Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1. PENDAHULUAN
Persamaan Diferensial adalah salah satu cabang ilmu matematika yang banyak digunakan dalam memahami permasalahan-permasalahan di bidang fisika dan teknik. Persamaan Diferensial merupakan alat yang ampuh dalam menyelesaikan berbagai macam masalah praktis yang sering muncul di dunia nyata. Pada pembahasan berikut, pertama akan diberikan pengertian Persamaan Diferensial, order dan derajat serta penyelesaian Persamaan Diferensial. Selanjutnya dibahas berbagai teknik penyelesaian Persamaan Diferensial order satu. Tujuan Instruksional : Setelah mempelajari bab ini, saudara harus dapat Membedakan Persamaan Diferensial Biasa dengan Persamaan Diferensial Parsial, serta membedakan order dan derajat
Diferensial dengan peubah terpisah, Persamaan Diferensial eksak, serta Persamaan Diferensial Linier order satu. Menentukan faktor integral dan mengubah Persamaan Diferensial menjadi Eksak. Mengidentifikasi dan menentukan penyelesaian Persamaan
Diferensial tipe homogen, Riccati, dan Bernoulli. Mereduksi Persamaan Diferensial nonhomogen ke bentuk
Pada kuliah kalkulus, kita telah belajar bagaimana menentukan derivatif (turunan)
maka
dy = 2e x 3 sin 3 x . dx
(1.1)
Atau jika diberikan persamaan dalam bentuk g ( x, y ) = C dengan C konstanta, kita dapat mendiferensialkan secara implisit untuk memperoleh
x2 + y2 = 9
maka akan diperoleh
2x + 2 y
atau
dy =0 dx
dy x = . dx y
(1.2)
Definisi : Suatu persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang menyatakan hubungan fungsi yang tidak diketahui dan mengandung turunan-turunan pada persamaan tersebut.
Persamaan
Diferensial Biasa (PDB), sebagai contoh adalah persamaan (1.1) dan (1.2). Contoh PDB lainya adalah sebagai berikut :
dy + 4 xy = 2e 2 x dx d 2 y dy 3 y = sin x dx 2 dx y dy xy dx = 0.
Sedangkan jika persamaan memuat dua atau lebih peubah bebas, maka disebut Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Misalkan :
v v + 2v = o x t 2u u = x 2 t 2u 2u 2 u + + = 0. x 2 y 2 z 2
Pembahasan tentang PDP akan dibicarakan dalam bab tersendiri.
1.2.1. Bentuk Umum dan Order PDB Bentuk umum PDB order n adalah
(1.3)
yang menyatakan adanya keterkaitan antara peubah bebas x dan peubah tak bebas y beserta turunan-turunannya dalam bentuk persamaan yang identik nol. Beberapa buku menulis persamaan ini dalam bentuk
dy + 2 xy = sin x dx
adalah persamaan diferensial order satu, sedangkan
d2y dx 2
+y=0
Definisi : Suatu fungsi y( x) yang didefinisikan pada suatu interval disebut penyelesaian PDB jika secara identik memenuhi persamaan (1.3) pada interval yang diberikan.
Contoh 1.3.1 : Fungsi y = ke x adalah penyelesaian persamaan diferensial interval < x < , karena
dy = y pada dx
Tidak semua penyelesaian PDB dapat disajikan secara eksplisit seperti Contoh 1.3.1. Beberapa kasus ditemukan penyelesaian yang disajikan dalam bentuk implisit, seperti contoh berikut.
Contoh 1.3.2 : Persamaan x 2 + y 2 = C , untuk suatu konstanta C > 0, merupakan penyelesaian bentuk implisit dari
dy x = . dx y
dy y + e x sin y = . dx x + e x cos y
1.2.3. Masalah Nilai Awal Misalkan akan dicari penyelesaian y = y( x) dari PDB order satu
y' = f ( x, y ).
yang memenuhi
y( x0 ) = y 0 .
(1.4)
(1.5)
Persamaan (1.5) disebut kondisi awal dari PDB order satu. PDB (1.4) dengan kondisi awal (1.5) disebut Masalah Nilai Awal (MNA). Penyelesaian yang memenuhi kondisi awal ini disebut penyelesaian khusus, sedangkan jika tidak diberikan kondisi awal dinamakan
penyelesaian umum, seperti Contoh 1.1.2. Jadi pada penyelesaian umum masih memuat konstanta sebarang C, sedangkan pada penyelesaian khusus sudah tidak memuat konstanta sebarang. Contoh 1.4.1 : Persamaan y =
x2 + x adalah penyelesaian khusus dari MNA 2
y' x = 1, y(0) = 0.
Latihan 1.2 : Tunjukkan bahwa fungsi yang diberikan merupakan penyelesaian dari Persamaan diferensial 1. y ' = 2 y, y = Ce 2 x . 2. y ' '+2 y '+ y = 0, y = (c1 + c 2 x)e x . 3. y ' '+ y = sec 3 x, y =
1 sec x . 2
y' =
dy = f ( x, y ) dx
(1.6)
dimana f fungsi kontinu dari dua peubah bebas x dan y. Penyelesaian (1.6) tidak dapat diperoleh dengan mengintegralkan secara langsung. Untuk memperoleh penyelesaiannya dapat dilakukan dengan pemisahan peubah, seperti dibahas dalam bagian berikut.
1.3.1 PD dengan Peubah terpisah Untuk mencari penyelesaian umum dari persamaan (1.6), terlebih dahulu kita pisahkan peubah x dan y , sehingga kita peroleh fungsi
f ( x, y) = p( x)q( y) .
Persamaan (6) berubah menjadi
dy = p ( x ) q( y ) dx
atau dapat ditulis
dy = p( x )dx . q( y )
(1.7)
Selanjutnya dengan menuliskan u = y( x) dan du = y' ( x) , maka dengan mengintegralkan kedua ruas kita peroleh penyelesaian umum persamaan (1.7), yaitu
q(u ) = p( x)dx + C
dengan C konstanta sebarang.
du
(1.8)
Berikut ini beberapa contoh PDB dengan peubah yang dapat dipisahkan.
dy = 2e y cos x. dx
e y = 2 sin x + C.
Sehingga kita peroleh Penyelesaian umumnya adalah
y' =
untuk setiap 2 sin x + C > 0 . Dengan demikian y adalah penyelesaian PDB tersebut.
Contoh 1.5.2
Selesaikan
dy = 2( xy + y ). dx
dy = 2 y( x + 1). dx
Pemisahan peubah memberikan
dy = 2( x + 1)dx. y
atau
2 y = e x + 2x +C .
Dalam beberapa kasus akan kita jumpai persamaan diferensial dalam bentuk
M ( x , y )dx + N ( x , y )dy = 0.
(1.9)
Contoh 1.5.3 : Selesaikan ye x dy + xdx = 0. Penyelesaian : Persamaan dapat kita bawa ke bentuk
ydy = xe x dx.
Integralkan keuda ruas, diperoleh
1 2 y = (1 x )e x + C . 2
atau
y = 2(1 x )e x + C .
Penyelesaian.
PD
dy 3 x 2 = 2 dx y
atau,
y 2 dy = 3 x 2 dx
atau,
y 2 dy =
3 x 2 dx + c
y3 = x3 + c , 3
y 3 = 3 x 3 + c1 ,
atau
1 y2 dy = (t 3 + 1) dt
atau, . atau
1 y2
dy =
(t 3 + 1) dt + c
1 1 4 = t + t + c, y 4
y=
4 t 4 + 4t + c1
, dengan c 1 = 4 c ,
2. 4.
dy = x(1 y 2 ). dx
2 dy = xye x . dx
6. e x dy + ( y 3 y 2 )dx = 0. 8.
2 xy
dy = 1. dx
(ln x)
dx = xy. dy
10. x 2 dy + y( x 1)dx = 0.
y2
dy e 2 x + 1 = , dx ex
y(0) = 1.
12.
dy + xy x = 0, dx
dp p 2 p = , dq q
y(1) = 2.
p (1) = 2.
13.
dP + P = Pte t , P(0) = 1. dt
14.
15. t dy ( y +
y ) dt = 0 ,
y (1) = 1 .
1.3.2. Persamaan Diferensial Linier Order Satu Persamaan linier order satu adalah persamaan yang berbentuk
a1 ( x )
dy + a 2 ( x ) y = b( x ) dx
(1.10)
Persamaan dapat
dipisahkan.
(2 x y )
dy + 2 y = x bukan dx
persamaan linier dan peubah tidak dapat dipisah. Pada persamaan (1.10), diasumsikan bahwa a1 ( x ), a 2 ( x ), dan b( x) kontinu pada suatu interval tertentu dengan a1 ( x ) 0 . Maka persamaan dapat kita bawa ke bentuk
b( x ) dy a 2 ( x ) + y= a1 ( x ) dx a1 ( x )
atau
dy + P ( x ) y = Q( x ) dx
yang merupakan Bentuk Standar PDB linier order satu.
(1.11)
Penyelesaian PDB Linier Langkah-langkah penyelesaian PDB Linier order satu adalah sebagai berikut :
dy + P( x ) y = Q( x ) . dx
Langkah 2. Tentukan faktor integral
( x ) = e
P ( x )dx
( x) y = ( x)Q ( x) + C.
atau
( x)Q( x) + C y= . ( x)
x2
Penyelesaian.
dy + xy = 2. dx
Jadi P( x ) =
1 2 dan Q( x ) = . x x2
( x ) = e
P( x )dx
= e x
dx
= e ln x = x.
Langkah 3. Kalikan Q( x ) = diperoleh
2 x2
2 ( x)Q ( x)dx = x 2 dx x 2 = dx = 2 ln x + C. x
xy = 2 ln x + C
atau
y=
Contoh 1.6.2 : Selesaikan PD
2 ln x + C . x
cos x
Penyelesaian.
dy + y sin x = 1 dx
atau
dy + y tan x = sec x dx
dengan
= e
tan x dx
= e ln sec x = sec x
sec x
atau
d ( y sec x) = sec 2 x dx
sec 2 x dx + c
atau,
y= tan x 1 + c = sin x + c cos x sec x sec x
Penyelesaian. Perhatikan bahwa PD memuat y 3 ,jadi ini bkan PD linier, tetapi jika kita lihat x sebagai fungsi y , dan PD dapat kita tulis dalam bentuk
y dx = x + 2 y3 dy
Atau
dx x = 2 y2 dy y
Selanjutnya dapat kita selesaikan dengan langkah-langkah seperti pada contoh sebelumnya. Faktor integralnya adalah
e
p (y ) dy
=e
1 dy y
=e
ln y
= y 1 =
1 y
Kalikan PD dengan
1 , y
1 dx x = 2y y dy y
Atau
d 1 x . = 2 y dy y
Ada dan tunggalnya penyelesaian PDB linier order satu yang memenuhi syarat awal tertentu diberikan dalam sifat berikut.
Sifat 1.6.1 : Misalkan P(x) dan Q (x) fungsi kontinu pada interval < x < . Maka terdapat satu dan hanya satu fungsi
y = y( x) yang
memenuhi
dy + P ( x ) y = Q( x ) dx
y( x0 ) = y 0 ,
pada
interval
tersebut
dengan
kondisi
awal
dy + y = e x , x > 0. dx
2. 2 4. x 6.
x dy y = xe 2 . dx
dy y = 2 x ln x. dx
dy 2 y = + x 3e x 1. dx x
8. 2
dy + 4 y = 1, y(0) = 1. dx
dy + 3x 2 y = x 2 , dx
(2 )
1.3.3 Persamaan Diferensial Eksak Perhatikan kembali persamaan diferensial order satu yang dituliskan dalam bentuk diferensial
M ( x , y )dx + N ( x , y )dy = 0.
Definisi : Persamaan M ( x, y )dx + N ( x, y )dy = 0 dikatakan PD Eksak jika terdapat fungsi Q( x, y ) sedemikian sehingga
Q = N ( x, y ) . y
Q = M ( x, y ) dan x
Dengan mengingat diferensial total dari fungsi Q( x, y ) , maka dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
M N . = x y
persamaan
Adapun langkah-langkah untuk menyelesaikan PD Eksak adalah sebagai berikut. Langkah 1. Tuliskan PD dalam bentuk diferensial :
M ( x , y )dx + N ( x , y )dy = 0.
Langkah 3. Jika eksak, integralkan M terhadap x atau N terhadap y. Misal dipilih M, maka :
Q( x, y ) = M dx + g ( y ) .
Langkah 4. Turunkan Q terhadap y dan samakan hasilnya dengan N
N= y
( M dx ) + g' ( y ).
Langkah 5. Integralkan g' ( y ) untuk memperoleh g. Langkah 6. Tuliskan penyelesaian umum dalam bentuk implisit:
Q( x, y ) = C .
Langkah 7. Tentukan C jika diberikan kondisi awal tertentu.
dy x 2y = , y(0) = 3. dx y 2 2x
( x 2 y )dx + ( y 2 2 x )dy = 0.
Langkah 2. PD ini eksak, karena
M N = 2 = . x y
= ( x 2 y )dx + g ( y ) = 1 x 2 2 xy + g ( y ).
2
Langkah 4. Samakan
Q dengan N, maka : y 0 2x + dg = y 2 2x dy
atau
g' ( y) = y 2 .
Langkah 5. Integralkan g' ( y ) , diperoleh :
g( y) = 1 y 3 .
3
Langkah 7. Dengan kondisi awal y(0) = 3 , diperoleh C = 9, sehingga penyelesaian khususnya adalah :
1 x2 2
2 xy + 1 y 3 = 9.
3
Contoh 1.7.2 : Selesaikan persamaan ( x 2 2 xy )dy ( y 2 2 xy + 1)dx = 0. Penyelesaian : Akan kita selesaikan mengikuti langkah-langkah di atas, tanpa menuliskan masing-masing item. Persamaan sudah dalam bentuk diferensial, selanjutnya tes ke-eksak-an:
M ( y 2 2 xy + 1) ( x 2 2 xy ) N = = 2 y + 2 x = = . y y x x
Q( x, y ) = ( y 2 + 2 xy 1)dx + g ( y ) = xy 2 + x 2 y x + g ( y ).
Untuk memperoleh g( y) , gunakan fakta
Q =N: y
Q = 2 xy + x 2 + g ' ( y ) = x 2 2 xy . y
g ( y ) = 2 xy 2 .
Sehingga penyelesaian umumnya adalah
xy 2 + x 2 y x 2 xy 2 = C .
( x ) = e
P ( x )dx
untuk menyelesaikan persamaan diferensial linier order satu dalam bentuk standar
dy + P( x ) y = Q( x ) . dx
Ternyata faktor integral diferensial linier order
( x ) = e
P ( x )dx
satu
dy + P( x ) y = Q( x ) menjadi dx
(Tunjukkan!). Secara umum suatu faktor integral adalah faktor ( x, y) yang membawa persamaan diferensial tidak eksak menjadi persamaan
diferensial eksak.
Contoh 1.7.3 :
Tunjukkan bahwa x dy + ( 2 y xe x )dx = 0 tidak eksak, tetapi dengan mengalikan dengan faktor = x PD tersebut menjadi eksak. Kemudian selesaikan. Penyelesaian : Tes ke-eksak-an, kita punyai
( 2 y xe x ) = 2 dan y
( x ) = 1. x
Jadi persamaan tidak eksak. Dengan mengalikan dengan faktor integral x diperoleh
x 2 dy + ( 2 xy x 2 e x )dx = 0 .
Persamaan menjadi eksak, karena
2 ( 2 xy x 2 e x ) = 2 x = ( x ). y x
Q( x, y ) = x 2 y x 2 e x + 2 xe x 2e x + g ( y ) .
dan
Q = x 2 + g' ( y) = x 2 . y
x 2 y x 2 e x + 2 xe x 2e x = C .
Menemukan faktor integral Seperti terlihat pada contoh 3, faktor integral adalah suatu fungsi yang jika dikalikan dengan PD non eksak, maka PD tersebut menjadi PD eksak. Bagaimana menemukan foaktor integral tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: Misal M ( x, y)dx + N ( x, y)dy = 0 PD non eksak dan ( x, y) faktor integral, maka Mdx + Ndy = 0 adalah PD eksak, sehingga
M N = y x
atau
M N M+ N+ = y y x x
M N y x = x N y M
y M x N . = M N y x
Ada beberapa kasus, yaitu (i). ( x, y) = ( x) ( Faktor integral hanya merupakan fungsi x saja) Pada kasus ini dipunyai
N 0 x = M N y x
M N M = y x x M N y x = dx N M N y x ln = dx N M N y x dx N =e
M N y x Jadi jika menghasilkan fungsi x saja maka = ( x) N
(ii). ( x, y) = ( y) ( Faktor integral hanya merupakan fungsi y saja)
M N y x dy M =e .
M N y x Jadi jika menghasilkan fungsi y saja , maka = ( y) M
M N y x (iii) Jika menghasilkan fungsi xy, maka = ( xy) yN xM M N y x menghasilkan fungsi (x+y), maka = ( x + y) (iv) Jika N M
Jadi untuk mencari faktor integral kita harus menghitung terlebih dahulu
M N , kemudian kita tentukan pembaginya ( pembaginya apa) y x
Contoh 1.7.4: Tunjukkan faktor integral dari PD x dy + (2 y xe x ) dx = 0 sehingga menjadi PD eksak. Penyelesaian:
Pada contoh 1.7.3. telah ditunjukkan bahwa PD ini tidak eksak, kemudian dengan mengalikan PD dengan x, PD menjadi eksak ( Jadi x adalah faktor integral). Disini kita akan mengetahui dari mana x itu didapat.
M ( x, y ) = (2 y xe x ) dan
N ( x, y ) = x = 1. N = ( x) = 1. x x
M = (2 y xe x ) = 2 dan y y
Sehingga diperoleh
M N 1 y x dx dx N ( x) = e =e x = eln x = x .
Contoh 1.7.5. : Tentukan solusi umum PD (4x2 + 2xy + 2 y)dx + (2x2 + x + 3 y)dy = 0. Penyelesaian :
M ( x, y ) = 4 x 2 + 2 xy + 2 y dan N ( x, y ) = 2 x 2 + x + 3 y.
M = 2 x + 2 dan y
N = 4 x + 1. x
Sehingga diperoleh
M N = 2 x + 1 . y x
M N 2x + 1 y x = 2 2 x + x 2 xy + y N M (2 x + 1) = (2 x + 1) x + (2 x + 1) y
= =
Selanjutnya misalkan z = x + y
M N 1 z y x = z = z = z N M x + y
Integralkan, diperoleh
ln = ln z = z = x + y
Faktor integralnya adalah
= x+ y
PD menjadi
( x + y)(4x2 + 2xy + 2 y)dx + ( x + y)(2x2 + x + 3 y)dy = 0.
atau
(4x3 + 6x2 y + 2xy + y + 2xy2 + 2 y 2 )dx + (2x3 + x2 + 4xy + 2x2 y + 3 y 2 )dy = 0.
M = 6 x 2 + 2 x + 4 xy + 4 y y
N ( x, y ) = 2 x 3 + x 2 + 4 xy + 2 x 2 y + 3 y 2