BAGIAN SATU
Kata ‘hukum’ digunakan banyak orang dalam cara yang sangat umum
sehingga mencakup seluruh pengalaman hukum, betapapun bervariasinya
atau dalam konteksnya yang sederhana. Namun dalam sudut pandang yang
paling umum sekalipun, hukum mancakup banyak aktivitas dan ragam
aspek kehidupan manusia.
B. Mengapa Pertanyaan itu penting.
C. Mencari Alternatif.
BAGIAN DUA
- Istilah teori bukan lagi makna ekslusifini yang digunakan dalam ilmu
pengetahuan untuk menjelasan fenomena atau keadaan tertentu namun
lebih merupakan istilah umum yang dibicarakan oleh siapa saja.
Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti
“perenungan”, yang pada gilirannya berasal dari kata “thea” dalam bahasa
Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan
realitas. Dari kata dasar thea ini pula dating ata modern “teater” yang berarti
“pertunjukan” atau “tontonan”. Dalam banyak literatur beberapa ahli
menggunakan kata ini untuk menunjukan bangunan berpikir yang tersusun
sistematis, logis, empiris juga simbolis. Berikut beberapa pengertian teori
secara luas :
- Dan terakhir yaitu sebuah realitas yang muncul ketika sains dan
tekhnologi dengan kecanggihannya mampu menciptakan sebuah dunia
artificial, yaitu realitas yang tidak dapat dimasukan pada kedua relitas yang
disebutkan diatas karena telah melampaui batas realitas yang ada (hyper
reality).
Namun klaim (pandangan) tersebut tidak dapat diterima begitu saja, karena
sebagaimana dikatakan sebagian ilmuwan masa kini, teori ilmiah tidak dapat
dibuktikan konklusif benar atau salah dan bahwa rekonstruksi para filsuf
hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan apa yang terjadi secara actual
dalam ilmu. Seperti pendapat Paul Feyeraben “ilmu tidak mempunyai segi-
segi istimewa yang dapat menyatakan dirinya mempunyai keunggulan
secara hakikat terhadap cabang-cabang pengetahuan lain seperti mitos
purba atau voodoo”.
Menurut pandangan ini teori ditarik secara ketat dari fakta (di alam
pengalaman) yang diperoleh melalui teknik observasi dan atau eksperimen.
Dan pada dasarnya cara penarikan teori dari alam pengalaman ini dapat
disebut cara induksi. Sebagaimana aliran Postivisme Logikal menyebutkan
bahwa suatu teori tidak hanya dibenarkan sejauh ia dapat dibuktikan dengan
fakta-fakta yang diperoleh melalui obsrevasi, tetapi juga dipertimbangkan
mempunyai makna.
2. Deduktif Hipotesis.
Bagi pandangan ini, teori tidaklah sesuatu yang begitu saja dpaat diambil
dari hasil pengamatan (observasi) tetapi lebih jauh dari pada itu pandangan
ini menyatakan pentingnya penarikan hipotesis yaitu menyusun pernyataan
logis yang menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan atau deduksi
mengenai hubungan antara benda-benda tertentu yang sedang diselidiki.
Karena pandanagn ini berpendpat bahwa hipotesis dapat menolong
memberikan ramalan dan menenukan fakta baru.
BAGIAN TIGA
TEORI HUKUM
Teori hukum tentu berbeda dengan apa yang kita pahami dengan hukum
positif. Ada kajian filosofis didalam teori hukum sebagaimana dikatakan
Radbruch bahwa tugas teori hukum adalah membikin jelas nilai-nilai oleh
postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofinya yang tertinggi.
Sehingga akan nampak kesulitan untuk membedakannya dengan kajian
yang disebut filsafat hukum, karena teroi hukum juga akan mempersalahkan
hal mengenai :
1. Pandangan Pertama.
2. Pandangan Kedua.
Donal Black menjelaskan ada dua model hukum, meskipun hal ini bukan
berarti seolah-olah hukum dipilih sedemikian rupa sehingga akan menjadi
reduksionis, akan tetapi hal ini bertujuan agar dapat mempertajam wilayah
analisis terhadap keragaman teori yang sering kali dipahami secara campur
aduk, sehingga dengan demikan wilayah itu menjadi jelas ada pada posisi
mana apabila seseorang menjelaskan tentang hukum atau teori hukum. Dua
model menurut Donal Black yang senada dengan pendapat Dragan
Milovanovick, yaitu :
- Jurisprudentie Model.
Dalam model ini kajian hukum lebih memfokuskan kepada produk kebijakan
(aturan/rules). Menurut model ini proses hukum berlangsung ditata dan
diatur oleh sesuatu yang diosebut sebagai logic (logika/sistem hukum).
Hukum dilihat sebagai sesuatu yang bersifat mekanisme dan mengatur
dirinya sendiri melalui rules dan logika, dan olehkarenanya penyelesaian
masalahpun disini lebih mengandalkan kemampuan logika tadi
- Sociological Model.
Dalam model ini fokus kajian hukum lebih kepada struktur sosial. Kajian ini
tentu saja lebih kompleks dari sekedar hukum sebagai produk. Dalam model
sosiologi ini yang dipentingkan adalah keragaman dan keunikan dan
menempatkan seseorang sebagai penliti agar memudahkan untuk melihat
proses secara utuh dengan tujuan akhir beraksud untuk menjelaskan
fenomena-fenomena yang ada dalam realitas sebenarnya.
Jan Gijssels dan Mark van Hoecke adalah dua pemikir yang ada pada ranah
pemikiran kontinental. Menurut mereka teori hukum merupakan disiplin
mandiri yang perkembangannya dipengaruhi dan sangat terkait erat dengan
Ajaran Hukum Umum. Kesinambungan antara Teori Hukum dengan Ajaran
Hukum Umum yaitu :
- Teori hukum sebagai lanjutan dari ajaran hukum umum memiliki obejk
disiplin mandiri, suatu tempat diantara Dogmatik Hukum disatu sisi dan
Filsafat Hukum disisi lainnya.
2. Filsafat Hukum.
Yaitu filsafat umum yang diterapkan pada hukum atau gejala-gejala hukum.
Menurut mereka Filsafat Hukum memiliki telaah meliputi :
- Logika Hukum
1.
1. Dogmatik hukum mempelajari aturan-aturan hukum itu dari suatu
sudut pandang teknikal maka teori hukum merupakan refleksi terhadap
teknik hukum ini.
2. Dogmatik hukum berbicara tentang hukum, teori hukum berbicara
tentang cara yang dengannya ilmuwan hukum berbicara tentang hukum.
3. Dogmatik hukum mencoba lewat teknik-teknik interprestasi tertentu
menerapkan teks undang-undang yang pada pandangan pertama tidak
dapat diterapkan pada suatu masalah konkret, maka teori hukum
mengajukan pertanyaan tentang dapat digunakannya teknik-teknik
interprestasi, tentang sifat memaksa secara logical dari penalaran
interprestasi dan sejenisnya lagi.
2. 4. Hubungan Filsafat Hukum dengan Teori Hukum.
3. 5. Teori Hukum dan Ilmu Lain yang Objek Penelitiannya Hukum.
Teori hukum secara esensal bersifat interdisipliner, hal ini mengandung arti
bahwa teori hukum dalam derajat yang besar akan menggunakan hasil-hasil
penelitian dari berbagai disiplin yang mempelajari hukum (Sejarah Hukum,
Logika Hukum, Antropologi Hukum, Sosiologi Hukum, Psikologi Hukum dan
sejenisnya).
Tipikal dari teori hukum bahwa dalam hal ini ia mamainkan peranan
mengintegrasikan, baik yang berkenaan dengan hubngan antara disiplin-
disiplin ini satu terhadap yang lainnya maupun yang berkenaan dengan
integrasi hasil-hasil penelitian dari disiplin-disiplin ini dengan unsur-unsur
dogmatika hukum dan filsafat hukum.
Menurut Bruggink definisi diatas memiliki makna ganda, yaitu dapat berarti
produk yaitu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil
kegiatan teoritik bidang hukum) dan dalam arti proses yaitu kegiatan teoritik
tentang hukum atau pada kegiatan penelitian teoritik bidang hukum sendiri.
Untuk mengulas persoalan diatas lebih jelas berikut akan sedikit diuraikan
apa yang menjadi bagian dari teori hukum dalam arti luas, diantaranya
sebagai berikut :
1. Sosiologi Hukum
Mengarahkan kajian pada keberlakuan empiric atau factual dari hukum, jadi
lebih mengarah pada kenyataan kemasyarakatan. Dengan kata lain
sosiologi hukun adalah sebagai teori tentang hubungan antara kaidah-
kaidah hukum dengan kenyataan pada masyarakat. Sosiologi hukum terdiri
dari sosiologi hukum empirik dan sosiologi hukum kontempelatif.
2. Dogmatik Hukum
Menurut Bruggink dogmatika hukum adalah ilmu hukum (dalam arti sempt)
yang merupakan bagian utama dalam pengajaran pada fakultas-fakultas
hukum. Objek dogmatika hukum terutama adalah hukum positif yaitu sistem
konseptual atran hukum dan putusan hukum, yang bagian intinya ditetapkan
(dipositifkan) oleh para pengemban kewenangan hukum dalam suatu
masyarakat tertentu. Perumusan aturan hukum disebut pembentukan
hukum, sedangkan pengambilan keputusan hukum disebut penemuan
hukum.
Tentang kajian ini nampak belum begitu jelas, karena kajian (studinya)
berada pada wilayah dogmatika hukum dan filsfat hukum. Filsafat hukum
memang adalah meta-teori untuk teori hukum dan mengingat teori hukum
adalah meta-teori untuk dogmatika hukum. Jadi pada dasarnya adalah
antara teori yang lebih tinggi dan yang paling rendah pada intinya pengaruh
satu sama lainnya.
4. Filsafat Hukum.
Filsafat hukum adalah induk dari semua disiplin yuridik, karena filsafat
hukum membahas masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul
dalam hukum, juga saking fundamentalnya sehingga bagi manusia tidak
terpecahkan karena masalahnya melampaui kemampuan berpikir manusia.
BAGIAN EMPAT.
Dari sekian banyak paradigma dominant dalam ilmu, paling tidak dapat
dijelaskan ada tiga paradigma yang dominan yaitu positivisme,
interpretivisme, dan critical studies. Namun demikian mendampingi ketiga
paradigma tersebut ada dua paradigma besar lainnya yaitu feminisme dan
post modenisme.
1. Paradigma Positivistik.
3. Paradigma Hermeneutik.
BAGIAN 5
Ciri-Ciri Sistem
Sistem memiliki ciri-ciri pokok yang luas dan bervariasi yang mana
dijelaskan oleh beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :
BAGIAN 6
Didalam teori Keos ini mencoba menerangkan secara lebih baik suatu
tatanan akan selalu bergerak dinamis, berubah terus menerus dan sulit
diprediksi yang intinya melihat dunia secara berbeda dan dari pandangan
yang statis dan kaku yang menurut beberapa ahli diantaranya Edward
Lorenz, Benoit Mandelbrot, James Gleick bahwa Teori Keos adalah sesuatu
yang susah diprediksi dan ada dimana-mana.
Teori Keos mulai dikenal didalam sistem hukum adalah pada akhr tahun
1980-an yang dikemukakan Charles Sampford dalam bukunya The Disorder
of Law; A Critique of Legal Theory, yang berpendapat bahwa teori hukum
tidak hanya muncul atau berasal dari suatu sistem yang sistematis tetapi
dapat juga muncul dari suatu keadaan atau kondisi masyarakat yang mana
masyarakat selalu menjalin hubungan yang tidak dapat diprediksi dan tidak
sistematis (teori keos).
D. Feminis Juriprudence
Paham ini memiliki keterkaitan dengan critical legal studies, dimana tahun
1985 pertemuan tahunan critical legal studies mempunyai tema
Feminimisme dan hukum, tahun 1987 temanya adalah rasisme dan hukum
kemudian tahun 1992 pada konferensi tahunan, keanggotaan CLS disusun
dari beberapa sponsor (sponsor lain ahli-ahli teori tentang ras dan feminist)
Yang diperlukan dalam aliran ini adalah metode Legal Feminist yang
menyebutkan tiga fokus utama yang penting, antara lain ; bertanya kepada
perempuan, pemahaman praktis feminist dan yang ketiga adalah munculnya
kesadaran.singkatnya metode ini lebih difokuskan baik pada dekonstruksi
dan rekonstruksi.
BAGIAN 8
A. Pendahuluan
Pada dasarnya ilmu adalah sebagai sesuatu yang terus bergeser, bergerak,
berubah dan mengalir, demikian pula dengan ilmu hukum. Perubahan itu
tentu saja dimaknai secara bervariasi oleh setiap orang yang
mencermatinya, namun hakekat utamanya jelas bahwa lahirnya teori
kuantum adalah penjelasan paling logis bahwa ilmu senantiasa berada di
tepi garis yang labil.
Uraian diatas adalah sketsa singkat pemikiran seorang yang selalu berada
dijalan ilmu, upaya dan semangat yang dikembangkan dengan terus
berusaha mencermati perubahan yang terjadi. Gagasan Beliau ini tidak saja
memperkaya pengetahuan hukum tetapi lebih dari itu memberikan sebuah
keteladanan bahwa kewajiban bagi seorang ilmuan adalah selalu bersikap
rendah hati dan terbuka serta memiliki semangat untuk senantiasan berada
pada jalur pencaharian, pembebasan dan pencerahan dan ini semua adalah
hakekat dari apa yang disebut dengan PEMIKIRAN HUKUM PROGRESIF.
BAGIAN 9
Tetapi, terlepas dari semuanya, kita harus menyadari bahwa persoalan yang
terjadi saat ini bersifat akumulatif dan bervariasi, masalah tidak bergerak
linier tetapi berputar-putar sehingga sulit mencari akar permasalahannya,
saling terkait, tapi itulah sebuah konsekuensi yang harus ditanggung dari
kondisi kehidupan hukum yang kumuh.
B Sebuah Alternatif
Proses degradasinya hukum kedalam situasi yang paling ekstrim dari apa
yang disebut dengan kehancuran atau kekacauan merupakan titik berangkat
untuk menata, memperbaiki dan membangun kembali puing-puing hukum
yang hancur, karena dari kondisi ini kita dapat menyusun asumsi-asumsi,
menelaah kembali serta menyusun prioritas kebutuhan yang diperlukan
untuk kepentingan pembangunan sehingga dengan jelas dapat ditentukan
misi apa yang hendak dilakukan dalam pembangunan hukum kedepan,
hukum seperti apa yang didambakan.
3. menyelesaikan sengketa
Kita telah terlanjur terbiasa untuk memandang hukum sebagai suatu yang
bersifat represif dan memandang konstitusi hanya sebagai wadah perjanjian
persetujuan belaka sehingga kita mengabaikan kekuatan besar yang
sebenarnya terkandung didalam konstitusi dan didalam setiap sistem hukum
manapun yaitu kekuatan yang mampu memaksa hukum agar dapat diterima
dan lestari hidup.
Agar sistem hukum dapat berjalan baik, ada empat gagasan menurut
Parsons :
Namun harus dipahami bahwa sistem hukum akan berkaitan dengan sistem
politik (khususnya mengenai yuridiksi) oleh karena itu meski secara analitis
dapat dipisahkan, hal ini berkaitan dengan diletakkannya peradilan sebagai
posisi sentral di dalam tertib hukum sedangkan perumusan kebijakan
melalui badan legislatif sebagai inti kekuasaan politik.
Apabila berbicara mengenai proses yang tertuang dalam UUD 1945 yang
terdiri dari beberapa alenia, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang
terkandung didalam 4 alenia pembukaan tersebut adalah :