Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.

Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus (Manuaba, 2010) Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta (Wiknjosastro, 2006). Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya (Carpeito, 2008) Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikitsedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan (Marliyn, 2001) Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya (Novita, 2008)

Angka kematian maternal masih menjadi tolok ukur untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan (Hamilton, 1995). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah betapa pentingnya mengetahui tentang perdarahan tentang komplikasi pada kehamilan yang kemungkinan dapat terjadi pada masa kehamilan seperti perdarahan antepartum yang di sebabkan oleh plasenta previa

C. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang plasenta previa dan asuhan kebidanan pada klien dengan plasenta previa. 2. Tujuan Khusus Secara khusus Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Plasenta Previa ini disusun agar: a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, etiologi, gejala, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, serta proses perawatan. b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan kebidanan pada klien dengan plasenta previa. c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan pada pasien yang dirawat dengan keluhan plasenta previa. d. Agar laporan kasus ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan plasenta previa. D. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan teori yang diperoleh dari pendidikan secara nyata di lapangan dalam hal melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu bersalin dengan plasenta previa. 2. Bagi Instansi Sebagai metode untuk mengevaluasi seberapa jauh mahasiswa nenerapkan teori yang di peroleh di bangku kuliah dan mempraktekannya di lahan.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus (Prawirohardjo, 2006). Plasenta previa yaitu plasenta yang tumbuh di tempat yang rendah di daerah penipisan-pembukaan pada segmen bawah rahim. Karena itu, plasenta terletak lebih rendah dari janin (mendahului letak janin) dan dapat menghalangi pelahiran pervaginam (Benson, 2008). Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior (belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks (Varney, 2006). B. Etiologi Menurut Manuaba (2010), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup : 1. Perdarahan (hemorrhagic). 2. Usia lebih dari 35 tahun. 3. Multiparitas. 4. Pengobatan infertilitas. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Multiple gestation. Erythroblastosis. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya. Keguguran berulang. Status sosial ekonomi yang rendah. Jarak antar kehamilan yang pendek.

11. Merokok. Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Sedangkan menurut Kloosterman (1973), Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun. C. Gejala Gejala yang terjadi pada plasenta previa menurut (Manuaba, 2010) adalah sebagai berikut: 1. Perdarahan tanpa nyeri. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Perdarahan berulang. Warna perdarahan merah segar. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah. Timbulnya perlahan-lahan. Waktu terjadinya saat hamil. His biasanya tidak ada. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi. Denyut jantung janin ada. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul. Presentasi mungkin abnormal. Jadi Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedngan tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bisa dielakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat pelekantan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh- pembuluh darah uterus.

Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan ketidakmampuan serabut- serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan bembuluh darah yang rupture sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang kosong pada kala tiga persalinan. Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasentah dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual. D. Patofisiologi Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus.Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan. Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Zigot yang tertanam sangat rendah dalam kavum uteri, akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya sangat berdekatan dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya demikian akan diam di tempatnya sehingga terjadi plasenta previa Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekan nya plaseta (apabila plaseta tumbuh di segmen bawah rahim). Pelebaran pada segmen bawah uterus dan pembukaan servikakan menyebabkan bagian plaseta yang diatas atau dekat ostium akan terlepas dari dinding uterus.Segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Doengoes, 2000). Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previaumumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan (Manuaba, 2010).

Menurut Manuaba (2010) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan : 1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi 2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin 3. Villi korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang persisten Menurut Davood (2008) sebuah penyebab utama perdarahan trimester ketiga, plasenta previa memiliki tanda yang khas, yaitu pendarahan tanpa rasa sakit. Perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekansinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003). E. Komplikasi Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya plasenta previa adalah sebagai berikut : 1. Pada ibu dapat terjadi : a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan b. Anemia karena perdarahan c. Plasentitis d. Endometritis pasca persalinan 2. Pada janin dapat terjadi : a. Persalinan premature b. Asfiksia berat c. Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Adanya atrofi pada desidua dan vaskularisasi yang berkurang menyebabkan suplai darah dari

ibu ke janin berkurang. Dalam darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin untuk berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai makanan berkurang (Prawirohardjo, 2006). F. Penatalaksanaan 1. Terapi ekspektatif (pasif) Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006). Syarat-syarat terapi ekspektatif : a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat memberikan kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan berkembang dalam kandungan sampai janin matur. Dengan demikian angka kesakitan dan kematian neonatal karena kasus preterm dapat ditekan (Prawirohardjo, 2006). b. Belum ada tanda-tanda in partu. Menunda tindakan pengakhiran kehamilan segera pada kasus plasenta

previa bila tidak terdapat tanda-tanda inpartu ditujukkan untukmempertahankan janin dalam kandungan. Hal ini memberikan peluang janin untuk tetap berkembang dalam kandungan lebih lama sampai aterm, dan dengan demikian pula kemungkinan janin hidup di luar kandungan lebih besar lagi (Prawirohardjo, 2006). d. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal). Selama ibu tidak memiliki riwayat anemia, terapi pasif dapat dilakukan karena kemungkinan perdarahan berkelanjutan kecil terjadi karena kadar Hb normal bila sebelumnya tidak dilakukan pemeriksan dalam (Prawirohardjo, 2006). e. Janin masih hidup. Bila janin masih hidup, berarti besar kemungkinan janin masih dapat bertahan dalam kandungan sampai janin matur. Sehingga tidak perlu mengakhiri

kehamilan dengan segera karena hanya akan memperkecil kesempatan hidup janin bila sudah berada di luar kandungan (Prawirohardjo, 2006). 2. Terapi aktif Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa(Prawirohardjo, 2006). a. Seksio sesarea Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan (Prawirohardjo, 2006). b. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1) Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan

pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,akselerasi dengan infus oksitosin (Prawirohardjo, 2006). 2) Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakantamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup (Prawirohardjo, 2006). 3) Traksi dengan Cunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban

secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif (Prawirohardjo, 2006).

Menurut Manuaba (2008) Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa adalah: Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian, Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.

BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN PLASENTA PREVIA Hari/ Tgl Pengkajian : Jumat, 05 Juli 2013 Waktu Pengkajian : 11.00 WITA A. SUBJECTIVE DATA 1. Identitas Istri Nama : Ny. N Umur : 36 tahun

Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat Suami Nama Umur Agama Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Alamat

: Islam : Jawa/Indonesia : Sarjana : PNS : Jl. H. Indar, No. 6, Rt. 19, Buntok

: Tn. E : 40 tahun : Islam : Jawa/Indonesia : Sarjana : PNS : Jl. H. Indar, No. 6, Rt. 19, Buntok

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan nya, berwarna merah segar tetapi tidak merasakan nyeri sejak 2 jam yang lalu, ibu mengatakan rencana SC hari senin tanggal 08 juli 2013 oleh dokter spesialis kandungan. 3. Riwayat Perkawinan Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 27 tahun, dengan suami sekarang sudah 9 tahun. 4. a. b. c. d. e. f. g. h. Riwayat Haid Menarche umur Siklus Teratur/tidak Lamanya Banyaknya Dismenorhoe HPHT Taksiran partus : 12 tahun : 28 hari : Teratur : 5-7 hari : 2-3 x ganti pembalut : Tidak Ada : 17-10-2012 : 24-07-2013

5. Riwayat Obtetri G1P0A0 Kehamilan No Thn UK Penyulit 1 2013 6. -

Persalinan UK Cara Tempat/ Penyulit penolong -

Bayi BB PB Seks Keadaan -

Penyulit nifas -

Ket

Riwayat keluarga Berencana

a. Jenis b. Lama c. Masalah

: Tidak ada menggunakan alat kontrasepsi : Tidak ada menggunakan alat kontrasepsi : Tidak ada menggunakan alat kontrasepsi

7. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan ibu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi,Asma,Diabetes dan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung serta tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS dan Hepatitis. b. Riwayat kesehatan keluarga : Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti Hipertensi, Asma, Diabetes dan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti penyakit jantungserta tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, HIV AIDS, Hepatitis. 8. a. b. c. d. e. Keadaan kehamilan sekarang Selama hamil ibu periksa di : Dokter Mulai periksa sejak usia kehamilan : 2 Minggu Frekuensi periksa kehamilan Trimester I : 2x Trimester II : 2x Trimester III : 3x TT I : sudah diberikan TT II : sudah diberikan Keluhan/masalah yang dirasakan ibu Umur No Keluhan/masalah Tindakan oleh Kehamilan 1 Nyeri pinggang 34 mngg konseling bidan

Ket -

9. Pola kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi - Terakhir makan dan minum - Banyaknya b. Eliminasi BAB - Terakhir BAB - Konsistensi : nasi,sayur,lauk-pauk,air putih : 1 porsi

: 7 jam yang lalu : lembek

- Warna

: kuning

BAK - Terkhir BAK : 2 jam yang lalu - Frekuensi :3x - Warna : kuning c. Personal hygiene - Terakhir mandi dan gosok gigi : Pagi hari d. Aktifitas : sejak mengalami perdarahan ibu hanya berbaring saja 10. Data psikososial dan spiritual a. Perasaan ibu terhadap proses persalinan yang akan di lalui: cemas, takut akan bayi b. c. d. e. B. 1. a. b. c. dan keadaan dirinya Siapa yang diharapkan ibu untuk pendamping persalinan: suami Hubungan ibu dengan keluarga: baik Hubungan ibu dengan mertua: baik Pengambil keputusan dalam keluarga: bersama dengan suami OBJEKTIVE DATA Pemeriksaan umum Keadaan umum Kesadaran Bearat badan

: Baik : Compos Menthis :

d. tinggi badan : 155 cm e. LILA : 29 cm f. Tanda vital : TD 140/100 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5 C, Respirasi 24x/menit 2. Pemeriksaan khusus a. Inspeksi - Kepala : Bersih, pertumbuhan rambut merata, tidak nampak benjolan - Muka : Simetris, tidak pucat, tidak nampak odem - Mata : Bentuk simetris, conjungtiva tidak pucat, tidak ikterik - Telinga : Simetris,bersih,fungsi pendengaran baik - Hidung : Nampak bersih, tidak nampak pergerakan cuping hidung saat bernapas - Mulut : Mulut tidak pucat, keadaan gigi bersih, tidak ada pembengkakan pada gusi - Leher : Tidak ada pembesaran kalenjar tyroid, dan tidak ada pembengkakan vena jugularis - Dada/mamae : Bentuk payudara simetris, puting menonjol, tidak nampak benjolan, pergerakan dada simetris saat bernafas. - Perut : Pembembesaran sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada bekas operasi - Tungkai : Tidak terlihat varises dan oedem

b. Palpasi - Leher : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tyroid - Dada/Mamae : Tidak teraba benjolan abnormal, colostrum belum keluar. - Abdomen : TFU 2 jari di bawah prosesus xipoideus, bagian teratas janin teraba bulat, lunak dan tidak melenting. : Sebelah kanan perut ibu teraba memanjang, keras seperti papan (Pu Ka), dan bagian kiri perut ibu teraba bagian terkacil janin (Ekremitas). : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan melenting. : Kepala belum memasuki pintu atas pinggul - Tungkai : Tidak teraba varises dan odem c. Auskultasi DJJ ( + ), terdengar jelas dan teratur , frekuensi 136 x/menit d. Perkusi - Refleks patella : kiri (+ ), kanan (+ ) - Cek ginjal : kiri (-), kanan (- ) e. Pemeriksaan dalam : Tidak dilaukan 3. Pemeriksaan penunjang Laboratorium a. Hematologi - Eritrosit : 3, 87 juta/mm (-) - Hematokrit : 33, 2 % (-) - Hemoglobin : 10, 2 gr % b. Hitung Jenis - Monosit :9% (+) c. LED : 43,0 mm/jam (+) d. Faal Hemostatis - PT : 9,8 detik (-) - APTT : 27, 0 detik (-) USG : Tampak plasenta menutupi seluruh bagian OUI C. ASSESMENT 1. Diagnosa kebidanan : G1P0A0, hamil aterm dengan plasenta previa 2. Masalah 3. Kebutuhan : Ibu merasa cemas menghadapi proses persalinan : Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

eopold I

eopold II

eopold III eopold IV

D. PLANNING : 1. Menberitahukan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu dan janinnya baik yaitu ; TD : 140/100, T : 36,5 C, N : 80 x/menit, R : 24x/ menit, DJJ 136 x/m

ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesalis kandungan yang menagani kolaborasi sudah di lakukan, advis dokter pasang infuse RL 20 TPM 3. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan nya, yaitu ibu mengalami perdarahan, yang disebabkan plasenta previa yaitu perlekatan plasenta yang abnormal menutupi seluruh jalan lahir, akibat kepala semakin turun maka kepala terus menekan plasenta, sehingga timbul perdarahan. ibu mengetahui tentang keadaan dirinya 4. Menjelaskan pada ibu bahwa pada hari ini akan dilakukan operasi dan tidak menunggu tanggal 08 juli seperti yang sudah dijadwalkan karena ibu sudah mengalami perdarahan, dan menjadwalkan ulang tindakan operasi pada pasien ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan setuju dengan tindakan operasi yang dilaksanakan pukul 14.00 WITA pada tanggal 05 juli 2013

5. Melakukan persiapan pre operatif, yaitu: a. Mencukur daerah yang akan di operasi b. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi dan memasangkan topi c. Membersihkan make up serta melepas semua perhiasan yang ada pada pasien d. Injeksi meropen 1 gr intavena e. Menyiapkan darah WB 1 kolf f. Menganjurkan pasien untuk puasa tindakan sudah di lakukan 6. Melakukan kolaborasi dengan dokter anastesi kolaborasi sudah dilaksanakan 7. Menganjurkan pada suami dan keluarga untuk terus memberikan support/dukungan pada ibu agar ibu merasa lebih siap dalam menghadapi proses persalinan. Ibu merasa lebih tenang dan siap dalam menghadapi proses persalinan

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan di bahas mengenai pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. N umur 36 tahun mengalami plasenta previa di ruang cenrawasih (Ruang Bersalin) di RS Sari Mulia Banjarmasin. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta berada pada bagian atas uterus, pada pasien Ny. N setelah dilakukan USG terlihat perlekatan plasenta menutupi seluruh jan lahir, sehingga kepala janin tidak dapat turun ke dasar pinggul karena tertahan plasenta yang menutupi seluruh jalan lahir. Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim, frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, sesuai dengan toeri yang ada kejadian plasenta previa pada pasien Ny. N di sebabkan karena pasien hamil pertama dan berumur 36 tahun. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya dapat terlihat pada pasien Ny. N yang mengalami perdarahan tanpa nyeri. Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Plasenta previa merupakan perdarahn antepartum yang terjadi karena implantasi plasenta yang abnormal yaitu menutupi sebagian OUI atau menutupi seluruh OUI, keadaan ini dapat menyebabkan anemia pada ibu dan kekurangan oksigen pada janin yang dikandung sehingga dapat terjadi hipoksia dan fetal distress pada janin serta syok karena kekurangan darah pada ibu, pada keadaan pasien Ny. N segera harus dilakukan terminasi kehamilan karena ibu mengalami perdarahan untuk menyelamatkan ibu dan janin, tindakan terminasi kehamilan di lakukan dengan tindakan SC, karena tidak dapat lahir pervaginam. Pasien Ny. N sudah di tangani

dengan tindakan SC dan dilakukan pemantauan kala IV serta pemberian obat-obatan sesuai advis dokter. B. Saran Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan informasi mengenai komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi selama masa kehamilan trimester III, seperti plasenta previa sehingga para ibu hamil dapat mendeteksi secara dini komplikasi yang mungkin terjadi. Mudah-mudahan dengan saran ini dapat meningkatkan derajat kesehatan khususnya bagi Kalimantan Selatan.

DAFTAR PUSTAKA Carpeito, 2000, Diagnose Keperawatan, edisi 8, Jakarta : EGC Hamilton, Persis Mary, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC Marilyn E. Doenges and Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana PerawatanMaternal/Bayi, edisi kedua. EGC. Jakarta. Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Novita.Fithya, 2008, Asuhan Keperawatan Ny.W Hamil Trimester III Dengan Plasenta Previa di Ruang C RSUD Dr.DorisSylvanus Palangka Raya. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. prawirohardjo. Jakarta. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Anda mungkin juga menyukai