Anda di halaman 1dari 27

OBAT BATUK

Fisiologi Batuk
Batuk refleks fisiologi protektif
Berfungsi

mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat perangsang asing yang dihirup, partikel asing dan unsurunsur infeksi. Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali oleh karena mekanisme pembersihan dari Cilia di dinding Bronchi.

Etiologi
Batuk gejala penting yang ditimbulkan oleh terpicunya refleks batuk. Penyebab : 1. Gangguan saluran Nafas 2. Stimulasi Reseptor

Alergi (asma) Sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru)

Perubahan suhu yang mendadak


Rangsangan Kimiawi Gangguan Saluran Nafas Peradangan oleh karena infeksi Virus Influenza Cacar air Peradangan dari jarigan paru (pneumonia) Tumor

Kanker Paru
Tuberkulosis

Efek samping beberapa obat (penghambat ACE)

Stimulasi Reseptor

Stimulus reseptor ini terdapat di mukosa saluruh saluran nafas (termasuk tengggorok, jg pangkal lambung). Akan timbul Refleks batuk jika reseptor ini terangsang oleh zat perangsang.

Batuk yang berlarut-larut merupakan beban serius bagi banyak penderita dan menimbulkan pelbagai keluhan lain seperti sukar tidur, keletihan dan inkontinensi urin.

Dahak Bronchi
Dahak bronchi terdiri dari larutan dalam air dari suatu persenyawaan rumit mucopolysaccharida dan glycoprotein, yang saling terikat melalui jembatan-SH (sulfhidril). Jembatan SH mempengaruhi tingkat kekentalan dan keliatan dari Dahak. Produksi sekret fisiologis : 100 ml sekret/hari. Pada keadaan sakit, misal pada pasien asma dan bronchitis, produksi dahak bertambah, begitu pula kekentalannya meningkat hingga sukar dikeluarkan

Jenis Batuk
1. Batuk Produktif suatu perlindungan dengan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman dan debu) dan dahak dari batang tenggorok. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk, umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat batuk (antitussuva). Yakni : pelunak, ekspektoransia, mukolitika, dan pereda batuk.

2. Batuk Non-Produktif Batuk ini bersifat kering dan tanpa dahak, misalnya pada batuk rejan( pertussis, kinkhoest) atau juga karena pengeluarannya tidak mungkin, seperti tumor. Batuk ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan dan sering kali mengganggu tidur. Bila tidak di obati, batuk demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu batuk akan akan kembali merangsang mukosa tenggorokan dan farynx.

Obat Obat Batuk


Antitussiva (L. tussis = batuk) di gunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat dibagi dalam beragam mekanisme kerja : 1. Zat Zat yang bekerja di sentral Bekerja dengan menekan pusat batuk di sumsum lanjutan dan mungkin juga bekerja di pusat yang lebih tinggi (otak) dengen efek menenangkan Zat ini menaikkan ambang bagi impuls batuk Terbagi dalam : a. Zat adiktif : candu (Pulvsi opii, Pulvis Doveri), kodein. Kelompok obat yang di sebut opioid, yakni obat yang memiliki sifat farmakologi dari candu (opium) atau morfin. b. Zat Non Adiktif : noskapin, dekstrometorfan, pentoksiven, prometazin,dan difenhidramin.

2. Zat Zat yang bekerja di Perifer


Bekerja di luar SPP. Terbagi menjadi : a) Zat pelunak batuk (emolliensia, L.mollis = lunak), memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorok agar tidak kering dan melunakkan mukosa yang teriritasi. Banyak digunakan sirop (Thymi dan Althae), zat-zat lender (Infus carrageen) dan gulagula seperti drop (akar manis, succus liquiritae), permen, pastiles hisap (memperbanyak sekresi ludah). b) Ekspektoransia (L. ex = keluar ; pectus =dada ): minyak terbang,guiakol, Radix Ipeca (dalam tablet/pulvis Doveri) dan ammonium klorida (dalam Obat Batuk Hitam). Merangsang pembentukan dahak yang banyak (yang encer) mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah di keluarkan dengan batuk.

c) Mukolitika : asetilsistein, mesna, bromheksin dan ambroxol. Zat zat ini berdaya dan melarutkan dahak (L. mucus = lender, lysis = melarutkan) viskositasnya di kurangi pengeluarannya di permudah. Efektif pada batuk dahak yang kental sekali, seperti pada bronchitis, emfisema, dan mucoviscidosis (=cystic fibrosis). Tetapi umumnya zat zat ini tidak berguna bila gerakan bulu getar ( cilia) terganggu seperti pada perokok atau akibat infeksi. d) Zat Pereda : kodein, noskapin, dekstrometorfan dan pentoksiverin. (Tuclase). Obat-obat ini bekerja ampuh sekali pada batuk kering. e) Antihistaminika : prometazin, oksomemazin, difenhidramin, dan d-klorfeniramin. Obat-obat ini sering kali efektif pula berdasarkan efek sedatifnya dan juga dapat menekan perasaan menggelitik di tenggorok. Obat ini banyak terkombinasi dengan sirop OTC.

f) Anestesi Lokal pentoksiverin Obat ini menghambat penerusan rangsang batuk ke pusat batuk.

Penanganan Batuk
Berhenti merokok. Inhalasi Uap Air (Mendidih). Efektif pada batuk dalam, artinya bila rangsangan batuk timbul dari pangkal tenggorok. Untuk meningkatkan efek inhalasi sering kali di bubuhkan minyak atsiri atau menthol pd air mendidih, agar uap yang di hirup menimbulkan vasodilatasi serta perasaan lega di saluran nafas. Banyak minum air. Farmakoterapi batuk pertama hendaknya di tujukan pada mencari dan mengobati penyebabnya (terapi kausal), seperti antibiotika terhadap infeksi saluran kuman dari saluran pernafasan, misalnya bronchitis, pneumonia, dan batuk rejan.

ZAT ZAT TERSENDIRI


1. 2. 3. 4. 5. ZAT PEREDA SENTRAL ANTIHISTAMINIKA MUKOLITIKA EKSPEKTORANSIA EMOLLIENSIA

A. ZAT PEREDA SENTRAL 1. Kodein (F.I) : metil morfin, *Codipront Alkaloida candu ini bersifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan meredakan batuknya jauh lebih lemah. Dosis analgetis yang efektif adalah terletak antara 15-60 mg Efek samping jarang terjadi pada pada dosis biasa dan terbatas pada obstipasi, mual dan muntah, pusing dan termangu-mangu. Pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernafasan obat ini dapat pula menyebabkan ketagihan Dosis : oral sebagai analgetikum dan pereda batuk 3-5 dd 1040 mg dan maksimal 200 mg sehari. Pada diare 3-4 dd 25-40 mg.

2. Noskapin : norkotin, Mercotin, Longatin Efek meredakan batuk tidak sekuat kodein Risiko adiksinya ringan sekali Tidak ada efek analgetis pembebas histamine yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi pada dosis besar Efek sampingnya jarang terjadi, berupa nyeri kepala, reaksi kulit dan perasaan lelah-letih tak bersemangat Dosis : oral 3-4 dd sehari 15- 50 mg. maksimal 250 mg sehari

3. Dektrometorfan : metyhoxylevorphanol, *Romilar/exp, *BenadrylDMP, *Quelidrine, *Triaminic Derivate fenantrene non narkotik Tidak berkhasiat analgetis, sedatif, sembelit atau aditif Mekanisme kerja dengan menaikkan ambang pusat batuk di otak Efek sampingnya hanya ringan, mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala dan gangguan lambung-usus. Dosis : oral 3-4 dd 10-20 mg (bromide) pc., anak-anak 2-6 tahun 3-4 dd 8 mg, 6-12 tahun 3-4 dd 15 mg.

B. ANTIHISTAMINIKA 1. Prometazin : Phenergen Derivate fenotiazine Antihistaminikum berdaya meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedative dan antikolinergisnya yang kuat Terutama di gunakan pada batuk malam yang menggelitik pada anak-anak Kontraindikasi : anak di bawah 1 tahun, karena menyebabkan depresi pernafasan dan kematian mendadak (sudden infant death) Efek samping kolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan akomodasi pada manula Dosis : 3 dd 25-50 mg (garam HCl) pada saat makan. Anak2 diatas 1 thn 2-4 dd 0,2 mg/kg

Oksomemazin (doxergan, *Toplexil) adalah derivate dengan khasiat dan penggunaan sama, daya antikolinergiknya lemah. Dosis : oral 2-3 dd 15 mg, 1-2 thn 2,5 10 mg sehari, 2-5 thn 10-20 mg sehari, 5 10 thn 2- 3 dd 10 mg 2. Difenhidramin (Benadryl) Antihistamin (H1-Blocker) Bersifat hipnotis-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk Pada bayi menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lender karena antikolinergisnya Dosis : 3-4 dd 25-50 mg

C. MUKOLITIKA 1. Asetilsistein : Fluimucil Mencairkan dahak yang liat dengan jalan memutuskan ikatan disulfida, sehingga lebih mudah di keluarkan melalui batuk. Mempunyai daya antioksidan dengan melindungi sel terhadap radikal bebas kecuali pada Misatabron. Mukolitik ini juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia) dan membantu efek antibiotika (doksisiklin, amoksisilin, dan tamfenikol) Efektif ter hadap dahak yang kental sekali dan sangat bermanfaat bagi pasien COPD dan mucoviscidosis Zat penawar (antidotum) terhadap keracunan parasetamol

Efek samping : Mual dan muntah, maka penderita tukak lambung perlu waspada. Sebagai obat inhalasi, zat ini dapat menimbulkan kejang-kejang bronchi pada penderita asma. Reaksi anafilaktik pada dosis tinggi (rush, gatal, udema, hipotensi, dan bronchospasme). Dosis : Oral 3-6 mg dd 200 mg. atau 1-2 dd 600 mg granulat. Anak-anak 2-7 thn 2 dd 200 mg. Dibawah 2 thn 2 dd 100 mg. Untuk antidotum keracunan parasetamol, oral 150 mg/kg berat badan dari larutan 5%, disusul dengan 75 mg/kg setiap 4 jam.

2. Bromheksin : Bisolvon, Mosavon Derivate siklo-heksil berkhasiat Mukolitis pada dosis yang cukup tinggi Efek samping : gangguan saluran cerna,perasaan pusing, berkeringat, tetapi jarang terjadi Pada inhalasi, terjadi bronchokonstriksi ringan Dosis : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida), Anak-anak 3 dd 1,6 8 mg. tergantung dari usia.

D. EKSPEKTORANSIA 1. Kalium Iodida Kalium Iodida terutama di gunakan untuk profilaksis dan terapi struma (gondok) dan hipertirosis serta obat tetes mata (larutan 1 %) pada lensa mata keruh (katarak) Efek samping : gangguan tiroid, struma, urticaria, dan iodacne, juga hiperkalemia (pada fungsi ginjal buruk) Dosis : oral 3 dd 0.5 1 gram. Maksimal 6 gram sehari. Bagi pasien yang tidak boleh diberikan kalium, obat ini dapat di ganti dengan natrium iodide dengan khasiat yang sama

2. Amonium Klorida Berdaya diuretic lemah asidosis (keasaman darah meningkat)merangsang pusat pernafasanfrekuensi napas meningkat dan gerakan bulu getar di saluran nafas di stimulasi. Sering di gunakan dalam Obat batuk Hitam Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis tinggi : berupa acidosis (khusus) pada anak-anak dan pada pasien gagal ginjal dan gangguan lambung (mual, muntah)berhubung sifatnya yang merangsang mukosa Dosis : oral 3-4 dd 100 150 mg, maks 3 gram seharinya

3. Guifenesin (Gliseril huayakolat, *Toplexil) Derivate-guaiakolat pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot, seperti mefesin. Efek sampingnya berupa iritasi lambung, dapat di kurangi dengan meminum segelas air Dosis :oral 4-6 dd 100-200 mg 4. Minyak Terbang Minyak terbang/minyak atsiri, contohnya: minyak kayu putih, minyak permen dan minyak adas (Oleum foeniculi) Berkhasiat menstimulasi sekret dahak, bekerja spasmolitis (melawan kejang), antiradang dan juga bakteriostatis lemah Digunakan dalam sirop obat batuk atau obat inhalasi uap yaitu kurang lebih 10 tetes di masukkan ke dalam 1 liter air panas dan di hisap uapnya

5. Ipecacuanhae Radix (F.I) * Doveri pulvis Akar tambahan dari tumbuhan Pschotria ipecacuanha (Rubiaceae) mengandung dua alkaloid, yakni emetin dan sefaelin Zat ini bersifat emetis (menimbulkan muntah), spasmolitis terhadap kejang-kejang saluran nafas dan menstimulasi sekresi bronchi secara reflektoris Penggunaannya adalah pada keracunan, terumtama pada anakanak Efek sampingya pada dosis biasa berupa reaksi hipersensitivitas dan muntah-muntah pada dosis lebih tinggi Dosis : oral 3 dd 50 mg.

E. EMOLLIENSIA Saccus Liquiritae *Obat Batuk Hitam Diperoleh dari ekstrak akar tumbuhan Glycylhiza glabra (akar manis) . Mengandung dua asam (Glycyrrhizic acid dan Glycyrrhetic acid). Banyak digunakan sebagai salah satu komponen dari sediaan obat batuk mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai bahan untuk memperbaiki rasa (corrigens rasa) Efek sampingnya adalah pada dosis lebih tinggi dari 3 gram sehari berupa nyeri kepala, udema dan terganggunya keseimbangan elektrolit, akibat efek dari mineralokortikoid dan hipernatremia dari asam glycyrrizinat Hipertensi bagi mereka yang makan terlalu banyak drop (gula gula dengan succus) Dosis : oral 1-3 gram sehari.

Anda mungkin juga menyukai