Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Al-Hakim Biamrillah Al-Hakim Biamrillah adalah Khalifah Abbasiyah di Mesir (Mamluk) yang berkuasa antara tahun 1262-1302. Khalifah Al-Hakim Biamrillah ia berhasil meloloskan diri dan mendapat perlindungan dari Bani Khafajah yang dipimpin Husain bin Falah. Setelah beberapa lama tinggal bersama kabilah itu ia berangkat menuju Damaskus. Untuk beberapa lama ia tinggal bersama Pangeran Isa bin Muhanna. B. Sejarah Dinasti Bani Abbasiyah Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dan membahas tentang sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah dan perkembangan ilmu beserta ilmuwan yang berpengaruh pada masa Dinasti Abbasiyah hingga akhirnya Dinasti Abbasiyah runtuh.

BAB II PEMBAHASAN A. Al-Hakim Biamrillah Ketika Baghdad diserang pasukan Tartar, Al-Hakim Biamrillah bersembunyi dan berhasil menyelamatkan diri. Ia kemudian lari dari Baghdad bersama sekelompok orang yang menemaninya. Dalam perjalanan, Al-Hakim menuju kediaman Husain bin Falah, pemimpin Bani Khafajah. Untuk beberapa lama dia tinggal bersamanya. Kemudian dia berangkat ke Damaskus bersama orang-orang Arab yang berada di Khafajah, dan tinggal bersama Pangeran Isa bin Muhanna. An-Nashir, penguasa Damaskus, mendengar kedatangannya. An-Nashir kemudian mengirim utusan meminta agar Al-Hakim segera datang ke Damaskus. Namun kedatangan Al-Hakim pada saat itu bersamaan dengan kedatangan pasukan Tartar. Tatkala Malik Al-Muzhaffar datang ke Damaskus, dia segera menyuruh Amir Qalaj Al-Baghdadi untuk menjemputnya. Akhirnya Al-Hakim Biamrillah tiba di Damaskus dan dilantik sebagai khalifah. Al-Hakim banyak dibantu oleh orang-orang terkemuka dari kalangan Arab. Dengan bantuan merekalah, ia mampu menaklukkan Ghanah, Al-Haditsah, Hita dan Al-Anbar. Dia bertempur melawan pasukan Tartar dan berhasil mengalahkan mereka. Akhirnya, Al-Hakim kembali ke Halb dan kemudian dibaiat menjadi khalifah oleh penguasa dan para pembesar kota itu. Di antara orang-orang yang membaiatnya adalah Abdul Halim Ibnu Taimiyah. AlHakim berkuasa dalam waktu yang sangat lama, sekitar empat puluh tahun lebih (1262-1302 M). Syekh Quthbuddin mengatakan, pada Kamis 8 Muharram 660 H, Sultan Malik Azh-Zhahir melakukan rapat umum. Khalifah Al-Hakim Biamrillah datang ke tempat tersebut. Dia duduk bersama sultan, yang kemudian mengangkat tangannya dan membaiatnya sebagai khalifah kaum Muslimin. Setelah dibaiat, AlHakim langsung mengangkat tangan Sultan Al-Malik dan memberikan tugas-tugas. Setelah itu para hadirin membaiatnya bergantian sesuai kedudukan dan posisi masing-masing. Keesokan harinya, Jumat 9 Muharram 660 H, Al-Hakim berkhutbah di masjid. Dalam khutbahnya, ia menyebutkan tentang jihad dan kepempimpinan (imamah). Tak lupa juga ia mengutarakan tentang pengrusakan kehormatan negara Islam (khilafah) oleh para musuh. Kemudian Al-Hakim berkata, "Sultan ini (Malik Azh-Zhahir) telah berhasil menyelamatkan kepemimpinan Islam saat para pendukungnya sangat sedikit. Dia telah berhasil mengusir tentara-tentara kafir setelah sebelumnya mereka berhasil mengobrak-abrik tanah kaum Muslimin. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya penolong bagi Bani Abbas." Setelah itu, ia mengirimkan surat ke seluruh pelosok negeri untuk mendoakan Sultan Malik. Pada tahun ini, beberapa orang Tartar datang menemui khalifah dan menyatakan masuk Islam dengan penuh kesadaran. Setelah bersyahadat, mereka pun diberi roti dan makanan yang biasa dimakan kaum

Muslimin. Ini merupakan permulaan terhentinya kejahatan mereka. Pada bulan Muharram 676 H, Sultan Malik Azh-Zhahir meninggal dunia di Damaskus. Setelah itu, anaknya, Malik As-Sa'id yang berumur 18 tahun, menggantikan ayahnya sebagai sultan. Pada 678 H, Sultan Malik As-Sa'id dicopot dari jabatannya. Akhirnya ia diberangkatkan ke Karak untuk menjadi sultan di sana. Namun ia meninggal dunia tahun itu juga. Maka diangkatlah saudaranya, Badruddin Salamusy yang saat itu berusia tujuh tahun, sebagai sultan. Mereka menggelarinya Al-Malik Al-Adil, dan diangkat pula Saifuddin Qalawun sebagai menterinya. Namun tak berapa lama, Salamusy juga diturunkan dari kursi kesultanan. Sebagai penggantinya diangkatlah Saifuddin Qalawun. Pada Dzulqa'dah 689 H, Sultan Qalawun meninggal dunia. Sebagai penggantinya, diangkatlah Malik Al-Asyraf Shalahuddin Khalil. Saat memerintah, dia menampakkan dukungan yang sangat besar pada Khalifah Al-Hakim. Pada malam Jumat, 18 Jumadil Ula 701 H, Khalifah Al-Hakim Biamrillah wafat. Dia dishalatkan dekat benteng. Semua pejabat negara hadir saat pemakamannya, dan semuanya berjalan kaki. Al-Hakim dimakamkan berdekatan dengan kuburan Sayyidah Nafisah. Dia adalah khalifah pertama yang dimakamkan di tempat itu. Sebelum meninggal, Al-Hakim telah mewasiatkan kekhalifahan kepada anaknya, Sulaiman Abu Ar-Rabi.

B. Sejarah Dinasti Bani Abbasiyah Runtuh Kemudian khalifah Al-Watsiq digantikan oleh Al-Mutawakkil sebagai khalifah besar terakhir, khalifah sesudahnya umumnya lemah-lemah dan tidak dapat melawan tentara pengawal dan Sultan-sultan yang menguasai ibu kota. Ibu kota kembali dipindahkan ke Baghdad oleh khalifah al-Mutadhid. Dari gambaran di atas terlihat bahwa, Terdapat beberapa perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah yaitu: 1) Dengan ibukota Bagdad, pemerintahan menjadi jauh dari pengaruh Arab 2) Dalam stuktur Negara, Bani Abbas terdapat Wazir ( Perdana menteri ) 3) Terbentuknya militer professional pada Bani Abbas 4) Bani Abbas lebih menekankan kepada pembentukan peradaban Islam dan perkembangan kebudayaan daripada ekspansi Adapun seluruh Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa berjumlah 37 orang, diantaranya sebagai berikut: 1) Abu Abbas as-Saffah 132-136 H/749-754 M 2) Abu Jafar al-Mansur 136-158 H/754-775 M 3) Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi 158-169 H/775-785 M 4) Abu Muhammad Musa al-Hadi 169-170 H/785-786 M 5) Abu Jafar Harun ar-Rasyid 170-193 H/786-809 M 6) Abu Musa Muhammad al-Amin 193-198 H/809-813 M 7) Abu Jafar Abdullah al-Mamun 198-218 H/813-833 M 8) Abu Ishaq Muhammad al-Mutashim 218-227 H/833-842 M 9) Abu Jafar Harun al-Watsiq 227-232 H/842-847 M 10) Abu Fadl Jafar Muhammad al-Mutawakkil 232-247 H/847-861 M 11) Abu Jafar Muhammad al-Muntashir 247-248 H/861-862 M

12) Abu Abbas Ahmad al-Mustain 248-252 H/862-866 M 13) Abu Abdullah Muhammad al-Mutazz 252-255 H/866-869 M 14) Abu Ishaq Muhammad al-Muhtadi 255-256 H/869-870 M 15) Abu Abbas Ahmad al-Mutamid 256-279 H/870-892 M 16) Abu Abbas Muhammad al-Mutadhid 279-289 H/892-902 M 17) Abu Muhammad Ali al-Muktafi 289-295 H/902-908 M 18) Abu Fadl Jafar al-Muqtadir 295-320 H/908-932 M 19) Abu Mansur Muhammad al-Qahir 320-322 H/932-934 M 20) Abu Abbas Ahmad ar-Radhi 322-329 H/934-940 M 21) Abu Ishaq Ibrahim al-Muttaqi 329-333 H/940-944 M 22) Abu Qasim Abdullah al-Mustaqfi 333-334 H/944-946 M 23) Abu Qasim al-Fadl al-Muthi 334-363 H/946-974 M 24) Abu Fadl Abdul Kari math-ThaI 363-381 H/974-991 M 25) Abu Abbas Ahmad al-Qadir 381-422 H/991-1031 M 26) Abu Jafar Abdullah al-Qaim 422-467 H/1031-1075 M 27) Abu Qasim Abdullah al-muqtadi 467-487 H/1075-1094 M 28) Abu Abbas Ahmad al-Mustazhhir 487-512 H/1094-1118 M 29) Abu Mansur al-Fadl al-Murtasyid 512-529 H/1118-1135 M 30) Abu Jafar al-Mansur ar-Rasyid 529-530 H/1135-1136 M 31) Abu Abdullah Muhammad al-Muqtafi 530-555 H/1136-1160 M 32) Abu Muzaffar al-Mustanjid 555-566 H/1160-1170 M 33) Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadhi 566-575 H/1170-1180 M 34) Abu al-Abbas Ahmad an-Nashir 575-622 H/1180-1225 M 35) Abu Nasr Muhammad az-Zhahir 622-623 H/1225-1226 M 36) Abu Jafar al-Mansur al-Mustanshir 623-640 H/1226-1242 M 37) Abu Ahmad Abdullah al-Mustashim 640-656 H/1242-1256 M Khalifah dinasti Bani Abbasiyah terakhir yaitu al-Mustashim yang dibunuh oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258 M. Seorang pangeran keturunan Abbasiyah berhasil lolos dari pembunuhan dan meneruskan khilafah dengan gelar Khilafah yang berkuasa di bidang keagamaan saja di bawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar Sultan. Para khalifah dinasti Bani Abbasiyah yang ada di Mesir berjumlah 22 orang yaitu: 1) Al-Mustanshir 659-660 H/1261-1261 M 2) Al-Hakim I 660-701 H/1261-1302 M 3) Al-Mustakfi I 701-740/1302-1340 M 4) Al-Watsiq I 740-741 H/1340-1341 M 5) Al-Hakim II 741-753 H/1341-1352 M 6) Al-Mutadhid 753-763 H/1352-1362 M 7) Al-Mutawakkil I 763-779 H/1362-1377, pertama kali. 8) Al-Mutashim 779 H/1377 M, pertama kali. 9) Al-Mutawakkil I 779-785 H/1377-1383 M, kedua kali. 10) Al-Watsiq II 785-788 H/1383-1386 M 11) Al-Mutashim 788-791 H/1386-1389 M, kedua kali. 12) Al-Mutawakkil I 791-808 H/1389-1406 M, ketiga kali. 13) Al-Mustain 808-816 H/1406-1414 M 14) Al-Mutadhid II 816-845 H/1414-1441 M

15) Al-Mustakfi II 845-855 H/1441-1451 M 16)Al-Qaim 855-859 H/1451-14-79 M 17)Al-Mustanjid 859-884 H/1455-1479 M 18)Al-Mutawakkil II 884-903 H/1479-1497 M 19)Al-Mustamsik 903-914 H/1497-1508 M, pertama kali. 20)Al-Mutawakkil III 914-922 H/1508-1516 M, pertama kali. 21)Al-Mustamsik 922-923 H/1516-1517 M, kedua kali. 22)Al-Mutawakkil III 923 H/1517 M, kedua kali. Jabatan khalifah yang di sandang oleh keturunan Abbasiyyah di Mesir berakhir ketika diambil oleh Sultan Salim I dari Turki Utsmani yang menguasai Mesir pada tahun 923 H/1517 M. Sejak saat itu, hilanglah Khalifah Abbasiyah untuk selama-lamanya.

DAFTAR PUSTAKA [1] Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni [2] Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam (Dirasah Islamiah II).(Jakarta: PT Raja Grafinda Persada. 1993), hlm. 49-50. [3] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: CV. Pustaka Islamika. 2008), hlm. 143-144. [4] Maslani dan Ratu Suntiah, Sejarah Peradapan Islam. (Bandung: CV. Insan Mandiri. 2010). hlm. 96. [5] Ibid., hlm. 51. [6] Badri Yatim, op. cit., hlm. 52 [7] Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. (Jakarta: Kencana. 2008). hlm. 69-70.

Anda mungkin juga menyukai