ii
ii
Jurnal Publikasi Ilmiah IGI Pusat Tahun I Nomor 1, September 2013 ISSN 2337-9693 Diterbitkan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat Alamat Redaksi: Jalan Dharmawangsa 7/4, Surabaya 60286, Telpon (031) 7000-9292, 502-0505 www.igi.or.id
Jurnal berisi tulisan hasil pemikiran (artikel konseptual) dan hasil penelitian yang sejalan dengan upaya peningkatan praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran yang baik pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Jurnal terbit dua kali dalam setahun, atau enam bulan sekali. Para guru anggota IGI dapat mengirimkan tulisan ilmiah yang sesuai dengan ketentuan di atas dan mengikuti kaidah penulisan selingkung jurnal IGI sebagaimana dapat dibaca pada halaman terakhir jurnal ini. Tulisan harus asli (tidak ada unsur plagiarisme) dan belum pernah diterbitkan di media lain.
DEWAN REDAKSI
Pelindung: Dr. Indra Djati Sidi Penasihat 1. Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto 2. Heru Bahtiar Arifin, S.Pd Penanggung Jawab Drs. Satria Dharma Pemimpin Redaksi Suhardi, M.Pd Redaktur Pelaksana 1. Suhardi, M.Pd 2. Istiqomah Almaqi, M.Pd 3. Eko Prasetyo, S.Pd 4. Joko Wahyono, M.Pd Editor Ahli (Mitra Bestari) Drs. Much. Khoiri, M. Si. Staf Redaksi: 1. Mohammad Ihsan 2. Andi M Yasin 3. Abdur Rohman 4. Wijaya Kusuma 5. Drs. Hari Subagyo, MM Fotografer: 1. Abdur Rohman 2. Wijaya Kusuma Desain/Layout: Alifiardi Aditya Maulana R Administrasi Istiqomah Distribusi: A.M. Yasin Pemasaran/Iklan: Mohammad Ihsan (031) 7000 9111 081 833 4141
iii
endidikan adalah gerbang peradaban dan guru adalah pemimpin dalam memasuki gerbang tersebut. Guru menjadi faktor penentu paling utama dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Studi di berbagai negara tentang prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa kualitas gurulah yang paling penting dalam pembelajaran di sekolah. Guru memegang peranan penting sebagai pemimpin peradaban. Kemajuan peradaban sebuah bangsa dapat dilihat dari banyaknya buku yang dibaca dan ditulis oleh bangsa ter sebut. Semakin banyak buku yang dibaca dan ditulis menunjukkan semakin majunya ilmu pengetahuan dan tek nologi yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Tak ada bangsa di dunia ini yang bisa maju tanpa menguasai budaya baca dan tulis. Menulis sendiri adalah ketrampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatnya dibandingkan ketiga ketrampilan lainnya; seperti mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan menulis kita menuangkan pengetahuan kita dalam bentuk yang jauh lebih luas jangkauannya daripada berbicara. Kita harus memberi apresiasi bagi guru yang melaku kan gerakan menulis dan menerbitkan karya tulisnya dalam bentuk jurnal seperti ini. Kegiatan ini tentu akan memberikan sumbangan yang besar bagi peradaban bangsa kita di masa mendatang. Dengan terbitnya Jurnal Edukasi bagi guru maka ada beberapa keuntungan yang diperoleh sekaligus. Pertama, guru yang menulis akan menjadi manusia
pembelajar karena dengan demikian mereka tentu akan terus membaca dan menambah ilmunya. Ia akan menjadi seorang yang mumpuni di bidangnya. Kedua, Jurnal Edukasi ini akan menjadi wadah bagi guru untuk mengekspresikan dan mengembangkan kemampuannya sebagai seorang pembelajar dalam meneliti. Dengan meneliti guru akan mengasah kemampuannya dalam mencari solusi. Jadi guru akan menjadi problem solver di lingkungannya. Ketiga, Jurnal Edukasi ini akan mendorong para guru lain untuk melakukan hal yang sama sehingga akan menghasilkan efek berantai yang positif. Ia akan menjadi model bagi lingkungannya. Keempat, menulis di Jurnal Edukasi tentu akan memberikan keuntungan yang berhubungan dengan peningkatan kariernya di tempat mengajar masing-masing. Bangsa ini membutuhkan guru-guru yang mau me ngembangkan peradaban melalui karya tulis. Penerbitan Jurnal Edukasi ini adalah sebuah langkah besar dalam memajukan peradaban bangsa. Selamat berkarya!
Satria Dharma
iv
REDAKSI MENYAPA
Sistem pengembangan profesi menuntut guru untuk tidak pernah berhenti belajar guna meningkatkan kualitas diri dan profesinya. Selain harus melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru, yaitu mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan nenilai siswa-siswinya; guru juga dituntut untuk tidak berhenti mengembangkan profesi secara bekelanjutan.
edaksi bersyukur kepada Tuhan atas terea lisasinya penerbitan Jurnal Edukasi ini. Sebuah jurnal ilmiah yang menjadi sarana publikasi karya ilmiah guru-guru Indonesia anggota IGI. Inkubasi ide penerbitan jurnal ini cukup panjang hampir dua tahun-, namun rupanya Tuhan benar-benar menentukan waktu yang tepat, yaitu awal 2013 sebagai momentum terbitnya Jurnal Edukasi. Sebab, pada tahun 2013 ini mulai berlaku Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Sejalan dengan Permenneg PAK dan RB tersebut, keberdaan jurnal ini akan menjadi bagian dari perjuangan IGI dalam upaya meningkatkan profesionalitas para guru Indonesia, mulai jenjang PAUD, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMA, dan SMK/ MAK. Sistem pengembangan profesi menuntut guru untuk tidak pernah berhenti belajar guna meningkatkan kualitas diri dan profesinya. Selain harus melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru, yaitu mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan nenilai siswa-siswinya; guru juga dituntut untuk tidak berhenti mengembangkan profesi secara bekelanjutan. Untuk itu guru harus selalu memperbaharui pengetahuan dan pengalamannya melalui berbagai forum pendidikan dan pelatihan, seminar, lokakarya, workshop, dan koloqium. Guru juga harua bisa menghasilkan publikasi ilmiah dan karya inovatif.
Publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru banyak ragamnya, antara lain penulisan hasil penelitian dan pemikiran yang terkait dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru. Ini semua merupakan bagian dari kegiatan utama guru. Untuk keperluan itulah, kehadiran Jurnal Edukasi menjadi penting perannya bagi pengembangan profesi guru. Melalui Jurnal Edukasi, berbagai karya ilmiah yang telah dihasilkan para guru akan tersosialisasi kepada sesama guru di Tanah Air sehingga bisa saling belajar. Berbagai hasil penelitian dan pemikiran para guru tidak boleh hanya tersimpan dalam arsip pribadi. Gagasan, pengalaman, dan temuan para guru sangat bermanfaat bagi guru lain di seberang sana yang membutuhkan inspirasi dari sesama guru. Akhirnya, proses sharing and growing together yang menjadi semboyan IGI menyatu dengan upaya Pemerintah sebagaimana yang dirumuskan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 itu. Penyatuan itu diwahanai oleh Jurnal Edukasi ini. Selamat membaca dan mengembangkan profesi.
Redaksi
VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
DAFTAR ISI
Sistem Informasi Akademik Berbasis Paket Aplikasi Sekolah (PAS) sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan SMA di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Oleh Umi Nuraini dan Dini Widiasih ........................ 41 Penggunaan Media Kartu Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Anak Kelompok A di TK Muslimat NU 34 Malang Oleh: Chustini ................................................................
49
Identitas Jurnal Edukasi IGI .................................. iii Sambutan Ketua Umum IGI Pusat Oleh Satria Dharma .......................................................... iv Redaksi Menyapa ......................................................... v Daftar Isi ............................................................................ vi Revolusi Pembelajaran Melalui Gerakan Guru sebagai Peneliti Oleh Suhardi ...................................................................... 1 Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Kerja dengan Kepuasaan Kerja Guru Sekolah YPPSB Sanggatta-Kutai Timur Oleh Joko Wahyono ........................................................ 9 Memfaktorkan Bentuk Kuadrat dengan Menggunakan Kotak Geser Oleh Amirullah .................................................................
Pembelajaran Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Menggunakan Media Berbasis ICT di SMKN 1 Sonder Oleh Yani Pieter Pitoy ................................................... 55 Penggunaan Teknik Bercerita Berantai sebagai Upaya Mengoptimalkan Keterampilan Berbicara pada Peserta Didik Kelas VII-D SMPN 3 Bonang Kabupaten Demak Oleh: Hening Wulandari .............................................. 60 Implementasi Teknik Berpartner untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita dalam Pembelajaran Bahasa (Asing) Oleh Dwi Imroatu Julaikah ..........................................
67
Tinjauan Buku: Action Research, A Guide for the Teacher Researcher Oleh: Dhitta Puti Sarasvati ........................................... 71 Aktivitas IGI Seantero Nusantara: Peningkatan Kualitas Guru Melalui Kegiatan Berbagi dan Tumbuh Bersama (Sharing and Growing Together) Oleh: Dhitta Puti Sarasvati dan Faradina Izdhihary ............................................................................................. 73 Biodata Penulis ........................................................... 80 Kaidah Penulisan Jurnal IGI ................................... 82
15
Efektivitas Pemanfaatan Blog sebagai Media Tes Online dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Siswa Oleh Wijaya Kusumah ................................................... 19 Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Perusahaan Dagang dengan Menggunakan Accounting Game pada Siswa Kelas XII-IS-2 MAN Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010 Oleh Ameliasari Tauresia Kesuma ..................... .......... 27 Peningkatan Kreativitas Belajar Bahasa Indonesia dan Kemampuan Bercerita Melalui Pemanfaatan Media Dua dan Tiga Dimensi pada Siswa Kelas VII-D Semester 1 SMPN 1 Banyudono Kabupaten Boyolali Jawa Tengah Oleh Tri Andayani .............................................................. 34
vi
JURNAL EDUKASI IGI REVOLUSI PEMBELAJARAN MELALUI GERAKAN GURU SEBAGAI PENELITI
Oleh: Suhardi*
Abstrak: Guru dituntut selalu meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menjadi lebih profesional. Salah satu cara yang efektif adalah dengan menggerakkan guru untuk aktif melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bermula dari identifikasi masalah yang dialami guru ketika mengajar di kelas. Pemecahan masalah itu berupa pemberian tindakan yang terencana, sistematis, dan terukur untuk mem-perbaiki hasil dan proses pembelajaran itu. Tindakan itu berupa program pembelajaran yang diikhtiarkan untuk menghasilkan perbaikan. Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, perencanaan, tindakan, observasi, refleksi Abstract: Teachers are required to improve the quality of learning in order to become more professional. One effective way to do this is by generating a movement to actively engage teachers in doing classroom action research (CAR). To do this research, firstly, the researcher must identify problems that teachers experience when teaching in the classroom. Secondly, the problem must try to be solved by applying well-planned, systematic, and measurable actions, intended to increase the learning outcomes and learning process. The actions are in the form of programs which are intended to create improvements in learning. Keywords: classroom action research, planning, action, observation, reflection
PENDAHULUAN
etelah sekian lama PTK berkembang di dunia pendidikan, ternyata masih ada pan da ngan yang meremehkannya. Celakanya, pan dangan itu justru berasal dari para guru sendiri. Sebagian guru menganggap PTK tak lebih dari penelitian berskala sempit, sebab proses dan hasilnya hanya sebatas bermanfaat di lingkungan kelas sendiri. Temuantemuan PTK tidak bisa digeneralisasi un-tuk diterapkan pada lingkungan yang lebih luas di luar kelas. Sehingga PTK disebut sebagai penelitian in di vi dualistik/egoistik, yang hanya berguna bagi guru itu sendiri sebagai peneliti. Proses sosialisasi PTK kepada para guru yang selama ini dilakukan oleh berbagai pi hak pun turut membentuk opini negatif me ngenai PTK. Selama ini pelatihan-pe la tihan PTK yang diseleng-garakan oleh di nas pendidikan, LPMP, maupun LPTK/IKIP cenderung menggaungkan bahwa PTK se bagai sarana untuk naik pangkat/ golongan ba gi guru PNS, dan sarana memperoleh nilai ting gi dalam sertifikasi. Pelatihanpelatihan itu kadang-kadang juga diarahkan untuk me ngikuti lomba penulisan karya ilmiah guru atau inovasi pembelajaran yang diada-kan oleh dinas pendidikan atau LPMP. Cara-cara so sialisasi PTK seperti inilah yang mem-ben tuk opini di kalangan guru, bahwa PTK hanya sekadar bermanfaat pragmatis. Fenomena itu menunjukkan bahwa belum se mua guru memahami arti penting PTK. Jika digali lebih jauh ke akar penyebabnya, per sepsi negatif itu disebabkan oleh belum be nar-benar dipahami-nya hakikat PTK dan fungsi strategisnya dalam mereformasi dunia pendidikan di Indonesia.
Seharusnya guru memahami cara-cara yang dilakukan pihak pemberi pelatihan itu se bagai sebatas motivasi agar guru tergerak un tuk melakukan PTK. Di balik motivasi yang se olah mengede-pankan tujuan pragmatis itu sesungguhnya mengarah kepada manfaat jangka panjang bagi pengembangan profesi gu ru. Sebab, PTK merupakan salah satu sa ra na utama dalam upaya meningkatkan pro fesionalitas guru. Untuk memahami ini kita perlu mengurai satu per satu posisi dan tang gung jawab guru. Sejak Undang-undang No-mor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen berlaku, res mi lah status guru diakui sebagai sebuah profesi. Pa da Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dalam undang-un dang tersebut jelas dinyatakan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas uta ma mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan meng evaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan adanya undang-undang tersebut, kon sekuensi orang yang bekerja sebagai gu ru adalah harus memenuhi kualifikasi pro fesional. Sebagaimana disebutkan dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 4 undang-undang tersebut, bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sum ber penghasilan kehidupan yang me-mer lu kan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma ter tentu serta memerlukan pendidikan profesi. Kedua ayat tersebut jelas memastikan sta tus dan kedudukan guru sebagai profesi dengan segala hak dan tanggung jawab yang melekat pada profesi tersebut. Guru ber hak memperoleh sumber penghidupan yang layak dari profesinya. Sebaliknya, guru wa jib VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
Apa arti ini semua? Artinya adalah guru harus selalu meningkat ku alifikasi dan kompetensinya agar dapat men jawab tantangan perubahan zaman. Upa ya-upaya ke arah itu telah dengan jelas di tun jukkan oleh Pemerintah. Sekarang tinggal para guru sendiri dalam menyikapi tuntutan pe rubahan/perkembangan itu. Tentu tidak cu kup jika para guru tinggal duduk berpangku ta ngan, alias tidak mau berubah. Padahal di tangan para gurulah kunci kemajuan pen di dikan di negara kita. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Sudah jelas kiranya, bahwa kompetensi gu ru harus selalu ditingkatkan. Peran aktif setiap guru dalam upaya mengembangkan dirinya men jadi suatu kebutuhan. Bukan saatnya lagi guru pasif berdiam diri berlindung di ba lik dinding-dinding kemapanan sebagai pe gawai. Guru harus aktif meningkatkan kom pe tensi dirinya dalam mengemban profesi. Perangkat aturan yang mendorong agar gu ru selalu mengembangkan profesinya pun su dah jelas. Dalam hal ini, Kepmenpan Nomor 16 Tahun 2009
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN IKLIM KERJA DENGAN KEPUASAAN KERJA GURU SEKOLAH YPPSB SANGGATTA KUTAI TIMUR
Oleh: Joko Wahyono*
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja guru dengan kepuasan kerja guru. Penelitian dilaksanakan di Sekolah YPPSB Sangatta Kutai Timur. Sampel penelitian sebanyak 63 orang, dipilih dengan menggunakan proportional random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru; dan (2) terdapat hubungan positif antara iklim kerja guru dengan kepuasan kerja guru; (3) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Iklim Kerja dan Kepuasan Kerja
Abstract: The objective of this research is to find out the how the transformational leadership and the organizational climate of teachers relate with teachers job satisfaction. The research was conducted in the YPPSB School in Sangatta East Kutai with n = 63 using proportional random sampling. The findings shows that there is a positive correlation between: (1) transformational leadership of head teachers with the teachers job satisfaction. (2) The organizational climate of teachers with the teachers job satisfaction. (3) The research also indicates that there is a positive correlation between these two independent variables together, both the transformational leadership of head teachers and the organizational climate of teachers, with the teachers job satisfaction. Keywords: Transformational Leadership, Organizational Climate, and Job Satisfaction.
PENDAHULUAN
epuasan kerja merupakan salah satu faktor penting un tuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika se orang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pe kerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara optimal. Kepuasan kerja adakalanya berkenaan dengan hal yang me nyenangkan dan adakalanya pada hal-hal yang tidak menyenangkan. Kepuasan kerja bersifat dinamis. Artinya ber kem bang terus. Oleh sebab itu, ia bersifat relatif. Jika manusia te lah mencapai suatu kepuasan, maka timbul pula tuntutan akan kepuasan yang lebih tinggi kualitas dan kuantitasnya. Se lain itu, Gibson (1973) menyatakan, Job satisfaction is refers to the positive or negative aspect of an individuals attitude toward his job or some feature of the job. Gibson mengatakan bah wa kepuasan kerja mengacu pada aspek positif atau ne gatif sikap individual dan cara pandang seseorang terhadap pekerjaan Di dalam praktik, suatu proses perubahan dijalankan de ngan bertumpu pada pendekatan transaksional yang mekanistik dan bersifat teknikal, di mana manusia
cenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomik yang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakan sistem imbalan dan umpan balik negatif, dalam rangka mencapai manfaat ekonomik yang sebesar-besarnya (Bass, 1990; Bass dan Avolio, 1990; Hater dan Bass, 1988, seperti dikutip oleh Hartanto (1991) Konsep kepemimpinan transformasional lahir sebagai upaya un tuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan eks ternal yang berlangsung cepat, sehingga menimbulkan per saingan yang semakin ketat. Kepemimpinan transformasional dianggap mampu membangun komitmen organisasi ter hadap tujuan-tujuannya, sekaligus memberdayakan anggota organisasi untuk meraih tujuan-tujuan itu. Pemimpin di tuntut untuk mampu mengubah budaya organisasi atau iklim kerja agar konsisten dengan strategi manajemen. Permasalahan yang sering muncul dalam organisasi terma suk juga organisasi sekolah adalah masalah keseragaman yang tinggi, tanggung jawab yang rendah, kurang jelasnya aturan organisasi, standar kerja yang rendah, semangat ke lompok rendah, dan kurangnya penghargaan yang diberikan oleh pihak manajemen. Tidak semua persoalan yang teridentifikasi di atas akan di bahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya akan mencari jawaban terhadap tiga masalah yang menurut peneliti pa ling urgen dicari jawabannya, yaitu VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
KAJIAN PUSTAKA
Kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang pegawai menyukai pekerjaannya .Robbins (1994) me ngatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum pekerja tentang pekerjaan yang dilakukannya, karena pada umu mnya apabila orang membahas tentang sikap pegawai, yang dimaksud adalah kepuasan kerja. Pekerjaan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang, sehingga kepuasan kerja juga mempengaruhi kehidupan seseorang. Kebutuhan hidup manusia bermacam-macam dan berhierarkhi. Hierarkhi kebutuhan hidup manusia secara urut dari yang paling rendah hingga paling tinggi menurut Maslow (1943) di antaranya adalah kebutuhan (1) fisiologis, (2) keselamatan dan rasa aman, (3) rasa memiliki, (4) dihargai, dan (5) perwujudan diri. Maslow menjelaskan bahwa orang dewasa telah memenuhi 85% dari kebutuhan fisiologisnya, 70% dari kebutuhan keselamatan dan keamanan, 50% dari kebutuhan rasa memiliki, sosial, dan cinta; dan 10% dari kebutuhan untuk perwujudan diri. Berdasarkan hasil penelitian Herzberg (1969) terdapat faktor yang meyebabkan ketidakpuasan (dissatisfiers) yang bersifat ekstrinsik, yaitu upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu dari supervisi teknis, mutu dari hubungan interpersonal antara teman sejawat, atasan, dan bawahan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyatakan bahwa tingkat kepuasan kerja pegawai (termasuk guru) adalah perasaan senang atau tidak senang yang dirasakan pegawai/guru terhadap pekerjaannya. Perasaan keridakpuasan itu antara lain tidak terpenuhinya harapan pegawai/guru terhadap (1) imbalan yang diterima dari lembaga/sekolah tempat mereka bekerja, (2) penghargaan terhadap hasil kerja, (3) tantangan pekerjaan, (4) pendidikan dan pelatihan, (5) kesesuaian dengan pekerjaan, dan (6) adanya jaminan kerja. Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional menurut Gary Yukl, adalah seorang pemimpin dalam suatu organisasi yang bertugas mempertahankan sekaligus mentransformasikan organisasinya terhadap perubahan dan tantangan baru. Teori kepemimpinan transformasional merupakan pendekatan terakhir yang hangat dibicarakan selama dua dekade terakhir ini. Gagasan awal mengenai model kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh James Mc Gregor Burns yang menerap-
Kepuasan Kerja
Iklim Kerja
Steer menyatakan bahwa iklim organisasi dapat dipandang sebagai kepribadian organisasi yang dicerminkan oleh anggotanya. Sementara itu, Davis menyebutkan bahwa iklim organisasi adalah tempat mereka melaksanakan tugasnya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan iklim organisasi ialah seluruh kondisi fisik dan sosiopsikologis yang mempengaruhi lingkungan kerjanya. Freiberg menegaskan bahwa iklim kerja yang sehat di suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadapan proses KBM yang efektif. Ia memberikan argumen bahwa pembentukan lingkungan kerja sekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah melakukan tugas dan peran mereka secara optimal. Pendapat Freiberg dikuatkan oleh Atwool (1999) yang menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran sekolah tempat yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hubungan yang bermakna di dalam lingkungan sekolahnya, sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, memfasilitasi siswa untuk bertingkah laku yang sopan, serta berpotensi untuk membantu siswa dalam menghadapi masalah yang dibawa dari rumah. Selanjutnya Samdal dan kawan-kawan juga telah mengidentifikasi tiga aspek lingkungan psikososial sekolah yang menetukan prestasi akademik siswa. Ketiga aspek tersebut adalah (1) tingkat kepuasan siswa terhadap sekolah, (2) keinginan guru, dan (3) hubungan yang baik dengan sesama siswa. Samdal juga menyarankan bahwa intervensi sekolah yang meningkatan rasa kepuasan sekolah akan dapat meningkatkan prestasi. Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan iklim kerja ialah suasana di lingkungan sekolah yang mendukung pelaksanaan tugas guru dengan indikasi (1) tersedianya fasilitas kerja, (2) tanggung jawab
10
Kerangka Berpikir
Berbagai teori di atas akhirnya dapat dijadikan dasar untuk merrumuskan hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru. Sebab, dalam pelaksanaan tugas di sekolah, seorang pemimpin atau kepala sekolah memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Seorang kepala sekolah yang demokrastis dan dapat menempatkan diri sesuai situasi kerja akan sangat mempengaruhi semangat kerja guru. Sebaliknya bila kepala sekolah yang tidak peduli terhadap bawahannya dan tidak dapat membawa perubahan apa pun dalam organisasi akan mempengaruhi kepuasan kerja bawahan (guru dan karyawan). Oleh karena itulah, peneliti menduga terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja. Semakin demokratis, kepemimpinan transformasional kepala sekolah, makin tinggi kepuasan kerja guru dan karya wan. Iklim kerja yang kondusif menjadikan tempat kerja menyenangkan dan membuat betah guru dan karyawan dalam bekerja. Kesenangan dan kebetahan seseorang bekerja akan mendorong produktivitas kerja mereka. Karena mereka merasa organisasi kerja merupakan bagian dari hidupnya, sudah menjadi miliknya sehingga mereka berusaha bekerja keras untuk memajukan organisasinya. Semakin kondusif iklim kerja di lingkungan sekolah, makin tinggi kepuasan kerja guru. Selain itu peneliti juga menduga adanya hubungan antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja. Ada tiga komponen pokok kepemimpinan, yaitu (1) pemimpin, (2) bawahan/pengikut, dan (3) tugas. Seorang pemimpin terutama dalam masa-masa perubahan harus dinamis dan efektif dalam mewujudkan tujuan organisasi. Untuk itu ia harus bekerja secara optimal dengan melibatkan berbagai sumber daya serta partisipasi dari bawahan/pengikut. Syaratnya ia harus dapat menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan kondusif. Iklim kerja di lingkungan sekolah sangat menentukan kepuasan kerja guru. Dari hubungan tersebut diduga terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Dengan perkataan lain makin demokratis kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan makin kondusif iklim kerja di lingkungan sekolah, makin tinggi kepuasan kerja guru. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan tiga hipotesis yang akan menjadi titik tolak dalam penelitian untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Ketiga hipotesis dimaksud adalah (1) terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y), artinya, makin demokratis kepemimpinan transformasional kepala sekolah, makin tinggi kepuasan kerja guru dan karyawan; (2) terdapat
METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja guru dan karyawan dengan kepuasan kerja guru dan karyawan di sekolah YPPSB Sangatta Kutai Timur. Penelitian dilaksanakan pada empat unit sekolah YPPSB yaitu unit TK, SD-1, SD-2. dan SLTP YPPSB yang berlokasi di Komplek PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur. Responden penelitian sebanyak 63 orang yang diperoleh melalui teknik proportional random sampling. Metode penelitian yang digunakan berupa survey dan pendekatan korelasional. Hubungan antara variabel X1, X2 dengan variabel Y dalam penelitian ini dapat dilukiskan dalam konstelasi hubungan variabel sesuai gambar berikut ini:
X1 Y X2
Keterangan: X1 : kepemimpinan transformasional X2 : iklim kerja Y : kepuasan kerja Gambar 1. Hubungan Antarvariabel yang Diteliti HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional (X1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana antara pasangan data hubungan antara kepemimpinan transformasional (X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) diketahui nilai koefisien regresi b yang diperoleh adalah sebesar b = 0,451, dan nilai kosntanta a sebesar 45,07. Dengan demikian bentuk hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru dinyatakan melalui persamaan regresi: = 45,071 + 0,451 X1. Untuk mengetahui apakah model persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk membuat prediksi, maka dilakukan uji signifikansi dan linieritas dengan menggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperoleh VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
11
1,82
2,34
maka Ho ditolak. Hal ini berarti koefisiensi korelasi antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru sangat signifikan. Koefisiensi determinasi merupakan kuadrat dari koefisiensi korelasi antara X1 dengan Y yaitu harga ry1 sebesar 0,453 dikuadratkan sehingga diperoleh r2y1 sebesar 0,205. Artinya 20,5% variasi kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh variasi kepemimpinan transformasional melalui persamaan regresi = 45,071 + 0,451 X1 ,sedangkan sisanya 79,5% dijelaskan oleh variasi lain. Hasil analisis hubungan sederhana tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru. Temuan ini sekaligus menolak H0 yang menyatakan tidak terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru. Hubungan antara Iklim Kerja Guru (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana antara pasangan data hubungan antara iklim kerja (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y) diketahui nilai koefisien regresi b yang diperoleh sebesar 1,002 dan nilai konstanta a sebesar 9,452. Dengan demikian bentuk hubungan antara iklim kerja dengan kepuasan kerja dinyatakan melalui persamaan regresi: = 9,452 + 1,002 X2. Untuk mengetahui apakah model persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk membuat prediksi, maka dilakukan uji signifikansi dan linieritas dengan menggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel sebesar 28,64, sedangkan Ftabel sebesar 7,069 pada 0,01. Karena Fhitung > Ftabel , sehingga persamaan regresi yang diperoleh dapat dinyatakan sangat signifikan. Pada tabel di bawah ini dapat diketahui tabel Anava untuk uji signifikansi dan linieritas regresi. Tabel 4. Daftar Anava Uji Signikansi dan Linieritas Persamaan Regresi = 9,452 + 1,002 X2,
Sumber Varian Total Regresi (a) Regresi (b/a) Sisa dk 63 1 1 63 38 23 JK 409543 404000,69 1771 3771,31 205,89 3565,42 404000,69 1141,56 61,82 5418 155,01 28,64** 0,035ns 3998 7069 RJK F Hitung F Tabel 0,05 0,01
Keterangan: ** = Regresi sangat signifikan ( Fh=15,449> Ft = 7,069) pada =0,01 ns = Regresi bebentuk linier ( Fh = 2,31 < Ft = 2,34 ) pada =0,01 dk = derajat kebebasan JK = Jumlah kuadrat RJK = Rata-rata Jumlah kuadrat Untuk mengetahui apakah persamaan garis regresi yang diperoleh linier atau tidak, diuji dengan menggunakan uji linieritas regresi. Adapun kriteria pengujian adalah (Fh < Ft). Pada 0,01, sehingga dapat dinyatakan Ho diterima. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa (Fh = 2,31 < Ft = 2,34) pada 0,01. Hasil pengujian menunjukkan bahwa persamaan regresi = 45,071 + 0,451 X1 adalah linier pada 0,01. Perhitungan koefisiensi korelasi sederhana antara kepemimpinan transformasional ( X1) dengan kepuasan kerja guru (Y) menggunakan product moment. Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi ry1 sebesar 0,453. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t. Hasil pengujian seperti pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 : Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Kepemimpinan Transformasional (X1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
n 63 r y1 0,453 r2 y1 0,205 t hitung 3,965** t tabel 0,05 1,67 0,01 2,39
1,91
2,53
Keterangan: ** = koefisien korelasi sangat signifikan (thitung = 3,965 > ttabel = 2,39) pada 0,01 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahi bahwa harga thitung = 3,965, sedangkan ttabel pada 0,01 dan df 63 adalah 2,39. Oleh karena thitung = 3,965 > ttabel = 2,39
Keterangan: ** = Regresi sangat signifikan ( Fh =28,64 > Ft = 7,069) pada 0,01 ns = (non signifikan) regresi berbentuk linier ( Fh=0,035 < Ft 1,91) pada 0,05 dk = derajat kebebasan JK = Jumlah kuadrat RJK= Rata-rata Jumlah Kuadrat.
12
** = Regresi sangat signifikan (Fh= 31,207 > Ft=4,98) pada 0,01 Hasil pengujian regresi Y atas X1 dan X2 menunjukkan nilai Fhitung 31,207 dengan derajat kebebasan pembilang (dk1) = 2 dan derajat kebebasan penyebut (dk2) = 60 pada 0,01 diperoleh F tabel = 4,98. Dari perbandingan Fhitung > Ftabel ( 31,207 > 4,98 ) maka Ho ditotak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa regresi kepuasan kerja guru atas kepemimpinan transformasional dan iklim kerja guru sangat signifikan. Ini berarti terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional (X1) dan iklim kerja (X2) dengan kepuasan kerja (Y) ditunjukkan oleh korelasi sebesar Ry.12 = 0,714. Uji signifikansi korekasi ganda tersebut tampak dalam Tabel berikut ini. Tabel 8. Uji Signifikansi Koefisiensi Korelasi Ganda
n 63 Ry.12 hitung 0,714** r tabel 0,05 0,250 0,01 0,325
** = koefisien korelasi sangat signifikan ( thitung = 7,884 > t tabel = 2,39) pada 0,01 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa harga thitung = 7,884, sedang ttabel pada 0,01 dengan derajat kebebasan (db) 63 = 2,39. Oleh karena thitung = 7,884 > ttabel = 2,39 maka Ho ditolak. Hal ini berarti koefisien korelasi antara iklim kerja dengan kepuasan kerja guru sangat signifikan. Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisiensi korelasi antara X2 dengan Y yaitu ry2 sebesar 0,710 dikuadratkan sehingga diperoleh r2y2 sebesar 0,505 . Artinya 50,5% variasi kepuasan kerja guru dapat dijelaskan oleh variasi iklim kerja melalui persamaan regresi = 9,452 + 1,002 X2, sedangkan sisanya 49,5 % dijelaskan oleh variasi lain. Hasil analisis hubungan sederhana tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara iklim kerja dengan kepuasan kerja guru. Temuan ini sekaligus menolak Ho yang menayatakan tidak terdapat hubungan positif antara iklim kerja dengan kepuasan kerja. Dan menerima hubungan positif antara iklim kerja dengan kepuasan kerja. Hubungan antara Kepemimpinan Transformasiona (X1) dan Iklim Kerja Guru (X2) secara bersama-sama dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Perhitungan persamaan regresi ganda diperoleh hasil konstanta a = 7,516 dan koefisien b = 8,610 dan koefisien c = 0,913, dengan demikian persamaan regresinya = 7,516 + 8,610 X1+ 0,934 X2 . Hasil analisis regresi kepuasan kerja guru (Y) atas kepemimpinan transformasional (X1) dan iklim kerja guru ( X2 ) seperti ditunjukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 7. Analisis Varians Pengujian Signifikan Persamaan Regresi Kepemimpinan Transformasional (X1) dan Iklim Kerja (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) ( = 7,516 + 8,610 X1+ 0,934 X2 )
** = koefisien korelasi ganda sangat signifikan (r hitung = 0,714 > r tabel = 0,325) pada 0,01 Sesuai dengan hasil perhitungan korelasi, terdapat hasil Ry.12 = 0,714 pada 0,01, r hitung diperoleh 0,714 dan r tabel 0,325. Karena r hitung > r tabel (0,714 > 0,325) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja guru secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru. Dari perhitungan koefisiensi korelasi ganda Ry.12 = 0,714 diperoleh koefisien determinasi R2y.12 = 0,7142 = 0,510. Artinya 51,0% variasi kepuasan kerja guru dapat dijelaskan bersama-sama antara kepemimpinan transformasional dan iklim kerja guru melalui persamaan regresi ganda = 7,516 + 8,610 X1+ 0,934 X2, sedangkan sisanya 49,0% dijelaskan oleh variasi lain.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya di atas, peneliti dapat menaril beberapa simpulan. Pertama, hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan adanya hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja guru yang ditunjukkan oleh persamaan regresi linier sederhana = 45,071 + 0,451 X1 dan koefisen korelasi diperoleh ry1= 0,453. Dari temuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan transformasional kepala sekolah. VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
13
14
15
Pemfaktoran Bentuk ax + bx + c, dengan Syarat a 1 Pemfaktoran bentuk ax + bx + c dengan a 1 dapat dianggap mempunyai faktor ax + bx + c = ((ax + p) ( ax + q)) / a. Kedua ruas dikalikan dengan a, maka diperoleh ax + abx + ac = ax + a (p+q)x + pq, sehingga diperoleh hubungan p x q = a x c dan p + q = b. Teknik coba-coba ini disajikan dalam buku Pelajaran Matematika Kelas VII (Depdiknas 2006). Contoh Penerapannya Faktorkanlah bentuk 3x - 7x - 6 Langkah-langkah penyelesaian: 1. Daftarkanlah faktor-faktor dari 3, yaitu 1 dan 3; -1 dan -3 2. Daftarkanlah faktor-faktor dari -6, yaitu 1 dan -6; -1 dan 6; -2 dan 3; 2 dan -3. 3. Gunakan faktor-faktor tersebut untuk menuliskan binomial dengan cara menempatkan faktor dari 3 dalam tanda o dan faktor-faktor dari -6 dalam tanda m pada bentuk ( o x + m ) (o x + m). 4. Carilah perkalian dua binomial yang suku tengahnya (jumlah dari hasil perkalian dalam dan luar) adalah -7x. Dengan langkah-langkah teknik coba-coba seperti di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. (1x + 1) (3x + -6) dikalikan menjadi -6x + 3x = 3x hasilnya SALAH b. (1x + -6) (3x + 1) dikalikan menjadi 1x - 18x = -17x hasilnya SALAH c. (1x + -1) (3x + 6) dikalikan menjadi 6x - 3x = 3x hasilnya SALAH d. (1x + 6) (3x +-1) dikalikan menjadi -1x + 18x = 17x hasilnya SALAH e. (1x + 2) (3x + -3) dikalikan menjadi -3x + 6x = 3x hasilnya SALAH f. (1x +-3) (3x + 2) dikalikan menjadi 2x- 9x = -7x hasilnya BENAR. Jadi 3x2 - 7x - 6 = (x - 3) (3x + 2)
Syarat: pm x qn = a x c dan pm + qn = b Keterangan: m + n = banyaknya faktor dari a x c, m,n A dan p,q B. Kotak kecil digeser dari kiri ke kanan sampai kita menemukan jumlah yang tepat, yaitu p + q = b. Dengan teknik kotak geser ini siswa dapat menentukan nilai p dan q dengan langkah yang singkat dan terarah (tidak mencoba-coba lagi). Teknik ini dapat juga diperagakan dengan chart (lembar peraga) atau alat peraga lain. Sebagai contoh dapat dilihat gambar berikut ini. Contoh Penerapan
1. Faktorkanlah Bentuk 6x + 13x + 6 Dari bentuk 6x + 13x + 6 diperoleh a = 6 , b = 13 , c = 6. Hasil perkalian p x q = 36 dan hasil penjumlahan p + q = 13. Faktor-faktor dari bilangan 36 disusun berpasangan dalam pasangan sel pada kotak besar. Hasil penjumlahan p + q dimasukkan ke dalam kotak kecil. Pasangan yang hasil kalinya sama dengan 36 dan jumlahnya 13 adalah nilai p dan q. Kotak kecil digeser sampai mendapatkan nilai p dan q. Agar lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.
36 1 36 2 18 3 12 4 9 6 6
PENGGUNAAN TEKNIK KOTAK GESER SEBAGAI UPAYA MEMPERMUDAH PEMFAKTORAN BENTUK KUADRAT ax + bx + c Teknik Kotak Geser ini dapat mengatasi kelemahankelemahan teknik coba-coba sebagaimana dijelaskan di atas. Kota geser adalah sebuah media pembantu pembelajaran matematika yang berbentuk sebuah kotak besar/panjang dan sebuah kotak kecil. Kotak besar berisi tabel/matriks yang terdiri atas dua baris dan beberapa kolom sehingga membentuk sel yang berpasangan atas dan bawah. Pada setiap pasangan sel diisi/dituliskan bilangan-bilangan yang menjadi faktor bilangan yang dicari faktornya. Bilangan yang dicari faktornya itu dituliskan pada sel gabungan yang berada di sisi paling kiri. Kotak kecil berisi bilangan yang menyatakan hasil
13
16
+ abx + ac = ax + a(p+q)x + pq, sehingga diperoleh hubungan p x q = a x c dan p + q = b. Contoh, faktorkanlah bentuk 3x + 7x + 2. Penyelesaian: 1. Dari bentuk 3x + 7x + 2 diperoleh a = 3, b = 7, dan c = 2; maka p x q = 6 dan p + q = 7
6 6 1 13 2 3
Pemfaktoran bentuk ax + bx + c, dengan syarat a = 1 adalah x + bx + c = (x + p) (x + q), dengan syarat c = p x q dan b = p + q. Contoh 1. Faktorkanlah bentuk x + 5x + 6 penyelesaian: x + 5x + 6 = (x + 2) ( x + 3) Dengan menggunakan metode kotak geser dapat dijelaskan cara memperoleh p = 2 dan q = 3, yaitu: 1. Dari bentuk x + 5x + 6 diperoleh a = 1, b = 5, dan c = 6; p x q = 6 dan p + q = 5 2. Dengan bantuan Kotak Geser, dicari faktor dari 6 yang berjumlah 5 3. Faktor 6 adalah 1 , 2 , 3 , dan 6 dituliskan dalam sel-sel pada Kotak Geser, menjadi seperti pada gambar berikut.
6 1 6 2 3 13
2. Dengan bantuan Kotak Geser diperoleh p = 6 dan q = 1, sehinnga diperoleh Penyelesain sebagai berikut. 3x + 7x + 2 = ((3x + 6) (3x + 1))/ 3 = 3(x + 2) (3x + 1) / 3 = (x + 2) (3x + 1) Jadi, 3x + 7x + 2 = (x + 2) (3x + 1) Contoh lain, faktorkanlah bentuk 6x + 13x + 6 Penyelesaiannya: 1. Dari bentuk 6x + 13x + 6 diperoleh a = 6, b = 13, c =6 2. Selanjutnya, p x q = 36 dan p + q = 13
1 36 36 18 12 9 13 6 2 3 4 6
4. Kotak Geser di atas menunjukkan bahwa p = 2 dan q = 3, sehingga hasil pemfaktoran dapat ditulis menjadi x + 5x + 6 = (x + 2) (x + 3)
Pemfaktoran Bentuk a + bx + c, dengan Syarat a = 1 dan c < 0
3. Dengan bantuan Kotak Geser diperoleh p = 4 dan q = Contoh, faktorkanlah bentuk x + 2x - 24. 9, sehingga pemfaktorannya menjadi: Penyelesaian: 6x + 13x + 6 = (6x+ 4) (6x + 9) / 6 1. Dari bentuk x+ 2x - 24 diperoleh a = 1, b = 2 , dan = 2 (3x + 2 ) .3(2x +3) / 6 c = -24, maka p x q = -24 dan p + q=2 = (3x + 2) (2x + 3) 2. Dengan bantuan Kotak Geser, di cari nilai p dan q Jadi, faktor dari 6x + 13x + 6 adalah (3x + 2) dan (2x + 3) sebagai berikut: Contoh 5: Faktorkanlah bentuk 8x + 2x -3 Penyelesaian: 1 2 3 -4 Dari bentuk 8 x+ 2x 3 , di peroleh : a = 8 , b = 2 , c = -3 -24 Selanjutnya, p x q = -24 dan p + q = 2
24 12 6 6 2 -24 1 24 2 12 3 8 -4 6 2
3. Hasil yang diperoleh adalah p = 6 dan q = -4, sehingga x + 2x - 24 = (x - 4) (x + 6) (Catata: nilai akan ditentukan berdasarkan nilai b yang memenuhi nilai a x c dengan memilih tanda yang cocok).
Pemfaktoran Bentuk ax + bx + c, dengan Syarat, a 1
Bentuk ax + bx + c dengan a 1 dapat dianggap mempunyai faktor ax + bx + c = ((ax + p) (ax + q)) / a. Untuk menunjukkan hubungan tersebut dilakukan pengalian kedua ruas dengan a sehingga diperoleh ax
Dari tabel diperoleh : p = -4 dan q = 6 8 x + 2x - 3 = (8x + 6) (8x -4) / 8 = 2(4x + 3 ) . 4(2x - 1) / 8 = (4x + 3) (2x 1) Jadi faktor dari 8x + 2x - 3 adalah (4x + 3) dan (2x - 1) Catatan: tanda dipilih tanda positif atau negatif yang sesuai dengan nilai b = 2 dan memenuhi nilai a x c = -24. VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
17
18
JURNAL EDUKASI IGI EFEKTIVITAS PEMANFAATAN BLOG SEBAGAI MEDIA TEST ONLINE DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS MENULIS SISWA
Oleh: Wijaya Kusumah*
Abstrak: Pemanfaatan blog sebagai media tes online dapat menghemat kertas. Penelitian ini berupaya menjawab masalah efektivitas pemanfaatan blog di internet sebagai media tes online dalam meningkatkan kreativitas menulis siswa. Berdasarkan pelaksanaan tindakan, peneliti menyimpulkan bahwa (1) efektivitas pemanfaatan blog sebagai media tes online mampu meningkatkan kreativitas siswa menulis terjadi bila guru mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan; (2) tes online melalui blog lebih menarik karena bersifat interaktif daripada menggunakan tes secara tertulis (offline),; (3) blog di internet membuat siswa berpatisipasi aktif dalam pembelajaran, karena media blog di internet dikemas dalam bentuk interaktif; dan (4) kreativitas menulis siswa dalam menjawab soal dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan. Kata Kunci: blog, tes online, interaktif, kreativitas, internet Abstract: Using the blog as a media for online testing can save paper. The objective of this research is to answer the question the effectiveness of using the blog, on the internet, as a media for online testing, especially in increasing students creativity in writing. According to the action, the researcher found that (1) using the blog as a media for online testing can increase students creativity in writing if-and-only-if the teacher directly observes the learning process.; (2) Online testing through blogs (online) are more interesting because it is more interactive rather than using a paper-based test. (offline); (3) through blogging, on the internet, students participate more in the learning process, because blogs are interactive; and (4) through blogging students develops creativity in answering problems. Kata Kunci: blog, online test, interactive, creativity, internet
PENDAHULUAN alam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pelaksanaan ujian tertulis atau ulangan harian umumnya pada guru masih menggunakan sistem offline. Pada sistem itu para siswa mengerjakan soal-soal ujian atau ulangan harian dengan menggunakan kertas ulangan yang disiapkan oleh sekolah. Soal-soal ulangan teori digandakan sejumlah siswa yang mengikuti ulangan. Ujian tertulis dengan cara seperti itu jelas sangat memboroskan biaya. Terutama untuk penggandaan soal (menggunakan fotokopi), dan pembelian kertas ulangan. Kertas ulangan dan soal ujian pun menjadi menumpuk di meja guru ketika dikoreksi. Apalagi bila soal yang dibuat guru berbentuk soal esai atau uraian. Guru harus membaca satu persatu tulisan siswa yang kadang-kadang sulit dibaca. Melihat kenyataan itu, guru sebagai peneliti melakukan suatu upaya agar ujian tertulis dilakukan secara online. Peneliti berinovasi dengan menuliskan soal-soal ulangan teoretis di media online, terutama media blog di internet. Salah satu sisi keunggulan inovasi ini berupa dukungan terhadap kampanye Go Green Technologi (teknologi ramah lingkungan). Hal ini bisa terjadi karena guru dapat menghemat penggunaan kertas yang dibuat dari pohon/kayu. Soal-soal tidak perlu lagi di fotokopi sehingga dapat menghemat biaya pembelian kertas, dan biaya penggandaan. Blog adalah alat rekam yang ajaib. Setiap orang bisa menuliskan apa saja yang disukai dan dikuasai.
Semua tulisan yang dibuat dapat tersimpan dengan baik berdasarkan bulan penyimpanan. Para pengguna internet (netter) dapat melihat, dan membaca tulisantulisan siapa saja bila mengetahui alamat blog yang dikelola. Semakin bagus isi (content) blog yang dibuat, maka semakin banyak netter yang akan membaca tulisan-tulisan di dalam blog. Banyak membaca akan membuat pemilik blog atau blogger menjadi rajin menulis. Kreativitas menulis pun akan terbentuk karena sering menulis di blog. Hal itulah yang perlu diajarkan kepada siswa agar terbiasa menulis dalam menciptakan dan mengelola informasi. Ini merupakan keutungan lain dari keberadaan blog. Blog dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran online. Para guru dapat membangun dan mengelola blog pembelajaran untuk para peserta didiknya. Terjadilah proses interaksi antara guru dan siswa melalui blog di internet. Guru dan siswa samasama belajar aktif dalam dunia maya yang tak pernah tidur. Internet mempermudah komunikasi dua arah. Guru bisa memasukkan semua materi pelajarannya ke dalam blog dengan cara yang lebih menarik, dan para siswa diminta untuk membaca materi pelajaran yang sudah dituliskan dalam blog guru. Blog dapat dijadikan sarana meningkatkan kreativitas menulis, dan budaya membaca peserta didik. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) TIK SMP yaitu menggunakan internet untuk memperoleh informasi yang bermanfaat. Selain memasukkan materi pembelajarannya, VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
19
20
Gambar 1. Tampilan Halaman Blog Sebagai Sarana Tes Online Dari hasil wawancara interaktif dengan beliau melalui blog kompasiana.com, dosen tersebut merasakan kemudahan tersendiri menggunakan blog sebagai bahan perkuliahan dan tes online para mahasiswanya. Dengan ters online tersebut terjadilah interaksi antara pengajar dengan peserta didiknya. Dosen membuat soal-soal tes online, dan mahasiswa menjawab soal teori di blog yang dikelola sang dosen. Lalu dosen memberikan penilaian dari jawaban soal para mahasiswa setelah dimoderasi olehnya. Peran Blog dalam Peningkatan Kreativitas Menulis Kreativitas adalah daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Biasanya, kreativitas akan memunculkan inovasi, yaitu VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
21
Planning
Observating
Reecting Gambar 2. Siklus PTK Model Kurt Lewin Sebelum dilaksananakan penelitian, guru sebagai peneliti merumuskan tahapan-tahapan kegiatan dalam sebagai berikut: 1. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning) Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan guru sebagai peneliti meliputi (a) pembuatan disain pembelajaran yang memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disetujui oleh pimpinan sekolah, (b) persiapan sarana dan prasarana penelitian yang meliputi penyediaan komputer yang tersambung ke jaringan internet, dan pembuatan soal-soal tes online dalam bentuk esai dalam blog guru dengan alamat url: http://wijayalabs.com; (c) perumusan indikator kinerja. Sebagai tolok ukur keberhasilan, siswa dapat menuliskan jawabannya di bagian komentar blog guru yang terlebih dahulu dimoderasi. Guru membaca jawaban soal siswa, dan mencatat hasilya ke dalam data PTK. 2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pembelajaran TIK tetap dilaksanakan sesuai dengan materi TIK yang direncanakan oleh guru sesuai program semester yang mengacu pada SKL. 3. Tahapan Pengamatan (Observing) Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain (a) pembuatan instrumen penelitian yang berupa kuesioner, (b) pengumpulan data penelitian dari mulai siklus pertama s.d. siklus terakhir, dan (c) tabulasi data yang telah dikumpulkan. 4. Tahapan Refleksi Pada tahapan ini, guru sebagai peneliti melakukan berdiskusi dengan teman sejawat sesama pengajar TIK untuk mendapatkan masukan yang bermanfaat. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII dengan kondisi awal (sebelum dilakukan tindakan) sudah biasa mengerjakan soal-soal tes tertulis dengan cara offline atau menggunakan kertas ulangan. Tindakan yang akan dilaksanakan dalam PTK ini berupa pelaksanaan tes tertulis dengan cara online menggunakan blog. Selama dan setelah tindakan berlangsung, guru sebagai peneliti mengumpulkan data dengan cara wawancara dan mengobservasi jawaban siswa di blog yang berlangsung selama dua bulan, dimulai pada awal Mei 2011 dan berakhir pada bulan Juni 2011. Data yang terkumpul melalui pengamatan dianalisis. Data tersebut tentang perubahan perilaku, sikap, motivasi, minat, dan hasil belajar siswa melalui tes maupun catatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Setelah hasil data tulisan atau jawaban siswa terkumpul, maka guru sebagai peneliti melakukan
22
23
Pembelajaran TIK tetap dilaksanakan sesuai dengan materi TIK yang direncanakan oleh guru sesuai program semester yang mengacu pada SKL. Materi pembelajaran yang disampaikan pada pembelajaran pada siklus pertama adalah Photoshop. Setelah pembelajaran siswa diuji dalam bentuk ujian praktik dan ujian tertulis. Ujian praktik dilaksanakan tersendiri, dan ujian tertulis dilaksanakan setelah ujian praktik. Dalam siklus pertama ini, guru sebagai penelitia membuat soal-soal teori tentang Photoshop di blog, dan siswa diminta menjawab 20 pertanyaan atau soal dalam bentuk esai atau uraian. Jawaban siswa akan dimoderasi oleh guru sehingga diketahui mana yang lebih dahulu selesaimengerjakan,danmerekatakbisamelihatpekerjaan orang lain. Soal-soal itu disajikan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Daftar Pertanyaan pada Siklus Pertama
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Pertanyaan Jelaskan kegunana program aplikasi Photoshop! Perintah apakah yang digunakan untuk menggabungkan dua gambar yang berbeda? Jelaskan tampilan antarmuka terbaru pada program Photoshop CS 4! Jelaskan langkah-langkah membalik dan memutar dan gambar! Jelaskan apa yang di maksud dangan undo dan history! Apa yang dimaksud dengan modikasi warna dan pencahayaan foto? Apa yang disebut dengan photo lter? Apa yang disebut dengan crop tool? Bagaimana cara menghilangkan bintik-bintih jerawat pada foto sehingga menjadi foto mulus tanda jerawat? Apa yang di maksud dengan magic wand tool? Apa yang dimaksud dengan quick mask mode? Apa yang disebut dengan blending mode? Apa yang disebut dengan layer mask? Apa yang disebut dengan elliptical marquee tool?
Setelah semua siswa menjawab soal, barulah guru membuka moderasi, dan menampilkannya di blog. Dari situ siswa bisa melihat jawaban mereka masingmasing. Bagi mereka yang sudah mengisi, tidak diperkenankan untuk mengulanginya lagi, karena tes online dilaksanakan hanya satu kali dan siswa tidak diperkenakan mengerjakan kembali bila sudah mengisinya. Untuk memperoleh data tentang tanggapan siswa terhadap tindakan pembelajaran ini, guru sebagai peneliti membuat instrumen penelitian (angket). Angket tersebut dibagikan kepada siswa untuk diisi. Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui angket, dapat diketahui bahwa rata-rata siswa menyukai tes online daripada tes offline. Selain data yang berupa tanggapan siswa terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan guru, peneliti juga mengumpulkan data penelitian yang berupa jawaban siswa yang tertulis dalam blog yang telah disediakan oleh guru/ peneliti. Seluruh jawa jawaban siswa tercatat dalam laporanpenelitian ini. Data hasil pelaksanaan tindakan yang berupa tulisan siswa yang berisi jawaban tes online diunggah pada bagian komentar blog yang telah disediakan oleh guru sebagai peneliti. Sebelum tulisan/jawaban siswa diunggah, guru sebagai peneliti terlebih dahulu melakukan moderasi. Maksudnya, guru sebagai peneliti terlebih dahulu membaca jawaban siswa, menilai, dan mencatat hasilnya ke dalam data PTK. Selain itu, guru juga melakukan editing/penyuntingan terhadap tulisan siswa seperlunya tanpa mengurangi dan menambahi informasi yang menjadi intisari jawaban siswa. Setelah tulisan dianggap layak untuk ditampilkan pada blog sebagai media massa (sosial), barulah jawaban siswa tersebut diunggah ke dalam blog guru. Berdasarkan data yang telah diperoleh pada tindakan pada siklus pertama tersebut, guru sebagai peneliti melakukan refleksi. Refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan teman sejawat sesama pengajar TIK untuk mendapatkan masukan yang bermanfaat. Hasil refleksi menunjukkan bahwa (a) terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam belajar menulis di blog dalam bentuk jawaban pertanyaan soal tes, (b) siswa merasa senang terhadap proses pelaksanaan tes online, dan (c) siswa apat menjawab pertanyaan-pertanyaan walaupun belum optimal. Berdasarkan hasil refleksi itu penelitian ini dilanjutkan pada siklus kedua dengan soal yang lebih banyak dari soal yang pertama. Dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang, guru sebagai peneliti menemukan bahwa mereka yang memahami materi akan cepat sekali dalam menjawab pertanyaan. Kreativitas
24
tes online dilaksanakan hanya satu kali dan siswa tidak diperkenankan mengerjakan kembali bila sudah mengisinya. Bila ada jawaban yang dobel, guru sebagai moderator akan menghapus salah satunya. Untuk mengetahui peningkatan kinerja penelitian ini, guru sebagai peneliti meminta sekali lagi siswa mengisi angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dan pengujian yang dilakukan guru. Jawaban siswa atas angket diminta untuk dikirimkan melalui e-mail yang telah ditunjukkan alamatnya oleh guru/peneliti. Data yang diperoleh dari angket menunjukkan bahwa rata-rata siswa menyukai tes online daripada tes offline. Siswa juga menyampaikan kritik dan saran kepada guru untuk memperbaiki kinerjanya. Data utama pada siklus kedua ini berupa jawaban tertulis siswa atas 10 pertanyaan yang diberikan. Jawaban itu ditulis oleh masing-masing siswa pada kolom komentar pada blog yang telah disediakan oleh guru sebagai peneliti. Data itulah yang dikumpulkan oleh guru. Setelah tindakan dilakukan, guru selaku peneliti melakukan refleksi dengan cara mendiskusikannya dengan teman sejawat sesama pengajar TIK. Hasil refleksi menunjukkan terjadinya peningkatan pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan. Siswa yang menyatakan menyukai teknik tes online meningkat, dan kemampuan siswa dalam menuliskan jawaban/komentar di blog meningkat, serta kualitas jawabannya pun meningkat. Peningkatan kualitas jawaban menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi. Dengan pencapaian hasil tindakan seperti itu, guru sebagai peneliti memutuskan menghentikan tindakan hanya sampai pada siklus kedua. 3. Perbandingan Hasil Tindakan pada Siklus Pertama dan Siklus Kedua Secara umum, hasil tindakan pada siklus pertama dan siklus kedua menunjukkan adanya capaian yang semakin meningkat. Tindakan pada siklus pertama menghasilkan peningkatan yang lebih tinggi daripada kondisi sebelum diberikan tindakan. Kondisi pada siklus kedua jauh lebih baik dibandingkan hasil tindakan pada siklus pertama. Peningkatan pada akhir siklus kedua telah mencapai tingkat ketuntasan pembelajaran, sehingga peneliti berani mengklaim bahwa penelitian tindakan kelas ini berhasil mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan sebelumnya. PENUTUP Berdasarkan data hasil pelaksanaan tindakan yang hasilnya telah disajikan di atas, guru sebagai peneliti menyimpulkan bahwa (1) efektivitas pemanfaatan blog di internet sebagai media tes online dalam meningkatkan kreativitas menulis siswa dapat dilakukan bila para guru mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga kelemahan dan kemajuan siswa dapat terlihat dengan baik dan cermat; (2) tes online melalui blog lebih menarik karena bersifat interaktif daripada menggunakan tes secara tertulis (offline), siswa dapat mencari informasi di internet (melalui mesin VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
Bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru sebagai peneliti juga memberikan petunjuk cara mengerjakan soal dan meminta beberapa data pribadi siswa yang perlu dituliskan. Setelah semua siswa menjawab soal, barulah guru membuka moderasi, dan menampilkannya di blog. Pada blog itu siswa bisa melihat jawaban mereka masing-masing. Bagi mereka yang sudah mengisi, tidak diperkenankan untuk mengulanginya lagi, karena
25
26
JURNAL EDUKASI IGI PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG DENGAN MENGGUNAKAN ACCOUNTING GAME PADA SISWA KELAS XII-IS-2 MAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh: Ameliasari Tauresia Kesuma*
Abstrak: Prestasi belajar akuntansi dagang pada siswa kelas XI-IS-2 MAN Salatiga masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkannya. Peneliti melakukan inovasi dalam model pembelajaran dengan menggunakan media Accounting Game. Pada siklus pertama terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 6,40; dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kondisi sebelum perlakuan yang hanya sebesar 4,66. Peningkatan lebih tinggi terjadi pada siklus kedua, nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 7,34. Kata Kunci: Prestasi Belajar, Media Pembelajaran, Accounting Game. Abstract: CLASS XI-IS-2, MAN Salatiga Students performance in studying commercial accountancy was low. Therefore, an effort was needed to improve the performances. The researcher created an innovation, where students use an accounting game for learning accountancy. The findings was that the students average performance increased from 4.66 (before the treatment), to 6.40 (after the treatment in the 1st cycle). After the 2nd treatment, the students average performances were even higher, which reached 7.34. Key Words: students performance, learning media, accounting game. PENDAHULUAN dasar akuntansi dari awal, mulai menamai akun, menjurnalnya, mengapa suatu transaksi masuk dalam kolom debet, dan mengapa masuk dalam kolom kredit. Faktor penyebab rendahnya prestasi ini juga terjadi karena guru belum melakukan inovasi dalam pembelajaran, hanya berfokus pada textbook yang ada sehingga pembelajaran terasa membosankan dan tidak menarik. Ada berbagai masalah yang dapat diidentifikasi dalam lingkup pembelajaran akuntansi dagang. Masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah, apakah pembelajaran dengan menggunakan media Accounting Game dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi perusahaan dagang pada siswa kelas XII-IS-2 MAN Salatiga tahun pelajaran 2009-2010. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk (1) menciptakan pembelajaran akuntansi yang menyenangkan aktif, kreatif, nyata penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak suka mempelajarinya dan terlibat aktif, (2) meningkatkan mutu pembelajaran akuntansi di MAN Salatiga, (3) meningkatkan profesionalisme penulis sebagai seorang guru karena penelitian ini akan mendorong penulis untuk lebih meningkatkan kualitas diri baik secara akademis maupun performansi, dan (3) mendorong para pendidik untuk senantiasa melakukan penelitian dalam rangka memberikan pembelajaran yang bermutu. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran akuntansi dagang pada siswa kelas XII-IS-2 MAN Salatiga tahun pelajaran 2009-2010. VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
ata pelajaran akuntansi membutuhkan kasabaran, kecermatan, serta ketelitian. Untuk itu guru dituntut untuk tidak hanya menyampaikan materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode yang dapat melatih siswa belajar, misalnya dengan diskusi, praktik dengan role playing, game akuntansi, dan memperbanyak mempelajari studi kasus yang berhubungan dengan pelaporan akuntansi. Selama ini guru akuntansi di MAN Salatiga dalam menyampaikan materi pelajaran akuntansi dengan ceramah secara lisan dan dengan menjelaskan materi di papan tulis. Selain faktor metode pembelajaran, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan. Dalam penelitian ini kondisi lingkungan sekolah dan keluarga menjadi perhatian karena faktor ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah nilai-nilai kehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi seorang siswa. Rendahnya prestasi belajar di MAN Salatiga dalam pelajaran akuntansi terjadi karena siswa pada umumnya belum memahami benar konsep-konsep
27
KAJIAN PUSTAKA Prestasi Belajar Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio 2005:467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998:4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal. Sementara itu Muhibbin Syah (2008:90-91) menjelaskan pengertian belajar dengan mengutip pendapat beberapa pakar psikologi yang meliputi B.F. Skinner, Chaplin, Hintzman, Wittig, Reber, dan Biggs. Menurut Skinner seperti yang dikutip Barlow, belajar adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce). Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar dengan dua pernyataan, yaitu (1) belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman, dan (2) belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Wittig mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat ma-
28
29
30
Tabel di atas menunjukkan nilai ulangan pada kondisi awal (pretes) pada materi jurnal umum. Nilai maksimum 8 dan nilai minimum 3. Siswa yang memiliki nilai 8 sebanyak 2 orang (5,71%), yang memperoleh nilai 7 sebanyak 5 orang (14,29%), nilai 5 sebanyak 14 orang (40%), nilai 3 sebanyak 14 orang (40%). Rata-rata nilai ulangan sebesar 4,66, jauh di bawah KKM sebesar 7,00. Hasil belajar seperti disajikan pada Tabel 1 di atas menunjukkan kondisi yang belum ideal, karena masih banyak siswa yang belum menguasai materi pembelajaran. Rendahnya prestasi belajar akuntansi, sebagian besar karena mereka kurang merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan media yang tepat guna menjembatani pembelajaran akuntansi khususnya perusahaan dagang dengan kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran yang digunakan adalah media Accounting Game. Permainan ini persis sama dengan permainan monopoli, namun papan permainan dan seluruh alat-alat dibuat disesuaikan dengan permainan akuntansi. Siswa yang dilibatkan dalam permainan akuntansi ini diharapkan lebih mudah dalam mempelajari transaksitransaksi akuntansi perusahaan dagang, sehingga dapat dengan mudah menyusun suatu siklus akuntansi perusahaan dagang. Hasil pembelajaran untuk kegiatan ini adalah menulis semua transaksi yang mereka lakukan dalam satu kali permainan. Rencana berikutnya mereka menyusun transaksi tersebut dalam bentuk jurnal umum, jurnal khusus, buku besar, kertas kerja, laporan perubahan modal, laporan laba rugi dan neraca. Deskripsi Hasil Belajar pada Siklus Pertama Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Accounting Game pada siklus pertama, siswa dibagi menjadi tujuh kelompok, masing-masing VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
31
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah siswa yang memperoleh nilai 7, yaitu sebanyak 22 siswa atau 62,9%. Hasil belajar siswa kelas XII-IS-2 meningkat dengan rata-rata adalah 7,34, dengan nilai maksimum 9 dan nilai minimum 6. Peningkatan nilai-nilai yang dicapai siswa tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan media Accounting Game pada siklus kedua berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Deskripsi Peningkatan Hasil Pembelajaran Setiap Siklus Seperti telah disajikan pada deskripsi hasil pem be lajaran sejak kondisi awal (sebelum tindakan), hingga pada akhir siklus kedua telah terjadi peningkatan keberhasilan siswa dalam belajar secara bertahap. Gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatanpeningkatan itu dapat dilihat pada Grafik 1 berikut ini. Grafik 1. Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siwa Selama Dua Siklus Tindakan
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai ratarata nilai siswa adalah 6,4 dengan nilai minimal 6 dan maksimal 9. Hasil ini evaluasi terhadap kemampuan siswa menunjukkan adanya peningkatan, walaupun belum mencapai criteria ketuntasan secara klasikal. Oleh karena itulah, peneliti melanjutkan tindakan perbaikan pada siklus kedua. Deskripsi Hasil Belajar pada Siklus Kedua Pada siklus kedua, pembelajaran dengan meng gunakan media Accounting Game dipraktikkan lagi namun dengan beberapa variasi tindakan. Siswa tetap dikelompokkan menjadi tujuh kelompok dan masingmasing beranggotakan lima siswa. Guru menugasi setiap kelompok mempraktikkan transaksi dan mencatatnya dalam pembukuan. Setelah itu, setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil kerjanya untuk memperoleh masukan dari teman-teman (kelompok lain) dan dari guru. Setelah semua kelompok melakukan presentasi dan memperoleh masukan dri kelompok lain dan guru, tindakan pada siklus kedua diakhir dan kemudian dilakukan evaluasi. Evaluasi pada akhir siklus kedua ini dilakukan dengan cara meminta setiap siswa membuat transaksi atas perdagangan yang mereka lakukan dan hasilnya mereka memahami cara mencatat transaski pada setiap perdagangan yang mereka lakukan. Hasil evaluasi itu disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Pada Grafik 1 di atas terlihat terjadinya peningkatan capaian nilai rata-rata siswa sejak kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Peningkatan ini dilihat dari rata rata hasil prestasi belajar siswa dalam tiap langkah tindakan. Kondisi awal siswa hasil rata rata prestasi belajar sebesar 4,66, setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, hasil rata rata prestasi belajar siswa adalah 6,40. Pada
32
33
JURNAL EDUKASI IGI PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA DAN KEMAMPUAN BERCERITA MELALUI PEMANFAATAN MEDIA DUA DAN TIGA DIMENSI PADA SISWA KELAS VII-D SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 BANYUDONO KABIPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: Tri Andayani*
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas belajar dan kemampuan bercerita dengan pemanfaatan media dua dimensi dan tiga dimensi. Subjek penelitian berjumlah 32 siswa kelas VII-D semester 1 SMP Negeri 1 Banyudono Kab. Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian berlangsung selama enam minggu terdiri atas dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media dua dimensi dan tiga dimensi dapat meningkatkan kreativitas siswa dan kemampuan bercerita. Nila rerata kemampuan bercerita meningkat, dari siklus pertama mencapai skor 68 kemudian meningkat menjadi skor 77 pada siklus kedua. Ketuntasan belajar secara klasikal meningkat dari 25% menjadi 85%. Dengan demikian ada manfaat positif atas tindakan yang dilakukan guru berupa penggunaan media dua dimensi dan media tiga dimensi. Kata Kunci: kreativitas siswa, kemampuan berbicara, dan media dua dimensi, media tiga dimensi. Abstract: The objective of this research is to increase students creativity and ability to tell stories by using two and three-dimensional media. The subjects of this research are 32 students from class VII-D at SMP Negeri 1 Banyudono, Boyolali Regency, 1st semester, and academic year 2011/2012. The research consists of two cycles, which took six weeks to complete. The finding shows that the use of two and three-dimensional media can increase students creativity and ability of telling stories. Students average score in telling stories increased from 68 in the first cycle to 77 in the second cycle. Students completeness in studying increased from 25% to 85 %. In other words it can be said that there is a positive effect of the teachers action which was using two and three dimensional media. Key words: students creativity, ability of telling stories, two and three-dimensional media. PENDAHULUAN tepat. Kemampuan yang masih rendah tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada kompetensi dasar tersebut hanya mencapai 68. Nilai tersebut di bawah batas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu 75. Hal tersebut mencerminkan bahwa kompetensi dasar yang terkait dengan bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat masih rendah. Siswa mampu menuturkan cerita dengan baik yaitu urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat merupakan salah satu tolok ukur kemampuan berbahasa, khususnya aspek berbicara. Kemampuan berbicara di depan temanteman dan guru perlu dilatihkan siswa sedini mungkin, sebagai bekal kecakapan hidup siswa (life skill), dengan cara memberikan bekal dengan latihan dasar berbahasa tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang secara jelas menuntut siswa mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat; belum dapat terwujud
erkembangan intelektual/kognitif siswa SMP adalah salah satu ciri kategori usia remaja awal. Sejalan dengan perkembangan kognitif tersebut siswa memerlukan perhatian, pengakuan, dan penghargaan. Berbagai keperluan siswa tersebut, terutama kebutuhan pengakuan haruslah diusahakan untuk dipenuhi. Dengan terpenuhi kebutuhan siswa berupa pengakuan dapat menambah kepercayaan diri siswa. Siswa termotivasi untuk selangkah lebih maju. Pemenuhan kebutuhan tersebut menjadi kewajiban kita selaku guru. Pengakuan dapat berupa guru dan siswa-siswa menyimak penuturan siswa saat bercerita dengan sungguh-sungguh. Pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicara pada kompetensi dasar bercerita di kelas VII-D semester satu SMP Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan kreativitas siswa yang rendah saat bercerita. Siswa tampil secara monoton, sikap berdiri kaku, kadang-kadang dengan urutan yang salah, suara lemah, lafal tidak jelas, intonasi datar, gestur terkesan kaku, dan tidak didukung mimik yang
34
35
36
37
38
Pemberian tindakan-tindakan yang dipilih dan di ten tukan dalam penelitian ini dapat dipertang gung jawabkan kebenarannya baik secara teoritik maupun secara empirik. Secara teoritik, pemanfaatan media dua dimensi (gambar) dan media tiga dimensi (boneka) dapat mengurangi verbalisme siswa. Selain itu dapat membantu siswa mengeksplorasi ide-ide untuk bercerita. Secara empirik, bahwa tindakan dengan memanfaatkan media pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan bercerita yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dapat diperoleh dua simpulan, yaitu (1) penggunaan media dua dimensi dan tiga dimensi dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam kompetensi kemampuan bercerita, dan (2) penggunaan media dua dimensi dan tiga dimensi dapat meningkatkan kemampuan bercerita. Dengan terbuktinya secara empirik bahwa peng gu na an media dua dimensi dan media tiga dimensi dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan bercerita meningkat maka penulis merekomendasikan agar guru yaitu jika apabila memanfaatkan benda-benda di sekitar kita dan alam sekitar sebagai media pembelajaran. Jika perlu menciptakan atau mengadakan media yang sederhana namun tetap berdaya guna tinggi.
39
40
JURNAL EDUKASI IGI SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS PAKET APLIKASI SEKOLAH (PAS) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN SMA DI KABUPATEN SIDOARJO
Oleh: Umi Nuraini dan Dini Widiasih*
Abstrak: Paket Aplikasi Sekolah Pendidikan Menengah Atas (PAS-SMA) adalah piranti lunak Sistem Informasi Manajemen Pendidikan yang dirancang khusus dan dibangun untuk dijalankan di setiap SMA di Indonesia guna meningkatkan mutu layanan pendidikan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS di SMA Kab. Sidoarjo. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis kualitatif dan menyeluruh. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo telah menerapkan Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS. Data absensi siswa menggunakan sistem finger print sehingga dapat diakses melalui layanan SMS Gateway oleh pihak intern (sekolah) maupun pihak ekstern (wali murid). Penerapan SIM PAS ini dapat meningkatkan kualitas pengolahan data dan informasi yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan mutu layanan sekolah dengan memberikan informasi akademik yang akurat, efektif, dan efisien. Kata Kunci: Sistem Informasi Akademik, Paket Aplikasi Sekolah (PAS), Pelayanan Pendidikan
Abstract: Paket Aplikasi Sekolah Pendidikan Menengah Atas (PAS-SMA) is academic information system software which was specially designed to be run at every high school in Indonesia. The intention of designing the system was to increase the quality of service in education. The objective of this research is to know whether the PAS Academic Information System has improved the quality of service at high schools in Sidoarjo. The data are collected through interviews, observations, and collecting related documents. The data are analysed through in-depth qualitative analysis. The finding shows that SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo has used the PAS Academic Information System. Students attendances are taken using the finger print system, where the data can be accessed by internal parties (members of the school) and also external parties (parents). Using the PAS Academic Information System can increase the quality of school service by providing accurate, effective, and efficient academic information. Key Words: Academic Information System, Paket Aplikasi Sekolah (PAS), Educational Service
PENDAHULUAN erkembangan institusi pendidikan berpijak pada kemampuan dalam mengikuti perkembangan teknologi, kemampuan mengakses serta me nya jikan suatu informasi. Pada saat ini, kebutuhan aplikasi database yang dapat mengelola data dan informasi sekolah sangatlah penting. Sudah saatnya sekolah memiliki sistem informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dapat membantu sekolah dalam mengelola administrasi sekolah dengan efektif dan efisien. Salah satu bidang pendidikan yang perlu ditangani lebih seksama adalah masalah akademik. Pengelolaan akademik akan menjadi lebih efektif dan efisien apabila dibantu dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, yaitu dengan menggunakan Sistem Informasi Akademik (SIA). Sistem Informasi Akademik merupakan sub-sistem dari Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMDIK). Menurut Rochaety (2006), Sistem Informasi Manajemen Pendidikan merupakan perpaduan antara sumber daya
manusia dan aplikasi teknologi informasi dalam hal penyimpanan, pengolahan, dan pelaporan data. Paket Aplikasi Sekolah (PAS) merupakan salah satu bentuk dari implementasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan di tingkat sekolah. PAS juga merupakan salah satu solusi dalam penerapan Sistem Informasi Akademik. Paket Aplikasi Sekolah yang diterapkan pada Pendidikan Sekolah Menengah Atas biasa disebut dengan PASSMA. Selain dapat mengelola data, informasi, dan manajemen sekolah, Paket Aplikasi Sekolah (PAS) juga mampu menyediakan laporanlaporan secara cepat dan valid kepada pihak intern maupun pihak ekstern. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan, bagaimanakah pelaksanaan Sistem Informasi Akademik Berbasis Paket Aplikasi Sekolah (PAS) Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Sidoarjo?
41
42
43
Analisis Data
Subjek penelitian ini ditentukan sesuai dengan ketentuan Sarantakos (1993), bahwa prosedur penentuan subjek dalam penelitian kualitatif umumnya mempunyai karakteristik (1) tidak diarahkan pada jumlah subjek yang besar, melainkan pada kasus-kasus yang tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian; (2) tidak diarahkan pada keterwakilan jumlah, tetapi pada kecocokan konteks; dan (3) tidak ditentukan secara pasti, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. Sesuai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka yang ditetapkan sebagai subjek dalam kajian ini adalah Sistem Informasi Akademik yang ada di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Teknik yang digunakan dalam penentuan subjek pengkajian adalah teknik purposive. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan subjek pengkajian tersebut adalah bahwa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo adalah sekolah swasta di Sidoarjo yang mulai merintis program Paket Aplikasi Sekolah (PAS). Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu berupa informasi-informasi yang diperoleh dari subjek penelitian mengenai Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Data yang digunakan ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sekolah dan diolah sendiri. Data ini berupa data hasil observasi, dokumentasi, dan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bagian Sarana dan Prasarana serta staf TU. Data sekunder merupakan data yang telah diolah, yang dapat diperoleh melalui studi kepustakaan berupa berbagai teori dari berbagai macam literatur yang berkaitan dengan Sistem Informasi Akademik, Paket Aplikasi Sekolah, dan Mutu Layanan Pendidikan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara mempunyai fungsi sebagai metode primer, sekunder, dan criteria. Sebagai metode primer, wawancara berfungsi untuk mendapatkan informasi langsung dari responden. Sebagai metode sekunder, wawancara berfungsi untuk ketika metode lain tidak dapat dipakai. Sebagai metode criteria, wawancara berfungsi untuk menguji kebenaran dari metode kuesioner atau observasi (Santoso 2007).
Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS. Wawancara ini ditujukan kepada Wakasek Sarana dan Prasarana dan Staf Tata Usaha (TU). Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur dan tidak berstruktur. Untuk menghindari subjektivitas, peneliti meminta beberapa ahli untuk memvalidasi. Menurut Arikunto (1992:128), observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Di dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan Sistem Informasi Akademik termasuk pengamatan pada saat wawancara berlangsung. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya (Arikunto 1992). Di dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa catatan, transkrip, dan gambar-gambar mengenai Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Ketiga teknik pengumpulan data tersebut dilaksanakan dengan bantuan instrumen yang berupa pedoman wawancara, lembar observasi, dan alat bantu wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan terdiri atas sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan tujuan agar proses dan isi wawancara dapat terarah dan tetap sesuai dengan konteks yang seharusnya dibicarakan. Sebelum pedoman wawancara ini digunakan, peneliti melakukan validasi terlebih dahulu sehingga pedoman wawancara tersebut benar-benar layak untuk digunakan. Pedoman/lembar observasi digunakan untuk mengamati Sistem Informasi Akademik yang diterapkan di sekolah. Seperti pada pedoman wawancara, sebelum lembar observasi digunakan, peneliti juga melakukan validasi terlebih dahulu sehingga lembar observasi benar-benar layak untuk digunakan. Alat-alat bantu yang digunakan penelitia dalam pengumpulan data, antara lain kertas, bolpoin, dan handphone. Pengunaan handphone memudahkan pengkaji dalam melakukan wawancara dan sudah mendapat persetujuan subjek sebelum wawancara berlangsung. Kertas dan bolpoin digunakan untuk mencatat hasil observasi maupun mencatat informasiinformasi tambahan pada wawancara tidak terstruktur. Data yang dikumpulkan dari lapangan kemudian dianalisis sesuai dengan konsep yang dirumuskan oleh Bogdan dan Biklen (1982:145), yaitu mengikuti langkah-langkah yang meliputi (1) menelaah seluruh data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi; (2) melakukan reduksi data; (3) melakukan triangulasi; dan (4) menarik simpulan dan saran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA) terletak di Jalan Mojopahit 666B, Sidoarjo. Bangunan SMAMDA Sidoarjo terdiri atas dua lantai (bertingkat). Fasilitas sekolah meliputi (1) 36 ruang kelas; (2) delapan
44
45
Gambar 2. Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Data yang pertama kali dikelola adalah data presensi sis wa melalui program Sistem Informasi Akademik yang telah dibuat oleh pihak outsourcing. Untuk itu pihak sekolah menggunakan perangkat finger print di area sekolah. Perangkat finger print digunakan untuk mengelola data presensi siswa melalui sidik jari. Presensi dilakukan di awal dan akhir jam sekolah. Aktivitas presensi ini terekam oleh perangkat dan datanya langsung terkirim ke komputer sekolah yang sudah terinstal program Sistem Informasi Akademik. Berikut ini adalah gambar seorang siswi sedang menggunakan finger print:
Gambar 3. Finger Print untuk Presensi Siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Dari kerja finger print, pihak sekolah dapat mengetahui jumlah siswa yang hadir dan siswa yang absen per hari. Jadi, pada hari itu juga data presensi tiap siswa ini akan disampaikan ke masing-masing orang tua/wali murid dan pihak pimpinan sekolah. Orang tua/wali murid akan mengetahui waktu kehadiran dan waktu pulang anaknya. Karena hasil transformasi dan komunikasi data dari finger print tersebut dapat diakses oleh sistem layanan yang bernama SMS gateway. Layanan SMS Gateway dapat dilihat pada gambar berikut ini.
46
Gambar 4. Layanan SMS Gateway di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Melalui layanan SMS gateway dapat diperoleh (1) data rekapitulasi kehadiran siswa, (2) pengecekan kehadiran siswa, (3) prosedur permohonan izin siswa, (4) dan juga saran dari siswa atau wali murid. Jadi, untuk mendapatkan data-data tersebut tidak perlu menunggu rekapitulasi secara manual dari pihak BK ataupun dari rekapitulasi komputer dari pihak TU. Meskipun program PAS belum berhasil diterapkan sepenuhnya di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, namun untuk masa mendatang pihak sekolah masih akan terus berusaha untuk menerapkan PAS. Dengan bekerjasama dengan pihak outsourcing, untuk sementara waktu sekolah menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Akademik yang akan digunakan untuk mengolah data akademik siswa dan administrasi sekolah secara keseluruhan. Pada masa depan, perangkat lunak tersebut dapat digunakan untuk mengelola data-data sekolah. Dan data serta informasi yang diperoleh dari perangkat lunak tersebut pada akhirnya nanti akan diintegrasikan atau di-link-kan dengan program PAS. Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan Melalui Sistem Informasi Berbasis PAS di SMA Muhamadiyah 2 Sidoarjo Sesuai dengan indikator mutu layanan melalui penerapan PAS, peningkatan mutu layanan pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo adalah (1) meningkatnya kinerja fungsi administrasi sekolah (khususnya dalam kegiatan pendataan dan pelaporan; (2) memudahkan sekolah dalam memberikan layanan data dan informasi; dan (3) mempercepat proses komunikasi dan transformasi data yang diperlukan oleh seluruh stakeholder. Dengan adanya finger print, presensi siswa dilakukan oleh siswa itu sendiri sesampainya di sekolah dan setelah jam pelajaran selesai atau menjelang pulang sekolah. Jadi, sudah tidak perlu lagi presensi manual yang sebelumnya berlaku di sekolah. Hal ini memudahkan bagian administrasi dalam pendataan maupun pelaporan absensi siswa. Cukup dengan melihat data presensi di server komputer yang sudah terinstal Sistem Informasi Akademik, maka data kehadiran siswa pada hari itu dapat langsung diketahui, mulai dari nama, kelas, nomor induk siswa, sampai jam presensi, dan alasan ketidakhadiran. Presensi harian siswa dapat diakses dengan layanan SMS gateway. Penggunaan program Sistem Informasi Akademik di SMAMDA yang memanfaatkan jasa
Gambar 5. Tampilan Presensi Harian Siswa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Pada gambar 5 tersebut di atas menampilkan daftar presensi per siswa per hari. Data itu menyajikan Nomor Induk Siswa (NIS), nama siswa, kelas, hari dan tanggal, keterangan ketridakhadiran, dan akumulasi presensi dalam bentuk diagram batang. Dengan mengeklik NIS yang muncul di daftar NIS, daftar presensi siswa akan secara otomatis muncul secara detail seperti yang nampak pada gambar di atas. PENUTUP SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Jaw Timur telah menerapkan Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS, meskipun belum sepenuhnya diterapkan karena pengelolaan akademik masih sebatas pada presensi siswa. Data presensi siswa yang masuk melaui finger print dapat diakses melalui SMS Gateway oleh pihak intern (sekolah) maupun pihak ekstern (wali murid). Tidak hanya meningkatkan kualitas pengolahan data dan informasi yang dihasilkan, Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS juga dapat meningkatkan mutu layanan sekolah dengan memberikan informasi yang akurat, efektif, dan efisien. Pada masa yang akan datang diharapkan SMA Mu hammadiyah 2 Sidoarjo dapat memberikan layanan data dan informasi sekolah melalui program PAS kepada diknas setempat maupun pusat. SekolahVOL. 01 Tahun I - September 2013 |
47
48
JURNAL EDUKASI IGI PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK KELOMPOK A DI TK MUSLIMAT NU 34 MALANG
Oleh: Chustini*
Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bercerita dengan menggunakan kartu bergambar. Subjek penelitian meliputi guru dan anak kelompok A di TK Muslimat NU 34. Penggunaan media kartu bergambar terbukti dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak kelompok A. Pembelajaran pada siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan dalam hal kemampuan anak menyimak cerita mencapai 25,8%, kemampuan anak menjawab pertanyaan mencapai 23%, kemampuan anak bercerita mencapai 33% dan kemampuan anak dalam mengekspresikan cerita mencapai 25%. Kata kunci: kartu bergambar, kemampuan bercerita Abstract: This action research is intended to increase students ability in telling stories by using picture cards. The subjects of this research are teachers and students in group A at Muslimat NU 34 Kindergarten. Using picture cards are proven successful in increaseing group A kindergarten students ability in telling stories. From the first to the second cycle it is found that students ability in paying attention to stories increased. The finding shows that students ability in paying attention to stories increased and finally reached 25.8 %. Furthermore, students ability in answering questions reached 23 %. Finally students ability in telling stories reached 33% while students ability in expressing stories reached 25 % Key words: picture cards, ability of telling stories
PENDAHULUAN emampuan bercerita merupakan bagian dari kemampuan berbicara yang dipandang penting dalam berkomunikasi. Kemampuan bercerita wajib dilakukan dalam komunikasi dengan masyarakat, baik untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak. Dalam berkomunikasi, anak usia 4-6 tahun perlu mengekspresikan perasaan mereka dalam berbicara secara lisan karena sebagian besar mereka belum bisa tulis-menulis (Depdiknas 2004). Salah satu cara mengembangkan kemampuan berkomunikasi adalah dengan berlatih bercerita menggunakan bantuan kartu bergambar sebagai media pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah agar anak dapat menyimak cerita, anak dapat menjawab pertanyaan, anak bercerita dengan lancar dan anak dapat mengekspresikan cerita dengan gaya bahasa anak sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mustakim (2005:18) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan bercerita dengan kartu bergambar terdapat penggunaan bahasa yang singkat, anak dapat membahasakan sendiri isi cerita sesuai dengan gambar yang ada. Ini berarti bahwa secara tidak langsung anak dididik mengembangkan bahasa dan menggunakan bahasa yang tepat. KAJIAN PUSTAKA Kartu bergambar (flashcard) paling diminati oleh anak karena kartu bergambar ini hanya berisi satu macam gambar saja. Media kartu bergambar pertama kali diperkenalkan oleh Glenn Doman (2009) seorang
ahli bedah otak dari Philadelphia. Tujuan penggunaan kartu bergambar ini adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini. Sesuai dengan pendapat Mustakim (2005:18) yang mengatakan bahwa dalam kegiatan bercerita dengan kartu bergambar terdapat penggunaan bahasa yang singkat, anak dapat membahasakan sendiri isi cerita sesuai dengan gambar. Ini berarti bahwa secara tidak langsung anak dilatih untuk mengembangkan bahasa dan menggunakan bahasa yang tepat. Anonim (2009) tentang kumpulan artikel Indonesia yang menyatakan bahwa gambar-gambar baby card yang menarik dengan warna-warni menyolok akan disukai anak-anak, sehingga bisa mengajak mereka bergembira, bermain dan belajar dalam cara education card yang sederhana. Tak perlu menargetkan hasil yang muluk-muluk atau memaksa anak untuk menghafal sekian kata dalam sehari. Biarkan saja anak berkembang dan belajar dengan kartu dalam temponya sendiri dan mengikuti kematangan fungsi otaknya masing-masing, sebab kemampuan setiap anak berbeda. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Mustakim (2005:18) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan bercerita dengan kartu bergambar terdapat penggunaan bahasa yang singkat, anak dapat membahasakan sendiri isi cerita sesuai dengan gambar yang ada. Ini berarti bahwa secara tidak langsung anak dididik mengembangkan bahasa dan menggunakan bahasa yang tepat. VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
49
50
51
Sedangkan rata-rata kemampuan anak dalam bercerita secara keseluruhan mencapai 2,1 atau 51,3%. Pelaksanaan kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita pada siklus pertama cukup baik namun belum mendapatkan hasil yang optimal, SKH sudah menampakkan indikator yang akan dicapai tapi tujuan pembelajaran yang akan dicapai belum tampak. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama minat anak dalam bercerita belum nampak, pembelajaran yang dilaksanakan kurang inovatif, dan hasil uji kompetensi menunjukkan bahwa kemampuan perlu dikembangkan lagi. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus pertama, peneliti segera membuat perencanaan kegiatan proses belajar mengajar untuk tindakan pada siklus kedua. Deskripsi Hasil Tindakan pada Siklus Kedua Pada siklus kedua, sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, disusun perencanaan terlebih dahulu. Satuan kegiatan harian disusun bersama antara kolaborator dan peneliti. SKH ini dibuat sebagai hasil perbaikan dari SKH yang sudah digunakan pada siklus pertama. Hasil penelitian yang direkam pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Nilai Rerata Kemampuan Anak Bercerita pada Siklus Kedua
Aspek yang Diamati Menyimak cerita Menjawab pertanyaan Lancar bercerita Deskriptor Anak dapat menyimak cerita Anak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan Anak dapat bercerita dengan lancar Anak dapat berekspresi ketika bercerita Nilai Rerata 3,1 Persentase
77,8 %
75 %
3,3
83 %
76 %
2,1
52%
3,1
77,95 %
50%
Ekspresi bercerita
2,1
51%
2,1
51,3%
Pada Tabel 2 kemampuan anak dalam menyimak cerita mencapai nilai rata-rata 3,1 atau 77,8%, kemampuan anak menjawab pertanyaan mencapai nilai 3 atau 75%, kelancaran anak dalam bercerita mencapai nilai 3,3 atau 83%, ekspresi anak ketika bercerita mencapai nilai 3 atau 76%. Sedangkan rata-rata kemampuan anak dalam bercerita secara keseluruhan mencapai 3,1 atau 77,95%. Perkembangan Hasil Tindakan Selama Dua Siklus Tindakan Deskripsi peningkatan kemampuan bercerita pada siklus pertama dan siklus kedua disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam menyimak cerita mencapai nilai rata-rata 2,1 atau 52%, kemampuan anak menjawab pertanyaan mencapai nilai 2,1 atau 52%, kelancaran anak dalam bercerita mencapai nilai 2,0 atau 50%, ekspresi anak ketika bercerita mencapai nilai 2,1 atau 51%.
52
Data pada Tabel 3 di atas menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan anak menyimak cerita sebesar 25,8%, peningkatan kemampuan anak menjawab pertanyaan sebesar 23%, peningkatan kemampuan bercerita anak bercerita sebesar 33% dan peningkatan kemampuan anak dalam mengekspresikan cerita meningkat sebesar 25%. Rata-rata peningkatan anak dalam bercerita mencapai nilai sebesar 26,7%. Kompetensi bercerita dalam kurikulum TK untuk anak kelompok A merupakan metode pembelajaran dalam bidang pengembangan bahasa (Depdiknas 2004). Upaya-upaya pembelajaran yang diberikan oleh guru hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Metode maupun media yang digunakan dapat menarik minat dan mudah dipahami oleh anak. Melalui bercerita anak diajak untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan. Pada anak kelompok A di TK Muslimat NU 34 Malang yang masih awal masuk sekolah memerlukan stimulasi untuk aspek perkembangan bahasanya. Salah satu indikator perkembangan bahasa pada anak kelompok A adalah bercerita dengan menggunakan gambar yang dibuatnya sendiri atau gambar yang sudah disediakan. Anak kelompok A mempunyai kemampuan bercerita yang masih belum terstimulasi, guna meningkatkan kemampuan berceritanya, maka digunakan media kartu bergambar atau yang lebih dikenal dengan flashcard. Penggunaan media kartu bergambar di TK Muslimat NU 34 Kota Malang dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli 2010 sampai dengan 7 Agustus 2010. Penggunaan media kartu bergambar dalam kegiatan bercerita membawa dampak yang baik untuk meningkatkan kemampuan anak bercerita. Kegiatan bercerita ini merupakan kegiatan yang mudah dilakukan oleh anak dan menyenangkan, hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian yang dilakukan mengalami peningkatan pada setiap siklus, baik pada siklus pertama maupun pada siklus kedua. Pada awal siklus pertama, masih belum terlihat kemampuan anak dalam bercerita, namun anak senang dengan kegiatan bercerita dan bersemangat mengikuti kegiatan bercerita menggunakan media buku cerita bergambar. Kemampuan anak pada siklus pertama masih belum terlihat meningkat, maka masih perlu dilakukan kegiatan bercerita dengan menggunakan media yang lain agar memperoleh hasil yang lebih baik.
Siklus pertama dilaksanakan dua kali pertemuan, kemampuan bercerita menggunakan media buku cerita bergambar pada anak semakin meningkat pada pertemuan kedua. Kegiatan bercerita menggunakan media buku bergambar dilakukan dengan cara anak diberi buku kemudian anak menceritakan gambargambar yang ada pada buku. Ketika anak diminta untuk menceritakan gambar yang ada pada buku, anak hanya bercerita sepintas saja karena anak justru tertarik untuk mengamati gambar-gambar yang ada sehingga kemampuan berceritanya belum tampak. Pada siklus kedua, guru menyediakan kartu bergambar untuk kegiatan bercerita, kartu yang berisi satu macam gambar dan mempunyai warna yang menyolok sehingga dapat merangsang anak untuk mengungkapkan kata-kata mengenai gambar yang ada. Dan anak dapat mengembangkan cerita dengan versi bahasa anak sendiri. Hasil kemampuan bercerita anak kelompok A di TK Muslimat NU 34 Kota Malang dengan menggunakan media kartu bergambar pada siklus 2 meningkat dibandingkan dengan siklus 1. Artinya kemampuan bercerita anak kelompok A di TK Muslimat NU 34 Kota Malang dapat meningkat dengan menggunakan media kartu bergambar. PENUTUP Dengan menggunakan media kartu bergambar kemampuan bercerita anak kelompok A di TK Muslimat NU 34 dapat meningkat. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi dari siklus pertama ke siklus kedua yang mengalami peningkatan rata-rata sebesar 26,7% pada pada setiap anak. Disarankan bagi guru penelitian ini dapat meningkatkan peranan guru dalam menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menciptakan situasi yang kondusif dalam ruang belajar guna meningkatkan semua potensi yang dimiliki anak, memotivasi dan memberikan stimulasi pada anak sebagai usaha untuk mengetahui perkembangan anak bercerita dengan menggunakan media kartu bergambar. Disarankan bagi pimpinan sekolah agar selalu memberikan masukan dan memberikan dukungan untuk gurunya guna meningkatkan mutu pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Penelitian ini hendaknya dapat menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih kreatif lagi dalam menciptakan situasi pembelajaran dan menggunakan media pembelajaran yang lebih bervariasi guna mengembangkan kemampuan bercerita anak di Taman Kanak-kanak.
53
54
JURNAL EDUKASI IGI PEMBELAJARAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT MENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS ICT DI SMK NEGERI 1 SONDER
Oleh: Yani Pieter Pitoy*
Abstrak: Penggunaan media berbasis ICT menjadikan komputer memiliki potensi sebagai tuition dan simulation. Tulisan ini menjelaskan tentang pembelajaran persamaan kuadrat dan pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan media berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder. Pelaksanaannya dilakukan dengan menyediakan materi pembelajaran digital, laboratorium komputer dalam setting Local Area Network dan teknik penyampaian materi yang tepat. Kata kunci: pembelajaran, media berbasis ICT.
Abstract: Using ICT Based media makes computers have tuition and simulation potential. This paper explains about learning quadratic equations and quadratic inequalities using ICT based media at SMK Negeri 1 Sonder. To do this, learning materials are provided, the computer laboratory is prepared, the Local Area Network are installed, and the technique for delivering the material must be appropriate. Key words: learning, ICT based media.
PENDAHULUAN
alah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah (Suparman 2007). Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini diantaranya dengan perbaikan dan pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan maupun dengan peningkatan mutu manajemen sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang mempunyai misi menyiapkan angkatan kerja kelas menengah untuk memasuki dunia kerja. Dalam kaitan dengan itu, maka SMK Negeri 1 Sonder mempunyai beban moral untuk mempersiapkan output yang kompeten dengan bidang yang dipelajarinya. Mata pelajaran Matematika adalah salah satu mata pelajaran adaptif yang diharapkan akan memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan keterampilan produktif dari siswa SMK. Dengan menguasai kompetensi dalam pelajaran Matematika, diharapkan siswa SMK akan semakin mudah mempelajari dan memiliki keterampilan sesuai dengan program keahliannya. Salah satu permasalahan dalam pembelajaran Matematika di SMK Negeri 1 Sonder adalah minat belajar Matematika yang rendah. Dari berbagai pengalaman wawancara dengan calon siswa SMK
ditemukan bahwa sebagian besar calon siswa tersebut kurang memiliki minat untuk belajar Matematika bahkan cenderung untuk takut belajar Matematika. Dari hasil evaluasi kegiatan belajar mengajar juga ditemukan bahwa pencapaian nilai Matematika kurang dari standar ketuntasan belajar (6,5). Salah satu hal yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang berbasis Informatics and Communication Technology (ICT). Hal ini dimungkinkan dengan ketersediaan fasilitas Laboratorium Komputer dan Internet yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Berkaitan dengan hal ini Roestiyah (2001) mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar perlu dikembangkan dengan cara-cara mengajar yang baru, diantaranya dengan mempergunakan komputer. Penggunaan media pembelajaran berbasis ICT dapat diterapkan pada berbagai materi pelajaran Matematika di SMK. Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Dengan demikian, maka dapatlah dirumuskan masalah yang akan dibahas yait, bagaimana pembelajaran persamaan kuadrat dan pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan media berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder. Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengemukakan bagaimana pembelajaran persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan media berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder. Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan makalah ini VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
55
56
Gambar 1. Contoh Tampilan Halaman Presentasi (a) VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
57
Gambar 5. Setting Laboratorium Komputer Gambar 3. Contoh Tampilan Halaman Interaktif (a) 2) Dengan bantuan teknisi komputer dan jaringan, materi pembelajaran diupload ke jaringan, sehingga semua komputer dapat mengakses materi tersebut.(Dalam tahap lebih lanjut, materi dapat diupload ke jaringan internet, sehingga siswa dapat mengakses materi dari rumah atau warnet. Dalam pengembangan SMKN 1 Sonder sebagai ICT Center di Minahasa bagian tengah, maka telah dimungkinkan dan dikembangkan jaringan internet gratis dari program Jardiknas Depdiknas, sehingga dengan fasilitas internet gratis dan dan pengembangan WideArea Network (WAN) Kota, materi pelajaran yang telah diupload ke jaringan internet dapat diakses dari luar laboratorium SMK Negeri 1 Sonder). Teknik Penyampaian Materi Kepada Peserta Didik Komunikasi dengan siswa berkaitan dengan pe nyam paian materi kepada siswa harus mem per ta han kan hal-hal berikut: i. Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa menjadi pusat kegiatan. ii. Eksplorasi siswa terhadap materi tidak perlu dibatasi. Biarkan siswa memuaskan rasa ingin tahunya. Yang penting materinya telah dirancang untuk menanamkan konsep dengan lebih baik. iii. Kemandirian siswa dalam menyelesaikan materi. Guru hanya membantu jika ada siswa yang bertanya. Dalam proses belajar, siswa diberikan kebebesan untuk mengembangkan diskusi dengan teman sekelas. Berkaitan dengan penyampaian materi ini, maka
Gambar 4. Contoh Tampilan Halaman Interaktif (b) Jadi intinya materi pelajaran digital ini harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memiliki konsep matematika yang jelas. Bedanya, konsep matematika disajikan dengan lebih menarik. 2. Mampu berkomunikasi dengan peserta didik. 3. Mampu membangkitkan minat dan motivasi, serta menggairahkan semangat belajar siswa. 4. Mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Persiapan Laboratorium Komputer dan Perangkat Pendukungnya 1) Laboratorium komputer diset dalam format jaringan (Local Area Network). Untuk memudahkan pemantauan terhadap aktifitas siswa, maka kelas diatur dalam bentuk U, seperti ditunjukkan Gambar 5.
58
PENUTUP Pembelajaran Persamaan Kuadrat dan Pertidaksamaan Kuadrat dengan menggunakan media berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder dilakukan dengan menyediakan materi pembelajaran digital, laboratorium komputer dalam setting Local Area Networkdan teknik penyampaian materi yang tepat. 1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Per samaan Kuadrat dan Pertidaksamaan Kuadrat di SMK, maka penggunaan media berbasis ICT dapat diterapkan. 2. Melakukan pembahasan lanjutan sehubungan dengan permasalahan yang dibahas, dengan menggunakan materi pelajaran dan metode/media yang lain pula.
59
JURNAL EDUKASI IGI PENGGUNAAN TEKNIK BERCERITA BERANTAI SEBAGAI UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK KELAS VII-D SMP NEGERI 3 BONANG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh: Hening Wulandari*
Abstrak: Dalam realita di kelas VII D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak, pembelajaran berbicara terkendala oleh tidak adanya rasa percaya diri pada segenap peserta didik. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik tutur bersambung untuk mengoptimalkan kemampuan bercerita pada peserta didik kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak Tahun 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik tutur bersambung pada pembelajaran kemampuan bercerita peserta didik kelas VII D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak dapat meminimalkan munculnya rasa takut, malu, dan apatis yang dialami peserta didik ketika disuruh bercerita. Terbukti mereka semua berani tampil bercerita di depan teman-teman sekelasnya. Keberhasilan itu juga didukung hasil uji kompetensi kemampuan bercerita pada siklus 1 dengan tingkat ketuntasan sebesar 65% dan siklus 2 meningkat menjadi 70%. Kata Kunci: cerita berantai, keterampilan berbicara. Abstract: Building (grade VII D at SMP Negeri 3 Bonang, Demak Regency) students speaking skills is challenging. This is as a result of students low confidence. This research is an attempt to try to solve this problem. It is proposed that using chain stories can be a technique to optimize students ability in telling stories. Finding of this research shows that using chain stories in learning can help students feel less frightened, less shy, and also decrease students apathy, that are usually felt by the students when they are asked to tell stories in front of the classroom. It is proven that all of the students became brave to tell stories in front of the whole classroom. This success is also proven by the results of the competency test which shows the students score of completeness of telling stories which increased from 65% (1st cycle) to 70% (2nd cycle). Key word: chain strory, speaking skill.
PENDAHULUAN
erdasarkan pengamatan ketika berlangsung pembelajaran di kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak. Angka partisipasi berbicara peserta didik di kelas ini sangat kurang. Melalui obeservasi langsung di kelas VII-D, dari 31 siswa di kelas tersebut, baru sekitar 30% dari peserta didik di kelas yang sudah memanfaatkan kesempatan berbicara ketika ada penawaran dari guru. Sebagian besar dari mereka cenderung tidak memanfaatkan peluang berbicara karena takut, apatis, dan terkekang oleh rasa malu yang berlebihan. Hal itu tentu saja berdampak terhadap kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas yang menjadi tidak sesuai dengan harapan karena tidak terjadi partisipasi berbicara yang merata. Setelah peneliti mewawancarai peserta didik di kelas tersebut kemudian dilakukan diskusi antara peneliti dengan guru mitra, teridentifikasi adanya kendala psikologis yang menghambat munculnya keberanian berbicara peserta didik. Dari pengakuan peserta didik, terungkap bahwa mereka merasa malu ketika harus berbicara di hadapan teman-teman
di kelasnya. Sebagian peserta didik bersikap apatis ketika diberi kesempatan berbicara karena merasa tidak punya tanggung jawab yang mengharuskan mereka berbicara. Kondisi semacam itu adalah akibat dari faktor tidak adanya rasa percaya diri. Oleh karena itu, rasa percaya diri peserta didik perlu ditumbuhkan agar pembelajaran berbicara dapat berlangsung sesuai harapan dan mampu menanamkan kompetensi berbicara pada setiap peserta didik. Masalah-masalah dalam pembelajaran berbicara di SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak meliputi (1) partisipasi aktivitas berbicara peserta didik sangat rendah; (2) sebagian besar peserta didik mengalami kendala psikologis berupa rasa malu, takut dan tidak punya rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas berbicara; (3) peserta didik juga bersikap apatis ketika diberi kesempatan berbicara; dan (4) kurang variatifnya teknik pembelajaran berbicara oleh guru untuk mereduksi kendala psikologis, menumbuhkan rasa percaya diri dan memberikan tanggung jawab kepada peserta didik dalam aktivitas berbicara. Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
60
61
62
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan pada bagian sebelum ini, maka peneliti menduga, bahwa penggunaan teknik Bercerita Berantai dapat mengoptimalkan keterampilan bercerita pada peserta didik di kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kab. Demak, Jawa Tengah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak pada tahun 2008/2009, sejak bulan Juli sampai dengan Oktober 2008. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII-D SMP. Data penelitian ini diperoleh dari peserta didik sebagai subjek penelitian maupun teman sejawat sebagai kolaborator yang membantu melakukan observasi pada saat penelitian dilaksanakan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan dalam bentuk tes unjuk kerja atau uji performansi untuk menilai kemampuan bercerita para peserta didik. Adapun teknik nontes dilakukan dalam bentuk observasi selama dilaksanakan tindakan. Pengumpulan data menggunakan rubrik penilaian unjuk kerja dengan deskriptor dan skala penilaian yang sebelumnya telah disepakati bersama antara guru dengan peserta didik. Pada teknik nontes, alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman observasi untuk merekam data tentang keaktifan dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Pengujian validitas alat pengumpul data dalam penelitan ini dilakukan dengan uji validitas ukuran atau validitas norma, standar, atau kriteria (Nurgiyantoro, 2001:104). Instrumen diuji melalui diskusi dengan
63
Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan Penelitian Untuk mengukur hasil tindakan pada penelitian ini digunakan indikator kinerja yang meliputi (1) pada akhir siklus pertama diharapkan minimal 65% peserta didik di kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak mampu bercerita di hadapan teman-teman sekelasnya dengan nilai penampilan memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah; dan (2) pada akhir siklus kedua diharapkan minimal 80% peserta didik di kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak mampu bercerita di hadapan teman-teman sekelasnya dengan nilai penampilan memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak, khususnya di kelas VII-D belum dapat berlangsung sebagaimana idealnya. Pembelajaran berbicara tidak menyentuh esensi pembentukan kompetensi berbicara pada peserta didik. Hal itu disebabkan oleh sikap peserta didik yang menolak ketika disuruh tampil
64
2 3
4 2 31
12 8% 100%
4 0 31
12% 0% 100%
yang dinilai dalam kompetensi bercerita juga naik. Namun demikian sampai akhir siklus kedua, aspek ekspresi gerak atau gesture persentase pencapaiannya masih di bawah 60% yaitu baru 59%. Aspek yang lain sudah dapat mencapai persentase ketercapaian di atas 60%. Hal itu berarti bahwa pada kegiatan pembelajaran berikutnya, guru perlu memberikan terapi motivasi dan pemodelan nyata sebelum peserta didik diminta tampil berbicara di depan teman-teman sekelasnya agar mereka tidak canggung dalam melakukan ekspresi gerak sebagai pendukung keberhasilan berbicara. Penguasaan masing-masing aspek dalam dua siklus secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Persentase Ketercapaian Setiap Aspek Kompetensi Bercerita
No. 1 2 3 4 5 Aspek yang Dinilai Kualitas pelafalan Intonasi Ekspresi mimik/wajah Ekpresi gerak/gesture Keruntutan cerita Siklus 1 74,2% 72,6% 65,3% 66,3% 69,4% Siklus 2 95,2% 75% 69,4% 75,8% 91,1% Keterangan naik 21% naik 2,4% naik 4,1% naik 9,3% naik 21,7%
Data pada Tabel 1 menunjukkan gambaran perubahan sikap peserta didik yang menunjukkan gejala positif pada siklus pertama hingga siklus kedua. Hal itu ditandai dengan perubahan jumlah peserta didik yang sibuk dengan urusan sendiri atau ramai tanpa tujuan yang jelas. Pada akhir siklus pertama masih ada dua peserta didik yang bersikap negatif, namun pada akhir siklus kedua sudah tidak ada yang bersikap negative. Penilaian uji kompetensi kemampuan bercerita dengan aspek penilaian pada kualitas pelafalan, intonasi, ekspresi wajah, ekpresi gerak tubuh, dan keruntutatn cerita, juga menunjukkan peningkatan hasil. Hal itu tampak dari perolehan nilai akhir dari masing-masing peserta didik. Pada siklus pertama secara klasikal tercatat lebih dari 65% peserta didik sudah mampu bercerita sesuai dengan tujuan pembelajaran pada kompetensi ini. Dari 31 peserta sebanyak 2 peserta didik mendapat nilai di atas 75, sebanyak 11 peserta didik memperoleh nilai antara 70 75, ada 9 peserta didik mendapat nilai kurang dari 70. Siklus kedua menunjukkan bahwa lebih dari 80% peserta didik telah memperoleh nilai memenuhi batas ketuntasan. Dari 31 peserta didik pada kelas VII-A, sebanyak 4 peserta didik mendapat nilai di atas 85, sebanyak 18 peserta didik memperoleh nilai antara 80 85, ada 9 peserta didik memperoleh nilai di bawah 80. Hasil uji kompetensi dari kedua siklus menunjukkan kenaikan. Ketika pada akhir siklus pertama masih terdapat peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 65, namun pada akhir siklus kedua hampir semua peserta didik dapat melewati batas nilai terendah 75 kecuali dua peserta didik. Kenaikan ini selain disebabkan oleh upaya peserta didik untuk tampil bercerita dengan lebih baik pada siklus kedua, juga disebabkan oleh semakin jelasnya prosedur dan cara penilaian sebaya yang dilakukan oleh peserta didik. Aspek penilaian pada ekspresi baik mimik maupun gesture yang hasilnya rendah pada siklus pertama mengalami kenaikan pada siklus kedua karena guru memberikan terapi motivasi agar peserta didik berkespresi sebaikbaiknya dan kepada mereka diberikan contoh nyata melalui pemodelan oleh guru. Seiring dengan kenaikan nilai dalam uji kompetensi bercerita, persentase ketercapaian pada setiap aspek
Hasil angket untuk merekam tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran bercerita dengan teknik Bercerita Berantai positif. Hasil angket itu menggambarkan bahwa dari 31 peserta didik di kelas VII-D, lebih dari 75% peserta didik merasakan bahwa pembelajaran bercerita dengan teknik Bercerita Berantai sangat menarik. Mereka juga sangat setuju bahwa dengan bercerita secara bersama teman satu kelompok membuat mereka merasa tidak takut dan tidak malu lagi untuk tampil berbicara di depan temanteman sekelas. PENUTUP Berdasarkan hasil-hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan dua hal. Pertama, penerapan teknik bercerita berantai dapat menghilangkan kendala psikologis (rasa takut, malu, dan apatis) yang dialami peserta didik kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak ketika disuruh tampil berbicara di depan teman-teman sekelas. Kedua, hilangnya kendala psikologis yang dialami siswa kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak ketika berbicara dapat mengoptimalkan penguasaan kompetensi bercerita dengan memperhatikan ketepatan intonasi, kualitas pelafalan, ekspresi wajah (mimik), ekspresi gerak (gesture), dan keruntutan cerita. Berdasarkan pada simpulan-simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis menyarankan kepada para guru Bahasa Indonesia, sebelum melakukan penanaman kompetensi berbicara kepada peserta didik, sebaiknya guru mengidentifikasi secara teliti apakah peserta didik tersebut memiliki kendala, terutama kendala psikologis yang dapat mengganggu keberhasilan mereka dalam berbicara di depan umum. VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
65
66
JURNAL EDUKASI IGI IMPLEMENTASI TEKNIK BERPARTNER UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA (ASING)
Oleh Dwi Imroatu Julaikah., SPd.,M.Pd
Abstrak: Berbicara merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yang mutlak dikuasai oleh pembelajar bahasa (juga pembelajar bahasa asing). Salah satu kegiatan berbicara adalah bercerita Namun demikian baik berbicara maupun bercerita bukanlah hal yang mudah dilakukan.ada banyak hambatan yang muncul dalam proses belajar mengajar. Misalnya rasa takut salah mengucapkan, takut bertanya, malu, tidak tahu bagaimana mengungkapkan dsb. Salah satu cara meminimalisir hambatan tersebut adalah dengan penggunaaan teknik berpartner. Kata kunci: Teknik berpartner, Keterampilan bercerita, Pembelajaran bahasa asing Abstract: Speaking is the one of the important skills for language learners and also for foreign language learners. Each Learner should have good skill in Speaking. Actually there are a lot of activities in speaking. One of the activities in Speaking is Telling story. Both speaking or telling story is not simple to be done for the language learner. There are a lot of Problems or difficulties in TeachingLearning Process. For example; the Learner feel afraid to say something, afraid to ask, afraid to say the wrong word or sentences or some time the learner do not know how to express their feeling etc. And one alternative to minimize these difficulties ist by Implementing the partnering technique. Keywords: Speaking; telling story Skill, learning (a foreign) language
A. PENDAHULUAN
erbicara merupakan satu dari empat ketrampilan berbicara yang mutlak dikuasai oleh pembelajar bahasa (asing). Pentingnya ketrampilan berbicara sebagai bagian dari kompetensi berbahasa dikemukakan oleh Boerner. Boerner; (1995:160) berpendapat bahwa Schreiben oder Sprechen? Sie beide Fertigkeiten unter dem Begriff Kommuniative Kompetence. Artinya baik menulis atau berbicara merupakan suatu ketrampilan yang termasuk dalam kompetensi komunikatif. Namun demikian, berbicara dalam bahasa asing bukanlah hal yang mudah dilakukan. Ada banyak hambatan yang ditemui oleh pembelajar bahasa, terutama bahasa asing. Hambatan ini dapat berupa hambatan kemampuan kebahasaan dan hambatan yang berupa sikap dari pembelajar. Hambatan kemampuan berbahasa dapat berupa ketidakpahaman dalam menyusun kalimat, rasa malu untuk mengucapkan, malu dan takut bertanya kepada dosen, tidak bisa memilih diksi yang baik. Faktor ini diperparah dengan tingkat pemahaman dan daya tangkap masing-masing mahasiswa. Sedangkan hambatan yang berupa sikap misalnya sikap pembelajar terkesan hanya diam saja, tidak memberikan komentar, takut mengucapkan di hadapan teman-temannya, terutama bila salah mengucapkan. Situasi tersebut semakin komplek ketika pembelajaran dilakukan secara klasikal plus faktor kejenuhan.
Kesulitan lain dalam pembelajaran berbicara atau bercerita adalah faktor lupa. Seringkali pembelajar lupa pada apa yang mesti dibicarakan, bahkan tidak tahu kata-kata apa yang harus digunakan. Hal ini disebabkan, karena ketika berbicara, pembelajar harus memikirkan letak kata kerjanya, serta seringkali terpaku pada pola; apa yang harus dibicarakan, bagaimana memformulasikan, lalu bagaimana harus mengucapkan dan pada saat yang bersamaan juga harus memikirkan gramatik apa yang akan dipakai (Schatz, 2006:91). Oleh karena itu agar proses pembelajaran berbicara lancar, maka perlu dilakukan dan diterapkan berbagai metode strategi yang bervariasi untuk mencapai hasil yang maksimal (Schwerdtfeger, 2001:5). Tentu saja dengan memperhatikan faktor tujuan pembelajaran, tingkat kesulitan dan kondisi belajar siswa (Wohlschlaegl 2001:16). Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik berpasangan (Partnerarbeit) untuk meningkatkan ketrampilan bercerita pembelajar. Bagaimana konsep teknik berpartner dalam keterampilan berbicara terutama dalam pembelajaran bahasa (asing) dan implementasinya akan diulas dalam tulisan ini. B. PEMBAHASAN 1. DEFINISI BERBICARA Menurut Pateda (1989:84) berbicara adalah menggunakan bahasa lisan secara aktif. Berbicara VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
67
68
b. Berpartner dua-dua-pasangan ditentukan oleh pengajar-membandingkan 2 gambarmenghasilkan cerita presentasi dengan partner di dalam kelompok besar (tidak di depan kelas).
c. Berpartner dua dua-pasangan ditentukan - meng ha silkan cerita berantai bergambar presentasi dengan partner di dalam kelompok besar.
C. PENUTUP Pentingnya penguasaan kompetensi berbicara dalam pembelajaran bahasa asing mutlak diperlukan. Namun demikian untuk mencapai kompetensi tersebut dengan baik bukanlah hal yang mudah dilakukan. Oleh karena itu perlu diterapkan berbagai metode teknik dan strategi yang bervariatif untuk mengurai problematik dlam pembelajaran berbicara. Oleh karena itu inovasi, kreativitas dan kesungguhan pengajar dalam pembelajaran ini sungguh sangat diperlukan agar peningkatan kemampuan peserta didik dalam berbicara dapat terwujud.
69
Suyatno, 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Penerbit SIC Wohlschlaegl, 2001.Beitrge zur Didaktik des ,Geographie und Wirtschaftskunde,Unterrichts, Wien: Institut fuer Geographie und Regionalforschung der Universitt Wien Wolfgang, Mattes.2006.Methoden fuer den Unterricht..75 kompakteUebersichten fuer Lehrende und Lernende. Makalah, Zander, Schulz. Intitut fuer Schulenentwicklung. Technische Universitaet Dortmund (TU)
70
tinjauan buku
JUDUL : Action Research, A Guide for The Teacher Researcher (Edisi Keempat) PENULIS : Geoffrey E. Mills PENERBIT : Pearson Education, Inc., Boston TAHUN TERBIT : 2011 TEBAL : 238 halaman + indeks PERESENSI : Dhitta Puti Sarasvati Direktur Riset dan Pengembangan IGI Pusat (puti@igi.or.id)
ction Research: A Guide for the Teacher Researcher, merupakan buku yang akan memudahkan guru untuk memahami Action Research atau Penelitian Tindak Kelas (PTK). Buku ini ditulis oleh Geoffrey E. Mills, seorang Proffesor di Bidang Pendidikan di School of Education, Southern Oregon University. Mills biasa memberikan presentasi menganai PTK di berbagai negara seperti New Zealand, Grenland, UK, Kanada, dan Amerika Serikat. Buku ini dibuat sebagai petunjuk bagi guru agar bisa melakukan PTK. Buku ini dibagi menjadi delapan bab, yakni (1) Memahami PTK; (2) Etika (dalam Melakukan PTK); (3) Menentukan Fokus Penelitian; (4) Teknik Mengambil Data; (5) Mempertimbangkan Validitas, Reliabilitas, dan Generabilitas; (6) Menganalisis dan Menginterpretasi Data; (7) PTK untuk (Aksi) Perubahan Pendidikan; (8) Menuliskan Hasil Penelitian; dan (9) Mengevaluasi Hasil PTK. Selain itu juga terdapat tiga buah lampiran berupa sebuah contoh laporan PTK yang utuh, standar deviasi (dan hubungannya dengan PTK), dan cara menampilkan data secara visual. Masing-masing bab diawali dengan cuplikan hasil PTK yang dibuat oleh guru. Cuplikan ini dipilih dengan seksama untuk mengantarkan pembaca memahami isu yang akan dibahas di masing-masing bab. Misalnya, bab Memahami PTK diawali dengan cuplikan
penelitan dari seorang guru SMP bernama Deborah South yang berjudul Apa yang Memotivasi Siswa yang Tidak Termotivasi?. Cuplikan tersebut menggambarkan bahwa penelitian Deborah dilatarbelakangi oleh kesulitannya saat mengajar siswa-siswa yang tidak bermotivasi belajar. Selama lima tahun mengajar, Deborah telah mencoba menerapkan berbagai strategi untuk melibatkan semua siswa dalam pembelajaran. Meskipun begitu, selalu ada beberapa siswa yang apatis dan tidak termotivasi. Pada semester baru, Deborah diminta mengajar di kelas yang berisi 20 orang siswa yang nilainya terendah di angkatannya. Dalam seminggu pertama, masalah mulai bermunculan. Siswa-siswa tersebut tidak membawa alat tulis, mengejek satu dengan yang lain, melempar-lempar barang di dalam kelas, dan berjalan-jalan di kelas semaunya. Agar Deborah bisa melakukan aksi, berupa pengajaran yang lebih baik, Deborah mulai membaca bagaimana guru-guru lain memotivasi siswa yang biasanya tidak bermotivasi untuk belajar. Dari hasil studi literaturnya, Deborah belajar bahwa motivasi siswa dipengaruhi oleh pengakuan orang dewasa, pengaruh teman sebaya, keberhasilan dalam memahami pelajaran, percaya diri, dan pandangan mereka sendiri terhadap kemampuan akademik VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
71
Menurut Mills (2011:124) proses menganalisis data adalah salah satu bagian tersulit dari PTK. Peneliti harus selalu bertanya, Bagaimana caranya data ini bisa menjadi bermakna untuk saya?.
praktis mengenai proses merancang PTK. Misalnya, di bab 4 (Teknik Pengumpulan Data) disedikan matriks trianggulasi yang berupa sebuah tabel berisi kolom pertanyaan penelitian dan tiga kolom sumber data. Sebelumnya ada contoh berupa tabel trianggulasi yang telah diisi. Peneliti disarankan untuk memperoleh lebih dari satu sumber data untuk menjawab masing-masing pertanyaan penelitian. Misalnya, salah satu pertanyaan penelitian yang dibuat oleh James Rockford (seorang guru komputer di sebuah SD) adalah berapa waktu yang digunakan siswa di depan komputer? Untuk itu, dia mengumpulkan data dari dokumen laboratorium sekolah, survei ke siswa, dan servei ke orang tua siswa. Dengan mengumpulkan data dari beberapa sumber peneliti bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh untuk menjawab pertanyaan penelitiannya. Meskipun mengumpulkan data sangat penting, buku ini juga menekankan pentingnya melakukan refleksi dan berhati-hati dalam menganalisis data. Menurut Mills (2011:124) proses menganalisis data adalah salah satu bagian tersulit dari PTK. Peneliti harus selalu bertanya, Bagaimana caranya data ini bisa menjadi bermakna untuk saya?. Mengutip Anderson, Herr, dan Nihlen (1994), ada saatnya peneliti harus mulai berhenti mengumpulkan data dan mulai merefleksikan data yang ada (hal. 155). Dua pertanyaan yang bisa membantu peneliti dalam melakukan refleksi adalah (1) apakah pertanyaan penelitian Anda masih bisa dijawab dan memang perlu dijawab?; dan (2) apakah teknik pengambilan data yang Anda lakukan memang membantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan sekaligus menyaring data yang tidak diperlukan (untuk menjawab pertanyaan penelitian)? Kedua pertanyaan tersebut sangat mendasar, membantu peneliti untuk memastikan apakah penelitiannya memang ada di jalur yang benar atau tidak. Meskipun bisa menjadi petunjuk praktis, buku Action Research: A Guide for the Teacher Researcher juga banyak menekankan pentingnya memahami esensi PTK, hal-hal yang juga filosofis. Buku ini merupakan sebuah buku yang komperhensif mengenai PTK. Kekuatan buku ini ada pada pemilihan contoh-contoh PTK yang secara efektif digunakan untuk menekankan konsep-konsep penting mengenai PTK. Bukan hanya belajar dari teori dan definisi, namun juga bisa belajar dari contoh penelitian yang dibuat oleh berbagai guru lainnya. Baik untuk guru yang baru akan melaksanakan PTK maupun guru yang mau memperdalam pemahamannya mengenai PTK, buku ini sangat direkomendasikan.*
72
AKTIVITAS IGI SEANTERO NUSANTARA Peningkatan Kualitas Guru Melalui Kegiatan Berbagi dan Tumbuh Bersama (Sharing and Growing Together)
Oleh Ditta Puti Sarasvaty dan Faradina Izdhihary
enurut UNESCO (2012), pendidikan yang berkualitas menawarkan harapan dan kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Pendidikan berkualitas tidak akan tercapai tanpa guru yang kompeten dan termotivasi. Guru memang salah satu faktor paling penting dalam pendidikan. Kalau setiap guru berkualitas, pendidikan akan berkualitas. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara meningkatkan kualitas guru? Ahmad Rizali (Nanang) dan Satria Dharma, keduanya pendiri Ikatan Guru Indonesia IGI), percaya bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan mewadahi guru dalam sebuah komunitas yang memungkinkan para guru bisa berinteraksi satu dengan yang lain sehingga mereka bisa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dalam suatu pertemuan IGI di Gambir tahun 2010, Ahmad Rizali pernah menjelaskan alasan pembentukan organisasi ini. Ahmad Rizali menganalogikan pentingnya organisasi profesi guru dengan keberadaan Taman Ismail Marzuki (TIM) bagi para seniman. TIM menjadi tempat berkumpul, berdiskusi, belajar, dan akhirnya para seniman berkarya bersama. Ahmad Rizali mencita-citakan adanya sebuah organisasi guru yan cukup sederhana, yaitu membentuk sebuah organisasi yang berfungsi sebagaimama TIM berfungsi bagi para seniman. Ahmad Rizali berharap para guru bisa meningkat kualitasnya ketika mereka memiliki tempat berkumpul, terjadi proses belajar melalui dialog, sehingga muncul gagasan-gagasan baru di kalangan guru yang kelak bisa menghasilkan karya nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Yang ditekankan adalah bahwa proses pembelajaran terjadi melalui interaksi antara sesama guru dan pendidik lainnya. Hasil studi J. Margolis berjudul How Teachers Lead Teachers (dipublikasikan dalam http://www.ascd. org/publications/educational-leadership/feb09/) menyatakan bahwa sama seperti siswa, guru belajar paling baik ketika mereka (1) terlibat aktif dalam pembelajaran, (2) mulai dari apa yang sudah mereka ketahui (prior knowledge), dan (3) berada di lingkungan yang nyaman. Prinsip pendirian IGI didasari oleh ketiga prinsip tersebut. Pertama, IGI adalah tempat para guru terfasilitasi
untuk bisa berpartisipasi aktif dalam proses belajarnya sendiri. Sumber pembelajaran diperoleh melalui sesama guru melalui kegiatan berbagi (sharing), masing-masing guru memanfaatkan yang sumber ada sekaligus membantu guru lain untuk belajar dengan berbagi pengetahuan, cerita, maupun bahan-bahan pembelajaran lainnya. Kedua, guru dianggap sudah memiliki pengetahuan yang berharga. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses belajar sebelumnya, pengalaman mengajar, bacaan, dan berbagai sumber lainnya. Melalui kegiatan belajar yang terjadi bersama-sama dengan guru lainnya, pengetahuan ini akan tumbuh dan berkembang menghasilkan pengetahuan dan gagasan baru. Ketiga, guru memerlukan lingkungan yang nyaman untuk belajar. Lingkungan di sini bukan hanya lingkungan fisik, namun juga melingkupi lingkungan sosial yang bisa terbangun melalui interaksi baik di dunia nyata maupun maya. Hal ini berarti IGI diharapkan menjadi tempat yang nyaman bagi guru untuk berbagi dan belajar. Proses peningkatan kualitas guru berupa sebuah siklus belajar-berbagi-belajar-berbagi, yang bisa di gam barkan seperti diagram berikut:
73
Diharapkan dengan berproses sesuai siklus tersebut, guru bisa berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih berkualitas. Saat awal pendiriannya, IGI belum menjadi sebuah organisasi profesi seperti yang ada sekarang. Namun, roh IGI sejak dulu sampai sekarang masih sama: belajar berbagi belajar berbagi. Perjalanan Panjang Pendirian IGI SK Depkumham Nomor AHU-125.AH.01.06 tahun 2009, tertanggal 26 November 2009 menyatakan bahwa sejak sejak 26 November 2009, IGI resmi disahkan sebagai sebuah organisasi profesi guru. Namun, sebenarnya cikal bakal pendirian IGI sudah terjadi jauh lebih lama sebelumnya. Secara singkat perjalanan panjang pendirian IGI dapat digambarkan dalam bagan berikut ini. (lihat gambar 2) Bagan di atas menunjukkan adanya empat momentum sejarah pendirian IGI. Momentun pertama adalah tanggal 21 November 2000, ketika mailinglist Centre for The Betterment of Education (cfbe@ yahoogroups.com) didirikan. Salah satu moderatornya adalah Ahmad Rizali. Di mailing-list tersebut para dosen, guru, mahasiswa, aktifis LSM, pakar dan tokoh pendidikan, juga khususnya para pemerhati pendidikan, serta masyarakat umum lainnya secara aktif membahas isu-isu terkait pendidikan di Indonesia. Melalui mailinglist CFBE tersebut Ahmad Rizali berkenalan dengan Satria Dharma. Keduanya aktif berdiskusi melalui milis. Tanggal 22 Juni 2006 muncul gagasan didirikannya Indonesian Teachers Club yang dikemukakan oleh Satria Dharma di mailing-list CFBE. Dalam emailnya, Satria Dharma mengungkapkan keinginannya untuk mendirikan suatu klub guru yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan secara nyata dengan jalan berbagi. Dalam email itu ditulis bahwa Satria Dharma berkeinginan memembentuk suatu lembaga profesi yang diberi nama Indonesian Teachers Club. Klub ini bertujuan untuk menjadi wadah para guru dalam mengembangkan profesinya agar menjadi lebih kompeten dan professional. Dalam wadah ini, para guru dan trainer dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, alat dan sumber belajar untuk meningkatkan profesionalisme melaui kegiatan-kegiatan seminar, tutorial, workshop, demonstrasi (unjuk kemampuan), diskusi, dll. Para guru dan trainer dapat berbagi tentang best practices di kelas yang selama ini mereka kembangkan. Banyak guru hebat yang telah mengembangkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dan ingin berbagi dengan guru-guru lain tapi tidak punya wadah untuk
itu. Beberapa dari mereka bahkan telah menyatakan kesediaannya untuk mengisi kegiatan ini jika telah berdiri. Misalnya, seorang guru PKn yang dapat me ngembangkan pembelajaranyang menarik dan efektif akan dapat mengajarkan pengalamannya kepada sesama guru PKn lain. Atau, guru agama Islam yang mengembangkan modul tentang pengajaran materi toleransi beragama dengan menggunakan pendekatan proyek kelompok dan hasilnya dapat dibagikan kepada sesama guru agama di tempat ini. Bukan hanya guru, petugas perpustakaan dapat berbagi dengan sesama pustakawan sekolah tentang bagaimana ia mengelola perpustakaan sehingga dapat menjadikan perpustakaannya benar-benar menjadi sumber belajar yang efektif bagi siswa di sekolahnya. Demikian juga, seorang trainer character building profesional akan membagikan ilmu dan keterampilannya dalam membuat program pembentukan karakter yang kuat bagi anak dan remaja kepada para guru Bimbingan dan Konseling sekolah dalam bentuk pelatihan berkala secara gratis. Best Practice and Knowledge Sharing adalah inti dari program yang akan dikelola oleh Indonesia Teachers Club (ITC) ini. Gagasan ini disambut hangat oleh para anggota mailing-list. Bagiono Djokosumbogo, kini pembina IGI, mengusulkan agar nama klub tersebut menggunakan bahasa Indonesia sehingga akhirnya disetujui bahwa namanya adalah Klub Guru Indonesia (KGI). Launching perdana KGI diadakan pada 29 Agustus 2006 di Sampoerna Foundation Teacher Institute Audi torium, Jakarta. Semenjak itu, kegiatan-kegiatan KGI baik berupa seminar, workshop,dan pelatihan mulai sering diadakan di Jakarta. Pesertanya rata-rata dari sekita Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi. Adanya dunia maya, termasuk kemudahan ko mu nikasi yang bisa dilakukan melalui berbagai mailinglist, membantu tersebarnya gagasan mengenai KGI ke daerah lain. Berikutnya KGI berkembang di Surabaya. Salah satu motornya adalah Mohammad Ihsan, kini Sekretaris Jendral IGI. Setelah berkembang di Surabaya IGI berkembang di daerah-daerah lain di Jawa Timur, lalu mulai berkembang di Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan daerah lainnya. Karena KGI mulai membesar dan anggotanya terus bertambah, disepakatilah bahwa KGI harus disahkan sebagai organisasi profesi guru yang resmi menurut hukum. Namun, untuk menjadi sebuah organisasi profesi guru yang resmi, penggunaan kata Klub
74
Karena KGI mulai membesar dan anggotanya terus bertambah, disepakatilah bahwa KGI harus disahkan sebagai organisasi profesi guru yang resmi menurut hukum. Namun, untuk menjadi sebuah organisasi profesi guru yang resmi, penggunaan kata Klub dianggap kurang formal sehingga kata Klub diganti dengan kata Ikatan.
Post agar setiap minggu ada satu halaman yang diperuntukan untuk guru sebagai bentuk menyebarkan akses informasi untuk guru. IGI Jawa Tengah sering mengadakan pelatihan teknologi informasi untuk guru. IGI Kalimantan Tengah aktif menyelenggarakan kegiatan mengenai education for sustainable development (pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan).
Gambar 4. Halaman Khusus untuk IGI Banjarmasin pada Surat Kabar Banjarmasin Post Kegiatan dalam IGI banyak yang diusulkan oleh anggota. Guru manapun yang merasa mempunyai keahlian khusus bisa menawarkan diri untuk berbagi kepada guru yang lainnya. Ini yang menyebabkan tema pada berbagai kegiatan IGI bisa bervariasi. Guru yang pandai menulis menawarkan menyelenggarakan workshop menulis, guru yang menguasai berbagai metode mengajar menawarkan diri berbagi mengenai metode belajar dan mengajar, dan sebagainya. Kondisi yang memungkinkan guru yang menentukan sendiri VOL. 01 Tahun I - September 2013 |
Gambar 3. Program Kegiatan IGI Kegiatan IGI di Berbagai Daerah Kegiatan IGI sangat bervariasi. Setiap cabang bisa mengadakan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan lokalnya asalkan tetap mengacu pada sharing and growing together. Sebagai contoh, IGI Kalimantan Selatan memilih bekerja sama dengan Banjamasin
75
apa yang perlu dipelajarinya dan apa yang bisa dia bagikan untuk guru yang lain menyebabkan tematema dalam kegiatan IGI sangat bervariasi. Beberapa contoh kegiatan yang diselenggarakan IGI bisa dilihat dalam gambar di bawah ini. Selain berbagai kegiatan tatap muka, kegiatan pembelajaran di IGI juga terjadi di dunia maya yakni melalui melalui mailing list IGI (ikatanguruindonesia@ yahoogroups.com), website IGI (www.igi.or.id), maupun facebook group IGI (http://www.facebook.com/ groups/igipusat/?fref=ts). Setiap hari guru memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan guru lainnya melalui berbagai forum di atas. Interaksi yang terjadi antara sesama guru di dunia maya memungkinkan guru untuk saling berbagi, kemudian berkolaborasi melahirkan gerakan maupun gagasan baru. Beberapa hal yang tumbuh dari interaksi antara guru pada forum IGI di dunia maya antara lain (1) forum Sharing Yuk!, yaitu suatu forum bagi guru untuk menuliskan pengalaman mereka dalam mengajar kemudian bisa disebarluaskan melalui website IGI; (2) Klub Baca IGI, yaitu suatu forum untuk menuliskan pandangannya terhadap buku yang dibaca, lalu disebarluaskan melalui mailing-list dan facebook group IGI; (3) Facebook Group Klub Guru Menulis IGI, yaitu suati forum bagi guru untuk saling mem-posting tulisan mereka dan mengomentari tulisan guru lain; (4) Facebook Group Klub Bahasa Inggris IGI, yaitu forum guru Bahasa Inggris untuk saling berlatih kemampuan berbahasa Inggris. Baik di dunia nyata maupun melalui dunia maya, kegiatan berbagi yang terjadi antara sesama anggota IGI akhirnya memang membantu guru untuk meningkatkan kualitasnya. Bukan hanya itu, munculah gagasan baru yang turut mendorong peningkatan kualitas sesama guru maupun pendidikan Indonesia pada umumnya. Diharapkan proses ini dapat terus Gambar 6. Berturut-turut dari kiri: Mohammad Ihsan (Sekjen IGI Pusat), Eko Prasetyo (penulis Memoar Guru), Gatot HP (Direktur Seamolec dan Wakil Ketua Dewan Pembina IGI), Hendrianto (Manager Direct Chanel Telkom Jatim), Kresno Herlambang (Dinas Pendidikan Jatim), Istiqomah (penulis Memoar Guru), Hariani Susanti (Penulis Memoar Guru).
berlanjut dan berkembang. Persis seperti moto IGI, berbagi dan tumbuh bersama. Sharing and growing together. Hasil interaksi para guru dalam forum Klub Guru Menulis IGI adalah terbitnya buku-buku karya guru. Salah satu buku yang karya kolaborasi para guru dari berbagai tempat di Tanah Air yang saat ini sering dibicarakan di berbagai cabang IGI adalah buku berjudul Hope and Dream Memoar Guru Setelah beberapa lama pengurus IGI Pusat men canangkan Gerakan Guru Menulis dengan difasilitasi oleh mailing list dan akun Facebook, tercetuslah ide untuk membukukan tulisan-tulisan para guru. Buku perdana yang berisi pengalaman para guru dalam menjalankan tugas di tempat masing-masing ditulis sendiri oleh mereka kemudian dikirimkan kepada tim yang dibentuk untuk menyunting dan menerbitkannya, maka terbitlah buku berjudul Hope and Dream, Memoar Guru (ISBN 978-602-97838-3-4). Buku tersebut diluncurkan untui pertama kalinya di Aula Telkom Margoyoso Surabaya, Kegiatan yang bersamaan dengan seminar Gerakan Guru Menulis ini bertujuan menginspirasi para guru untuk menjadi para penulis buku-buku berikutnya. Acara peluncuran buku ini dihadiri oleh tiga orang di antara 25 penulis buku yaitu Faradina Izdhihary, Eko Prasetyo, dan Icha Hariyani Susanti. Selain itu juga hadir para guru dari beberapa daerah seperti Jember, Banyuwangi, Tuban, Kediri, Malang, dan daerah lainnya di Jawa Timur. Kegiatan dilaksanakan pada Minggu pagi, tanggal 27 Januari 2013.
76
77
Gambar 7. Suasana Bedah Buku Hope and Dream Memoar Guru di Surabaya. Usai launching yang meriah tersebut, acara dilanjutkan dengan kegiatan seminar menulis. Narasumber yang tampil hari itu adalah Prof. Gatot Hari Priowirjanto, Istiqomah S.Pd, M.Pd (nama asli Faradina Izdhihary, penulis dan guru SMA Negeri 1 Batu), dan Eko Prasetyo (penulis dan editor Jawa Pos). Prof. Dr Gatot Hari Priowirjanto, Ketua Dewan Pembina IGI, yang juga dosen ITB dan Direktur SEAMOLEC (Sout Asean Minister of Education Organization Regional Open Learning Centre) langsung membuatkan kelas Guru Belajar Menulis di Edmodo dan menunjuk Istiqomah, koordinator penulis Hope and Dream, Memoar Guru untuk mengajar di kelas online tersebut. Melalui kelas di Edmodo, para guru bisa saling mengajar dan menampilkan video pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik, jelas beliau sambil menayangkan contoh kelas pembelajaran online di Edmodo yang sudah ada dan beranggotan para guru SMK dan guru-guru dari negara-negara lain. Para pembaca yang berminat, dapat bergabung di kelas Guru Belajar Menulis Seamolec + IGI. Pembicara kedua, Eko Prasetyo, mantan guru Bahasa Inggris di sebuah SMP di Kabupaten Malang ini dengan penuh semangat memotivasi para guru untuk menulis. Beliau dengan penuh semangat dan kebanggaan menceritakan tulisannya dalam Hope and Dream berjudul Pak Bon yang menceritakan kisah seorang penjaga sekolah (tukang kebon) yang kemudian berhasil menjadi kepala SMA dan trainer IT. Tidak hanya bercerita, beliau juga menghadirkan sosok Pak Bon yaitu Pak Sukari untuk memotivasi para guru agar tidak puas dengan apa yang diperoleh saat ini. Kisah Pak Bon ini benar-benar inspiratif dan membuat saya tergerak untuk membagikan inspirasi tersebut pada para guru, katanya sambil menguraikan banyak keuntungan yang bisa diperoleh seseorang melalui tulisannya. Pembicara ketiga, komandan penerbitan Hope and Dream, Istiqomah, S.Pd, M.Pd tampil tidak kalah dengan dua pembicara sebelumnya. Dengan gaya bicaranya yang meledak-ledak, guru yang juga penulis novel Safir Cinta ini memotivasi para guru untuk menulis. Dalam kesempatan itu ia membagikan tips untuk para pemula agar menggunakan strategi copy the master, yaitu sebuah strategi belajar dan pembelajar menulis
78
79
biodata penulis
Nama: Suhardi No. KTA IGI: Pendidikan Terakhir: S-2 Pendidikan Bahasa Indonesia Guru Mapel: Bahasa Indonesia Unit Kerja: SMA Negeri 1 Sumber, Kab. Rembang, Jawa Tengah Alamat Unit Kerja: Jalan Raya Sumber-Rembang Alamat Rumah: RT 02 / RW 02 Desa Sumber, Kec. Sumber, Kab. Rembang, Jawa Tengah Email: suhardiahmad67@yahoo.com Web/ Blog: hardi-guru-bhs-indonesia.blogspot.com No. HP: 085 290 932 247 Nama: Wijaya Kusumah No. KTA IGI: 0210-04-000043 Pendidikan Terakhir: S-2 TP-UNJ Guru Mapel: TIK SMP Labschool Rawamangun, Jakarta Unit Kerja: SMP Labschool Rawamangun, Jakarta Alamat Unit Kerja: Jalan Pemuda Komplek UNJ Rawamangun 13220 Alamat Rumah: Jalan Pemuda Komplek UNJ Rawamangun Jakarta Timur Email: wijayalabs@gmail.com Web/ Blog: http://wijayalabs.com No. HP: 081 591 555 15
Nama: Amirullah No. KTA IGI: Pendidikan Terakhir: Guru Mapel: Matematika Unit Kerja: Alamat Unit Kerja: Alamat Rumah: Email: Web/ Blog:
Nama: Ameliasari Tauresia Kesuma No. KTA IGI: 0298-01-000019 Pendidikan Terakhir: S-1 Ekonomi Guru Mapel: Ekonomi/Akuntansi Unit Kerja: MAN Salatiga Alamat Unit Kerja: Jalan Wahid Hasyim No. 12 Salatiga 50714 Alamat Rumah: Jalan Kauman No. 3 RT 02 RW 02 Salatiga 50714 Email: leaguie@gmail.com Web/ Blog: http://untukanakbangsa.blogspot.com http://belajarseru.com No. HP: 081 577 770 81
Samarinda Kaltim Alamat Rumah: Sempaja Residence Blok F No.2 Jalan Batu Cermin Samarinda Kaltim Email: Jokow2008@gmail.com Web/ Blog: www.jokowahyono.com No. HP: 0811581034 / 085350105575
Nama: Joko Wahyono No. KTA IGI: 0541-01-000158 Pendidikan Terakhir: S-2 Manajemen Pendidikan UNJ Guru Mapel: Unit Kerja: Yayasan Fastabiqul Khairat Samarinda Alamat Unit Kerja: Jalan AW. Syahranie 14 Pandan Wangi
Nama: Tri Andayani No. KTA IGI: 0272-01-000018 Pendidikan Terakhir: S-2 Guru Mapel: Bahasa Indonesia Unit Kerja: SMP Negeri 1 Banyudono Boyolali, Jawa Tengah Alamat Unit Kerja: Jalan Kuwiran Nomor 02 Banyudono Boyolali Alamat Rumah: Jalan Kuwiran Nomor 02 Banyudono Boyolali Jawa Tengah Email: triandayani676@yahoo.com Web/ Blog: http://Hai-tri.blogspot.com No. HP: 081 327 093 567
80
61257 Alamat Rumah: Kalijaten RT 21 RW 03 No. 58 Taman, Sidoarjo 61257 Email: me_rayniz@yahoo.com / ainimee@gmail.com Web/ Blog: www.aynee.guru-indonesia.net/ nickyacc. blogspot.com No. HP: 0818315896 / 081553631396
Bonang, Demak Alamat Rumah: Perum Wijaya Kusuma II Blok J No. 6 Katonsari Email: hening.wulandari@yahoo.co.id Web/ Blog: No. HP: 085 712 815 426
61257 Alamat Rumah: Jalan Hayam Wuruk Dodik G-46 Surabaya 60242 Email: bundaseby@gmail.com Web/ Blog: www.dheenee.guru-indonesia.net No. HP: 081235183546
Nama: Dini Widiasih No. KTA IGI: Pendidikan Terakhir: S-1 Teknik Elektro ITS Surabaya Guru Mapel: TIK Unit Kerja: SMA Wachid Hasyim 2 Taman, Sidoarjo Alamat Unit Kerja: Jalan Raya Ngelom No. 86 Taman, Sidoarjo
Nama: Chustini No. KTA IGI: 0341-01-000341 Pendidikan Terakhir: S1-PAUD Guru Mapel: Guru Kelas Unit Kerja: TK Muslimat NU 34 Alamat Unit Kerja: Jalan Selorejo Masjid No. 60 H, Malang 65141 Alamat Rumah: Jalan Selorejo 11B, Malang 65141 Email: chustini_ama@yahoo.co.id Web/ Blog: No. HP:0341-9060008 / 088 155 231 29 Nama: Dwi Imroatu Julaikah No. KTA IGI: 031-01-001036 Pendidikan Terakhir: S-2 Pendidikan Bahasa, Universitas Negeri Surabaya Guru Mapel: Bahasa Jerman Unit Kerja: Prodi Bahasa Jerman Alamat Unit Kerja: Surabaya Alamat Rumah: Surabaya Email: dwiimroah@yahoo.com Web/ Blog: www.dwiimroatu.blogspot.com No. HP:085648906595
Utara Alamat Unit Kerja: Jalan Siswa Nomor 173 Tounelet Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa - Sulut Alamat Rumah: Jalan Siswa Nomor 173 Tounelet Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa - Sulawesi Utara Email: pieter73@ymail.com Web/ Blog: yanipieterpitoy.com No. HP: 081 244 152 24
Nama: Yani Pieter Pitoy No. KTA IGI: 0431-01-000001 Pendidikan Terakhir: Sarjana Pendidikan Matematika (Universitas Negeri Manado) Guru Mapel: Matematika, KKPI, Produktif Multimedia Unit Kerja: SMK Negeri 1 Sonder Kabupaten Minahasa - Sulawesi
Nama: Dhitta Puti Sarasvati No. KTA IGI: Pendidikan Terakhir: S-2 Pendidikan Matematika, University of Bristol, UK Guru Mapel: Matematika Unit Kerja: Sampoerna School of Education Alamat Unit Kerja: Jakarta Alamat Rumah: Jakarta Email: puti@igi.or.id Web/ Blog: No. HP: 081 284 111 811
81
82
ii