Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang
Pada setiap pembedahan diperlukan upaya
untuk menghilangkan nyeri. Kondisi optimal ini mencakup tiga unsur dasar yakni menghilangkan nyeri (anestesia), menghilnagkan kesadaran (hipnotik), dan relaksasi otot (Sjamsuhidayat et al., 2005). Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot (Latief et al., 2010).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini
adalah untuk menganalisis kasus dalam menentukan tahap persiapan yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi, tahap penatalaksanaan anestesi dan pemeliharaan serta tahap pemulihan dan perawatan pasca anestesi.
Anestesi Umum
Teknik anestesi umum : Anestesi umum intravena Anestesi umum inhalasi Anestesi imbang (Morgan et al., 2006).
Indikasi Anestesi Intravena Obat induksi anesthesia umum Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat Obat tambahan anestesi regional Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi) Beberapa variasi anestesia intravena (Ratna dan Chandra, 2012).
Ketamin
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara
intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. Dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.3 Dosis obat untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 0,8 mg/kg IV atau 2 4 mg/kg IM atau 5 10 g/kg/min IV drip infus.
Thiopental
Thiopental hanya boleh digunakan untuk
intravena dengan dosis 3-7 mg/KgBB dan disuntikan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik. Larutan ini sangat alkalis dengan pH 10-11, sehingga suntikan keluar vena akan menimbulkan nyeri hebat apalagi masuk ke arteri dan menyebabkan vasokonstriksi dan nekrosis jaringan sekitar. Kalau hal ini terjadi dianjurkan memberikan suntikan infiltrasi lidokain (Latief et al., 2010).
Opioid
Keuntungan dari pemakaian obat golongan
opioid dalam anestesi adalah obat golongan opioid tidak secara langsung memberikan efek depresi pada fungsi jantung. Dengan demikian, obat golongan opioid sangat berguna untuk anestesi pada pasien dengan kelainan jantung (Ting, 2007).
Laporan Kasus
Nama : Tn. Edi sutrisno Usia : 68 tahun No. Rekam Medik : 276795 Jenis Kelamin : laki laki Pendidikan : Petani Agama : Islam Alamat : bantar barang,rembang kab.purbalingga Tanggal Masuk RS : 14 mei 2013 Tanggal Follow up : 14 mei 2013 Tanggal Operasi : 17 juni 2013 Pukul 12.00 WIB
Primary Survey
A: Airway clear, gipong (+) gisu (-), MP 1 B: Spontan, Respiration rate: 18 kali per
menit, Suara dasar vesikuler, Wheezing (-), Ronchi (-) C: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 80 kali per menit, Tegangan dan isi cukup, S1>S2, Gallop (-), Murmur (-) D :BB: (59Kg), S : (36,3 derajat celsius)
Secondary Survey
Anamnesis (Tanggal 14 Mei 2013)
adanya benjolan di sekitar kepala bagian depan, permukaan tidak rata , terasa gatal dan pasien sering merasakan badan nya terasa nggreges.
terhadap obat Analsik dan tidak alergi terhadap makanan. Pasien juga tidak memiliki penyakit hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit gastritis, dan juga riwayat batuk yang lama.
memiliki riwayat penyakit kencing manis dan penyakit darah tinggi. Pasien juga mangaku tidak punya gigi palsu dan tidak ada gigi yang goyang. Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Berat badan : 59 kg Tinggi badan : 165 cm BMI : 21,7 (normo weight) Tanda tanda vital Tekanan darah : 130/80 mmhg Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,2 C Pernafasan : 19 x/menit
Status Generalis
Kepala
: normocephali ,
4 cm, warna kemerahan dibanding kulit sekitar dengan konsistensi padat dan immobile.
Palpasi : nyeri tekan (+)
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya langsung (+/+), tidak langsung (+/+) : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Hidung
Telinga
sekret -/ Mulut
: Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), bau pernafasan (-), gerak sendi temporo mandibula baik
Gigi geligi
: Gigi palsu (-), gigi goyag (-), gigi depan menonjol (-)
Rongga mulut
: Terlihat palatum mole dan durum, terlihat tonsil kanan T1 tonsil kiri T1 dan uvula, (Mallampati I), oral hygiene baik.
Leher
: Leher pendek (-), gerak vertebra servikal baik, KGB tidak teraba membesar, JVP 5+2cm H2O Thorax : Bentuk simetris, gerak dinding dada simetris Cor : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-) Pulmo : Vocal fremitus simetris, sonor +/+ Suara nafas vesikuler normal, Ronki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar,simetris,supel, nyeri tekan(-), bising usus (+) normal. Ekstremitas : Akral hangat (+) Edema ()
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium Darah Lengkap (15 juni 2013)
: 15,4 gr/dl : 33% : 6610 /uL : 251.000 /uL : 4,5 x 106 /uL : 11,7 detik : 27,1 detik : 141 : 106 : 4,0
resume
Seorang laki laki berusia umur 65 tahun, dari
Poli RSMS mengeluh adanya benjolan di sekitar kepala bagian depan, permukaan tidak rata , terasa gatal dan pasien sering merasakan badan nya terasa nggreges. Periksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi dan pernapasan dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kelainan.
Diagnosa kerja
Tumor kulit frontal pro exsisi luas dan
rekonstruksi
Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan: Diagnosa perioperatif: tumor kulit frontal Status operatif : ASA II Jenis operasi: Exsisi luas dan rekonstruksi Jenis anestesi: TIVA Diagnosa postoperatif: hypospadia
Laporan operasi
Persiapan anestesi Informed Consent : (+) Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Tanda-tanda vital Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,1 C Puasa 6-8 jam pre operasi Terpasang infus di tangan kanan RL 500cc
Penatalaksanaan anestesi Tindakan Anestesi : TIVA Tindakan Operasi : eksisi luas + rekonstruksi Posisi pasien : Supine Premedikasi : Ondansentron 4 mg i.v Induksi : - Propofol 100 mg i.v Fentanyl 50 mg iv Rumatan : - O2 2L/menit
Intra operatif
Lama Operasi
: 32 menit (12:18 12:50 ) Lama Anestesi : menit (09:32 09: ) Jenis Anestesi : Total intravena anestesi menggunakan O2 2L/mnt Pernafasan : Spontan Cairan yang masuk saat durante operasi : RL 500cc, cairan keluar tidak dapat dimonitoring karena tidak dilakukan pemasangan kateter
Post operatif
Pasien masuk ruang pemulihan dan setelah
itu dibawa ke kamar rawat Bougenvil Observasi tanda- tanda vital dalam batas normal Kesadaran: compos mentis TD: 130/90 mmHg Nadi: 85x/min
Prognosis
Ad Vitam Ad Functionam Ad Sanationam