Anda di halaman 1dari 3

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah dimenore (dysmenorrhea) berasal dari Yunani berarti nyeri haid yang terjadi sebelum dan selama siklus menstruasi pada wanita (Perheentupa, 2005). Dismenore, salah satu keluhan ginekologi yang paling umum, diperkirakan mempengaruhi 60% sampai 90% perempuan pada usia produktif. Diantaranya, 59,7% dari wanita usia dewasa muda melaporkan beberapa unsur nyeri haid (Patruno, 2006). Keluhan ini mungkin merupakan penyebab utama banyaknya absensi baik dari sekolah maupun dari kantor di kalangan wanita muda (Havens, 2002). Prevalensi dismenore primer cenderung lebih tinggi pada remaja putri dibanding dengan wanita yang lebih dewasa (Proctor, 2007). Studi peninjauan sistematis di negara-negara berkembang menemukan bahwa 25-50% wanita dewasa dan sekitar 75% dari remaja mengalami sensasi nyeri selama menstruasi, dengan lima hingga dua puluh persen dilaporkan mengalami dismenore berat atau menghambat mereka dari berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari (Harlow, 2004). Prevalensi dismenore primer berkurang dengan bertambahnya usia dan semakin menurun setelah usia 24 tahun (Dawood, 2006). Dalam penelitian di Kanada menemukan 60% wanita mengalami dismenore primer dengan 51% melaporkan keterbatasan kegiatan sehari-hari, 17% melaporkan absensi dari kantor dan 36% mengadukan nyeri haid sedang atau berat (Burnett, 2005). Penelitian lain di India menemukan 55% wanita yang berusia 18 hingga 45 tahun mengalami dismenore dengan catatan terdapatnya 18% mengalami dismenore berat (Patel, 2006). Sepuluh persen daripada wanita usia 24 tahun melaporkan nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari (French, 2005). Dismenore dikelompokkan menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer mengacu sebagai nyeri haid tanpa

Universitas Sumatera Utara

kelainan anatomi atau pelvis, diduga disebabkan oleh peningkatan sekresi prostaglandin oleh endometrium sehingga menyebabkan kontraksi uterus abnormal yang diikuti dengan pengurangan aliran darah rahim dan terjadinya sensasi nyeri akibat iskemik (Dawood, 2006). Sedangkan dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid yang dikaitkan dengan kelainan pelvis yang mendasarinya (Stenchever, 2001; Rapkin, 2007). Pada wanita yang aktif secara fisik dilaporkan kurang terjadinya dismenore. Wanita yang berolahraga sekurang-kurangnya satu kali seminggu dapat menurunkan intensitas rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada bagian bawah abdominal. Fenomena ini kemungkinan diinduksi oleh endorfin yang dilepaskan di sirkulasi selama olahraga (Irwin, 2007). Tampaknya secara umum dipercayai bahwa olahraga dapat mengurangkan gejala dismenore. Namun, hanya beberapa studi yang telah meneliti efek latihan fisik terhadap dismenore (Carlberg, 2001). Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti akan mencoba melakukan penelitian tentang hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012 supaya dapat mencari alternatif terapi yang mudah dilaksanakan tanpa memerlukan obat-obatan untuk mengatasi masalah dismenore serta meningkatkan kebiasaan berolahraga di kalangan siswi.

1.2.

Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan yang ada maka

pokok permasalahan adalah untuk menentukan apakah adanya hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012? 1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kejadian dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. 2. Mengetahui kebiasaan olahraga siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012. 3. Mengetahui tingkat keparahan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan tahun 2011/2012.

1.4.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Memahami hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore serta memberikan informasi kesehatan reproduksi mengenai upaya

penanganan dan pencegahan dismenore. 2. Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita. 3. Menambahkan kepustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan mengenai dismenore. 4. Sebagai landasan untuk penelitian sejenis selanjutnya yang terkait dengan dismenore.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai