Anda di halaman 1dari 12

JETri, Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372

SMART ANTENA

Tony Winata
Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Abstract
A combination of an antenna array and an adaptive processor can perform a radiation
pattern in the direction of arriving signal and at the same time reject any interfering signal
or noise from other directions. With the variable weights on every element, signal processor
can easily adjust the weight by a simple adaptive technique based on the least-mean-squares
(LMS) algorithm. During the adaptive process an incoming signal simulates a received
signal from a desired look direction, this allow the array system to learn so its directivity
pattern has a main lobe in the previously specified look direction. At the same time, the
array processing system reject any interfering noise and signals, whose directions of
propagation are different from the desired look direction, by forming nulls in the antenna
pattern. The technique described are simulated by Matlab. Substantial reductions in noise
and any other signals are demonstrated. The results are the arrays can be used over a wide
range of frequencies and the more elements of the array the used more acurate the pattern.

Keywords: simulation, random real number, forecasting, mean squares, scenario

1. Pendahuluan
Antena dipergunakan untuk menerima gelombang elektromagnetik
atau untuk memancarkan gelombang tersebut ke ruang bebas. Sejalan
dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, masa sekarang ini
pemakaian spektrum gelombang radio selain padat juga untuk sistem
komunikasi bergerak sehingga gelombang elektromagnetik yang di
pancarkan satu sama lain dapat saling menganggu. Pada sistem komunikasi
personal dan bergerak, gangguan dapat datang dari rekan berkomunikasi
atau pemakai lain, seperti gangguan sinyal banyak jalur atau sering disebut
multipath interference, atau gangguan pada kanal yang sama atau sering
disebut co-channel interference (Godara, 1997: 1031-1060). Antena base
station hingga saat ini umumnya mempergunakan pola radiasi ke segala
arah (omnidirectional) atau ke berbagai arah dengan beberapa sudut tertentu
(sectorize), dengan pola radiasi demikian dapat dikatakan bahwa antena
tersebut tidak hemat daya, dan tidak kebal gangguan, karena sebagian besar
daya yang di radiasikan bukan kearah pemakai, demikian juga penerimaan
dapat dari berbagai arah. Sebaliknya radiasi yang tidak terarah tersebut
dapat merupakan gangguan bagi pemakai yang lain. Untuk mengatasi hal






JETri, Tahun Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372



38
tersebut di buatlah suatu system yang cerdik (smart) yang dapat memilih
gelombang yang di inginkan dan gelombang yang tidak diinginkan.

Ide utamanya ialah memaximumkan gain antena ke arah yang di
kehendaki dan pada saat yang sama membuat pola radiasi minimum kearah
sinyal yang menganggu, sehingga dengan demikian kualitas komunikasi
meningkat.

Pemikiran dasar suatu smart antena ialah membuat pola radiasi
antena base station tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai
(adaptive). Dengan smart antena maka pemakaian daya dan spektrum akan
makin hemat, serta terhindar dari gangguan sinyal-sinyal lain (Joseph,
1999:153)


2. Prinsip Dasar Smart Antena
Suatu susunan antena (array) yang identik dapat di atur arah
radiasinya dengan mengubah parameter antara lain fasa dan/atau amplitudo
gelombang yang menuju ke tiap elemennya. Dengan mempergunakan
pemroses sinyal dapat dihasilkan pola radiasi maximum kearah yang di
ingini dan sekaligus membuat pola nol pada arah yang tidak di ingini. Smart
Antena mempergunakan suatu susunan antena yang elemen-elemennya di
hubungkan dengan suatu rangkaian terintegrasi. Gambar 1. halaman berikut
ini memperlihatkan suatu susunan sembarang elemen antena dimana |
merupakan sudut azimuth dan adalah sudut elevasi dari suatu gelombang
datar yang mengenai antena. Dengan demikian berarti posisi horizontal
pada = /2.

Untuk menyederhanakan analisis suatu susunan antena, di buat
beberapa asumsi, antara lain;
- Jarak antar elemen cukup kecil sehingga tidak terjadi perbedaan
ampitudo dari sinyal yang di terima pada masingmasing element.
- Tidak timbul kopling bersama antar element.
- Semua gelombang datang di anggap terdiri dari gelombang datar.

Suatu gelombang datar yang mengenai susunan antena dari arah
(,|), mempunyai beda fasa antara elemen ke m dan elemen yang berada
pada titik asal adalah:


m
= d
m
= (x
m
cos| sin + y
m
sin| sin + cos ) (1)






Tony Winata, Smart Antena



39
dimana: = t /2

Sistem antena smart terdiri dari beberapa bentuk sistem yaitu
susunan antena, pengatur fasa dan suatu processor adaptive untuk
penentuan bobot (Godara, 1997: 1031-1060).























Gambar 1. Gambar geometri untuk penentuan arah datangnya sinyal.

Secara umum susunan antena terdiri dari sejumlah elemen yang
dapat didistribusikan dalam bentuk berbagai pola, biasanya susunan
tersebut terdiri dari antena linear yang mempunyai jarak sama (linear
equally spaced), uniform, co-polarized, penguatan elemen rendah dan
diorientasikan pada satu arah yang sama. Suatu susunan antena yang
mempunyai jumlah elemen M yang seragam, di orientasikan sepanjang
sumbu x dengan jarak antar elemen Ax di gambarkan seperti gambar 2.
pada halaman berikut.
Arah gelombang
datar

A d
m
u

elemen m

(x
m
, y
m
, z
m
)
|

z

x

y







JETri, Tahun Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372



40
Z

u
muka gelombang datar



y
muka gelombang yang
| mengenai elemen 0

muka gelombang mengenai
elemen m
x
y-axis

Ad=Ax cos| sinu
|



0
(t) u
1
(t) u
m
(t) u
M-1
(t) x-axis

elemen 0 Ax elemen 1 elemen m elemen M-1


Variable
phase shifter







z(t)

Gambar 2. Konfigurasi model antena linear serta mempunyai jarak sama
yang di letakkan pada sumbu x, menerima gelombang datar dari arah (,|).
w
0
w
m
w
M-1
w
1
E






Tony Winata, Smart Antena



41
Tiap cabang dari susunan antena mempunyai elemen bobot, w
m
yang masing-masing mempunyai besaran dan fasa. Misalkan suatu
gelombang datar s(t) mengenai susunan antena dari sudut (u,|) relatif
terhadap sumbu dari susunan antena. Di asumsikan semua elemen susunan
antena adalah isotropic yang mempunyai penguatan kesegala arah (Joseph,
1999:87). Dengan mempergunakan persamaan (1), dengan x
m
= m Ax,
signal yang di terima pada elemen antena yang ke m adalah:

u
m
(t) = A s(t) e
-j|m Ad
= A s(t) e
-j|m Ax cos| sin u
(2)

dimana : A adalah konstanta Gain.

Sinyal z(t) pada output susunan antena adalah:

z(t) =


=

=
=
1
0
1
0
) ( ) (
M
m
m
M
m
m m
w u w
t As t e
-j|m Ax cos| sin u


= As(t) f (u,|) (3)

f(u,|) disebut faktor susunan antena (array factor). Array factor menentukan
perbandingan dari sinyal yang diterima yang tiba pada output susunan
antena, z(t) terhadap sinyal As(t), yang di ukur pada elemen referensi,
sebagai fungsi arah datangnya sinyal (direction of arrival), (u,|). Dengan
mengatur sejumlah faktor bobot (weights), {w
m
}, maka berkas maximum
faktor susunan antena dapat diarahkan sesuai dengan keinginan, (u
o
,|
o
).

Untuk memperlihatkan bagaimana faktor bobot, {w
m
}, dapat di
pergunakan untuk mengubah pola radiasi susunan antena, maka di ambil
faktor bobot yang ke m, yaitu:

w
m
= e
j|m Ax cos|o
(4)

sehingga faktor susunan antena menjadi:

f(u,|) =

=
1
0
M
m
e
-j|m Ax ( cos| sin u - cos|o)
(5)






JETri, Tahun Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372



42
= .
)) 0 cos sin (cos
2
sin(
)) 0 cos sin (cos
2
sin(
| u |
|
| u |
|

A

A
x
x M
e
-j ) 0 cos sin (cos
2
| u |
|

Ax


Dalam hal ini gelombang mengenai susunan antena seperti pada gambar
adalah pada bidang x-y (horizontal) sehingga u = t/2. Ini adalah pendekatan
yang umum dilakukan untuk antena sistem selular dan PCS (Zhigang, 1997:
15). Gambar 3. dibawah ini merupakan plot faktor susunan antena dengan
susunan seperti pada gambar 2. dengan mempergunakan bobot seperti yang
di uraikan pada persamaan (4).


Gambar 3. Plot faktor susunan antena

Faktor susunan antena yang diperlihatkan pada gambar ialah untuk |
o
= 45
0

dan 80
0
, dengan mengubah-ubah parameter, |
o
, berkas gelombang
elektromagnetik dapat di arahkan sesuai dengan ke inginan. Yang
terpenting adalah membuat substitusi untuk:

Cos = cos | sinu (6)






Tony Winata, Smart Antena



43
Dimana adalah sudut datang dari gelombang yang diukur dari sumbu x,
dengan cara yang sama u diukur dari sumbu z. Umum nya pola radiasi dari
faktor susunan antena merupakan fungsi u dan |. Bila pola medan radiasi
dari dari tiap elemen susunan antena adalah g
a
(u,|) dan tiap elemen adalah
identik serta di orientasikan kearah yang sama, maka pola medan total dari
susunan antena adalah:

F (u,|) = f (u,|) g
a
(u,|) (7)

Di asumsikan gelombang yang mengenai tiap elemen antena mempunyai
polarisasi yang sama sehingga tidak terjadi polarization loss
(Balanis,..................).

Untuk memudahkan pekerjaan di gunakan notasi vektor bobot:

w = |w
0
.........w
M-1
|
H
(8)

Sinyal-sinyal dari tiap elemen antena di kumpulkan dalam vektor data sbb:

u = |u
0
(t).........u
M-1
(t)|
T
(9)

Dengan demikian output dari susunan antena z(t) dapat dinyatakan sebagai
inner product dari vektor bobot, w dan vektor data, u(t),

z(t) = w
H
u(t) (10)

Faktor susunan antena pada arah (u,|) menjadi :

f (u,|) = w
H
a(u,|) (11)

Vektor a(u,|) di sebut steering vektor pada arah (u,|) Bila gelombang
datang dari arah seperti pada gambar 2., maka steering vektor, menyatakan
fasa dari sinyal yang berada pada masing-masing elemen relatif terhadap
fasa dari sinyal pada elemen referensi (elemen 0). Dengan persamaan 3.,
steering vektor menjadi:

a(u,|) = |1 a
1
(u,|) ..........a
M-1
(u,|)|
T
(12)

dimana:
a
m
(u,|) = e
-j| (xm cos(| )sin (u) + ym sin (| ) sin (u) + zm cos (u))






JETri, Tahun Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372



44
Satu set steering vektor, untuk semua harga u dan | disebut array
manifold. Pasangan sudut (u,|) disebut Direction of Arrival (DOA) dari
sinyal. Untuk memudahkan biasanya komponen-komponen sinyal banyak
jalur (multipath) yang menuju Base Station di asumsikan pada bidang
horisontal, u = t/2 , sehingga dengan demikian , hanya | yang menyatakan
arah dari datangnya sinyal (DOA) (Ryuji, 1998: 89).


3. Penentuan harga w (faktor bobot).
Suatu cara yang sederhana berikut ini menunjukkan bagaimana
menghitung faktor bobot, dimana sinyal dari suatu arah tertentu dapat di di
terima dan pada saat yang bersamaan sinyal multipath dari arah yang lain
di hindari. Gambar 4. halaman berikut memperlihatkan konfigurasi susunan
antena untuk mendapatkan sinyal yang diingini dan menghindari sinyal
yang tidak diingini (sinyal multipath). Misalkan sinyal yang di ingini datang
dari arah sudut u = 0
0
dan dinyatakan dengan persamaan p(t) = P sin e
0
t,
dan sinyal yang lain berupa sinyal multipath datang dari sudut u = t/6
radians dan dinyatakan dengan n(t) = N sin e
0
t . Pada suatu titik di tengah
antara kedua antena sinyal diingini dan sinyal multipath dianggap
mempunyai fasa yang sama. Antena pada contoh berikut, mempergunakan
dua buah antena omnidirectional yang disusun dengan jarak /2. Kedua
sinyal yang diterima oleh tiap elemen di kalikan dengan suatu faktor bobot
variable, w, dimana tiap satu faktor bobot di delay sebesar T/4, keempat
sinyal yang telah di kalikan dengan faktor bobot kemudian di jumlahkan
sehingga didapat output dari susunan antena tersebut. Sehingga output dari
susunan antena yang disebabkan oleh sinyal yang diingini adalah;

P[(w
1
+

w
3
) sin e
0
t + (w
2
+

w
4
) sin(e
0
t - t/2)]. (14)

Untuk membuat output menjadi sama dengan output yang diinginkan p(t) =
Psin e
0
t, maka perlu dibuat:

w
1
+

w
3
= 1 (15)

w
2
+

w
4
= 0 (16)

Dengan titik referensi di tengah antara kedua antena, maka time delay
relatif dari sinyal yang tidak di ingini (multipath) pada kedua antena adalah
T/4 sin t/6 = T/8, yang merupakan pergeseran fasa sejauh t/4 pada
frekuensi f
0
.






Tony Winata, Smart Antena



45

p(t) = P sin e
0
t

n(t) = N sin e
0
t

T/8
t/6
T/8



d= /2
















Error
sinyal e(t)









Gambar 4. Konfigurasi susunan antena
T/4 T/4
w
2
w
4
w
1
w
3
E
Algorithma
Adaptive
(pengaturan
bobot )
E
Muka gelombang
multipath
Output sinyal
s(t)
Respon yang
diinginkan
d(t)






JETri, Tahun Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372



46
Output susunan antena yang disebabkan oleh sinyal yang tidak di ingini
(multipath) pada sudut u = t/6 adalah:

N[w
1
sin (e
0
t - t/4) + w
2
sin (e
0
t - 3t/4) + w
3
sin (e
0
t + t/4) +

w
4
sin (e
0
t - t/4)] (17)

Oleh karena output ini tidak di kehendaki maka output harus memberikan
hasil = 0 sehingga didapat;

w
1
+

w
4
= 0 (18)

w
2


w
3
= 0 (19)

Dari ke empat persamaan ini dapat dicari w, sehingga di dapat:

w
1
= ;

w
2
= ; w
3
= ; w
4
= -

Dengan sejumlah faktor bobot ini, susunan antena akan mempunyai
karakterisitik yang diingini, yaitu menerima sinyal dari arah yang di ingini
dan menghindari sinyal dari arah yang tidak di ingini (multipath).
Perhitungan bobot selanjutnya untuk membuat sistem ini menjadi adaptive
dengan fmempergunakan algorithma LMS (least mean square) (Widrow,
1985: 78). Dimana error di perkecil terus menerus dengan membandingkan
output terhadap suatu response yang diingini.

e(t) = d(t) s(t) (20)


4. Hasil simulasi pembentukan Beam
Hasil faktor bobot, w, didapat setelah perhitungan menjadi convergen.
Setelah di dapat faktor bobot kemudian dapat dicari sudut fasa sinyal, dan
dengan bantuan program Mathlab di buatlah simulasi untuk pembentukan
beam (Beamforming), dengan hasil pada gambar 5. dan gambar6.

Pada simulasi ini diambil untuk suatu susunan antena dengan
jumlah elemen 10 dengan berbagai sudut datang sinyal yang diingini serta
beberapa sinyal yang tidak diinginkan.






Tony Winata, Smart Antena



47

Gambar 5. Pola radiasi untuk 20 elemen antena pada frekuensi 2,4 GHz


Gambar 6. Menunjukkan pola radiasi setelah di normalisasi dengan
koordinat polar.






JETri, Tahun Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 37-48, ISSN 1412-0372



48
5. Kesimpulan
Dari hasil simulasi terlihat bahwa teknik sinyal processing adaptive dapat
dipergunakan untuk memproses output dari tiap-tiap element pada suatu
susunan antena. Kombinasi susunan antena dan pemerosesan adaptive ini
memperlihatkan bagaimana suatu susunan antena dengan pengontrolan
adaptive dapat mengarahkan berkas radiasinya sesuai dengan arah
datangnya sinyal, dan pada saat yang bersamaan membuat pola nol pada
arah sinyal yang tidak diingini/sinyal yang menganggu.


Daftar Pustaka
1. Joseph C. Liberti, Jr and Theodore S.Rappaport, 1999. Smart Antennas
for Wireless Communications, Prentice Hall PTR, NJ.
2. Lal C. Godara, No.7, July 1997. Applications of Antenna Array to
Mobile Communications, IEEE Proceeding.
3. Ryuji Kohno, No.1. Feb 1998. Spatial and Temporal Communications
Theory using Adaptive Antenna Arary, IEEE Personal Communications.
4. Widrow & Stearns, 1985. Adaptive Signal Processing, Prentice Hall,
NJ,.
5. Zhigang Rong, Theodore S.Rappaport, Paul Petrus & Jeff H. Reed, May
57,1997. Simulation of Multitarget Adaptive Array Algorithms for
Wireless CDMA Systems. IEEE Vehicular Technology Conference,
Phoenix, Az

Anda mungkin juga menyukai