Anda di halaman 1dari 9

MOJOKERTO DELTA, EAST JAWA : PALEOENVIRONMENT OF Homo Modjokertensis - FIRST RESULTS

Apakah ciri habitat Homo erectus di pulau tropis Jawa ? Pertanyaan ini telah diajukan penulis untuk suatu penelitian dan telah mendapat dukungan dana dari Leakey Foundation (LF) dan National Science Foundation (NSF), Amerika Serikat untuk kerjasama penelitian antara Departemen Antropologi, Universitas Texas di Austin - USA ( UTS - USA) dengan Departemen Teknik Geologi ITB di Daerah Perning, Mojokerto. Makalah ini menyajikan rangkuman hasil-penelitian yang selama ini telah dicapai. Hominid yang telah ditemukan di Perning tahun 1936 merupakan tujuan utama penelitian ini, karena fosil hominid yang ditemukan tersebut sejauh ini merupakan fosil manusia tertua di wilayah geografi kelautan masalampau ( maritime paleogeographic) dan mungkin juga merupakan fosil yang lebih tua dari fosil hominid yang telah ditemukan diluar benua Afrika. Penemuan baru dokumen penelitian yang dilakukan tahun 1936 - 1938 mendukung pernyataan para penemu fosil tahun 1936 yang menyatakan bahwa fosil hominid telah ditemukan in situ dalam lapisan Plio-Plestosen. Dokumen tersebut juga telah membawa penelitian ini untuk merelokasi situs ditemukannya fosil hominid dan mempelajari dengan teliti lapisan dimana hominid telah ditemukan. Lapisan tersebut merupakan suatu endapan gosong (bar) alur aliran sungai yang berpindah di delta plain dari suatu delta yang purba diberi nama Delta Mojokerto. Kajian terhadap urutan sedimentasi ditempat dijumpainya lapisan pengandung hominid juga mendapatkan informasi tentang lingkungan purba berupa taut dangkal, marine delta front, delta plain (limbah banjir dan alur-alur sungai), interfluve delta yang membentuk paleosol, saat dan ditempat dimana kemungkinan Homo erectus pernah hidup. Pada tahun 2001-2002 telah dilakukan beberapa penggalian uji di situs ditemukannya hominid dan telah menemukan sebanyak 250 buah fosil vertebrata, dan melihat keadaan lapisan serta fosil-fosil tersebut, memungkinkan untuk mendapatkan lagi fosil hominid. Fosil-fosil dari hasil eskavasi dan juga dari hasil temuan permukan disekitar daerah penggalian terdiri atas cervidae, muncak, bovidae, suidae, hippopotamus, rhinoceros, Stegodon dan panthera, menunjukkan bahwa mereka pernah hidup bersama dengan Homo erectus. Selain itu, ditemukan pula binatang air seperti moluska, kura-kura dan crocodillus, antara lain kura-kura raksasa yang dijumpai didalam lapisan, diluar daerah penggalian. Pollen, spora dan phyolith juga dijumpai dalam lapisan pengandung hominid, menunjukkan adanya lingkungan bakau (mangrove) disepanjang pantai, rawa-rawa sepanjang sungai dan vegetasi hutan pegunungan yang letaknya agak jauh, serta daerah dataran delta dengan vegetasi rerumputan darat (grassland) yang cukup luas. Metoda isotop stabil Karbon (Carbon stable isotope) telah dilakukan dalam penelitian ini, terhadap enamel gigi cervidae, bovidae dan vertebrata lainnya, merupakan metoda yang baru pertama kali diterapkan dalam penelitian terhadap fosil-fosil dari daerah Perning, guna mempelajari ciri keadaan lingkungan purba Homo erectus di Jawa, dan hasilnya telah mendorong untuk menggunakan teknik metoda ini lebih luas dalam penelitian.Hasil isotop karbon ini sesuai dengan jejak fotosintesis C-4 yang merupakan ciri rerumputan tropis, dan hasil ini juga bersesuaian dengan adanya rerumputan daratan yang telah ditunjukkan oleh pollen dan phyolith. Preservasi fosil yang baik dari tengkorak Homo mojokertensis dalam sedimen sungai yang diendapkan dengan arus kuat yang juga banyak mengandung fosil vertebrata, menunjukkan bahwa fosil tengkorak tersebut telah terangkut dan jarak yang dekat dengan habitat hidupnya, sehingga Homo erectus sepertinya merupakan salah satu anggota komunitas fauna yang telah hidup di Delta Mojokerto. Di delta purba ini juga terdapat berbagai jenis potensi makanan bagi hominid, dengan adanya fosil mamalia daratan, moluska dan binatang air lainnya, serta berbagai jenis pepohonan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Pekerjaan penelitian ini masih terus dilakukan untuk melengkapi pemahaman tentang keadaan lingkungan hidup himinid, sumber makanan di daerah delta serta pertanggalan untuk menentukan umur mutlak lapisan pengandung hominid di Perning, Mojokerto. Kata kunci : Perning-Mojokerto, Delta Mojokerto, paleoenvironment, Homo mojokertensis, sedimentasi fluvial dan delta, fosil vertebrata dan moluska.

What characterized Homo erectus habitats on the tropical island of Jawa (Java)? This question is being addressed by a project led by the authors and supported by the US-based Leakey Foundation and National Science Foundation. The hominid discovered at Perning in 1936, Homo modjokertensis, is the focus of our current research because this fossil is far older than any other from a maritime paleogeographic setting and may be the oldest hominid known outside Africa. The following summarizes our findings so far. Newly found documents from 1936-1938 support the statements of the discoverers that the discovery was found in situ in Plio-Pleistocene bedrock. These documents have allowed us to relocate the discovery site, and examine the stratum in which the hominid was found. The bed formed as a bar in a swift-flowing river channel on a delta plain of the ancient Mojokerto Delta (named herein). The local sedimentary sequence containing the hominid bed provides paleoenvironmental information on the shallow sea, the marine-delta front, the delta plain (flood plain and river channels), and a long-standing delta interfluve (paleosol) where Homo erectus might have lived. Test excavations at the hominid site during 2001 and 2002 field seasons produced 250 fossil vertebrates. The nature of the recovery suggests that additional hominid remains may be found in the bed. Fossils from the excavations and nearby surface collecting suggest that deer, muntjak, bovids, pig, hippopotamus, rhinoceros, Stegodon, and large cat inhabited the delta, together with Homo erectus. Mollusks, turtle and crocodile were recovered from the excavation, and inhabited the river. The fossil of a giant tortoise was recovered from a nearby locality. Pollen, spores and phyoliths from the hominid-producing sequence show that mangroves existed along the seacoast, swamps occurred along the river, and the distant mountains were forested. The delta plain includedand perhaps was largely covered with--grasslands. Stable-carbon isotope signatures (C) have been obtained from the enamel of teeth of bovids, cervids, and other animals from the hominid bed and other localities in the hominid-bearing sequence in the Perning district. This is the first use the stable-isotope method to characterize the paleoenvironment of Homo erectus in Jawa. The results encourage the more widespread use of the technique. Most of the carbon isotope results fit the C4 photosynthetic pathway characteristic of tropical grasses. This result is consistent with the grasslands indicated by pollen and phyoliths. The good state of preservation of Homo modjokertensis relative to the high-energy fluvial sediment in which it was found indicates that the skull probably was transported a short distance from its life habitat, and therefore H. erectus was likely to have been a member of the community of animals that lived in the Mojokerto Delta. The delta contained a variety of potential hominid foods. Fossil evidence for large terrestrial mammals, mollusks, other aquatic animals, fruit-bearing trees, and an edible fern has been found so far. Work continues that will allow us to describe the hominid paleoenvironment and dietary resources of the delta more completely, as well as to provide an unequivocal absolute age for the Perning hominid. Keywords : Perning-Mojokerto, Mojokerto Delta, Paleoenvironment, Homo mojokertensis, deltaic and fluival sedimentations, vertebrate and mollusks fossils.

Anda mungkin juga menyukai