Anda di halaman 1dari 3

Mataku membakar lubang di halaman. Aku harus mengetahui ini.

Aku biasanya dapat membedah soal sains dengan sangat mudah, tapi jawabannya tidak datang padaku. Bel di pintu berbunyi. Dengan cepat kuselipkan buku pekerjaan rumahku di bawah meja kasir dan menengadah. Seorang cowok dengan ponsel berjalan masuk. Itu baru. Bukan ponselnya tapi cowok itu. Bukan seperti anak laki-laki tidak sering masuk toko boneka Oke, sebenarnya mereka memang tidak sering. Para laki-laki tidak sering mengunjungi toko boneka. Kedatangan mereka adalah pemandangan yang langka. Ketika mereka masuk, mereka terseret ke dalam tipe feminim dan kelihatan sangat malu.. atau bosan. Cowok yang satu ini beda. Dia sendirian dan sangat percaya diri. Jenis percaya diri yang hanya bisa uang lakukan. Uang yang banyaaaaak sekali. Aku tersenyum kecil. Ada dua tipe manusia di kota kecil pantai kami: si kaya dan orang-orang yang menjual sesuatu kepada si kaya. Rupanya mempunyai uang berarti mengkoleksi barang-barang tidak berguna seperti boneka porselen (kata sifat tidak berguna seharusnya tidak pernah digunakan di sekitar ibuku ketika merujuk boneka-boneka). Si kaya hiburan konstan kami. Apa maksudmu dengan menginginkan aku untuk memilih ? SI tuan kaya bicara dengan telepon. Tidakkah Nenek bilang padamu yang mana yang ia inginkan ? Dia mengeluarkan napas panjang. Baiklah. Aku akan mengurusnya. Dia mengantongi ponselnya dan beckons kepadaku. Ya. Dia Beckons. Hanya itulah kata yang dapat kugunakan untuk mengambarkan gerakan isyarat yang dia lakukan. Dia tidak melihat ke arahku tapi mengangkat tangannya dan menggerakkan dua jari menyuruhku datang padanya. Tangannya yang lain menggosok dagu sementara dia mengamati boneka didepannya. Aku menilainya sambil berjalan. Mata yang tak terlatih mungkin tidak dapat menangkap citra kaya raya yang terpancar dari cowok ini, tapi aku tahu dia kaya dan sikapnya memparahnya. Salah satu pakaiannya mungkin berharga lebih mahal daripada semua baju di lemari kecilku. Bukan karena itu kelihatan mahal. Itu jenis pakaian dengan tujuan mencoba untuk mengecilkan seberapa mahal kelihatannya: sepasang celana kargo, kemeja berkerah pink dengan lengan tergulung. Tapi pakaian itu diperoleh dari suatu tempat yang mengkhususkan hitungan galur benang dan jahitan tiga kali lipat. Jelas sekali dia mampu membeli seluruh isi toko jika dia mau. Well, dia tidak mampu; keluarganya. Aku tidak menyadarinya pada pertama kali karena kepercayaan diri cowok ini menuakan dia, tapi sekarang karena aku semakin dekat aku tahu dia muda. Seumuran denganku mungkin ? Tujuh belas. Meskipun dia dapat setua lebih tua. Bagaimana seseorang seumuran denganku sudah terbiasa membeckon ? Hidup penuh hak istimewa, pastinya. Apakah ada yang bisa saya bantu Anda, tuan ? Hanya ibuku yang dapat mendengar sarkasme terikat dengan satu pernyataan. Ya, aku ingin sebuah boneka. Maaf, semuanya sudah terjual. Banyak orang tidak menangkap leluconku. Ibuku menyebutnya dengan lelucon hambar. Aku rasa itu artinya tidak lucu, tapi itu juga berarti hanya aku yang mengerti itu hanya lelucon. Mungkin jika aku tertawa setelahnya, seperti ibuku lakukan ketika

membantu pembeli, beberapa orang akan membalas leluconku, tapi aku tidak dapat membuat diriku tertawa. Lucu, katanya, tapi tidak seperti dia berpikir itu benar-benar lucu, lebih seperti dia berharap aku tidak dapat berbicara sama sekali. Dia masih tidak mau melihatku. Jadi, boneka mana yang menurutmu wanita tua mungkin suka ? Semuanya. Otot di rahangnya berkedut dan kemudian dia memutar menghadapku. Untuk sekian detik aku melihat rasa terkejut di matanya, seperti dia mengharapkan beberapa wanita tua yang berdiri di depannya salahkan suaraku, yang lebih dalam dari rata-rata- tapi itu tidak menghentikannya mengucapkan kalimat yang terlanjur meluber keluar bibirnya: Yang mana kau suka ? Aku diijinkan mengucapakan Tidak satu pun? Disamping fakta toko ini adalah masa depanku yang terelakkan, toko ini adalah kecintaan ibuku, bukan punyaku. Aku memihak pada si tukang meraung. Maaf ? Aku menunjuk ke porselen jenis bayi, mulut si cowok itu terbuka meringis, matanya dijepit tertutup. Aku lebih baik tidak melihat matanya. Matanya mengatakan semuanya. Mereka seperti mengatakan Aku ingin mencuri jiwamu jadi jangan membalikkan badanmu dari kami. Aku dihadiahkan senyum yang dapat membawa semua sifat sombong ke tepi di wajah cowok itu, meninggalkan dia menjadi sangat menarik. Dia pasti membuatnya menjadi campuran yang permanen. Tapi sebelum aku bahkan menyelesaikan pikiran itu, senyumnya hilang. Ulang tahun Nenekku sebentar lagi dan aku diharuskan memilih boneka untuknya. Kamu gak salah. Jika dia suka boneka porselen, dia akan menyukai semuanya dari mereka. Dia melihat ke belakang ke rak penuh boneka. Kenapa si tukang meraung ? Kenapa bukan si tukang tidur ? Dia menatap ke bayi bermata-damai, pita pink di rambut keriting pirang, tangannya diselipkan di bawah pipinya, wajahnya tenang. Aku menatap ke arahnya, juga, dan membandingkan dia dengan si tukang meraung di sebelahnya. Salah satu dengan tangan mengepal, jari kakinya melengkung dan pipinya pink karena kejengkelan. Karena itu hidupku: berteriak tanpa membuat suara. Oke, aku tidak benar-benar mengatakannya. Yang sebenarnya kukatakan setelah mengangkat bahu adalah Dua-duanya bagus. Tapi jika aku sudah belajar semuanya tentang pembeli adalah mereka tidak benar-benar ingin pendapatmu. Mereka menginginkanmu menyetujui pendapat mereka. Jadi jika Tuan Kaya-Raya ingin bayi tukang tidur untuk Neneknya, mengapa aku menghentikan dia ? Dia menggelegkan kepalanya seakan menghapuskan suatu pemikiran dan kemudian menunjuk ke rak yang benar-benar berbeda dihuni oleh boneka-boneka jenis penyedot-jiwa. Boneka anak perempuan yang dia tunjuk berpakaian seragam sekolah kotak-kotak dan memegang tali penyambung kalung leher anjing berwarna hitam ala Scotland. Aku rasa yang itu lebih bagus. Dia suka anjing.

Siapa ? Nenekmu atau-mataku menyipit membaca plakat di depan boneka-Peggy ? Sudah jelas dong Peggy suka anjing, katanya, bayangan dari senyum bermain di bibirnya. Tadi itu aku sedang merujuk ke Nenekku. Aku membuka lemari terbawah untuk menemukan kotak punya Peggy. Aku menariknya keluar dan dengan pelan meletakkan Peggy dan anjingnya, beserta nama plakat, dari lemari dan menuju pendaftaran. Ketika aku mengepak bonekanya dengan hati-hati, Tuan Kaya-Raya menunjuk. Bagaimana anjingnya tidak dinamai ? Dia membaca keras-keras judulnya di kotak. Peggy dan si anjing. Karena orang-orang cenderung ingin menamai binatang setelah nama peliharaan kesayangannya. Benarkah ? Tidak. Aku tidak tahu. Aku bisa memberimu nomor telepon si pembuat Peggy jika kau ingin tahu. Kau punya nomor telepon si pembuat boneka ini ? Tidak. Aku memencet harganya di mesin kasir dan menekan Total. Kau sulit dipahami, katanya. Mengapa dia berusaha memahamiku ? Kami bicara mengenai boneka-boneka. Dia memberiku sebuah kartu kredit dan aku mengayunkannya di antara mesin. Nama di kartunya menuliskan, Xander Spence. Xander dalam Z-ander atau dalam X-ander ? Aku tidak akan bertanya. Aku benar-benar tidak peduli. Aku sudah cukup terhibur.

Anda mungkin juga menyukai