Anda di halaman 1dari 7

CARUT MARUT PELAYANAN GAWAT DARURAT DI INDONESIA,SALAH SIAPA ?

==================================== =======
Oleh : Irawan Dan !"a#a S$e%&Ner! Bencana tsunami di Aceh beberapa tahun silam membuat kita teperangah tak percaya. Bumi Serambi Mekah dalam sekejap rata menyisakan kepiluan manakala hamparan jenazah saudara-saudara menusuk mata kita. Berita pesawat terbang jatuh, silih berganti dengan kabar duka lainnya : longsor, banjir bahkan bencana bom pernah melanda negeri ini. Sesaat kita terdiam merenung akan hakikat hidup yang menyadarkan kita pertanyaan besar, benarkah . Semua sudah kehendak!ya. "akdir kita tidak berkontribusi terhadap memang diluar kuasa kita sebagai manusia. !amun terbenrsit tingginya jumlah kematian karena bencana massal itu ### Seminggu yang lalu penulis merawat seorang pria berusia $% tahun dan baru menikah di &umah Sakit 'atmawati (akarta. )engendara motor yang tidak ngebut namun karena tidak hati-hati jatuh ke dalam lembah curam sedalam *+ meter. Sangat miris karena cedera tulang thorakal dan lumbal yang dialaminya cukup parah. )rognosa menyatakan dia bakal lumpuh seumur hidupnya dari batas pusar ke bawah. Menurut cerita keluarga pertolongan di tempat kejadian dilakukan oleh teman-temanya. )enulis membayangkan korban diangkat dari dasar jurang entah dengan apa dan bagaimana, namun dapat diyakinkan bahwa mobilisasi dan tranportasi korban sangatlah merugikan dan memperburuk cedera tulang belakangnya. ,sia produkti- yang disia-siakan. .ejadian gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja. /rang lain, teman dekat, keluarga ataupun

kita sendiri dapat menjadi korbannya. .ejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. 0angkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. 1arus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di -asilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. "ercapainya kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan. ,paya )ertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecahpecah. Sistem mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran 2output3 serta dampak yang diinginkan 2outcome3. Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan melalui proses e4aluasi atau umpan balik yang berkelanjutan. Alasan kenapa upaya pertolongan penderita harus dipandang sebagai satu system dapat diperjelas dengan skema di bawah ini : Injury & Dissaster Pre Hospital Stage First Responder Ambulance Service 2 jam Hospital Stage !mergency Room "perating Room Intensi# $are %nit &ard $are Rehabilitation Fisical Psycological Social

Berdasarkan skema di atas, kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode )re 1ospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di -asilitas pelayanan kesehatan saja. (ika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari.

Bisa

diilustrasikan

dengan

penderita

yang

terus

mengalami

perdarahan dan tidak dihentikan selama periode )re 1ospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal. Begitu cedera terjadi maka berlakulah apa yang disebut waktu emas 2The Golden periode). Satu jam pertama juga sangat menentukan sehingga dikenal istilah The Golden Hour. Setiap detik sangat berharga bagi kelangsungan hidup penderita. Semakin panjang waktu terbuang tanpa bantuan pertolongan yang memadai, semakin kecil harapan hidup korban. "erdapat % -aktor utama di )re 1ospital Stage yang berperan terhadap kualitas hidup penderita nantinya yaitu : siapa penolong pertamanya Berapa lama ditemukannya penderita, kecepatan meminta bantuan pertolongan )enolong pertama seharusnya orang awam yang terlatih dengan dukungan pelayanan ambulan gawat darurat $5 jam. 6ronisnya penolong pertama di wilayah 6ndonesia sampai saat tulisan ini dibuat adalah orang awam yang tidak terlatih dan minim pengetahuan tentang kemampuan pertolongan bagi penderita gawat darurat.. .ecepatan penderita ditemukan sulit kita prediksi tergantung banyak -aktor seperti geogra-i, teknologi, jangkauan sarana tranport dan sebagainya. Akan tetapi kualitas bantuan yang datang dan penolong pertama di tempat kejadian dapat kita modi-ikasi. )ada -ase rumah sakit, ,nit 7awat 8arurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. .emampuan suatu -asilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi ,nit 7awat 8arurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. )enderita dari ruang

,78 dapat dirujuk ke unit perawatan intensi-, ruang bedah sentral, ataupun bangsal perawatan. (ika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain. ,raian singkat di atas kiranya cukup memberikan gambaran bahwa keberhasilan pertolongan bagi penderita dengan criteria gawat darurat yaitu penderita yang terancam nyawa dan kecacatan, akan dipengaruhi banyak -actor sesuai -ase dan tempat kejadian cederanya. )ertolongan harus dilakukan secara harian $5 jam 2 daily routine3 yang terpadu dan terkordinasi dengan baik dalam satu system yang dikenal dengan Sistem )elayanan gawat 8arurat "erpadu 2S)78"3. (ika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis ditingkatkan -ungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana 2S)78B3. "ak bisa ditawar-tawar lagi, pemerintah harus mulai memikirkan terwujudnya penerapan system pelayanan gawat darurat terpadu. .omponen penting yang harus disiapkan diantaranya : *. Sistem komunikasi .ejelasan kemana berita adanya kejadian gawat darurat disampaikan, akan memperpendek masa pra rumah sakit yang dialami penderita. )ertolongan yang datang dengan segera akan meminimalkan hipo4olemia resiko-resiko akibat penyulit darah lanjutan yang seperti syok kehilangan berkelanjutan,

hipotermia akibat terpapar lingkungan dingin dan sebagainya. Siapapun yang menemukan penderita pertama kali di lokasi harus tahu persis kemana in-ormasi diteruskan. )roblemnya adalah bagaimana masyarakat dapat dengan mudah meminta tolong, bagaimana cara membimbing dan mobilisasi sarana tranportasi 2Ambulan3, bagaimana kordinasi untuk mengatur rujukan, dan bagaimana komunikasi selama bencana berlangsung. $. )endidikan

)enolong pertama seringkali orang awam yang tidak memiliki kemampuan menolong yang memadai sehingga dapat dipahami jika penderita dapat langsung meninggal ditempat kejadian atau mungkin selamat sampai ke -asilitas kesehatan dengan mengalami kecacatan karena cara tranport yang salah. )enderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 5-9 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ire4ersibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya e4akuasi : tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar. .arena itu orang awam yang menjadi penolong pertama harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu : Menguasai cara meminta bantuan pertolongan Menguasai teknik bantuan hidup dasar 2resusitasi jantung paru3 Menguasai teknik mengontrol perdarahan Menguasai teknik memasang balut-bidai Menguasai teknik e4akuasi dan tranportasi 7olongan orang awam lain yang sering berada di tempat umum karena bertugas sebagai pelayan masyarakat tambahan lain yaitu menguasai kemampuan seperti polisi, menanggulangi petugas kebakaran, tim SA& atau guru harus memiliki kemampuan keadaan gawat darurat dalam kondisi : )enyakit anak )enyakit dalam )enyakit sara)enyakit (iwa )enyakit Mata dan telinga 8an lainya sesuai kebutuhan sistem

)enyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara -ormal maupun in-ormal secara berkala dan berkelanjutan. )elatihan -ormal di intansi-intansi harus diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk serti-ikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan seharihari ataupun bencana masal. %. "ranportasi Alat tranportasi yang dimaksud adalah kendaraannya, alat-alatnya dan personalnya. "ranportasi penderita dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Alat tranportasi penderita ke rumah sakit saat ini masih dilakukan dengan kendaraan yang bermacam-macam kendaraan tanpa kordinasi yang baik. 1anya sebagian kecil yang dilakukan dengan ambulan, itupun dengan ambulan biasa yang tidak memenuhi standar gawat darurat. (enis-jenis ambulan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi lokal untuk pelayanan harian dan bencana. 5. )endanaan Sumber pendanaan cukup memungkinkan karena system asuransi yang kini berlaku di 6ndonesia. )egawai negeri punya AS.;S, pegawai swasta memiliki jamsostek, masyarakat miskin mempunyai AS.;S.6!. /rang berada memiliki asuransi jiwa <. =uality >ontrol )enilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan secara periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan. $EPUSTA$AAN )>>M6. -------- : )enanggulangan )enderita 7awat 8arurat, (akarta )usponegoro, Aryono 8. *??< : /rganisasi ))78. 6.AB6 (akarta

A78 **@, AAAAAA: Buku pelatihan ))78 bagi )erawat, tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai