Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Magister Perencanaan Kota dan Daerah, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Menata Ruang:
Menata wadah kehidupan manusia dan makhluk lain agar dapat hidup, menjalankan kehidupan dan memelihara keberlanjutan kehidupannya
Manusia sebagai pelaku utama karena manusia dianugerahi akal budi dan hati nurani oleh Tuhan
Pengelolaan:
-Perencanaan (tata ruang: pola dan struktur ruang) -Pengendalian pelaksanaan
SDM
SDA
Tata Ruang:
- Pola ruang: alokasi ruang/wadah kegiatan sesuai kemampuannya/kesesuaiannya - Struktur ruang: penyediaan infrastruktur (secara berhirarkhi-efektif efisien- agar kegiatan dapat berlangsung dengan optimal
SDB
Hasil Akhir:
Kesejahteraan Manusia (dan Makhluk Hidup lain) Merata/berkeadilan Berkelanjutan
KEGIATAN
(Tergambar dalam PDRB)
BEBERAPA PENGERTIAN DASAR Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.(UU 26/2007) Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, vegetasi dan benda-benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Arsyad, 2006 dalam Mutaali 2012) Kesesuaian Lahan: Kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk penggunaan tertentu Peruntukan lahan harus sesuai dengan kesesuaian lahan untuk menjamin keberlanjutan kehidupan dari makhluk hidup yang berkehidupan di dalamnya. Jika tidak sesuai: Ganti/evaluasi peruntukan, Pindahkan kegiatan di ruang (..lahan) yang sesuai Rekayasa ruang (..lahan) (jika dimungkinkan).
BEBERAPA PENGERTIAN DASAR (Lanjutan) Dua analisis penting dalam analisis sumberdaya lahan: analisis kemampuan lahan dan analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan merupakan spesifikasi kemampuan lahan.
Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan. Kesesuaian Lahan: Kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk penggunaan tertentu
Satuan Lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karakteristik yang spesifik. Sembarang bagian dari lahan yang menggambarkan karakteristik lahan yang jelas dan nyata, tidak peduli bagaimana caranya dalam membuat batas-batasnya. FAO (1990) menggunakan lereng, bentuk lahan, jenis tanah, guna lahan eksistiing.
Contoh: Kriteria Kawasan Lindung dan Budidaya menurut RTRWN dan PermenPU 41/2007
Jenis Kawasan Lindung Hutan Lindung Kriteria Penetapan/Parameter Hutan dengan jumlah bobot >175 terhadap lereng, jenis tanah, intensitas hujan, lereng lebih dari 40% , ketinggian di atas 2000 m apl
Kawasan Bergambut
Kawasan Resapan Air Kawasan Sempadan Mata Air Sempadan Sungai
Kawasan bergambut dengan ketebalan lebih dari 3 m, terletak di hulu atau rawa
Hujan tinggi, tanah mudah diresapi air, bentuk yang memudahkan peresapan air banyak 200 m sekeliling mata air 5 m sebelah luar tanggul sungai, 100 meter dari tepi sungai besar tak bertanggul diluar permukiman, 50 meter dari tepi anak sungai tak bertanggul di luar permukiman 50-100 m dari tepi danau waktu pasang Daratan 100 m dari titik pasang tertinggi sepanjang pantai atau daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal Memilki keanekaragaan biota, ekosistem, gejala dan keunikan alam Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi, tempat kehidupan satwa migran tertentu memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe Ekosistemnya, kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belumdiganggu manusia, merupakan satu-satunya contoh dan membutuhkan konservasi
Kawasan Suaka Alam (Laut) Kawasan Suaka Margasatwa (Laut) Cagar Alam (Laut)
Kriteria Penetapan/Parameter
Lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat Luasan cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami, berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam, memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh, memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang secara materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi maupun pendudukan manusia memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli; merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang sudah berubah; memiliki keindahan alamdan/atau gejala alam memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka; memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata Hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Taman Nasional
Cagar Budaya
Jenis Kawasan Lindung Cagar Biosfer Ramsar Taman Buru Kawasan Perlindungan Plasma Nuftah
Kriteria Penetapan/Parameter
Jenis Kawasan Budidaya Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi) Hutan Rakyat Pertanian Pertambangan Industri Pariwisata Permukiman
Kriteria Penetapan
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN Kesesuaian Lahan adalah kecocokan Kecocokan suatu jenis lahan tertentu untuk penggunaan tertentu
TEKNIK ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DENGAN METODE TUMPANG TINDIH 1. Tumpang-tindih Perkalian 1-0 (Boolean): Sesuai (1) atau Tidak sesuai (0) 1x1=1, 1x0=0, 0x0=0
2. Tumpang-tindih dengan Pengharkatan (Penambahan Pembobotan): Kelas kesesuaian lahan untuk budidaya, penyangga, atau lindung. Gradasi kesesuaian lahan bagi peruntukan tertentu (misal pertanian, permukiman):
Sangat sesuai (S1): lahan tidak mempunyai pembatas yag berat atau pembatas kurang berarti dan tak berpengaruh secara nyata untuk penggunaan tertentu secara lestari Cukup sesuai (S2): lahan mempunyai pembatas agak berat yang mengurangi produktivitas dan keuntungan yang diperoleh pada penggunaan tertentu secara lestari Sesuai marginal/hampir sesuai (S3): lahan mempunyai pembatas sangat berat untuk penggunaan tertentu secara lestari Tidak sesuai saat ini (N1): lahan mempunyai pembatas sangat berat yang belum dapat diiatasi saat ini dengan biaya yang rasional. Tidak sesuai permanen (N2): lahan mempunyai pembatas sangat berat dan tidak mungkin untuk penggunaan tertentu secara lestari.
Pemberian bobot / pembobotan sesuai besar-kecil pengaruh suatu parameter dibanding parameter lain terhadap faktor yang dianalisis.
Pertanian subur
Lereng
Sungai
125-174 <125
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/KPTS/UM/11/1980 Tentang Kriteria dan Penetapan Kawasan Hutan Lindung Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 683/KPTS/UM/8/1981 Tentang Kriteria dan Penetapan Kawasan Hutan Produksi
Klasifikasi Kesesuaian Lahan (menurut sumber lain) Total Skor >174 125-174 Keterangan Kawasan Lindung, termasuk hutan lindung Kawasan Fungsi penyangga Kawasan hutan produksi terbatas <125 lereng <15% Kawasan hutan produksi tetap Kawasan hutan produksi konversi Budidaya tanaman tahunan <125 lereng <8% Kawasan tanaman semusim dan permukiman
Sumber: Mutaali (2012)
Catatan: Informasi lain menyebutkan bahwa Permukiman dapat diadakan pada lahan dengan kelerengan 0-25%
+
Keterangan (Kepekaan Erosi)
Tidak Peka Agak Peka Kurang Peka Peka Sangat Peka
RC
AC
LS LD RS AS PS PD
b. Buat kelas harkat parameter yang akan digunakan, beri bobot jika perlu. (Lihat halaman berikut)
Kelas
1 2 3 4 5
6Jenis Tanah
Aluvial, dsb Latosol Brown Forest Soil, dsb Andosol, Laterit, dsb Regosol, Litosol , dsb
Harkat 20 40 60 80 100
Keterangan
125-174
Skor Total
Kesesuaian Lahan
175
Lindung
..
85
Permukiman dan Tanaman Semusim
Kisaran Lereng (%) 0-8 8-15 15-25 25-45 >45 Jenis Tanah
Aluvial, Tanah Glei Planosol Hidromorf Kelabu, Literita Air Tanah
Keterangan Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam Keterangan (Kepekaan Terhadap Erosi) Tidak Peka Agak Peka Kurang Peka Peka Sangat Peka Keterangan Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Harkat Kelas x Bobot 20 20 40 60 80 100 Harkat Kelas x Bobot 15 15 30 45 60 75 Harkat Kelas x Bobot 10 10 20 30 40 50
Lereng Bobot 20
Latosol Brown Forest Soil, Non Calcis Brown, Mediteran Andosol, Laterit, Grumosol, Podsolik Regosol, Litosol ,Organosol, Renzina Kisaran Curah Hujan (mm/hari hujan) 8 - 13,6 13,6 - 20,7 20,7 - 27,7 27,7 - 34,8 > 34,8
Contoh kasus A Parameter Lereng Jenis tanah Curah hujan Kondisi Lahan 20% Latosol 12 mm/hari hujan Jumlah Harkat Harkat 60 30 10 100
Lahan A sesuai untuk hutan produksi bebas yang dapat dikonversi / permukiman
Contoh kasus B Parameter Lereng Jenis tanah Curah hujan Kondisi Lahan 20% Andosol 12 mm/hari hujan Jumlah Harkat Harkat 60 60 10 130
Lahan B sesuai untuk hutan produksi terbatas, tidak cocok untuk permukiman
Contoh kasus C Parameter Lereng Jenis tanah Curah hujan Kondisi Lahan 20% Regosol 12 mm/hari hujan Jumlah Harkat Harkat 60 75 10 145
Lahan C jika menggunakan jumlah harkat, sesuai untuk hutan produksi terbatas, tapi jika dilihat dari kriteria bahwa tanah regosol dengan lereng >15% harus dijadikan sebagai kawasan lindung, maka peruntukan Lahan C sebaiknya adalah kawasan lindung.
Contoh kasus D Parameter Lereng Jenis tanah Curah hujan Kondisi Lahan 20% Andosol 35 mm/hari hujan Jumlah Harkat
Lahan D sesuai untuk hutan produksi terbatas.
Harkat 60 60 50 170
SOAL LATIHAN:
1. 2. Tentukan Kesesuaian Lahan di Lahan A, B, C, D, E (Tuliskan penghitungan analisisnya di halaman sebalik). Lakukan langkah yang sama pada satuan lahan yang lain.
Podsolik kuning
` `
` `
Aluvial kelabu tua
Podsolik merah
8-15%
15-25%
20 mm/hari hujan
` ` D ` E C `
A `
25 mm/hari hujan
(Q = BK / BB x 100%).
BK = bulan kering, curah hujan <60 mm BB = bulan basah, curah hujan >100 mm BL = bulan lembab, curah hujan 60-100 mm
Kesesuaian Lahan Model Wilayah Tanah Usaha Oleh Dr. I. Made Sandy (1977) Model sederhana menggunakan dua komponen: Ketinggian tempat Lereng (budidaya <40o , Lindung > 40o )
Ketinggian
0-2 m 2-7 7-25 m
Perwilayahan
Tanah Usaha Terbatas Tanah Usaha Terbatas I
Keterangan
Elevasi 0-2 m wajib dilindungi sebagai kawasan perlindungan pantai Tambak ikan Dimungkinkan pengembangan sawah meski hasilnya tak sebaik pada ketinggian di atasmya. Umumnya merupakan daerah padat penduduk, terutama di Pulau Jawa. Potensi ancaman banjir sangat besar. Garis bendungan pada ketinggian 25 m. Pada ketinggian tersebut banyak dbuat bendungan untuk pengendalian air sekaligus untuk irigasi <12,5 m sawah 1xpanen; >12,5m sawah 2xpanen Guna lahan pertanian lahan kering, perkebunan Sawah hasilnya masih cukup baik Banyak permukiman tapi tak sepadat ketinggian di bawahnya Guna lahan pertanian lahan kering, tanaman keras, buah-buahan, perkebunan Sawah jika masih ada air Permukiman mulai jarang, topografi mulai sulit untuk pembuatan jalan Bergelombang dan berbukit. Peralihan iklim panas ke sedang (nb. Suhu di pantai 25-27o C setiap naik 100 m suhu turun 0,61-1o) Padi masih bisa tumbuh meski tidak sebaik di bawah 500 m Tanah datar yang luas sebaiknya untuk hortikultura dan sayur-sayuran, tanah bergelombang untuk tanaman keras beriklim sejuk: cengkeh, kopi, kemiri, jeruk Suhu cukup rendah, beriklim sedang Tanaman iklim sedang dapat tumbuh dengan baik Tanah datar luas sangat sesuai untuk bunga-bungaan, sayur-sayuran dan buah-buahan iklim dingin.
25-100 100-500
500-1000
>1000
ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN Kemampuan Lahan adalah karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau kegiatan pada suatu hamparan lahan. Teknik Pemerian : Deskripsi = tabularis Teknik Pengharkatan: Penjumlahan dan Pengurangan (yang menguntungkan dikurangi yang merugikan) Teknik Pembandingan: Tabularis
Kedalaman tanah efektif Permeabilitas Kepekaan tanah terhadap erosi Kandungan debu, Bentuk Struktur, Taraf perkembangan struktur Bahaya: Kekeringan Kegaraman/salinitas Banjir Erosi
Faktor Menguntungkan:
Kandungan Unsur Hara (N, P2O5 dan K2O): Kandungan N (%)
<0,1 0,10,2 0,20,3 0,3-0,5 >0,75 amat rendah rendah sedang tinggi amat tinggi harkat 1 harkat 2 harkat 3 harkat 4 harkat 5
Harkat Kandungan Unsur Hara merupakan penjumlahan harkat kandungan N, P2O5 dan K2O: <4 harkat 1+ 4-7 harkat 2+ 8-11 harkat 3+ 12-15 harkat 4+ >15 harkat 5+
Tekstur Tanah
Kasar Agak kasar Sedang Agak halus Halus harkat 1 harkat 2 harkat 3 harkat 4 harkat 5
Struktur Tanah
Butir tunggal Gumpal/pejal/kubus/prisma Remah harkat 1 harkat 2 harkat 3
Harkat kelembaban tanah terhadap tanaman merupakan penjumlahan harkat dari tekstur tanah, struktur tanah, dan kandungan bahan organik
<4 4-6 7-9 10-11 >12 harkat 1+ harkat 2+ harkat 3+ harkat 4+ harkat 5+
2. Kandungan bahan
<2 2-6 6-10 10-30 >30 rendah sedang agak tinggi tinggi sangat tinggi harkat 1 harkat 2 harkat 3 harkat 4 harkat 5
Permeabilitas (cm/jam)
>12,50 6,25-12,50 2,00-6,25 0,50-2,00 <50 cepat/sangat cepat agak cepat sedang agak lambat lambat/sangat lambat harkat 1+ harkat 2+ harkat 3+ harkat 2+ harkat 1+
Jumah Harkat Kepekaan Tanah Terhadap Erosi <5 harkat 1+ 5-6 harkat 2+ 7-8 harkat 3+ 9-10 harkat 4+ >10 harkat 5+
Erosi
e1 e2 e3, e4 tanpa ringan sedang berat harkat 0 harkat 1harkat 2harkat 3-
Kadar Garam/Salinitas
1. Kadar garam (%)
<0,15 0,15-0,35 0,35-0,65 >65 tanpa sedikit sedang banyak harkat 0 harkat 1harkat 2harkat 3-
Harkat Kadar Garam (Penjumlahan dari harkat kadar garam dengan harkat rata-rata luas wilayah)
0 1-2 (-) 3-4 (-) 5-6 (-) harkat 0 harkat 1harkat 2harkat 3-
Kemampuan Lahan (Sumber: Analisis Kemampuan Lahan untuk Pertanian dengan Teknik Penjumlahan-Pengurangan, fakultas Geografi UGM 1994)
Jumlah harkat
>20 15-19
Kelas Kemampuan
I II
Tanah
Aluvial (bahan vulkanik), regosol (abu vulkanik) di kaki gunung api Aluvial (bahan tersier) dan latosol (agakkurus), andosol (di lembah) dan non calcc brown (kurang air) Latosol (vulkanik), bergelombang Mediteran pada gunung api, grumosol di dataran (agak jelek, kurang air) Latosol pada breksi (kurus, banyak tonjolan batu, berbukit) Regosol dan andosol di kerucut vulkan, renzina dan grumosol di bukit (berbatu, dangkal, peka erosi), podsolik merah kuning di dataran (kurus, masam, jelek, konkresi), organosol eutrof (air tanah, udah terbakar, irreversible) Podsolik merah kuning di bukit dan lateritik di dataran (kurus, jelek, peka erosi, konkresi, dangkal, curam), organosol, oligotrof (kurus, air tanah, udah terbakar, peka erosi, ireversible) Podsol (kurus sekali, masam, jelek, air tanah, peka erosi, konkresi)
12-14 8-11
III IV
4-7 0-3
V VI
-3 - 0
VII
Jelek sekali, pertumbuhan tanaman/penggunaan lahan sangat terbatas oleh faktor alam, agak baik untuk tanaman tahunan, hutan produksi.
<= -4
VIII
Lahan amat jelek, faktor-faktor alam tidak memungkinkan untuk suatu usaha pertanian, hanya baik untuk hutan lindung atau margasatwa
Teknik Pembandingan/Tabularis Kemampuan Lahan (Sumber: PermenLH 17/2009) ttg Analisis daya Dukung Lahan) Kelas I Kriteria
1. Tidak mempunyai atau hanya sedikit hambatan yang membatasi penggunaannya. 2. Sesuai untuk berbagai penggunaan, terutama pertanian. 3. Karakteristik lahannya antara lain: topografi hampir datar - datar, ancaman erosi kecil, kedalaman efektif dalam, drainase baik, mudah diolah, kapasitas menahan air baik, subur, tidak terancam banjir 1. Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau memerlukan tindakan konservasi yang sedang. 2. Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan.
II
III
1. Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaan lahan dan memerlukan tindakan konservasi khusus dan keduanya. 2. Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan jika dipergunakan untuk tanaman perlu pengelolaan tanah dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan. 3. Hambatan dimaksud pada angka 1 membatasi lama penggunaan bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi dari pembatas tersebut.
Kelas IV
Kriteria
1. Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari kelas III, dan pilihan tanaman juga terbatas. 2. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit diterapkan.
Penggunaan
1. Pertanian: a. Tanaman semusim dan Tanaman pertanian pada umumnya. b. Tanaman rumput. c. Hutan produksi. d. Padang penggembalaan. e. Hutan lindung dan suaka alam. 2. Non-pertanian.
1. Tidak terancam erosi tetapimempunyai hambatan lain yang tidak mudah untuk dihilangkan, sehingga membatasi pilihan penggunaannya. 2. Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman. 3. Terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang kurang sesuai.
1. Pertanian: a. Tanaman rumput. b. Padang penggembalaan. c. Hutan produksi. d. Hutan lindung dan suaka alam. 2. Non-pertanian
VI
1. Mempunyai faktor penghambat berat yang menyebabkan penggunaan tanah sangat terbatas karena mempunyai ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. 2. Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi.
1. Pertanian: a. Tanaman rumput. b. Padang penggembalaan. c. Hutan produksi. d. Hutan lindung dan cagar alam. 2. Non-pertanian.
Kelas VII
Kriteria
1. Mempunyai faktor penghambat dan ancaman berat yang tidak dapat dihilangkan, karena itu pemanfaatannya harus bersifat konservasi. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan pencegahan erosi yang berat. 1. Sebaiknya dibiarkan secara alami. 2. Pembatas dan ancaman sangat berat dan tidak mungkin dilakukan tindakan konservasi, sehingga perlu dilindungi.
Penggunaan
a. Padang rumput. b. Hutan produksi.
VIII
Kelompok 1 adalah kelas kemampuan lahan yang cocok untuk usaha tani yaitu kelompok I sd IV Dua kelas pertama (kelas I dan kelas II) merupakan lahan yang cocok untuk penggunaan pertanian Kelas III sampai dengan kelas VI dapat dipertimbangkan untuk berbagai pemanfaatan lainnya. Meskipun demikian, lahan kelas III dan kelas IV masih dapat digunakan untuk pertanian.
Kelompok 2 adalah kelas kemampuan lahan yang tidak bisa digunakan untuk usaha tani. 2 (dua) kelas terakhir (kelas VII dan kelas VIII) merupakan lahan yang harus dilindungi atau untuk fungsi konservasi.
Hutan
Lindung/ Cagar Alam Produksi Terbatas Terbatas
Penggembalaan
Sedang Intensif Terbatas
Pertanian
Sedang Intensif Sangat Intensif
II
B KE3 e1 k1 t1-3 t1-3 P2-3 d2
III
C KE4-5 e2 k2 t1-4 t1-4 P2-4 d3
IV
D KE6 e3 k2 t1-4 t1-4 P1 d4
V
A (*) (**) (*) (*) (*) (*) d5
VI
E (*) e4 k3 t1-4 t1-4 (*) (**)
VII
F (*) e5 (*) t1-4 t1-4 (*) (**)
VIII
G (*) (*) (*) t5 t5 P5 d0
Kerikil/Batuan (b)
Ancaman Banjir (o) Garam/Salinitas (g) (***)
b0
o0 g0
b0
o1 g1
b1
o2 g2
b2
o3 g3
b3
o4 (**)
(*)
(**) g3
(*)
(**) (*)
B4
(*) (*)
Keterangan: (*) = sembarang sifat, (**) = tidak berlaku, (***) umumnya di daerah beriklim kering
Batuan Lepas (diameter lebih besar dari 25 cm jika berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm jika berbentuk gepeng) b0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal. b1 = sedikit : 0.01%-3% permukaan tanah tertutup. b2 = sedang : 3%-15% permukaan tanah tertutup. b3 = banyak : 15%-90% permukaan tanah tertutup. b4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian.
Batuan terungkap merupakan batuan yang tersingkap di atas permukaan tanah, yang merupakan bagian dari satuan besar yang terbenam di dalam tanah (batuan tertutup) b0 = tidak ada: kurang dari 2% permukaan tanah tertutup. b1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup. b2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup. b3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup. b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaan tanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapat digarap.
Pilih kelas yang paling besar pembatasnya: Lahan sampel 1 masuk dalam kategori Kelas III dengan faktor penghambat kepekaan erosi (ke) dan drainase (d)
Ketinggian (simak analisis wilayah tanah usaha) 7-25 m 0-7; 25-100 m 100-500 m 500-1000 m >1000 m
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN untuk PERMUKIMAN Proses Analisis dan Kriteria Teknis Kawasan Permukiman: 1. Tumpang-tindih dengan penambahan-pembobotan:
Jumlah bobot terhadap lereng, jenis tanah dan curah hujan <125 (Lihat SK Menteri Pertanian no 837/1980 dan 683/1981)
3. Pastikan:
Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari; Drainase baik sampai sedang;
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN untuk PERMUKIMAN 1. Analisis Kesesuaian Lahan dengan Teknik Tumpang-tindih PenambahanPembobotan menghasilkan peta kesesuaian untuk budidaya (skor <125) 2. Analisis Kesesuaian Lahan dengan Teknik Tumpang-tindih Boolean: Peta yang ditumpang tindih:
Peta Lahan Sesuai untuk Budidaya Peta Guna Lahan Saat Ini (Singkirkan lahan sawah irigasi teknis) Peta Lereng (Singkirkan lahan dengan kelerengan >15%, sumber lain menggunakan kriteria >25%) Peta Kawasan Lindung (Singkirkan lahan yang harus dilindungi)
Hasil:
Peta Lahan Sesuai untuk Permukiman yang tidak berada di kawasan lindung dan sawah beririgasi teknis dengan kelerengan <15%.
3. Yakinkan hasil kesesuaian lahan permukiman yang dIperoleh dari langkah 2 di atas dengan informasi tentang kemudahan mendapatkan air bersih dan drainase. Lahan datar (0-15%) kemampuan drainasenya sedang, lahan bergelombang (1540%) kemampuan drainasenya baik (Mutaali 2012, halaman 208)
Sumber: Nusha, Fakultas Geografi, UMS, 2009, Evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi permukiman diKecamatan selogiri kabupaten wonogiri Propinsi jawa tengah
Sumber: Setyowati, Geografi-FIS UNNES, 2007: Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Dengan Teknik GIS)
Contoh Parameter Yang Digunakan pada Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Permukiman Oleh Fajar Dania Nusha K, Fakultas Geografi UMS, 2009
No 1 Data /parameter Kemiringan Lereng Keterangan Sudut lereng: semakin datar lereng semakin mudah dalam penempatan pondasi bangunan dan semakin rendah biaya pembangunan. Dihitung dari peta topografi dan survei lapangan. Kedalaman dan panjang alur: semakin renggang alur sungai semakin kecil resiko bahaya banjir. Dihitung dari peta topografi dan survei lapangan. Frekuensi banjir: semakin jarang banjir semakin nyaman untuk bermukim. Survei lapangan, wawancara dengan penduduk.
2 3
Erosi Permukaan
Kenampakan erosi: semakin bebas erosi semakin nyaman untuk bermukim. Survei lapangan identifikasi ada tidaknya singkapan batuan, alur/parit akibat air permukaan, kenampakan akar tanaman
Gerakan massa batuan. Semakin stabil semakin aman untuk bermukim. Diidentifikasi dari peta topografi, jenis tanah/batuan dan survei lapangan. Genangan air: tanah lembab tergenang tidak sehat untuk bermukim. Survei lapangan. Batuan yang kuat akan menopang pondasi bangunan dengan kokoh. Survei lapangan, test kekuatan batuan dengan pukulan. Batuan sangat lapuk kuang kuat menopang bangunan di atasnya. Survei lapangan, pengamatan kesegaran batuan.
5 6 7 8
9
10 11
1. Kemiringan lereng
Sudut Lereg 0-2 2-8 8 - 21 21 - < 40 > 40 Kriteria Datar Landai Miring Terjal Sangat terjal Nilai 5 4 3 2 1
2. Alur sungai
Kedalaman Alur Sungai <1
24 58 9 15 > 16
Nilai 5
4 3 2 1
3. Kerawanan banjir/genangan
Kriteria Tidak pernah banjir Tergenang <2 bulan/tahun Tergenang 2-6 bulan/tahun Tergenang 6-8 bulan/tahun Tergenang >8 bulan/tahun Nilai 5 4 3 2 1
4. Erosi permukaan
Kriteria Tdak ada kenampakan erosi Kenampakan erosi ringan Kenampakan erosi sedang Kenampakan erosi berat Kenampakan erosi sangat berat Nilai 5 4 3 2 1
5. Kerawanan longsor
Kriteria Tanpa bahaya longsor Ada gerakan massa batuan/tanah voume kecil Gerakan massa batuan/tanah resiko sedang Gerakan massa batuan/tanah resiko tinggi Gerakan massa batuan/tanah resiko sangat tinggi Nilai 5 4 3 2 1
6. Drainase/pengatusan
Kriteria Lahan kering, pengatusan sangat baik Pengatusan baik Pengatusan sedang Pengatusan jelek Pegatusan sangat jelek Nilai 5 4 3 2 1
7. Kekuatan batuan
Kriteria Tidak mudah pecah oleh pukulan palu geologi sangat kuat Sukar pecah oleh pukulan palu geologi Pecah oleh pukulan palu geologi Mudah pecah oleh pukulan palu geologi ringan Mudah dipecah dengan tangan Nilai 5 4 3 2
8. Pelapukan batuan
Kriteria Batu segar Batu lapuk ringan Batu lapuk sedang Batu lapuk kuat Batu lapuk sangat kuat Nilai 5 4 3 2 1
Sangat baik hingga baik, lahan sangat sesuai untuk permukiman Sedang, lahan mempunyai beberapa faktor penghambat non permanen Jelek hingga sangat jelek, lahan memiliki banyak faktor penghambat atau beberapa faktor penghambat mutlak dan permanen.
Jumlah nilai dari masing-masing satuan lahan (kemiringan lereng + kerapatan alur sungai + Banjir atau Penggenangan + Tingkat erosi permukaan + Tingkat bahaya longsor + Drainase + Kekuatan Batuan + Pelapukan Batuan + Daya dukung tanah + Kedalaman air tanah + Tekstur tanah).
Jumlah nilai tertinggi jumlah nilai terendah Interval kelas = Jumlah kelas
Sumber: Nusha, Fakultas Geografi, UMS, 2009, Evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi permukiman diKecamatan selogiri kabupaten wonogiri Propinsi jawa tengah
Contoh Lain Parameter Kesesuaian Lahan untuk Permukiman (pada penelitian lainnya)
Kriteria Kesesuaian Lahan No KEKASARAN MEDAN Parameter S1 S2 S3 N1 N2
Kemiringan Lereng
0% - 8%
> 8% - 25%
> 40 %
> 40 %
KEKUATAN BATUAN 2 3 Posisi jalur patahan Kekuatan batuan (kg/cm2) tidak ada > 75 tidak ada > 30 - 75 ada pengaruh > 10 - 30 Tepat pada jalur > 3 - 10 Tepat pada jalur <3
KEKUATAN TANAH 4 5 Kembang kerut tanah (nilai cole) Daya dukung tanah (kg/cm2) < 0,001-0,03 > 7,11 - 8,53 0,031-0,060 > 5,69 - 7,11 0,061-0,090 > 4,27 - 5,69 > 0,091 0 - 4,27 > 0,091 0 - 4,27
PEMATUSAN DRAINASE 6 Saluran permukaan tanah Baik Sekali Baik Agak baik Tidak teratur Tidak ada
KETERSEDIAAN AIR 7 Kedalaman Air Tanah < 15 m 15-25 25-50 >50 >50
BAHAYA ALAM 8 9 10 Erosi Longsor/Gerakan Tanah Banjir Tidak ada Tidak ada Tidak pernah < 25 % erosi Tidak ada Pernah ada > 75% erosi Ada, ringan
Tergenang Ringan, < 2 bulan per tahun
erosi berat
Sumber: Setyowati, Geografi-FIS UNNES: Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Dengan Teknik GIS, 2007)
Selamat Belajar