Pengujian Kontaktor (Saklar Magnet) kumparannya diberi tegangan apakah magnetnya dapat menarik kontak besi atau tidak dengan cara A1 (terminal coil bagian 1) diberi tegangan 220 V (sesuai dengan keterangan name plate kontaktor) dan A2 (terminal coil bagian 2) diberi netral, apabila kontaknya tertarik maka kontak tersebut berfungsi dengan baik. - Pengujian rangkainan tanpa motor dengan cara memberikan tegangan 3 fasa pada rangkaian setelah itu MCB (Mini Circuit Breaker) dinaikan berarti tegangan sudah siap digunakan, berikutnya tombol ON di tekan dan setelah ditekan kontaktor Ks (Kontaktor Sementara) dan kontaktor KY (Kontaktor Bintang) bekerja senjang waktu dengan bantuan timer beberapa detik maka yang bekerja berikutnya adalah Ks dan kontaktor K (Kontaktor Delta) setelah diketahui rangkaian berfungsi barulah tombol OFF ditekan. 3.3 Pengujian Arus Starting Motor Pada Kondisi
Beban Nol Pengukuran arus starting Y dengan seting waktu timer 10 detik pada hubung Y dengan motor tidak berbeban. Tabel 3.2 Pengukuran Arus Starting Y Pada Kondisi Motor Beban Nol
Peng. 1 IStart (Amper) 8,8 Peng. 2 IStart (Amper) 8,3 Peng. 3 IStart (Amper) 9,1 IStart rata-rata (Amper) 8,7

3.4 Pengujian Arus starting Pada Kondisi Berbeban Pengukuran arus motor pada saat starting menggunakan hubung Y dengan seting waktu timer 10 detik pada hubung Y dengan motor dibebani generator DC.
Tabel 3.6 Pengukuran Arur Starting Motor Hubung Y Kondisi Berbeban
Peng. 1 IStart (Amper) 7,14 Peng. 2 IStart (Amper) 7,05 Peng. 3 IStart (Amper) 7,05 IStart rata-rata (Amper) 7,08

Pengukuran arus starting motor pada kondisi hubung dengan seting waktu timer 2 detik pada hubung Y dengan motor dibebani generator DC.
Tabel 3.7 Pengukuran Arus Starting Motor Hubung Kondisi Berbeban
Peng. 1 IStart (Amper) 5,46 Peng. 2 IStart (Amper) 5,68 Peng. 3 IStart (Amper) 5,62 IStart rata-rata (Amper) 5,58

Tabel 3.9 Daya Efektif 3 Fasa Kondisi Berbeban


komponen P V I S Cos Kondisi Rata-rata 1 363,15 5,46 1,98 0,506 Satuan KW V A VA

Lagging

3.5 Instalasi
Pemasangan instalasi pada Kit tersebut, akan digunakan layout sebagai berikut:

sehingga mulai bekerja pada kondisi start (Y) karena timer mengarah pada kontak no. 5, jadi kontaktor start juga bekerja selama timer menghitung waktu yang disetting.
L1

Pengaman Hubung Pendek


TOL

e 95 96 1 2 3 4 13 14 6 KY 8 5

Sirkit Cabang
S0

Pengaman Hubung Pendek

S1

Sirkit Cabang Sarana Pemutus

13 14

KS

23 24

KS

Kendali

31 32

13 14 31 KY 32

41 42

Pengaman Beban Lebih

A1 KS A2 N

2 T 7

A1 K A2

A1 KY A2

Gambar 3.5 Diagram Kontrol Hubung Otomatis


M
Motor

Kondisi berikutnya pada saat timer habis waktu setting kontak akan mengarah ke no.6 sehingga kontaktor delta akan bekerja seterusnya. 4. Analisi Hasil Penelitian 4.1. Spesifikasi Motor Pada pengujian ini dilakukan dengan menggunakan motor induksi 3 fasa rotor sangkar tupai, dibantu dengan pengukuran nilai R dan XL yang menggunakan RLC meter.
5

Gambar 3.2 Layout Sistem Kontrol Motor


L1

e TOL S0 95 96 1 2 3 4 13 14 23 24 13 14 6 KY 8

Adapun spesifikasi dari motor induksi yang digunakan adalah sebagai berikut: Motor : Induksi Start-Delta 3 Fasa

S1

KS

KS

Tipe rotor : Sangkar Tupai Merk : Toyo : 2,2 KW : 220/380 Volt : 3,1/1,8 Ampere : 50 Hz : 2830 rpm : 4 kutub : 0,51
13 14 31 KY 32 41 K 42

31 K 32

HP V

A1 KS A2 N

2 T 7

A1 K A2

A1 KY A2

A f Rpm p cos

Gambar 3.5 Diagram Kontrol Hubung Otomatis Y Mula-mula pada saat tombol S1 ditekan maka arus akan mengalir ke KS, sehingga semua kontak NO akan tertutup sebagai pengunci dan NC akan terbuka atau memutuskan hubungan ke kaontak lain, bersamaan dengan itu arus ada yang mengalir ke timer (T)

4.2.

Arus Starting

Dengan merujuk pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui arus starting dalam hubung bintang-segitiga dengan setting waktu 10 detik dan waktu peralihan dari hubung bintang ke hubung segitiga selama 2 detik, di sini membuktikan bahwa arus starting tersebut 5-7 kali arus nominalnya, serta seberapa besar nilai arus starting pada waktu hubung bintang dan hubung segitiga. 4.2.1 Arus Starting Hubung Bintang dengan Setting 10 Detik pada Kondisi Beban Nol Tabel 4.1 Pengukuran Arus Starting Y Pada Kondisi Motor Beban Nol
Peng. 1 IStart (Amper) 8,8 Peng. 2 IStart (Amper) 8,3 Peng. 3 IStart (Amper) 9,1 IStart rata-rata (Amper) 8,7

menunjukan bahwa arus start hubung delta dapat dinyatakan sesuai dengan perubahan 5 kali dengan arus nominalnya yaitu sebesar 1,08 ampere. 4.2.4 Perhitungan Arus Starting Diketahui: R=9 L = 50 mH = 50.10-3 = 0,05 H = 2 = 2 3,14 50 0,05 = 15,7 Sehingga bisa dicari nilai impedansinya (Z), yaitu:
2 = 2 +

Pada pengujian arus starting hubung Y terukur arus starting rata-ratanya sebesar 0,87 Amper. Tabel 4.2 Pengukuran Arus Starting Pada Kondisi Motor Beban Nol
Peng. 1 IStart (Amper) 5,82 Peng. 2 IStart (Amper) 5,82 Peng. 3 IStart (Amper) 5,75 IStart rata-rata (Amper) 5,79

= 92 + 15,72 = 81 + 246,49 = 327,49 = 18,1 Sehingga didapat hasil pengujian, yaitu nilai R (tahanan), nilai XL (reaktansi induktif), dan Nilai Z (impedansi) seperti pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel. 4.5 Pengukuran Tahanan Stator dan Reaktansi Lilitan R No. (Ohm) (Ohm) 15,7 (Ohm) 18,1 1. 9 XL Z

Pada pengujian arus starting hubung Delta terukur arus starting rata-ratanya sebesar 5,79 Amper. 4.2.2 Arus Starting Hubung Bintang dengan Setting 10 Detik pada Kondisi Berbeban Tabel 4.3 Pengukuran Rata-Rata Arus Starting Y pada Setting 10 Detik
Peng. 1 IStart (Amper) 7,14 Peng. 2 IStart (Amper) 7,05 Peng. 3 IStart (Amper) 7,05 IStart rata-rata (Amper) 7,08

Dari hasil pengujian hubung bintang dengan setting 10 detik arus starting rata-rata adalah sebesar 7,08 ampere. Nilai ini menunjukan bahwa arus start hubung bintang dapat dinyatakan sesuai dengan perubahan 7 kali dengan arus nominalnya yaitu sebesar 1,08 ampere. 4.2.3 Arus Starting Hubung Delta dengan Setting setelah Peralihan dari Start 2 Detik Tabel 4.4 Pengukuran Rata-Rata Arus Starting Pada Peralihan 2 Detik
Peng. 1 IStart (Amper) 5,46 Peng. 2 IStart (Amper) 5,68 Peng. 3 IStart (Amper) 5,62 IStart rata-rata (Amper) 5,58

A. Arus Starting Bintang ( ) Berbeban = 3 220 3 = 18,1 127,17 = 18,1 = 7,03 Ampere Didapat nilai arus start bintang ( ) adalah sebesar 7,03 ampere. B. Arus Starting Delta ( ) Berbeban Dari persamaan: = 380 = 18,1 = 20,9 Ampere

Dari hasil pengujian hubung delta dengan setting setelah peralihan dari start selama 2 detik arus starting rata-rata adalah sebesar 5,58 ampere. Nilai ini

Didapat nilai arus start segitiga ( ) adalah sebesar 20,9 ampere.

Dengan mengacu pada persamaan perbandingan arus start bintang dan delta, maka: 1 = 3 1 7,03 A = 3 (20,9) A Jadi pada pengujian ini terbukti bahwa arus start bintang besar nilainya 1/3 dari arus start segitiga. 1. 2.

Daftar Pustaka Abdurrahman, Sutedjo motor induksi tiga fasa B.L. Theraja, A Text-Book Of Technology, Publication Division of Nirja Construction & Development Co. (P) Ltd RAM Nagar, New Delhi, 1980. Chapman S J, Electric Machenery Fundamental, Mc. Graw-Hill Book Company, 1985. Ir. M. Muslimin, Teori Soal Penyelesaian Teknik Tenaga Listrik Penerbit: Armico, Bandung. 1979. Paul C. Krause, Analysis of Electric Machinery, McGraw- Hill Book Company. Sumanto, Drs.Motor Listrik Arus Bolak Balik. Yogyakarta: Andi Offset, 1993. Soelaiman, Prof. Ts. Mrd.Mesin Tak Serempak Dalam Praktek. Jakarta: PT. Dainippon Gitakarya Printing, 1984. Wright,A. Electrical Power System Protection . India: Chapman & Hall. 1993. Zuhal Zuhal.Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Jakarta: PT. Gramedia, 2000.

3. 4. 5. 6. 7.

5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan


Dari penelitian dan pengujian pengasutan konvensional motor induksi tiga fasa yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pengasutan bintang-segitiga satu langkah mampu mengurangi arus pengasutan dengan mereduksi tegangan masukan pada lilitan stator. Pengasutan bintang dengan setting waktu 10 detik mempunyai nilai 7 kali arus nominalnya, yaitu sebesar 7,08 Ampere dari 1,08 Ampere. Pengasutan peralihan dari hubung bintang ke hubung segitiga dengan setting waktu 2 detik mempunyai nilai 5 kali arus nominalnya, yaitu sebesar 5,79 Ampere dari 1,08 Ampere. Arus starting hubung bintang mempunyai nilai lebih kecil dari nilai arus delta yaitu 7,03 Ampere. Arus starting hubung delta mempunyai nilai lebih besar dari nilai arus hubung bintang yaitu 20,9 Ampere. Arus starting hubung bintang terbukti mempunyai nilai 1/3 dari arus starting hubung segitiga.

8. 9.

2.

3.

4. 5.

6.

5.2. Saran
Saran pada perancangan kontrol motor induksi sebaiknya diperhatikan pemasangan dan pemakaian peralatan kontrol dan pengamannya, agar disesuaikan dengan kebutuhan, ketentuan pemasangan serta pemakaiannya sehingga terhindar dari hal-hal yang mengakibatkan kerusakkan pada kontrol maupun pada motor itu sendiri. Pemakaian serta perawatan yang baik pada kontrol maupun pada motor dapat terhindar dari kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi, sehingga halhal yang dapat merusak peralatan kontrol ataupun motor induksi tiga fasa. Pengujian motor induksi 3 fasa sebaiknya dilakukan dengan pengujian seluruh komponen yang terkait didalamnya guna mendapatkan hasil yang optimal, tujuan yang tercapai, serta dalam pengembangan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai