Anda di halaman 1dari 17

A.

PENDAHULUAN Investasi adalah penempatan dan pada berbagai assets untuk mendapatkan hasil pengembalian dimasa depan secara optimal. Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu. Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Di samping analisis fundamental, investor harus memperhatikan risiko pasar saham dalam investasi saham. Risiko pasar berhubungan erat dengan perubahan harga saham jenis tertentu atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat kembalian yang diharapkan. Pasar modal mempunyai peran yang strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada publik atau Initial Public Offering (IPO) di pasar primer yang selanjutnya diperdagangkan di pasar sekunder. Setiap investor dapat memilih berbagai investasi yang ada, di mana setiap jenis investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal tingkat pengembalian (return) dan risiko. Pada perdagangan beberapa jenis sekuritas, mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi yang merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk

mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Investor dapat menggunakan pergerakan indeks harga saham sebagai tolak ukur untuk melihat ekspektasi hasil suatu saham termasuk indeks harga saham pada perusahaan yang bergerak pada sektor industri properti. Pergerakan indeks harga saham yang semakin meningkat dapat mencerminkan bahwa peluang untuk mendapatkan return yang maksimal dapat dicapai. Bagian Riset saham Harian Bisnis Indonesia dalam laporannya yang berjudul Pasar Prospek Finansial Asia Pasifik 2006 menyatakan bahwa pertumbuhan tingkat pengembalian (return) pasar saham Indonesia sepanjang tahun 2005 turun menjadi 16,08% dari 49,71% pada tahun 2004 (Bisnis Indonesia, 2006). Hal ini mengakibatkan alokasi investasi investor asing ke Indonesia menjadi berkurang. Di bidang manufaktur, dalam beberapa bulan terakhir tahun 2005 sampai dengan Maret 2006 telah terjadi penurunan penjualan dan produksi pada sejumlah sektor industri nasional seperti otomotif, kimia dan elektronika, yang berdampak kepada penurunan kinerja industri manufaktur yang secara rata-rata sebesar 5,85% dari target 6,8% berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian (Kompas, 2006).

Terdapat beberapa indikator yang dapat dipakai oleh investor dalam menganalisis setiap investasinya. Salah satunya adalah laporan keuangan perusahaan yang menggambarkan kinerja perusahaan serta di dalamnya juga terkandung informasi mengenai hasil kegiatan perusahaan selama periode tertentu. Informasi dari laporan keuangan dapat digunakan oleh investor di pasar modal untuk penilaian (valuatioan) atas surat berharga (saham) yang hasilnya akan tercermin pada harga saham. Dalam mengambil keputusan investasi pada suatu perusahaan, investor pada umumnya melakukan analisis fundamental yang didapat dari analisis laporan keuangan perusahaan emiten. Analis fundamental menyatakan bahwa tingkat keuntungan perusahaan akan mempengaruhi harga saham, semakin tinggi tingkat keuntungan, semakin tinggi harga saham. Natarsyah (2000) menyatakan bahwa dengan asumsi para investor adalah rasional maka aspek fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi para fundamentalis. Argumentasi dasarnya adalah bahwa harga saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham yang merupakan nilai sesungguhnya pada suatu saat, tapi juga dan bahkan lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari. Informasi fundamental secara umum dapat digambarkan sebagai informasi yang berkaitan dengan data keuangan historis suatu perusahaan. Informasi laba dalam laporan keuangan yang dipublikasikan sebagai salah satu kunci bagi investor maupun kreditur dalam mengambil keputusan investasi. Investasi selalu berkaitan dengan resiko ketidakpastian di masa yang akan datang. Karena itu

investor akan menanamkan modalnya pada saham yang mempunyai tingkat return yang tinggi dengan resiko yang minimal. Untuk analisis saham, seorang investor menggunakan analisis fundamental yang lebih memfokuskan pada data-data keuangan historis. Alternatif yang dipilih tergantung pada investor dalam menilai resiko dari investasi yang dilakukan dan tingkat pengembalian atau return yang diinginkan. Dalam analisis fundamental, investor dapat melakukan analisis berdasarkan kinerja perusahaan. Analisis ini terutama menyangkut faktor-faktor yang memberi informasi tentang kinerja perusahaan, seperti kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan, prospek bisnis perusahaan di masa mendatang dan sebagainya. Informasi dalam bentuk laporan keuangan banyak memberikan manfaat bagi pengguna apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuatan keputusan. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang kinerja perusahaan.

B. Landasan Teori 2.1. Investment Opportunity Set (IOS) Istilah set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) yang memandang nilai suatu perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan invesment options (pilihan investasi) pada masa depan. Kole dalam Norpratiwi (2004) menyatakan nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures yang dikeluarkan manajer di masa depan yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal dan dapat menghasilkan keuntungan, sedangkan assets in place tidak memerlukan investasi semacam itu. Pilihanpilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS). Myers (1977) menyatakan bahwa perusahaan adalah kombinasi antara nilai aktiva riil (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami pengeluaran yang lebih tinggi dibanding dengan nilai kesempatan yang hilang.

Opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable) (Rokhayati, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain. Dari berbagai penelitian tentang IOS dapat dibuktikan bahwa IOS dijadikan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan perusahaan sebagai kategori perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh, dan IOS juga memiliki hubungan dengan berbagai variabel kebijakan perusahaan (Norpratiwi, 2004). 2.2. Jenis-jenis Proksi IOS Proksi IOS yang digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu (Kallapur dan Trombley, 2001) :

1. Proksi IOS berbasis pada harga Proksi IOS yang berbasis pada harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi berbasis harga adalah: Market value of equity plus book value of debt, Ratio of book to market value of asset, Ratio of book to market value of equity, Ratio of book value of property, plant, and equipment to firm value, Ratio of replacement value of assets to market value, Ratio of depreciation expense to value dan Earning Price ratio. 2. Proksi IOS berbasis pada investasi Proksi IOS berbasis pada investasi merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi IOS berbasis investasi adalah :

Ratio R&D expense to firm value, Ratio of R&D expense to total assets, Ratio of R&D expense to sales, Ratio of capital addition to firm value, dan Ratio of capital addition to asset book value. 3. Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi IOS yang berbasis varian adalah : VARRET (variance of total return), dan Market model Beta. 2.3. Return Saham Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Pada umumnya investor mengharapkan keuntungan yang tinggi dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, sehingga para investor berusaha menentukan tingkat keuntungan investasi yang optimal dengan menentukan konsep investasi yang memadai. Konsep ini penting karena tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diukur. Dalam hal ini tingkat keuntungan dihitung berdasarkan selisih antara capital gain dan capital loss. Rata-rata return saham biasanya dihitung dengan mengurangkan harga saham periode tertentu dengan harga saham periode sebelumnya dibagi dengan harga saham sebelumnya (Hartono, 2000). Rumus dari Return Saham :

Ri,t = Pi,t - Pi,t -1 Pi,t -1 Keterangan : Ri,t = Return Saham i pada Tahun t P i,t = Harga Penutupan Saham Pada Tahun t P i,t 1 = Harga Penutupan Saham Pada Tahun t-1

2.4. Pengaruh Proksi IOS terhadap Return Saham Proksi IOS digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Indikasi adanya perusahaan yang tumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk memperoleh return. Semakin tinggi MKTBKASS, semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, dan pada akhirnya return saham yang diperoleh pemegang saham akan semakin meningkat pula. Dalam hal permodalan yang dilakukan perusahaan, proksi IOS yang dilihat adalah Proksi MKTBKEQ. Investor dapat melihat kinerja perusahaan dalam memperoleh modal. Kemahiran perusahaan mengelola modalnya dapat dinilai investor menggunakan proksi ini. Semakin besar nilai rasio dari proksi ini maka akan mempengaruhi nilai dari harga saham perusahaan. Rasio ini mempengaruhi nilai dari return saham secara positif (Setyarini, 2006).

Kekuatan laba dari suatu perusahaan dapat diukur menggunakan proksi IOS E/P rasio. Rasio ini mengukur seberapa besar kekuatan laba yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio E/P yang fluktuatif akan mempengaruhi nilai dari return saham secara fluktuatif pula (Norpratiwi, 2004). Sedangkan proksi CAPBVA mengukur jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya. Semakin besar nilai dari rasio CAPBVA akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai dari return suatu perusahaan (Rahmawati, 2006). 2.5. Pengembangan Hipotesis 1. Market Value to Book of Assets (MKTBKASS) Rasio market value to book of asset merupakan proksi IOS berdasarkan harga. Proksi ini digunakan untuk mengukur prospek pertumbuhan perusahaan berdasarkan banyaknya asset yang digunakan dalam menjalankan usahanya. Bagi para investor, proksi ini menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Indikasi adanya perusahaan yang tumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk memperoleh return maupun abnormal return. Semakin tinggi MKTBKASS semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, dan pada akhirnya return saham yang diperoleh pemegang saham akan semakin meningkat. Rasio ini digunakan oleh Smith dan Watts (1992) dalam penelitiannya yang menghubungkan level IOS dengan kebijakan deviden dan pendanaan

10

perusahaan dan hasil dari pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa rasio MKTBKASS mempunyai korelasi yang signifikan terhadap kebijakan pendanaan dan deviden. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (1999) juga menunjukkan bahwa rasio ini memiliki korelasi yang signifikan terhadap kebijakan deviden. Penelitian yang dilakukan oleh Norpratiwi (2004) yang mengkorelasikan proksi MKTBKASS terhadap return saham pada saat pelaporan keuangan menyatakan adanya korelasi yang signifikan antara MKTBKASS sebagai salah satu dari proksi IOS dengan return saham perusahaan. 2. Market Value to Book of Equity (MKTBKEQ) Rasio market value to book of equity merupakan proksi berdasarkan harga. Proksi ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan. Rasio ini dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham beredar dengan harga penutupan saham terhadap total ekuitas. Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, maka harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat, dan pada akhirnya semakin meningkat pula return yang diperoleh. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa rasio MKTBEQ memiliki korelasi yang signifikan dengan faktor umum. Korelasi yang signifikan antara MKTBEQ dengan pertumbuhan

11

penjualan adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rokhayati (2005). Hasil serupa pun didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Norpratiwi (2004) yang menyatakan bahwa rasio MKTBEQ memiliki korelasi yang signifikan terhadap return saham perusahaan. 3. Earning per Share / price ratio (E/P) Rasio earning per share/price ratio atau rasio laba per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang stabil akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan earning per share/price, sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan earning per share/price yang fluktuatif. Bila E/P perusahaan naik secara konsisten (tidak fluktuatif), dapat diartikan perusahaan sedang tumbuh. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap harga saham, dan pada akhirnya return yang diperoleh akan semakin tinggi. 4. Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) Rasio ini digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham perusahaan. Dengan tambahan modal saham ini perusahaan dapat

memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya, sehingga berpotensi sebagai perusahaan bertumbuh. Para investor dapat melihat seberapa 12

besar aliran modal tambahan suatu perusahaan dengan membagi capital expenditure dengan total asset. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi, sehingga perusahaan tersebut mempunyai kesempatan untuk dapat bertumbuh. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan harga saham pada perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan return yang diterima para pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) menyatakan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara CAPBVA dengan variabel pertumbuhan perusahaan. Rasio CAPBVA yang dikorelasikan dengan

pertumbuhan aset perusahaan tumbuh yang dilakukan oleh Rokhayati (2005) menghasilkan adanya korelasi yang signifikan antara kedua variabel. Hasil korelasi yang sama antara rasio CAPBVA sebagai salah satu dari proksi IOS dengan return saham dilakukan oleh Norpratiwi (2004). 1.1 Analisa Fundamental Analisis fundamental adalah metodologi valuasi saham yang menggunakan analisis finansial dan ekonomi untuk membayangkan pergerakan harga saham. Data fundamental yang dianalisis dapat mencakup laporan keuangan perusahaan dan informasi non - keuangan seperti perkiraan pertumbuhannya, permintaan untuk produk yang dijual oleh perusahaan, perbandingan industri, perubahan ekonomi yang luas, perubahan kebijakan pemerintah dll

13

Hasil dari analisis fundamental adalah nilai (atau kisaran nilai) dari saham perusahaan yang disebut nilai intrinsiknya (sering disebut 'target harga'dalam bahasa analis fundamental'). Untuk investor fundamental, harga pasar saham cenderung kembali menuju nilai intrinsiknya . Jika nilai intrinsik saham adalah di atas harga pasar saat ini, investor akan membeli saham karena ia percaya bahwa harga saham akan naik dan bergerak menuju nilai intrinsiknya. Jika nilai intrinsik saham di bawah harga pasar , investor akan menjual saham karena ia percaya bahwa harga saham akan jatuh dan mendekati nilai intrinsiknya. Untuk menemukan nilai intrinsik perusahaan, analis mendasar awalnya mengambil pandangan top-down dari lingkungan ekonomi, kesehatan secara keseluruhan saat ini dan masa depan perekonomian secara keseluruhan. Setelah analisis - ekonomi makro, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis lingkungan industri mana perusahaan beroperasi termasuk harus menganalisis semua faktor yang memberikan perusahaan keunggulan kompetitif di bidangnya, seperti pengalaman manajemen, sejarah kinerja, tingkat pertumbuhan potensial, biaya produksi yang rendah , merek dll ini langkah analisa memerlukan mencari tahu sebanyak mungkin tentang industri dan antar - hubungan dari perusahaan yang beroperasi di industri. Langkah berikutnya adalah untuk mempelajari perusahaan dan produk-produknya. Beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan saat mengambil analisis fundamental perusahaan akan mencakup :

14

1 . Bagaimana lingkungan ekonomi secara umum di mana perusahaan beroperasi ? Apakah kondusif atau obstruktif bagi pertumbuhan perusahaan dan industri di mana perusahaan beroperasi ? Bagi perusahaan yang beroperasi di pasar negara berkembang seperti India , lingkungan ekonomi adalah salah satu pertumbuhan, peningkatan pendapatan , kepercayaan bisnis tinggi dll Sebagai lawan ini perusahaan dapat beroperasi di pasar maju tetapi jenuh dengan pendapatan stagnan, kompetisi yang tinggi dan harapan yang relatif lebih rendah dari pertumbuhan tambahan. 2 . Bagaimana lingkungan politik negara / pasar di mana perusahaan beroperasi atau berdasarkan ? Lingkungan politik yang stabil , didukung oleh hukum dan ketertiban di masyarakat menyebabkan perusahaan mampu beroperasi tanpa ancaman seperti perubahan sering ke hukum , gangguan politik , terorisme , nasionalisasi dll lingkungan politik yang stabil juga berarti bahwa pemerintah dapat melanjutkan dengan kebijakan progresif yang akan membuat melakukan bisnis di negara yang mudah dan menguntungkan . 3 . Apakah perusahaan memiliki kompetensi inti yang menempatkan itu di depan semua perusahaan yang bersaing lainnya ? Beberapa perusahaan memiliki teknologi yang dipatenkan atau posisi

kepemimpinan dalam segmen tertentu dari bisnis yang menempatkan mereka di depan industri secara umum . Misalnya, kompetensi inti Reliance Industries ' adalah model produksi berbiaya rendah sedangkan kompetensi Apple adalah

15

desain dan kemampuan teknik disesuaikan dengan pemutar musik , ponsel , tablet , komputer dll 4 . Keuntungan apa yang mereka miliki atas perusahaan mereka bersaing ? Beberapa perusahaan memiliki merek yang kuat , beberapa telah meyakinkan pasokan bahan baku sementara yang lain mendapatkan subsidi pemerintah . Semua ini dapat membantu perusahaan mendapatkan advantageover kompetitif lain dengan membuat bisnis mereka lebih menarik dibandingkan dengan pesaing . Sebagai contoh, sebuah perusahaan baja yang memiliki tambang sendiri mati ( bijih besi, batu bara ) kurang tergantung dan dipengaruhi oleh fluktuasi harga bahan baku di pasar . Demikian pula , sebuah perusahaan pembangkit listrik yang telah menandatangani perjanjian jual beli listrik terjamin penjualan kekuatan yang menghasilkan dan memiliki keuntungan karena dianggap sebagai bisnis yang kurang berisiko . 5 . Apakah perusahaan memiliki kehadiran pasar yang kuat dan pangsa pasar ? Atau apakah terus-menerus harus menggunakan sebagian besar keuntungan dan sumber daya dalam pemasaran dan mencari pelanggan baru dan berjuang untuk pangsa pasar ? Kompetisi umumnya membuat perusahaan menghabiskan jumlah besar untuk iklan , terlibat dalam perang harga dengan mengurangi harga untuk meningkatkan pangsa pasar yang pada gilirannya mengikis margin dan profitabilitas pada umumnya . Industri telekomunikasi India adalah contoh memotong tenggorokan kompetisi makan ke profitabilitas perusahaan dan melawan kuat untuk pangsa

16

pasar . Di sisi lain ada sangat besar , perusahaan yang didirikan yang memiliki posisi kepemimpinan karena mapan , pangsa pasar yang besar . Beberapa dari mereka memiliki kekuatan dekat - monopoli yang memungkinkan mereka menetapkan harga yang mengarah ke profitabilitas konstan.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Anthi D., 2010, ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR. Bekasi: Universitas Gunadharma. NSE., 2011, FUNDAMENTAL ANALYSIS MODULE, Bandra (East): National Stock Exchange Of India Ltd.

17

Anda mungkin juga menyukai