TTAnote
TTAnote
2. Analisa karakteristik debit banjir tentang kapasitas debit banjir, durasi banjir, musim terjadinya banjir dan kala ulangnya. Alat ukur curah hujan otomatik (Automatic Rain Gauge Recorder/ARGR) biasanya digunakan untuk mengukur intensitas serta durasi curah hujan tersebut. Persyaratan utk penempatan alat ukur hujan di lapangan : 1. Tinggi corong diatas permukaan tanah harus sedemikian rupa sehingga pengaruh angin sekecil mungkin. 2. Pengukur hujan harus diletakkan pada jarak minimal 4 x rintangan yang terdekat. 3. Harus terlindung terhadap gangguan dari luar (binatang dsb) 4. Diusahakan dekat dengan tenaga pengamat. Flow Duration Curve : Adalah suatu grafik hubungan antara debit andalan dengan probabilitas keandalannya yang akan digunakan untuk menentukan besarnya debit pembangkitan suatu pembangkit. Metode untuk menghitung flow duration curve antara lain : 1. Metode Global Rainfall Runoff Model(GR2M). 2. Metode Model Tangki Sugawara (Tank Model). 3. Metode NRECA (National Rural Electric Cooperative Association) Karakteristik Beban: Karena tenaga listrik tidak dapat disimpan maka perlu diyakini bahwa daya yang dibangkitkan oleh generator adalah sama dengan kebutuhan (beban). Pada umumnya, beban selalu berubah ubah sehingga daya yang dihasilkan oleh generator selalu harus disesuaikan dengan beban yang berubah ubah tersebut. Beban Puncak : Beban Menengah : Beban puncak PLTG, PLTA, PLTD, PLTMG PLTGU, PLTA PLTG, PLTA, PLTD, PLTMG Faktor Pusat Listrik (plant factor) : perbandingan antara daya rata rata dalam jangka waktu tertentu (biasanya dalam satu tahun) dengan jumlah kapasitas terpasang di pusat listrik pembangkit. Faktor ini dipakai sebagai standar dalam penilaian ekonomis tidaknya suatu pusat listrik pembangkit, nilai ini juga dapat dipakai untuk menilai kapasitas dari peralatan pembangkit. Macam Daya Yang Dihasilkan: 1. Daya Maksimum : adalah daya maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTA, kadang kadang juga disebut output pembangkit. 2. Daya Pasti (Firm output) : adalah daya yang dibangkitkan selama 355 hari dalam satu tahun untuk PLTA dengan tipe ROR, dan selama 365 hari untuk PLTA dengan tipe waduk. 3. Daya Puncak : adalah daya yang dihasilkan selama jam jam tertentu setiap harinya (biasanya selama 4 sd 5 jam) yang meliputi 355 hari selama satu tahun. Perlu diperhatikan hal hal sbb: 1. Besarnya kapasitas pembangkit harus ditentukan shg tenaga airnya dapat dimanfaatkan secara efektif. 2. Perlu diperhitungkan secara terinci tentang: 3. Keadaan aliran air. 4. Keadaan geografis, geologis dsb. 5. Hubungan antara penyediaan dengan kebutuhan tenaga listrik. 6. Biaya pembangunan. 7. Keuntungan dari adanya pembangkit. 8. Pengembangan sungai secara menyeluruh. 9. Pertimbangan dasar penyediaan tenaga listrik, tenaga air atau tenaga thermal. 10. Hubungan dengan penyediaan tenaga listrik yang sudah ada (eksisting). 11. Biaya pembebasan lahan dsb. 12. Jangka waktu pelaksanaan proyek. 13. Jaringan T/L yang dibutuhkan. 14. Transportasi E/M, Metal Work dsb Penentuan Tinggi Jatuh Efektif: Tinggi jatuh efektif dapat diperoleh dari tinggi jatuh total (dari intake sampai dengan tailrace) dikurangi dengan rugi rugi kehilangan tinggi pada saluran air. Tinggi jatuh penuh (full head) adalah tinggi air yang bekerja efektif pada turbin yang sedang berjalan. Berdasarkan tinggi terjun: Tipe saluran penghantar (water way) : suatu pembangkit yang mempunyai intake di hulunya, dan dialirkan memakai saluran penghantar air dengan kemiringan saluran yang kecil. Daya yang dibangkitkan dengan memanfaatkan tinggi terjun yang ada dengan kemiringan sungai tersebut. Tipe bendungan (dam) : suatu pembangkit dengan bendungan yang melintang sungai, utk menaikkan permukaan air sungai di bagian hulu bendungan. Daya yang dibangkitkan berdasarkan tinggi terjun antara sebelah hulu dan hilir bendungan Berdasarkan aliran air: Dengan aliran langsung (run of river) : pembangkit ini memakai aliran air sungai itu secara alamiah. Dengan kolam pengatur (regulating pond) : pembangkit ini mengatur aliran sungai setiap hari atau minggu dengan memakai kolam pengatur yang dibangun di sebelah hulu utk melayani beban puncak. Dengan waduk (reservoir) : pembangkit ini menggunakan bendungan untuk mengalirkan air pada musim kemarau dan menangkap pada musim penghujan, tipe pembangkit ini dapat beroperasi sepanjang tahun. Dengan dipompa (pump storage) : pembangkit ini dengan memanfaatkan tenaga listrik kelebihan pada off peak untuk memompa air keatas dan disimpan di dalam waduk atas dan dimanfaatkan pada waktu beban puncak (peak).
perlu diperhatikan aspek aspek latar belakang munculnya rencana pembangunan pembangkit sebagai berikut : Aspek ekonomis dan sosial. Tujuan utama pembangunan pembangkit tersebut. Investigasi yang diperlukan : Pengumpulan data sekunder. Data yang tidak diambil secara langsung misalnya data beban, peta bakosurtanal, peta kehutanan, peta geologi, peta kegempaan, data hujan, data evapotranspirasi dsb. Pengumpulan data primer. Data yang diambil secara langsung misalnya data pengukuran debit, data tanah, data bor log, peta topografi, dsb Peta topografi. Peta topografi yang ada biasanya dikeluarkan oleh Bakosurtanal dengan skala 1: 250.000, atau 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 dalam bentuk hard kopi, sekarang sudah ada yang berbentuk digital. Keuntungan data peta topografi dalam bentuk digital akan memudahkan kita untuk mencari potensi alternatif lokasi pembangkit. Dengan menggunakan peta ini kita sudah bisa memperkirakan lokasi bendung / bendungan dan juga perkiraan tinggi jatuh brutonya. Peta Geologi : Biasanya peta geologi diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Geologi di Bandung dengan skala 1 : 250.000, yang akan menunjukkan masa, zaman, jenis batuan serta kedalaman dan cross section yang ada pada lokasi yang akan dilakukan survei dan investigasi pembangkit. Berdasarkan peta geologi ini maka bisa diperkirakan jenis batuan yang ada di lapangan. Data peta kehutanan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, yang akan menunjukkan areal areal yang berupa hutan tanaman industri, hutan lindung atau hutan suaka alam. Biasanya skala peta tersebut ada yang skala 1 : 50.000 sampai dengan skala 1: 250.000 tergantung pada luasan area yang akan dilakukan survei dan investigasi lokasi pembangkit. Peta kegempaan yang dibuat oleh Departemen Pekerjaan Umum, yang menunjukkan ada 6 (enam) zonasi kegempaan di Indonesia. Pada peta ini ditunjukkan dengan faktor zona gempa, periode ulang dan tipe batuan dasarnya Dengan foto udara sangat mudah untuk mempelajari dan menganalisa tempat kedudukan lokasi pembangkit, dengan adanya foto udara maka kesukaran pengamatan setempat dapat diatasi, misalnya daerah daerah yang mudah longsor, daerah patahan, dsb. Dengan foto udara dapat diketahui juga tentang jenis jenis vegetasi, penyebaran serta tingkat kesuburannya. Pengujian data sekunder yang terkumpul. Pada hakekatnya tidak semua data yang ada dapat dipercaya, perlu dilakukan pengujian / kalibrasi terhadap data yang ada misalnya membandingkan data yang sejenis dan memilih data yang paling logis kebenarannya. Melakukan pemeriksaan setempat terhadap kebenaran data tersebut. Membandingkan dan mencari persamaan yang logis terhadap dua jenis data yang berbeda. Cara membandingkan data topografi dengan data geologi antara lain: Daerah daerah yang rendah biasanya terdiri atas batuan alluvial. Daerah daerah yang tinggi biasanya terdiri atas batuan dilluvial. Daerah daerah gunung berapi biasanya terdiri atas batuan breksi, lava, tufa dsb. Daerah daerah perbukitan biasanya terdiri atas batuan dilluvial, batuan tertiair, granit dsb Daerah pegunungan biasanya berupa batuan paleozoic, mesozoic, metamorf, batuan beku dsb. Pengukuran dan Pemetaan Topografi. Pekerjaan pemetaan dan pengukuran topografi akan mencakup daerah daerah rencana access road, sepanjang jalur water way, rencana bendung atau bendungan, rencana surge tank, rute penstok, rencana power house, rencana daerah genangan, sepanjang aliran sungai, rencana switchyard, gardu induk dsb. Metode pengukuran topografi harus diikatkan kepada BM Nasional. Dan sebaiknya pengukuran topografi dipakai metode grid. Pengikatan ke BM Nasional. Semua ukuran ukuran yang ada di peta topografi harus sudah terikat ke BM Nasional, umpamanya lokasi tersebut sangat sulit mendapatkan lokasi BM Nasional, maka biasanya pengukuran tersebut diikat dengan GPS Geodetik, yang berfungsi sebagai data koordinat BM Nasional. Survei meteorologi dan hidrologi Kegiatan survei meteorologi dan hidrologi dapat dimulai jika sudah ada atau terpasang alat alat antara lain: Alat pengukur temperatur. Alat penakar hujan (otomatik atau manual) Alat pengukur debit (otomatik atau manual) Alat pengukur temperatur air. Alat pengukur sedimen dsb. Rincian kegiatan survei dan investigasi diperlukan utk hal hal sbb: Observasi meteorologi di sekitar lokasi atau yang berdekatan dengan lokasi pembangkit antara lain temperatur, kelembaban, kecepatan angin, tingkat radiasi sinar matahari, penguapan, curah hujan dan intensitasnya. Jika waktu utk survei dan investigasi cukup, maka perlu dilakukan penambahan lokasi alat penakar curah hujan di tempat tempat yang sesuai di dalam DAS, agar didapatkan data yang akurat. Pencatatan temperatur dan kualitas air sungai di sebelah hilir lokasi pembangkit. Pencatatan debit sungai di lokasi pembangkit Survei data banjir yang pernah terjadi. Data debit banjir yang pernah terjadi, dapat diperoleh dari tanda tanda adanya genangan yang tertinggi yang pernah terjadi misalnya dapat dilihat pada jembatan, pada bangunan bangunan yang berada di tepi sungai. 1. Memperbandingkan kondisi meteorologi. Apabila data meteorologi dan hidrologi sangat terbatas, sedangkan data tsb di DAS sekitarnya (sejauh 30 sd 50 km) cukup banyak, maka dengan membandingkan kondisi geologi dan topografi akan dapat diperoleh persamaan debit banjir yang mungkin terjadi pada daerah tsb. 2. Di DAS tidak mempunyai stasiun pencatat meteorologi dan hidrologi. Biasanya pada sungai sungai yang kecil serta pada anak anak sungai jarang sekali ada stasiun pencatat meteorologi dan data hidrologi. Maka untuk mendapatkan data debit banjir rencana maka dilakukan pengamatan data banjir yang pernah terjadi di daerah tersebut. Jika sudah diketahui elevasi muka air banjir yang pernah terjadi, maka dapat diketahui atau dihitung berapa besar debit banjir yang pernah terjadi
3. Kalibrasi data. Data yang sepintas kelihatan kurang dapat dipercaya, sebaiknya tidak langsung digugurkan, akan tetapi kebenaran data tersebut harus di analisa dengan cara membandingkan dengan data lainnya ataupun dengan melakukan perhitungan empiris dan jika diperlukan dilakukan peninjauan lapangan lagi. Survei data curah hujan. Data curah hujan biasanya berbentuk data curah hujan jam jam an, hujan harian, distribusi curah hujan pada saat terjadi hujan lebat. Data curah hujan dari stasiun pencatat baik yang berada dalam DAS ataupun diluar DAS agar dikumpulkan dan dilakukan analisa yang lebih lanjut misalnya untuk penentuan flow duration curve ataupun untuk penentuan debit banjir rencana. Semakin panjang data pengukuran ( minimal 20 tahun) akan menghasilkan hasil perhitungan probabilitas yang semakin memadai Perhitungan debit banjir rencana. Pada prinsipnya perhitungan debit banjir rencana, diperoleh dari hasil perhitungan curah hujan maksimum rata rata di DAS serta jangka waktu sejak terjadinya hujan sampai pada saat terjadinya banjir. Besarnya jangka waktu tersebut tergantung pada kondisi geologi dan kondisi topografi di DAS tersebut. Setelah diketahui angka hubungan hubungan tersebut, maka debit banjir rencana dapat dihitung dengan menggunakan metode unit hidrograf. Secara garis besar maka ada 3 (tiga) tahapan perhitunganantara lain perhitungan curah hujan maksimum, perhitungan debit banjir rencana, pengujian hasil perhitungan debit banjir rencana. 1. Perhitungan curah hujan maksimum rencana. Pada perhitungan kapasitas bangunan pelimpah biasanya direncanakan untuk dapat menampung debit banjir rencana dengan kala ulang 100 atau 200 tahunan atau bahkan ada yang harus diperhitungkan dengan PMF (Probable Maximum Flood) khusus untuk bangunan bendungan. Untuk perhitungan curah hujan maksimum rencana, dapat digunakan ilmu statistik Dalam perhitungan hidrologi dengan metode matematika statistik sudah sangat berkembang misalnya Hazen, Foster, Kimball, Iwai, Gumbel dsb. Dari data curah hujan yang ada, dipisahkan setiap tahunnya angka curah hujan terbesar dalam durasi tertentu (harian, empat jaman, atau satu jam). Sedang data debit sungai dapat dipisahkan data debit maksimum yang pernah terjadi setiap tahunnya. Semakin panjang data pencatatan maka akan semakin jelas kurva frekuensi yang dihasilkan 2. Perhitungan debit banjir rencana. Apabila data curah hujan yang ada dengan periode dalam jam jam an, maka perhitungan unit hydrograf dapat digunakan. Jika tidak ada periode intensitas curah hujan, maka perhitungan debit banjir rencana dapat menggunakan metode empiris antara lain metode Snyder dan Alexeyev, cara Nakayasu dsb.