Anda di halaman 1dari 5

AIR MATA MUTIARA

agi yang dingin menusuk tulang, terdengar suara rintihan dan tangisan lirih seorang ibu yang menyembunyikan beban dalam hidupnya di

kampung yang kecil di daerah bayuwangi jawa timur. Ku tekan nomor yang sudah aku hafal dalam ingatanku. Terdengar suara lirih yang menyapa, tersambunglah hubungan keduanya. Kusapa dengan halus dan hangat, Assalamualaikum ma?gimana kabarnya ? suaraku yang sudah tak asing lagi baginya. Dengan lirih dan suara terbata-bata, dia membalas dengan kelembutan. walaikumsalam nak., alhamdulilah baik-baik saja, Hati yang gembira dan perasaan senang tak terhingga ketika sekian lama anak yang dicintainya menyapa lewat saluran telefon meski selama ini hanya suara yang didengar tampa bisa memeluk dan melihat ekspresi kebahagiaan anaknya. Kabar yang mengembirakan datang dari negeri sebrang yang jauh dibatasi oleh pulau dan lautan yang jangkaun mata tak bisa ditembus oleh mata senjanya. Airmataya terhapuskan dengan suara anak kesayangannya, dan kabar gembira apalagi yang akan disampaikan dari anaknya. Angin berhembus tenang pengumuman hasil kelulusan SMA telah diterima dan hasilnya sudah diketahui. Inilah hari yang paling bahagia yang dirasakan orang tua dari seorang anaknya yang akirnya bisa lulus dari jenjang Sekolah Menengah Atas meski selama ini dia tidak bisa menyekolahakan anaknya. Hatinya gunda karena peluk hangatnya tidak bisa sampai kepada anaknya yang dia cintai. Dia hanya bisa menginggat anak yang tiga tahun telah pergi untuk menuntut ilmu karena dia tidak mampu menyekolahkan dengan terpaksa dia pergi ikut orang lain demi menyambung sekolah dan mencapai cita-cita yang selama ini dia ingginkan. Kabar ini menjadi sebuah pukulan besar bagi dia apa lagi yang harus dia lakukan setelah anaknya lulus SMA. Kebahagiaan kini luntur kembali dengan pemikiran masa denpan buat anaknya. Keheningan tercipta sesaat, memutuskan kebahagiaan. Akupun dengan lirih meminta doa kepada ibunda, dia tersentak sebentar dan bangkit dari

lamunanya. Dia hanya bisa memberikan restu dan doa semoga apa yang aku citacitakan akan terkabul. Hari ini menjadi sebuah kenangan indah yang pernah dirasakan seorang janda yang ditinggalkan suaminya 14 tahun yang lalu. Meski kini dia sudah merasakan kebahagiaan dengan orang lain dan sudah bisa melihat anaknya tumbuh dengan kuat. Salam sudah terucap tanda terputusnya suara yang akan selalu dia kenang. kini suara itu telah pergi meniggalkan sebuah kenangan dan kebahagiaan yang tersisa sedikit yang akan selalu disimpanya. Menginggat hal itu, aku bisa sekolah dan bisa lulus rasanya aku ingin meneteskan butiran air mata yang selama ini terpendan dalam ruang yang sulit untuk dibuka. Hanya hangat mentari dan hembusan angin yang setia setiap hari menjadi temanku. Sebuah senyum dari orang tua yang terus menghangatkan perasaanku meski deburan cobaan dan cacian yang selama tiga tahun ini aku rasakan sendirian. Dari kalangan yang kurang mampu bukan menjadi alasan atau dasar kita bisa di jadikan alas dan tetap dibawah dalam keterpurukan. Hari yang sulit selama ikut orang menjadikanku pribadi yang kuat dan pantang menyerah, sesulit apapun yang aku rasakan tak pernah membuat kecil nyaliku untuk melanjutkan apa yang menjadi cita-citaku. Sesuap nasi yang tak mengisi perutku sehari sudah menjadi hal yang biasah aku rasakan. Bahkan rasa yang pahit harus aku terima setelah kebahagiaan ini aku rasakan. Keputus asaan yang dulu hilang kini kembali muncul kepermukaan setelah orang yang aku ikuti tak pernah bertanya apakah masih bisa menyekolahkanku keperguruan tinggi atau tidak. Kegelisahan , gunda yang menyelimuti pikiranku menjadi sebuah bom atom yang setiap saat bisa menghancurkanku. sampai akirnya cahaya terang datang. Ada informasi beasiswa bidikmisi yang membuat aku menemukan cahaya yang baru mungkin ini adalah kiriman doa dari orang tuaku, thanks mom kataku dalam hatiku serta tak lupa bersyukur kepada allah. Senyum mentari terlihat jelas di ufuk timur yang menghanggatkan tubuhku. Kehangatan itu menemaniku dalam mengumpulkan uang sedikit-demi sedikit untuk modal dan biaya keberangkatanku kemakassar karena aku tidak mendapat biaya dari orang yang aku tinggali. Pagi

itu keringgat turun deras dari kepala dan seluruh tubuhku. Suara orang yang menyuruhku masih aku inggat. nak itu tolong angkat kesana, sama yang itu tolong pindahkan kesana Suara ini menjadi bukti apa yang aku krjakan hari itu. Aku harus bekerja menjadi kuli untuk mengumpulkan uang, beban berat 50 kg yang ada dipundakku tak pernah aku rasakan meski harus berkali-kali aku mengangkatnya aku selalu kuat karena senyum ibuku terus ada dalam benakku. Sore yang cerah dengan senyum hangat sang mentari, keringgat yang mengucur deras kini sedikit-demi sedikit terobati dengan bayaran 100 ribu pertamaku. Hatiku seperti bunga yang mendapatkan air betapa senangnya aku, malam yang dingin tulang dan badan ku yang remuk tidak aku rasakan lagi. Suara kokokan ayam terdengar dalam telingaku. Aku harus pergi kerja lagi suasana yang baru aku dapatkan ketika aku harus menjadi kuli angkut karung, kuli bangunan dan bahkan tukang cuci mobil. Hari yang berat aku rasakan uang yang aku kupulkan sudah cukup, mentari yang panas membuat aku tak sadar ketika dalam perjalan kepekerjaanku aku seperti masuk dalam dunia lain ketika sebuah bemor atau sering disebut becak motor tersambar didepanku dan benturan keras yang membuat aku terjatuh. Nafasku terengah-engah bajuku robek dan banyak bekas luka aku terima dari kejadian itu. Aku harus berbaring beberapa hari ini menjadi pukulan berat dalam hidupku, air mataku menetes ketika kesakitan ini tak dapat aku bagi hanya akau simpan dalam sebuah air mata yang mengalir. Seminggu berlalu aku harus mendaftar keperguruan tinggi, semangat yang membara membimbing langkahku dan masih tersimpan beberapa goresan bekas luka di tubuhku. Aku harus kebank btn untuk membayar biaya pendaftaran dan Selanjutnya aku harus pergi kewarnet untuk daftar via online. Dalam impianku aku memilih di UNHAS dan UNM , adapun pilahan pertamaku adalah pendidikan teknik informasi dan komunikasi serta pilihan yang kedua adalah biologi. Masalah selanjutnya harus aku hadapi ketika aku melihat ttulisan tempat tesnya smp 3 makassar di rapocini, bingung tak kepalang aku harus minta bantuan

sama siapa. Ini begitu berat bagiku, malam yang sunyi aku curhat dengan allah aku sholat tahajud. Keluh kesahku aku curahkan dalam doa-doaku. Pagi itu dipenuhi rahmat ketika aku harus berangkat aku ditelepon kaka yang ada dimakassar yang pernah dikenalkan guruku dia siap membantu. Langkahku semakin mantap berangkat dengan penuh keyakinan, thanks allah hati kecilku berbicara. Tiga hari aku bersama kaka dan tinggal di pondokan pangkep aku seperti menemukan sebuah keluarga baru kehangatanya terpancar. Tiga hari yang aku lalui ini menjadi sebuah kenangan yang indah dalam hidupku. Tiga hari berlalu, tes sudah selesai tinggal pengumumman saja . sebulan berlalu koran yang ditunggu-tunggu datang pengumuman yang mau dilihat anak negri sudah ada. Detak jantung ku seperti memompa lebih cepat dari biasanya , baris demi baris kata demi kata aku telusuri teryata aku lulus di UNHAS sujud syukur aku lakukan. Kini malam dan siang menjadi cepat roda kehidupanku mulai melangkah. Tiba saatnya dimana aku harus pergi regristrasi di UNHAS. Pagi itu ku mencium tangan orang yang aku tinggali aku meminta doanya untuk berangkat kemakassar. Kakiku melangkah dengan penuh semangat, roda mobil yang berputar kini berhenti digerbang pintu satu UNHAS. Aku melangkahkan kakiku terik panas tak pernah aku rasakan, puasa ramadahn saat itu menjadi rahmat dan berkah bagiku. satu hari aku ikuti kegiatanya teryata masih ada satu hari lagi yang harus aku selesaikan. Cobaan apalagi yang aku terima pikirku, dimana aku harus tinggal malam ini untuk berbuka dan saur. Dalam keyakinan hatiku aku melangkah aku tidak sendirian allah ada denganku bahkan lebih dekat dengan nadiku. Aku hanya bisa pergi kerumah allah sebagai persingahanku sementara adzan belum berkumandang aku berdiri mengambil mic . aku lantunkan suaraku untuk adzan. Terik panas dan rasa lelah yang aku rasakan tadi siang rasnya terbayarkan ketika ada kaka dari belakang bertanya kepadaku.dari mana dek mau kemana?? Itu seperti pertayaan dari allah atas doaku tadi. Aku menjawab dengan kejujuran, ramadhan kala itu aku lalui dengan penuh berkah. Senyum hangat yang diberikan kepadaku dia berkata tinggal dirumahku saja untuk buka dan saur besok baru saya antar ke UNHAS dan kembali lagi ke sidrap

Tes demi tes aku lalui semuanya tinggal penyetoran berkas bidikmisi, ini bukan hal yang gampang yang semudah mebalikan telapak tangan. Beberapa kali aku disuruh lengkapi berkasku, berkas ini membuat aku pusing beberapa kali aku tak sadar kalo uang di kantongku sudah habis. Akirnya berkas diterima dan tinggal menunggu kelulusan . hari demi hari aku isi dengan bertemu dengan allah dan bersujud berdoa kepadaNYA. sebuah jalan yang berliku menjadi saksi kehidupanku, kenangan pahit dan tanjakan yang aku rasakan menjadi suatu yang mahal harganya ketika nama AHMAD SHOLEH masuk dalam daftar penerima beasiswa bidikmisi ini menjadi sebuah permata dari tetesan air mata yang selama ini aku rasakan. Sujud syukur aku persembahakan kepadaMU ya allah. Ramdhan yang penuh berkah. Manjada wajadda siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil pepatah arab yang menjadi saksi. Dengan bantuan beasiswa ini menjadi semangat baru sang garuda muda terbang untuk menentukan kehidupannya yang lebih layak dan bertenger dipuncak tertinggi kehidupan. Thanks allah, thanks mom, thanks bidikmisi, thanks all.

Anda mungkin juga menyukai