Anda di halaman 1dari 18

KONDISI DAN HASIL PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH (ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar)

Disusun oleh :

Riza Afita Surya NIM 110210302030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS JEMBER 2013

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan pula terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar yang telah membimbing dan mengarahkan kami. Kepada orang tua, serta temanteman yang senantiasa mendukung. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar dan Mengajar pokok bahasan Kondisi dan Hasil Pembelajaran. Variabel pembelajaran menurut Reigeluth merupakan hal penting untuk dipahami oleh guru pada khusunya mahasiswa fakultas keguruan. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Penyusun, 27 September 2013

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan unutk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Banyak upaya peningkatan kualitas pempelajaran telah dilakukan oleh para ilmuwan pembelajaran. Mereka mengklasifikasikan variabel-variabel yang menjadi perhatian, terutama bila dikaitkan dengan kegiatan dalam

mengembangkan teori-teori dan prinsi-pprinsip pembelajaran. Di antara para ilmuwan tersebut adalah Reigeluth dan Merrill. Mereka membuat klasifikasi ke dalam tiga variabel pembelajaran utama, yaitu: 1) kondisi pembelajaran, 2) metode pembelajaran, dan 3) hasil pembelajaran (Reigeluth, 1983). Di antara ketiga variabel tersebut, penulis mengkhususkan pada Kondisi dan Hasil Belajar. Dengan memahami konsep taksonomi menurut Reigeluth, diharapkan baik penulis maupun pembaca dapat lebih memahami konsep-konsep dalam pembelajaran dalam rangka memantapkan ilmu sebagai calon tenaga pendidik yang meliputi empat kompetensi, antara lain kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. Apa yang dimaksud Kondisi Pembelajaran? Apa yang dimaksud Hasil Pembelajaran?

1.3

Tujuan 1. 2. Memahami konsep Kondisi Pembelajaran. Memahami konsep Hasil Pembelajaran.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1

Kondisi Pembelajaran

Kondisi

pembelajaran

dapat

didefinisikan

sebagai

faktor

yang

mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Kondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik, kondisi kelas, materi pembelajaran (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989). Kondisi pembelajaran berinteraksi dengan metode pembelajaran, dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Pada dasarnya, cara ini dapat dimanipulasi oleh guru atau perancang pembelajaran. Bila dalam suatu situasi, metode pembelajaran tidak dapat dimanipulasi, ia berubah menjadi kondisi pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, ia berubah menjadi metode pembelajaran. Hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes). Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variabel variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang pembelajaran. Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah mengidentifikasi variabel-variabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga variabel metode.

Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu: (a) Tujuan dan karakteristik bidang studi (b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan (c) Karakteristik peserta didik. 2.1.1 Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi Dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut taksonomi Bloom, secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2) tujuan pembelajaran ranah afektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah psikomotorik. Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil

pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya pengajaran diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Adanya perbedaan tujuan akan berimplikasi pula pada adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan. Jadi dalam penerapan suatu strategi pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara bagianbagian suatu bidang studi. Struktur bidang studi mata pelajaran matematika tentu berbeda dengan struktur bidang studi sejarah. Perbedaan struktur bidang studi tersebut membutuhkan strategi pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya dalam mata pelajaran sejarah seorang guru dapat memulai pembelajaran dari pokok bahasan apa saja, sebaliknya mata pelajaran matematika tidak bisa dilakukan seperti itu. Itulah sebabnya, pemahaman seorang guru terhadap struktur bidang studi yang diajarinya sangat penting dalam penetapan metode pembelajaran yang akan digunakan.

2.1.2

Kendala dan Karakteristik Bidang Studi Ada dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian,

yaitu : karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu menjadi pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu ditimbulkannya. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu, personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan untuk memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media pembelajaran adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 1990). Sedangkan AECT (1977) menyatakan media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Ketersediaan sumber atau media belajar, baik berupa manusia maupun nonmanusia pembelajaran. Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terkait dengan penerapan strategi pembelajaran bahwa setiap strategi digunakan unutk materi/isi pembelajaran tertentu, dan juga membutuhkan media/sumber tertentu. Tanpa adanya sumber belajar yang memadai amat sulit bagi seorang guru untuk (hardware dan software), sangat mempengaruhi proses

melaksanakan proses pembelajaran. Mengingat begitu pentingnya keberadaan sumber belajar, maka setiap guru sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam mengembangkan sumber belajar/media pembelajaran. Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia alat bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Untuk pengembangan media pembelajaran diperlukan prosedur-prsedur tertentu yang sesuai dengan jenis kemampuan yang ingin dicapai, struktur isi bidang studi serta memenuhi kriteria umum yang berlaku bagi pengembangan prodek-produk pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990) seperti gambar berikut.

Materi Perumusan
Butir-Butir

Perumusan Tujuan

Materi

Identifikasi Kebutuhan

Perumusan Alat Pengukur keberhasilan

revisi

Penulisan Naskah Media

Naskah siap Produksi

Tes/Uji Coba

Selain itu kendala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan. Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar. Aka tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media tersebut. Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan media. Menurut penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting media tersebut dapat menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif dan efisien.

2.1.3 Karakteristik Siswa Karakteristik siswa adalah bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan proses belajar (Seels dan Richey, 1994). Penelitian tentang karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Ardhana (1999) lebih jelas mengatakan bahwa karakteristik siswa adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional siswa, yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Karakteristik siswa menurut Degeng (1991:6) adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Menganalisis karakteristik siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa. Hasil dari kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokkan karakteristik siswa, sebagai pijakan untuk memdreskripsikan metode yang optimal untuk mencapai hasil belajar tertentu. Karakteristik siswa sebagai salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Selama ini teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia lebih berpijak pada karakteristik siswa di mana teori itu dikembangkan, lebih khusus lagi adalah karakteristik siswa di negara-negara Barat terutama di Amerika Serikat (Degeng, 1991).

Adopsi teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran oleh perancang pembelajaran di Indonesia sering kali menemui kegagalan. Ini dimungkinkan oleh dasar pijakan yang berbeda atau variabel kondisional yang berbeda dengan kondisi di mana pembelajaran dilakukan. Variabel yang berhubungan dengan karakteristik siswa dan budayanya penting dijadikan pijakan pengembangan program-program pembelajaran di Indonesia. Menurut Vygotsky agar pembelajaran bermakna, perlu dirancang dan dikembangkan berpijak pada kondisi siswa sebagai subjek belajar serta komunitas sosial-kultural di mana siswa berada (Moll, 1994). Menurut Waidl (Admadi & Setiyaningsih, 2004), hal penting yang harus dipahami kaitannya dengan siswa atau peserta belajar sebagai individu adalah bahwa siswa adalah manusia yang memiliki sejarah, makhluk dengan ciri keunikan (individualitas), selalu membutuhkan sosialisasi di antara mereka, memiliki hasrat untuk melakukan hubungan dengan alam sekitar, dan dengan kebebasannya mengolah pikir dan rasa akan pertemuannya dengan Yang Transendental. Pemahaman akan siswa sebagai subjek belajar inilah yang harus dijadikan dasar dalam mengembangkan teoriteori maupun praksis-praksis pendidikan. Informasi mengenai gaya kognitif siswa bermanfaat untuk keperluan mengembangkan strategi pembelajaran (Riding, 2002; Riding dan Rayner, 2002), serta membangun teori-teori tentang bagaimana mengembangkan dan

memproduksi bahan-bahan ajar, khususnya yang berkaitan dengan cara mengorganisasi materi pembelajaran. Siswa dengan gaya kognitif fieldindependent lebih memiliki kemampuan untuk menstruktur atau mengorganisasi materi pelajaran secara mandiri. Siswa dengan gaya kognitif fielddependent akan lebih mudah belajar jika materi pelajaran sudah distruktur lebih dahulu (Entwistle, 1981, Degeng, 1991). Informasi mengenai gaya kognitif ini juga penting bagi penulisan bahan ajar khususnya dalam memberi petunjuk apakah ketika menyusun bahan ajar perlu disertai dengan kerangka isi atau advance organizer, atau epitome, atau skema yang memuat seluruh materi pelajaran. Informasi mengenai motivasi belajar siswa (Martin Handoko, 1992) juga akan sangat diperlukan oleh guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran,

khususnya yang berkaitan dengan strategi penyampaian materi pelajaran serta strategi pengelolaan motivasional. Informasi mengenai gaya belajar siswa (Entwistle, 1981) amat diperlukan dalam mengembangkan strategi penyampaian materi pelajaran serta dalam mengembangkan media dan sumber-sumber belajar. Produksi media pembelajaran misalnya, memerlukan informasi mengenai bagaimana kecenderungan siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan mengetahui kecenderungan-kecenderungan gaya belajar tersebut, strategi dan media pembelajaran yang akan diproduksi dapat disesuaikan, sehingga mampu melayani masing-masing gaya belajar siswa. Demikian pula dengan faktor sosial-budaya (Brameld, 1997; Paulina Pannen, 2003) adalah penting diketahui oleh para guru untuk dijadikan pijakan dalam menyampaikan materi pembelajaran serta mengelola kegiatan

pembelajaran. Informasi ini juga urgen bagi para pengembang media dan sumber sumber belajar agar strategi dan media-media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran selaras dengan kondisi sosial budaya di mana siswa berada. Informasi mengenai karakteristik siswa sebagaimana diuraikan di atas hingga kini belum banyak tersedia, sehingga kesahihan teori-teori dan prinsipprinsip pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia masih amat rendah. Tulisan ini secara khusus dimaksudkan untuk menyediakan informasi tersebut, agar dapat dijadikan pijakan bagi para guru, peneliti dan perancang pembelajaran, sehingga prinsip-prinsip dan praktek-praktek pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan karakteristik siswa. Bahasan ini dimaksudkan untuk menempatkan konteks masalah kajian penelitian dan praktik-praktik pembelajaran dalam klasifikasi variabel-variabel pembelajaran. Secara jelas dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa termasuk dalam variabel kondisi pembelajaran. Sebagai variabel kondisi, berarti karakteristik siswa harus diterima apa adanya dan dijadikan pijakan kerja dalam mengembangkan desain pembelajaran. Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti dijelaskan di atas dapat dijadikan pedoman bagi guru dan para perancang atau teknologi pembelajaran dalam memformulasikan langkah-langkah mendesain pembelajaran. Langkah-

langkah tersebut adalah: (1) melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi pembelajaran, (2) menganalisis sumber-sumber belajar (kendala), (3) melakukan analisis karakteristik siswa, (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran, (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Kedelapan langkah ini apabila didiagramkan akan terlihat sebagai berikut.

2 Analisis sumbersumber belajar

6 Penetapan strategi penyampaian isi pembelajaran

1 Analisis tujuan & karakteristik Isi pembelajarn

4 Menetapkan tujuan belajar & isi pembelajaran

5 Penetapan strategi pengorganisasian isi pembelajaran 7

8 Pengukuran hasil pembelajaran

3 Analisis karakteristik siswa

Penetapan strategi pengelolaan pemblajaran

Model Desain Pembelajaran (Adaptasi dari Degeng, 1991)

Diagram di atas secara jelas menunjukkan bahwa analisis karakteristik siswa dilakukan setelah perancang pembelajaran mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Juga ditunjukkan bahwa hasil analisis karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam memilih,

menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaanpembelajaran. Dengan konteks seperti ini, menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian tentang karakteristik siswa kaitannya dengan kefektifan pembelajaran, agar dapat dipakai sebagai dasar bagi para ilmuwan dan teknolog pembelajaran serta para guru dalam mendesain program-program pembelajaran.

2.2

Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), antara lain sebagai berikut ; 1. Keefektifan Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari

atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari. 2. Efisiensi Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. 3. Daya Tarik Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati

kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi. Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik. Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si belajar telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian efisien, sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran tersebut memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai pembelajaran itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.

BAB 3. PENUTUP

3.1

Kesimpulan Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang

mempengaruhi efek penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini tergantung pada situasi anak didik, kondisi kelas, materi pembelajaran. Regeluth dan Merrill (1979) memandang perlu mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu: (a) Tujuan dan karakteristik bidang studi (b) Kendala dan karakteristik bidang studi dan (c) Karakteristik peserta didik. Sedangkan hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu : Keefektifan Efisiensi Daya tarik Variabel kondisi dan metode adalah variabel bebas dan parameter kedua variabel ini berinteraksi untuk menghasilkan efek pada variabel hasil pembelajaran, sebagai variabel tergantung. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja

dirancang; karena itu ia merupakan efek yang diinginkan, dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Bila acuan pembelajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang diinginkan, maka hasil ini harus ditetapkan lebih dulu sebelum menetapkan metode pembelajaran. Jadi, metode pembelajaran nyang dipilih adalah metode yang optimal untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Langkah akan terbalik, apabila acuan pengajaran adalah pada efek atau hasil pengajaran yang nyata. Metode pengajaran yang akan dipakai ditetapkan lebih dulu, kemudian guru mengamati hasil pengajaran sebagia akibat dari penggunaan metode itu dibawah kondisi pengajaran yang ada. Adapun hubungan antara ketiga komponen dalam taksonomi pembelajaran menurut Reigeluth seperti di bawah ini :

Kondisi

Tujuan & Karakteristik BS Kendala & Karakteristik BS Karakteristik Siswa Strategi Pengorganisasian <Makro & Mikro> Strategi Penyampaian Pembelajaran Strategi Pengelolaan Pembelajaran Keefektifan Efisiensi Daya Tarik

Metode

Hasil

Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran seperti dideskripsikan di atas dapat dijadikan pedoman dalam menformulasikan langkah-langkah perencanaan pembelajaran. Langkah-langkah tersebut adalah: (1) analisis tujuan dan karakteristik bidang studi, (2) analisis sumber belajar (kendala), (3) analisis karakteristik siswa, (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran, (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi

penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran (Degeng, 1991).

DAFTAR PUSTAKA

________2011. CAKRAWALA PENDIDIKAN : Jurnal Ilmiah Pendidikan. Jakarta : Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia DIY. Weda, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Atmadi, A., dan Setiyaningsih, Y. 2004. Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Kanisius dan USD Lusiana. 1992. Pengaruh Interaktif antara Penggunaan Strategi Penataan Isi Matakuliah dan Gaya Kognitif Mahasiswa terhadap Perolehan Belajar. (Tesis tidak dipublikasikan). Malang: PPs IKIP Malang Dr. Nana Sudjana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Moll, L. C. ed. 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Applications of Sociohistorycal Psychology. Cambrige: University Press. http://tiana-simanjuntak.blogspot.com/2011/08/taksonomi-variabelpembelajaran.html (di unduh pada 28 September 2103)

Anda mungkin juga menyukai