[1]
Proses pembentukan geram dipengaruhi oleh sudut
geram. Sudut geram tidak boleh terlalu besar guna
menjaga kekuatan pahat dan memperlancar proses
perambatan panas. Pemilihan sudut geram
dipengaruhi oleh jenis material benda kerja. Material
benda kerja yang lunak membutuhkan sudut geram
besar untuk mempermudah proses pembentukan
geram dan material yang keras memerlukan sudut
geram kecil agar pahat kuat.
Sudut Miring
s
[1]
Arah aliran geram dipengaruhi oleh sudut miring.
Jika sudut miring berharga sama dengan nol maka
arah aliran geram tegak lurus mata potong. Dengan
adanya sudut miring maka panjang kontak antara
pahat dengan benda kerja menjadi lebih diperpanjang
dan energi pemotongan spesifik tidak berubah
sampai sudut miring mencapai 20
0
. Temperatur
bidang kontak mencapai harga minimum bila sudut
miring berharga +5
0
untuk proses penghalusan dan -
5
0
untuk proses pengkasaran.. Untuk memperkuat
pahat serta menurunkan efek gaya kejut ini maka
sudut miring 20
0
dapat digunakan.
Sudut Potong Utama
r
k
[1]
Peranan sudut potong utama yaitu untuk menentukan
lebar dan tebal geram sebelum terpotong,
menentukan panjang mata potong yang aktif atau
panjang kontak antara geram dengan bidang pahat
dan menentukan besarnya gaya radial F
x
.
Sudut Potong Bantu
[1]
Sudut potong bantu dapat dipilih untuk memperkuat
ujung pahat dan kehalusan produk. Sudut potong
bantu yang kecil akan memperkuat ujung pahat dan
kehalusan produk dapat dipertinggi.
Sudut potong bantu kecil akan mempertinggi gaya
radial F
x
yang tergantung kepada kekakuan sistem
pemotongan seperti benda kerja, pahat dan metode
pencekamannya.
Analisis Pengaruh Kondisi Pemotongan Benda Kerja (Panjang Penjuluran) Terhadap Kekasaran Permukaan pada Mesin Bubut Gallic 16N (Hernadewita)
57
Untuk sistem pemotongan yang kaku
1
r
k = 5
o
sampai
dengan 10
o
. dan yang lemah
1
r
k = 10
o
sampai dengan
20
o
. Untuk radius pojok yang kecil parameter
kehalusan permukaan R
t
ditentukan oleh
1
r
k ,
r
k .
Rumusnya yaitu :
m c
f
R
r r
t
k k
;
cot cot
1
+
=
...(5)
dimana :
1
r
k : sudut potong bantu.
r
k : sudut potong utama.
f : gerak makan, mm/r.
c : faktor konversi > 1000 tergantung
sifat ketermesinan.
Radius Pojok
[5]
Radius pojok berfungsi untuk menentukan kehalusan
permukaan hasil pemotongan. Semakin besar
penampang geram maka radius pojok pahat harus
dipilih lebih kuat. Karena kedalaman pojok besar
akan meningkatkan gaya radial F
x
, sehingga untuk
sistem pemotongan yang tidak kaku akan terjadi
lenturan atau getaran yang menyebabkan kualitas
geometrik produk rendah. Kehalusan permukaan
hasil pemesinan dapat ditentukan dengan rumus :
m
r
f
c R
e
r t
:
8
2
=
... (6)
dimana :
R
t
: kekasaran total yang merupakan parameter
kekasaran permukaan m .
r
e
: radius pojok (mm).
c
r
: faktor konversi
- kaku = 2000.
- sedang = 2300
- lemah = 3000.
Selama proses pembentukan geram berlangsung,
pahat dapat mengalami kegagalan dari fungsinya
disebabkan oleh keausan yang secara bertahap
membesar pada bidang pahat. Perambatan kerusakan
menimbulkan patahan pada satu pitch pahat dan
deformasi plastis yang terjadi mengubah bentuk atau
geometri pahat. Secara sistematis pengaruh gerak
makan (feeding) akan meningkatkan luas penampang
geram dimana rumusnya adalah :
f h
t b A
=
=
Peningkatan luas penampang geram mengakibatkan
gaya pemotongan juga naik. Rumusnya adalah :
s c
k A F = ...(7)
Kenaikan gaya pemotongan akan
meningkatkan daya potong pada mesin perkakas.
Peningkatan daya pemotongan dapat dilihat pada
rumus berikut :
c c c
V F N =
...(8)
dimana :
N
c
: Daya potong.
F
c
: Gaya potong (N).
V
c
: Kecepatan potong (m/min).
3. METODE PENELITIAN
Pengujian dilakukan dengan dua tahap. Tahap
pertama dilakukan pengujian dengan menggunakan
feeding sebagai parameter awal dan kedalaman
potong tetap, dan tahap dua dengan kedalaman
potong bervariasi tetapi feeding tetap.
Peralatan pengujian dapat dilihat pada gambar (1)
Peralatan yang digunakan:
1. Mesin bubut Gallic 16N.
2. Benda kerja berbentuk silinder bertingkat
3. Alat ukur kekasaran permukaan (Taly surf).
4. Pahat yang digunakan adalah jenis karbida P25.
5. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Hubungan Kondisi Pemotongan dengan Level
Getaran
Dari hasil pemotongan terlihat bahwa kekasaran
permukaan benda kerja dipengaruhi oleh feeding,
kedalaman potong dan panjang penjuluran benda
kerja.
Kedalaman Potong (a)
Hubungan antara feeding, panjang penjuluran
dan kedalaman potong dengan level getaran dapat
dilihat pada gambar 6.2 sampai gambar 6.4. Terlihat
untuk feeding 0,1 mm/r, kedalaman potong 1,5 mm
berbeda dan panjang penjuluran, level getaran
mengalami peningkatan dalam arah vertikal. Hal ini
disebabkan karena titik sensitif pahat potong bekerja
dalam arah horizontal dan kekakuan mesin perkakas
dalam arah horizontal lebih tinggi dibanding dalam
arah vertikal. Data hasil pengujian dapat dilihat pada
tabel (1) dan tabel (2).
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No.1, Juni 2006 ISSN 1829-8958
58
Tai l stock
PC
C h. 2
C ond tio ning
Am pli fi er
Am pl if ier
M SA
Sp indl e
Exci te r
Ala t Bant u
Chuck
A ccele rom et er
C h. 3
Ch. 1
C h. 3
Am pl i fie r
Pengukuran Arah Horizontal
Gambar 1. Skema Alat Uji FRF
Tabel 1 Data hasil pengujian proses pemotongan teoritik dan eksperimen proses A
F (N)
f
(mm/r)
a
(mm)
Rt
(m)
Ra
(m)
1 970 0.25 1 26.04 8.82
2 902 0.2 1 16.67 8.5
3 709 0.18 1 13.5 6.95
4 624 0.1 1 4.17 5.07
5 596 0.071 1 2.04 8.54
Grafik Gaya Pemotongan Vs Kekasaran
Permukaan
0
2
4
6
8
10
0 200 400 600 800 1000 1200
Gaya Pemotongan (N)
K
e
k
a
s
a
r
a
n
P
e
r
m
u
k
a
a
n
(
u
m
)
Graf ik Gaya Pemotongan Vs Kekasaran Permukaan
Grafik 1 Hubungan Gaya Pemotongan dan Kekasaran Permukaan
Analisis Pengaruh Kondisi Pemotongan Benda Kerja (Panjang Penjuluran) Terhadap Kekasaran Permukaan pada Mesin Bubut Gallic 16N (Hernadewita)
59
Tabel 2 Data hasil pengujian panjang penjuluran dengan
level getaran (feeding 0,1 mm/r, a=1,5 mm)
Panjang penjuluran
(mm)
Kekasaran permukaan
(um)
119 4,3
132 5,9
148 5,76
153 7,08
Tabel 3 Data hasil pengujian panjang penjuluran dengan
level getaran (feeding 0,1 mm/r, a=1,25 mm)
Panjang penjuluran
(mm)
Kekasaran permukaan
(um)
119 3,78
132 3,7
148 3,9
153 3,6
Tabel 4 Data hasil pengujian panjang penjuluran dengan
level getaran (feeding 0,1 mm/r, a=1 mm)
Panjang penjuluran
(mm)
Kekasaran permukaan
(um)
119 3,7
132 3,68
148 4,7
153 3,5
Langkah Pemakanan (feeding)
Tabel 5 Data hasil pengujian panjang penjuluran dengan
level getaran (feeding 0,1 mm/r, a=1 mm)
Panjang penjuluran
(mm)
Kekasaran permukaan
(um)
119 3.5
132 2.7
148 4.48
153 5.07
Tabel 6 Data hasil pengujian panjang penjuluran dengan
level getaran (feeding 0,18 mm/r, a=1 mm)
Panjang penjuluran
(mm)
Kekasaran permukaan
(um)
119 6.3
132 6.71
148 6.73
153 6.95
Grafik Panjang Penjuluran Vs Kekasaran permukaan (um)
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
7
100 200
Panjang Penjuluran (cm)
K
e
k
a
s
a
r
a
n
P
e
r
m
u
k
a
a
n
(
u
m
)
Kekasaran permukaan (um)
Grafik 2 Hubungan Panjang Penjuluran dan Kekasaran
Permukaan Pada feeding=0,18 mm/r dan a=1 mm
Tabel 7 Data hasil pengujian panjang penjuluran dengan
level getaran (feeding 0,25 mm/r, a=1 mm)
Panjang penjuluran
(mm)
Kekasaran permukaan
(um)
119 7.47
132 7.69
148 7.07
153 8.82
Panjang Penjuluran Vs Kekasaran permukaan (um)
0
2
4
6
8
10
100 110 120 130 140 150 160
Panjang Penjuluran (cm)
K
e
k
a
s
a
r
a
n
P
e
r
m
u
k
a
a
n
(
u
m
)
Kekasaran permukaan (um)
Grafik 3 Hubungan Panjang Penjuluran dan Kekasaran
Permukaan Pada feeding=0,25 mm/r dan a=1 mm
Tabel (5) sampai dengan tabel (8) menunjukkan
bahwa untuk variasi feeding dengan kedalaman
potong konstan, kekasaran permukaan akibat panjang
penjuluran jauh berbeda dengan kedalaman potong
yang berubah dan feeding konstan.
Dari kedua variasi pengujian yang dilakukan
menunjukkan bahwa untuk variasi feeding harga
kekasaran permukaan benda kerja lebih rendah
dibanding dengan kekasaran permukaan untuk
kedalaman potong bervariasi.
4. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa:
1. Mesin bubut Gallic memiliki berkisar antara 3,5
um sampai dengan 4,7 um untuk feeding
konstan dan kedalaman potong bervariasi.
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3, No.1, Juni 2006 ISSN 1829-8958
60
2. Pada pengujian pemotongan variasi feeding dan
kedalaman potong tetap menunjukkan harga
kekasaran permukaan benda kerja lebih tinggi
disbanding dengan kedalaman potong bervariasi
dan feeding tetap.
3. Hasil pengukuran kekasaran permukaan
menunjukkan penurunan disebabkan oleh
kondisi panjang penjuluran.
PUSTAKA
1. Rochim, Taufiq, Teori dan Teknologi Proses
Pemesinan, Lab. Teknik Produksi dan
Metrologi Industri, Institut Teknologi
Bandung.
2. Koenigsberger, F,J. Tlusty, Machine Tools
Structure, Vol.1, Pergamon Press Ltd, New
York, 1970.
Analisis Pengaruh Kondisi Pemotongan Benda Kerja (Panjang Penjuluran) Terhadap Kekasaran Permukaan pada Mesin Bubut Gallic 16N (Hernadewita)
61
Biografi Peneliti:
1. Hernadewita, S.T., M.Si
Staf Pengajar Program Studi Teknik
Manajemen Industri Jakarta.
Pendidikan:
- Sarjana Teknik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Banten.
- Magister Lingkungan Universitas Indonesia
Jakarta.
2. Hendra S.T., M.T.
N.I.P: 132 306 384
Staf Pengajar Program Studi Teknik Universitas
Bengkulu.
Pendidikan:
- Sarjana Teknik Universitas Andalas
Padang.
- Magister Teknik Mesin Bidang Teknik
Produksi Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Institut
Teknologi Bandung.
3. Herman, S.Pd, M.T.
NIP.131119375
Staf Pengajar SMUN 101 Jakarta.
Pendidikan:
- Sarjana Pendidikan UPI Bandung.
- Magister Teknik Industri Fakultas Tekologi
Industri Institut Teknologi Bandung