Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Suwitra, 2006). Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4 juta penduduk per tahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing berkisar 100 - 150/ 1 juta penduduk (Suwitra, 2006). Penyakit ginjal dapat menyebabkan naiknya tekanan darah sebaliknya hipertensi merupakan salah satu faktor pencetus gagal ginjal. Secara klinik kedua keadaan ini sukar dibedakan terutama pada penyakit ginjal menahun. Apakah hipertensi yang menyebabkan penyakit ginjal ataukah penyakit ginjal yang menyebabkan naiknya tekanan darah dan untuk mengetahui keadaan ini diperlukan adanya catatan medik yang teratur dalam jangka panjang (Tessy, 2006). Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi hipertensi berat. Selain itu komplikasi eksternal (misalnya, retinopati dan ensefalopati) juga dapat terjadi (Wilson, 2006). Maksud pengobatan hipertensi pada pasien GGK selain untuk menurunkan tekanan darah, juga untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ target. Pemilihan antihipertensi untuk pasien GGK didasarkan kepada efek lain yang mengutungkan selain efek antihipertensi, misalnya dapat menurunkan tingkat proteinuria, bersifat nefroprotektif dan kardioprotektif. Antihipertensi utama pada GGK adalah Angiotensin Converting Enzime Inhibitors (ACEI) (misalnya kaptopril,

Universitas Sumatera Utara

lisinopril), dan Angiotensin II Receptor blockers (ARBs) (misalnya losartam, cadesartan). ACEI dan ARBs direkomendasikan karena mempunyai manfaat nefroprotektif (NKF, 2004) Sesuai anjuran dari The Seven Report of Join National Commitee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), tekanan darah target pada GGK adalah 130/80 mmHg untuk menahan progresi penurunan fungsi ginjal, maka tekanan darah diusahakan diturunkan untuk mencapai target dengan kombinasi obat-obat antihipertensi (Tessy. A, 2006). Selain terapi dengan antihipertensi pasien GGK juga mendapat terapi dengan obat lain (polifarmasi) yang memungkinkan adanya interaksi yang dapat menurunkan efektivitas antihipertensi tersebut. Penanganan pasien GGK perlu mendapat perhatian, baik dari segi aspek farmakokinetik maupun aspek farmakodinamik. Obat-obat yang diekskresikan melalui ginjal akan terakumulasi dengan adanya gangguan fungsi ginjal yang dapat menimbulkan efek toksik yang potensial dan bisa menurunkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang akhirnya dapat memperburuk kondisi ginjal, bila dosisnya tidak disesuaikan. Penyesuaian dosis didasarkan kepada tingkat keparahan gangguan ginjal. Penyesuaian dosis yang paling sering dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau memperpanjang interval pemberian obat (Aslam, 2003). Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, penelitian ini difokuskan terhadap Gambaran Penggunaan Antihipertensi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK). Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan (RSUP H. Adam Malik) menggunakan sampel rekam medik pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) rawat inap periode Januari 2010 - Maret 2010, dengan diagnosis GGK dan mendapat terapi antihipertensi. 1.2 Kerangka Pikir Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut (gambar 1.1)

Universitas Sumatera Utara

variabel bebas
Penggunaan antihipertensi Gol antihipertensi Jenis antihipertensi Kombinasi antihipertensi

subjek

Variabel terikat Prosentase penggunaan antihipertensi

GGK

Regimen dosis antihipertensi

GGK

1. sesuai. 2. tidak sesuai. Prosentase interaksi yang menurunkan efektivitas antihipertensi

Interaksi antihipertensi + obat lain

GGK

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pengunaan Antihipertensi pada Pasien GGK di RSUP. H. Adam Malik Medan: Permasalahan Terkait Obat. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. golongan antihipertensi yang mana yang paling banyak diberikan kepada pasien GGK? b. apakah regimen dosis antihipertensi yang diberikan kepada pasien GGK sudah sesuai dengan acuan? c. apakah ada interaksi antihipertensi dengan obat lain yang dapat menurunkan efektivitas antihipertensi? 1.4 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. antihipertensi yang paling banyak diberikan kepada pasien GGK adalah golongan ACE-I. b. regimen dosis antihipertensi yang diberikan kepada pasien GGK belum sesuai dengan acuan. c. terdapat interaksi antihipertensi dengan obat lain yang dapat menurunkan efektivitas antihipertensi.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. untuk mengetahui antihipertensi yang paling banyak diberikan kepada pasien GGK.

b. mengetahui regimen dosis antihipertensi yang diberikan kepada pasien GGK apakah sudah sesuai. c. mengetahui interaksi obat yang dapat menurunkan efektivitas antihipertensi. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberi gambaran tentang pengunaan antihipertensi pada pasien GGK di RSUP H. Adam Malik Medan untuk bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kefarmasian di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai