Anda di halaman 1dari 4

tenaga air menjadi sumber tenaga yang banyak diminati terutama di Norwegia, Swedia, Germany, Austria, Swiss, Italia

dan Jepang. Akan tetapi di Inggris dan USA kurang


diperhatikan karena disana masih banyak batubara yang menjadi bahan bakar mesin uap. Setelah PD I, maka tenaga uap dan minyak merupakan tenaga yang lebih sukar dipergunakan, karena: Buruh tak mudah lagi dipergunakan sebagai alat produksi. Harga bahan bakar menjadi labil, sehingga menjadi sangat mahal. Tenaga air yang tidak memerlukan tenaga buruh dan bahan bakar menjadi populair kembali terlebih lagi bangunan tenaga air dapat digabungkan dalam suatu proyek serba guna (multi purpose project) atau minimal dual purpose project. Project serba guna (multi purpose project) meliputi al: Pembangkit tenaga listrik (murah), Pengendalian banjir (flood control), Pengairan (irrigation), Air minum ,Perikanan darat dan satwa liar, Lalu lintas air (navigation), Pengendalian kadar garam dan sedimentasi, Pariwisata, Penanggulangan pencemaran air. Pembangkitan tenaga air sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis, kondisi curah hujan dan daerah aliran sungai (DAS) di daerah tersebut. Pembangunan pembangkit tenaga air dapat dilaksanakan di banyak daerah dengan skala kapasitas yang bermacam macam dari skala mikro hidro (< 100 kW), mini hidro (100 P 1000 kW) sampai dengan skala PLTA.( > 1000 kW) Jumlah potensi tenaga air di permukaan disebut dengan potensi tenaga air teoritis. Sumber sumber yg dapat dikembangkan secara teknis disebut potensi tenaga air teknis. Sumber sumber yg dikembangkan secara ekonomis disebut dengan potensi tenaga air ekonomis. Rasio potensi tenaga air teknis terhadap potensi tenaga air teoritis adalah 34% sd 40%. Rasio potensi tenaga air ekonomis terhadap tenaga air teoritis adalah 20% sd 30%. Air di alam dapat dipandang sebagai sumber tenaga jika dapat digunakan untuk memutar turbin dan membangkitkan tenaga listrik melalui generator dan disalurkan dengan saluran transmisi (70kV/150kV/500kV) ataupun distribusi (20kV/220V/110V) secara efisien dan ekonomis ke konsumen. Jumlah hujan yang jatuh disebut curah hujan (precipitation) Sebagian dari curah hujan tadi menghilang karena menguap atau karena meresap kedalam tanah. Sebagian lagi mengalir pada permukaan tanah menuju ke sungai / laut. (siklus hidrologi) Ada hubungan tertentu antara curah hujan dengan aliran sungai, meskipun hal tersebut tergantung pada kondisi geologis, dan kondisi hutan disekitar sungai tersebut. Perbandingan antara curah hujan dengan aliran sungai disebut sebagai faktor kedap (run off coefficient) Air mengalir dari tempat yang tinggi (gunung) menuju tempat yang lebih rendah (laut), tenaganya akan berkurang karena: 1. Berkurangnya elevasi. 2. Adanya penguapan. 3. Geseran geseran dan turbulensi. Selama air tersebut mengalir, maka energi dari tenaga air tersebut akan hancur karena adanya geseran2 serta turbulensi, misalnya didalam saluran, pipa pesat, saringan, katup rumah siput dsb sedapat mungkin kerugian ini sekecil mungkin. Dalam melakukan perhitungan debit air sungai, jika tidak ada pengamatan debit air secara langsung dan kontinyu (minimal 10 tahun), maka biasanya debit air sungai dihitung dengan melakukan perhitungan curah hujan dikonversi dengan luasan DAS (Daerah Aliran Sungai / Catchment Area). Semakin lama data pencatatan curah hujan akan menghasilkan perhitungan debit sungai yang lebih mendekati kenyataan di lapangan, sebaiknya data curah hujan minimal selama 20 (duapuluh) tahun pencatatan curah hujan. Debit sungai sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya curah hujan, kondisi geologi, kondisi topografi, flora, temperatur dsb yang berada disebelah hulu sungai Untuk pengamatan debit sungai perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut: 1. Supaya diusahakan penentuan lokasi pengamatan debit sungai berdekatan dengan rencana lokasi bangunan penyadap/ bendung / bendungan, akan tetapi agar juga diperhitungkan bahwa lokasi tersebut tidak terpengaruh akibat adanya pelaksanaan pembangunan proyek tersebut. 2. Diusahakan penempatan lokasi pengamatan debit tersebut berada pada lokasi sungai yang lurus dengan luas penampang lintang sungai yang hampir seragam dan dengan kemiringan yang konstan. Dengan penempatan lokasi sungai yang lurus maka diharapkan aliran sungai tersebut laminair bukan turbulent. Cara sederhana utk menghitung kecepatan aliran rata rata: Metode 3 titik Vm = (V0,2+2V0,4+V0,8)/4 Metode 2 titik Vm = (V0,2+V0,8)/2 Metode 1 titik Vm = V0,8 Metode permukaan : Vm = 0,8 x kecepatan permukaan Prinsip pelaksaan pengamatan debit sungai dengan metode current meter: 1. Pertama kali adalah menentukan lokasi dengan memperhatikan kondisi penampang sungai yang akan dilaksanakan pengukuran debit sungai. 2. Melakukan pengukuran penampang lintang sungai yang akan dilaksanakan pengukuran kecepatan airnya, yang dibagi dalam beberapa pias. 3. Melakukan pengukuran kecepatan air sungai pada tampang lintang sungai, yang biasanya alat current meter ditempatkan pias tsb. Pengukuran kecepatan air sungai biasanya dilakukan pada satu titik ataupun dua titik pada masing masing pias tersebu tergantung pada kedalamannya. 4. Untuk mengetahui debit sungai tersebut maka kecepatan rata rata pada masing masing pias tersebut dikalikan dengan luasan penampang pias, debit sungai tersebut dapat diketahui dengan cara menjumlahkan dari debit pada masing masing pias tersebut. 5. Dengan pengamatan pengukuran debit pada poin 3 dan 4 secara berulang kali, maka akan diketahui debit air sungai pada elevasi permukaan air yang berbeda beda. 6. Dibuatlah kurva hubungan antara elevasi dengan debit air sungai yang disebut dengan kurva debit (rating curve), sehingga dengan data ini dapat diketahui elevasi air sungai beserta debitnya. Beberapa masalah yang biasanya timbul pada saat pengukuran debit sungai: 1. Alur sungai sepanjang masih ada akan senatiasa bergerak dengan intensitas intensitas tertentu, maka demikian pula bagian sungai yang dilakukan pengamatan atau pengukuran debit sungai akan turut bergerak dengan intensitas tertentu pula yang mengakibatkan konfigurasi penampang lintang sungai ditempat tersebut akan berubah ubah pula, dengan demikian bentuk penampang basah sungai akan berubah ubah sepanjang waktu, shg rating curve juga akan berubah sepanjang waktu. 2. Untuk mencegah terjadinya kesalahan kesalahan yang fatal, maka disarankan agar dalam waktu waktu tertentu, penampang lintang sungai tempat pengukuran / pencatatan kecepatan arus sungai harus diukur ulang dan jika diperlukan kurva debit dapat disesuaikan lagi dengan data yang baru. 3. Pada saat pembuatan kurva debit, agar pengukuran kecepatan arus sungai dilaksanakan pada debit kecil dan debit normal, maupun pada saat terjadi banjir banjir besar dengan pelaksanaan yang berulang kali. Data curah hujan ini diperlukan untuk menganalisa 2 (dua) aspek utama yaitu: 1. Analisa kapasitas persediaan air yang terdapat di DAS serta fluktuasi debitnya, dalam periode harian, bulanan dan tahunan.

2. Analisa karakteristik debit banjir tentang kapasitas debit banjir, durasi banjir, musim terjadinya banjir dan kala ulangnya. Alat ukur curah hujan otomatik (Automatic Rain Gauge Recorder/ARGR) biasanya digunakan untuk mengukur intensitas serta durasi curah hujan tersebut. Persyaratan utk penempatan alat ukur hujan di lapangan : 1. Tinggi corong diatas permukaan tanah harus sedemikian rupa sehingga pengaruh angin sekecil mungkin. 2. Pengukur hujan harus diletakkan pada jarak minimal 4 x rintangan yang terdekat. 3. Harus terlindung terhadap gangguan dari luar (binatang dsb) 4. Diusahakan dekat dengan tenaga pengamat. Flow Duration Curve : Adalah suatu grafik hubungan antara debit andalan dengan probabilitas keandalannya yang akan digunakan untuk menentukan besarnya debit pembangkitan suatu pembangkit. Metode untuk menghitung flow duration curve antara lain : 1. Metode Global Rainfall Runoff Model(GR2M). 2. Metode Model Tangki Sugawara (Tank Model). 3. Metode NRECA (National Rural Electric Cooperative Association) Karakteristik Beban: Karena tenaga listrik tidak dapat disimpan maka perlu diyakini bahwa daya yang dibangkitkan oleh generator adalah sama dengan kebutuhan (beban). Pada umumnya, beban selalu berubah ubah sehingga daya yang dihasilkan oleh generator selalu harus disesuaikan dengan beban yang berubah ubah tersebut. Beban Puncak : Beban Menengah : Beban puncak PLTG, PLTA, PLTD, PLTMG PLTGU, PLTA PLTG, PLTA, PLTD, PLTMG Faktor Pusat Listrik (plant factor) : perbandingan antara daya rata rata dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun) dengan jumlah kapasitas terpasang di pusat listrik pembangkit. Faktor ini dipakai sebagai standar dalam penilaian ekonomis tidaknya suatu pusat listrik pembangkit, nilai ini juga dapat dipakai untuk menilai kapasitas dari peralatan pembangkit. Macam Daya Yang Dihasilkan: 1. Daya Maksimum : adalah daya maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTA, kadang kadang juga disebut output pembangkit. 2. Daya Pasti (Firm output) : adalah daya yang dibangkitkan selama 355 hari dalam satu tahun untuk PLTA dengan tipe ROR, dan selama 365 hari untuk PLTA dengan tipe waduk. 3. Daya Puncak : adalah daya yang dihasilkan selama jam jam tertentu setiap harinya (biasanya selama 4 sd 5 jam) yang meliputi 355 hari selama satu tahun. Perlu diperhatikan hal hal sbb: 1. Besarnya kapasitas pembangkit harus ditentukan shg tenaga airnya dapat dimanfaatkan secara efektif. 2. Perlu diperhitungkan secara terinci tentang: 3. Keadaan aliran air. 4. Keadaan geografis, geologis dsb. 5. Hubungan antara penyediaan dengan kebutuhan tenaga listrik. 6. Biaya pembangunan. 7. Keuntungan dari adanya pembangkit. 8. Pengembangan sungai secara menyeluruh. 9. Pertimbangan dasar penyediaan tenaga listrik, tenaga air atau tenaga thermal. 10. Hubungan dengan penyediaan tenaga listrik yang sudah ada (eksisting). 11. Biaya pembebasan lahan dsb. 12. Jangka waktu pelaksanaan proyek. 13. Jaringan T/L yang dibutuhkan. 14. Transportasi E/M, Metal Work dsb Penentuan Tinggi Jatuh Efektif: Tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dari tinggi jatuh total (dari intake sampai dengan tailrace) dikurangi dengan rugi rugi kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh (full head) adalah tinggi air yang bekerja efektif pada turbin yang sedang berjalan. Berdasarkan tinggi terjun: Tipe saluran penghantar (water way) : suatu pembangkit yang mempunyai intake di hulunya, dan dialirkan memakai saluran penghantar air dengan kemiringan saluran yang kecil. Daya yang dibangkitkan dengan memanfaatkan tinggi terjun yang ada dengan kemiringan sungai tersebut. Tipe bendungan (dam) : suatu pembangkit dengan bendungan yang melintang sungai, utk menaikkan permukaan air sungai di bagian hulu bendungan. Daya yang dibangkitkan berdasarkan tinggi terjun antara sebelah hulu dan hilir bendungan Berdasarkan aliran air: Dengan aliran langsung (run of river) : pembangkit ini memakai aliran air sungai itu secara alamiah. Dengan kolam pengatur (regulating pond) : pembangkit ini mengatur aliran sungai setiap hari atau minggu dengan memakai kolam pengatur yang dibangun di sebelah hulu utk melayani beban puncak. Dengan waduk (reservoir) : pembangkit ini menggunakan bendungan untuk mengalirkan air pada musim kemarau dan menangkap pada musim penghujan, tipe pembangkit ini dapat beroperasi sepanjang tahun. Dengan dipompa (pump storage) : pembangkit ini dengan memanfaatkan tenaga listrik kelebihan pada off peak untuk memompa air keatas dan disimpan di dalam waduk atas dan dimanfaatkan pada waktu beban puncak (peak).

perlu diperhatikan aspek aspek latar belakang munculnya rencana pembangunan pembangkit sebagai berikut : Aspek ekonomis dan sosial. Tujuan utama pembangunan pembangkit tersebut. Investigasi yang diperlukan : Pengumpulan data sekunder. Data yang tidak diambil secara langsung misalnya data beban, peta bakosurtanal, peta kehutanan, peta geologi, peta kegempaan, data hujan, data evapotranspirasi dsb. Pengumpulan data primer. Data yang diambil secara langsung misalnya data pengukuran debit, data tanah, data bor log, peta topografi, dsb Peta topografi. Peta topografi yang ada biasanya dikeluarkan oleh Bakosurtanal dengan skala 1: 250.000, atau 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 dalam bentuk hard kopi, sekarang sudah ada yang berbentuk digital. Keuntungan data peta topografi dalam bentuk digital akan memudahkan kita untuk mencari potensi alternatif lokasi pembangkit. Dengan menggunakan peta ini kita sudah bisa memperkirakan lokasi bendung / bendungan dan juga perkiraan tinggi jatuh brutonya. Peta Geologi : Biasanya peta geologi diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Geologi di Bandung dengan skala 1 : 250.000, yang akan menunjukkan masa, zaman, jenis batuan serta kedalaman dan cross section yang ada pada lokasi yang akan dilakukan survei dan investigasi pembangkit. Berdasarkan peta geologi ini maka bisa diperkirakan jenis batuan yang ada di lapangan. Data peta kehutanan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, yang akan menunjukkan areal areal yang berupa hutan tanaman industri, hutan lindung atau hutan suaka alam. Biasanya skala peta tersebut ada yang skala 1 : 50.000 sampai dengan skala 1: 250.000 tergantung pada luasan area yang akan dilakukan survei dan investigasi lokasi pembangkit. Peta kegempaan yang dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum, yang menunjukkan ada 6 (enam) zonasi kegempaan di Indonesia. Pada peta ini ditunjukkan dengan faktor zona gempa, periode ulang dan tipe batuan dasarnya Dengan foto udara sangat mudah untuk mempelajari dan menganalisa tempat kedudukan lokasi pembangkit, dengan adanya foto udara maka kesukaran pengamatan setempat dapat diatasi, misalnya daerah daerah yang mudah longsor, daerah patahan, dsb. Dengan foto udara dapat diketahui juga tentang jenis jenis vegetasi, penyebaran serta tingkat kesuburannya. Pengujian data sekunder yang terkumpul. Pada hakekatnya tidak semua data yang ada dapat dipercaya, perlu dilakukan pengujian / kalibrasi terhadap data yang ada misalnya membandingkan data yang sejenis dan memilih data yang paling logis kebenarannya. Melakukan pemeriksaan setempat terhadap kebenaran data tersebut. Membandingkan dan mencari persamaan yang logis terhadap dua jenis data yang berbeda. Cara membandingkan data topografi dengan data geologi antara lain: Daerah daerah yang rendah biasanya terdiri atas batuan alluvial. Daerah daerah yang tinggi biasanya terdiri atas batuan dilluvial. Daerah daerah gunung berapi biasanya terdiri atas batuan breksi, lava, tufa dsb. Daerah daerah perbukitan biasanya terdiri atas batuan dilluvial, batuan tertiair, granit dsb Daerah pegunungan biasanya berupa batuan paleozoic, mesozoic, metamorf, batuan beku dsb. Pengukuran dan Pemetaan Topografi. Pekerjaan pemetaan dan pengukuran topografi akan mencakup daerah daerah rencana access road, sepanjang jalur water way, rencana bendung atau bendungan, rencana surge tank, rute penstok, rencana power house, rencana daerah genangan, sepanjang aliran sungai, rencana switchyard, gardu induk dsb. Metode pengukuran topografi harus diikatkan kepada BM Nasional. Dan sebaiknya pengukuran topografi dipakai metode grid. Pengikatan ke BM Nasional. Semua ukuran ukuran yang ada di peta topografi harus sudah terikat ke BM Nasional, umpamanya lokasi tersebut sangat sulit mendapatkan lokasi BM Nasional, maka biasanya pengukuran tersebut diikat dengan GPS Geodetik, yang berfungsi sebagai data koordinat BM Nasional. Survei meteorologi dan hidrologi Kegiatan survei meteorologi dan hidrologi dapat dimulai jika sudah ada atau terpasang alat alat antara lain: Alat pengukur temperatur. Alat penakar hujan (otomatik atau manual) Alat pengukur debit (otomatik atau manual) Alat pengukur temperatur air. Alat pengukur sedimen dsb. Rincian kegiatan survei dan investigasi diperlukan utk hal hal sbb: Observasi meteorologi di sekitar lokasi atau yang berdekatan dengan lokasi pembangkit antara lain temperatur, kelembaban, kecepatan angin, tingkat radiasi sinar matahari, penguapan, curah hujan dan intensitasnya. Jika waktu utk survei dan investigasi cukup, maka perlu dilakukan penambahan lokasi alat penakar curah hujan di tempat tempat yang sesuai di dalam DAS, agar didapatkan data yang akurat. Pencatatan temperatur dan kualitas air sungai di sebelah hilir lokasi pembangkit. Pencatatan debit sungai di lokasi pembangkit Survei data banjir yang pernah terjadi. Data debit banjir yang pernah terjadi, dapat diperoleh dari tanda tanda adanya genangan yang tertinggi yang pernah terjadi misalnya dapat dilihat pada jembatan, pada bangunan bangunan yang berada di tepi sungai. 1. Memperbandingkan kondisi meteorologi. Apabila data meteorologi dan hidrologi sangat terbatas, sedangkan data tsb di DAS sekitarnya (sejauh 30 sd 50 km) cukup banyak, maka dengan membandingkan kondisi geologi dan topografi akan dapat diperoleh persamaan debit banjir yang mungkin terjadi pada daerah tsb. 2. Di DAS tidak mempunyai stasiun pencatat meteorologi dan hidrologi. Biasanya pada sungai sungai yang kecil serta pada anak anak sungai jarang sekali ada stasiun pencatat meteorologi dan data hidrologi. Maka untuk mendapatkan data debit banjir rencana maka dilakukan pengamatan data banjir yang pernah terjadi di daerah tersebut. Jika sudah diketahui elevasi muka air banjir yang pernah terjadi, maka dapat diketahui atau dihitung berapa besar debit banjir yang pernah terjadi

3. Kalibrasi data. Data yang sepintas kelihatan kurang dapat dipercaya, sebaiknya tidak langsung digugurkan, akan tetapi kebenaran data tersebut harus di analisa dengan cara membandingkan dengan data lainnya ataupun dengan melakukan perhitungan empiris dan jika diperlukan dilakukan peninjauan lapangan lagi. Survei data curah hujan. Data curah hujan biasanya berbentuk data curah hujan jam jam an, hujan harian, distribusi curah hujan pada saat terjadi hujan lebat. Data curah hujan dari stasiun pencatat baik yang berada dalam DAS ataupun diluar DAS agar dikumpulkan dan dilakukan analisa yang lebih lanjut misalnya untuk penentuan flow duration curve ataupun untuk penentuan debit banjir rencana. Semakin panjang data pengukuran ( minimal 20 tahun) akan menghasilkan hasil perhitungan probabilitas yang semakin memadai Perhitungan debit banjir rencana. Pada prinsipnya perhitungan debit banjir rencana, diperoleh dari hasil perhitungan curah hujan maksimum rata rata di DAS serta jangka waktu sejak terjadinya hujan sampai pada saat terjadinya banjir. Besarnya jangka waktu tersebut tergantung pada kondisi geologi dan kondisi topografi di DAS tersebut. Setelah diketahui angka hubungan hubungan tersebut, maka debit banjir rencana dapat dihitung dengan menggunakan metode unit hidrograf. Secara garis besar maka ada 3 (tiga) tahapan perhitunganantara lain perhitungan curah hujan maksimum, perhitungan debit banjir rencana, pengujian hasil perhitungan debit banjir rencana. 1. Perhitungan curah hujan maksimum rencana. Pada perhitungan kapasitas bangunan pelimpah biasanya direncanakan untuk dapat menampung debit banjir rencana dengan kala ulang 100 atau 200 tahunan atau bahkan ada yang harus diperhitungkan dengan PMF (Probable Maximum Flood) khusus untuk bangunan bendungan. Untuk perhitungan curah hujan maksimum rencana, dapat digunakan ilmu statistik Dalam perhitungan hidrologi dengan metode matematika statistik sudah sangat berkembang misalnya Hazen, Foster, Kimball, Iwai, Gumbel dsb. Dari data curah hujan yang ada, dipisahkan setiap tahunnya angka curah hujan terbesar dalam durasi tertentu (harian, empat jaman, atau satu jam). Sedang data debit sungai dapat dipisahkan data debit maksimum yang pernah terjadi setiap tahunnya. Semakin panjang data pencatatan maka akan semakin jelas kurva frekuensi yang dihasilkan 2. Perhitungan debit banjir rencana. Apabila data curah hujan yang ada dengan periode dalam jam jam an, maka perhitungan unit hydrograf dapat digunakan. Jika tidak ada periode intensitas curah hujan, maka perhitungan debit banjir rencana dapat menggunakan metode empiris antara lain metode Snyder dan Alexeyev, cara Nakayasu dsb.

Anda mungkin juga menyukai