=
n
R x n R
S
t
x
) ( log
x t
KxS R R + =
4
Dimana :
R = Anti log R
t
Log R = Harga rata-rata log R
K = koefisien dari table pearson, sesuai angka dari koefisien asimetri (C
s
)
S
x
= Penyimpangan standar
B. Intensitas Hujan
Analisa intensitas hujan digunakan rumus Mononobe seperti tertulis
dibawah ini :
3
2
24
24
24
|
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
=
c
t
t
x
R
I
Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t
c
= lamanya curah hujan (menit)
R
24
= curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
C. Analisa Debit Banjir
Untuk menghitung debit banjir rancangan rumus yang digunakan dan
sesuai dengan area studi adalah Metode Rasional. Debit banjir dianalisa
disetiap titik pertemuan dengan saluran, yang mana dititik tersebut akan
terjadi penambahan air dengan bertambahnya luasan catchment area .
Adapun rumus banjir rancangan metode rasional adalah sebagai berikut :
A I C Q . . =
Dimana :
Q = debit aliran (m
3
/det)
C = koefisien pengaliran
5
I = rata-rata intensitas hujan (mm/jam), untuk durasi yang sama dengan
waktu konsentrasi (t
c
) dan periode ulang tertentu.
A = luas catchment area (Ha)
D. Waktu Konsentrasi (t
c
)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir
dari titik terjauh sampai dengan titik yang ditinjau pada daerah pengaliran
atau diperolehnya debit maksimum. Dimana waktu konsentrasi adalah
jumlah dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir menuju saluran
terdekat (t
o
) dan waktu yang diperlukan air yang mengalir dalam saluran
sampai menuju titik yang ditinjau (t
d
). dan ditulis sebagai berikut :
d o c
t t t + =
E. Overlandf time of flow (t
o
)
Adalah waktu yang dibutuhkan air untuk mengalir dari tanah menuju
saluran terdekat. Dalam perhitungan, t
o
dihitung berdasarkan rumus :
- Untuk daerah pengaliran sangat kecil, dengan tali air sepanjang 300
m.
3
1
2
1
) (
) ).( 1 . 1 .( 26 . 3
o
o
o
S
L C
t =
- Untuk daerah pengairan kecil, dengan panjang tali air sampai dengan
1000 m
5
1
3
1
) (
) .( . 108
o
o
o
S
L n
t =
Dimana :
t
o
= waktu limpasan (menit)
n = harga koefisien kekasaran permukaan tanah (tabel)
L
o
= panjang limpasan (m)
S
o
= kemiringan medan limpasan (%)
6
Tabel harga koefisien kekasaran (n) untuk persamaan Manning
Jenis Permukaan n
Permukaan yang diperkeras (paved surface) 0,015
Permukaan tanah terbuka (bare soil surface) 0,0275
Permukaan berumput sedikit 0,035
Permukaan berumput sedang 0,045
Permukaan berumput tebal 0,060
F. Time of drain (t
d
)
Adalah waktu yang dibutuhkan air untuk mengalir dalam saluran menuju
titik yang ditinjau. T
d
sangat ditentukan oleh karakteristik hidrolis didalam
saluran dimana rumus pendekatannya adalah sebagai berikut :
d
d
d
V
L
t =
Dimana :
L
d
= panjang saluran (m)
V
d
= kecepatan rata-rata dalam saluran (m/s)
Untuk menghitung t
d
dalam kapasitas saluran yang direncanakan,
kecepatan dihitung berdasarkan rumus kecepatan dari manning :
2
1
3
2
. .
1
S R
n
V =
Dimana :
V = kecepatan (m/s)
n = koefisien kekasaran manning
R = jari-jari hidrolis
S = kemiringan
7
Rumus diatas sebaiknya digunakan dalam saluran buatan dengan atau tanpa
pasangan (lining).
G. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran merupakan hasil perbandingan antara jumlah hujan
yang jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan. Pada suatu tata guna
lahan koefisien pengaliran ditetapkan dengan mengambil harga rata-rata
berdasarkan besarnya luas area. Adapaun rumus yang digunakan untuk
menghitung koefisien pengaliran adalah :
=
i
i i
r
A
A C
C
.
Dimana :
C
r
= rata-rata koefisien pengaliran
C
i
= koefisien pengaliran individu
A
i
= luas daerah individu (ha)
H. Daerah Pengaliran
Daerah pengaliran merupakan kontribusi untuk jumlah volume limpasan
pada metode Rasional yang digunakan. Luas ini dihitung berdasarkan area
yang masuk menjadi beban pada saluran.
Pertimbangan untuk daerah aliran antara lain meliputi :
- Tata guna lahan pada saat sekarang dan perencanaan pada masa
mendatang
- Karakteristik tanah dan bangunan diatasnya
- Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran
8
- Analisa Hidrolika
A. Kapasitas Saluran
Untuk menghitung kapasitas saluran, digunakan persamaan kontinuitas
dari manning.
Q = V . A
Dimana :
Q = debit aliran (m
3
/det)
A = luas penampang basah (m
2
)
V = kecepatan aliran (m/det)
Tabel harga koefisien kekasaran (n) untuk persamaan Manning
Jenis Saluran n
Lapisan beton 0.015
Pasangan batu kali 0.025
Tanpa perkerasan (teratur) 0.030
Saluran alami (tidak teratur) 0.046
Untuk menghtiung kedalaman aliran saluran yang berbentuk segi empat,
dapat digunakan rumus:
Y = 0,7071.A
Dimana :
Y = kedalaman aliran (m)
A = luas penampang basah (m)
9
B. Gorong-gorong
Merupakan bangunan perlintasan karena adanya bangunan yang melintas
jalan. Perencanaan gorong-gorong didasarkan atas besarnya debit
pengaliran sesuai dengan keadaan saluran dan sifat-sifat hidrolisnya.
Dan untuk menghitung debit digunakan rumus
A I C Q . . =
Dimana :
Q = debit aliran (m
3
/det)
C = koefisien pengaliran
I = rata-rata intensitas hujan (mm/jam), untuk durasi yang sama
dengan waktu konsentrasi (t
c
) dan periode ulang tertentu.
A = luas catchment area (Ha)
Jari-jari gorong-gorong dengan bentuk lingkaran dapat dicari dengan
rumus :
375 , 0
. 513 , 2
.
S
Q n
R =
Dimana :
R = jari-jari penampang (m)
Q = debit aliran (m
3
/det)
S = slope saluran/gorong-gorong (m/m)
C. Tinggi Jagaan (Free board)
Tinggi jagaan minimum untuk saluran dengan pasangan direncanakan =
0,50. Untuk saluran dengan debit.
10
Tabel Tinggi Jagaan (Free board)
Debit (Q) F (m) Polder (m)
Q < 5 m
3
/det
10 m
3
/det > Q > 5 m
3
/det
Q > 10 m
3
/det
0,20 0,30
0,30 0,50
0,70 1,00
0,75 1,00
1,00 1,25
1,25 1,50
PENUTUP
Pada hasil perhitungan perancangan desain saluran drainase dengan
menganalisa disetiap Chatment Area, dengan menggunakan jenis saluran terbuka
dan tertutup. Hal ini dapat diuraikan, sebagai berikut :
1. Dimensi drainase untuk Catchment 1,2 ,3, 7, dan 4 mengacu pada dimensi
Catchment 4, ini dikarenakan pada Catchment 4 terjadi akumulasi debit dari
Catchment 1, 2, 3, dan 7. Sehingga desain dimensi rencana berdasarkan debit
terbesar yaitu di catchment 4.
2. Demikian pula pada Catchment 5,6,8 dan 9, dimana debit terbesar
terakumulasi di Catchment 9, sehingga desain dimensi yang direncanakan
berdasarkan pada debit Catchment 9.
3. Untuk desain gorong-gorong dimensi yang digunakan adalah dimensi yang
terdapat pada Catchment 9 yaitu dameter 1 m. Ini dilakukan guna keperluan
maintenace dan keperluan lain dikemudian hari.
11
DAFTAR PUSTAKA
Horonjeff Robert dan MckKelvey, Francis X, Perencanaan dan
Perancanagan Bandar Udara jilid 2, Penerbit Erlangga, 1993.
Soemarto, CD, Analisa Hidrolika, Erlangga, Jakarta, 1995
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku, Hidrologi Untuk
Pengairaan, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, cetakan 7, 1993.
Tim Dikti, 1997, Drainase Perkantoran, Universitas Gunadarma, Jakarta.
Triatmodjo Bambang. Prof Dr.Ir., 2008, Hidrologi Terapan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.