Anda di halaman 1dari 74

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sistem perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu sistem yang tangguh melalui krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapi keadaan yang sangat sulit bagi dunia perbankan. Di antara keunggulannya adalah pertumbuhan perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam kondisi krisis ekonomi bank konvensional menderita negative spread dalam bisnisnya, sebagai suatu momok utama yang dihadapi oleh perbankan konvensional, dan justru dalam kondisi demikian bank syariah menunjukkan kondisi yang sebaliknya. Bank syariah yang dimaksud di sini adalah bank Islam, bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara pihak bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum Islam. Sehingga perbedaan antara bank Islam (syariah) dengan bank konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain yang sesuai dengan syariat Islam, karena bunga diyakini mengandung unsur riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama Islam.(Rivai,2007) Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi meperlancar mekanisme ekonomi disektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya)

berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilainilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.(Ascarya,2007) Bank syariah merupakan bank yang lebih menekankan pada prinsip bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam semua operasinya baik dalam pengerahan dananya maupun dalam penyaluran dananya (dalam perbankan syariah penyaluran dana biasa disebut dengan pembiayaan). Oleh karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada bank syariah terutama juga menggunakan prinsip bagi hasil. Dalam penghimpunan dana, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip wadiah, qardh, maupun ijarah. Dalam pembiayaan, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip jual beli dan sewa (lease). Selain itu, bank syariah juga menyediakan berbagai jasa keuangan seperti wakalah, hiwalah, rahn, qardh, sharf, dan ujr. (Rivai,2007) Pembiayaan merupakan fungsi bank dalam menjalankan fungsi penggunaan dana. Dalam kaitan dengan bank maka ini merupakan fungsi yang terpenting. Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati porsi terbesar, pada umumnya menempati 55% sampai 60% dari total aktiva. Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat penghasilan tertinggi dari bank. Sesuai dengan karakteristik dari sumber dananya, pada umumnya bank komersial

memberikan pembiayaan berjangka pendek dan menengah, meskipun beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan dengan jangka waktu yang lebih panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan juga bervariasi, tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha yang dibiayai.(Muhammad,2002) Sebagai lembaga yang penting dalam perekonomian maka perlu adanya pengawasan kinerja yang baik oleh regulator perbankan. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya. Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas suatu bank, maka semakin baik pula kinerja bank tersebut. Dan untuk meningkatkan nilai profitabilitas dapat ditempuh dengan melakukan maksimalisasi keuntungan yang diperoleh bank melalui optimalisasi struktur pembiayaan yang disalurkan bank kepada nasabahnya. Upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang diberikan sesuai disebut dengan istilah struktur

pembiayaan. Selain itu, struktur pembiayaan juga mencoba menetralisir dan meminimalisasi risiko yang muncul dari adanya pembiayaan tersebut. Dalam strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah kondisi agar pembiayaan yang diberikan berada dalam taraf risiko yang dapat dikendalikan dan mampu memberikan imbal hasil yang maksimal dari sekian banyak alternatif struktur pembiayaan yang dapat diterapakan. Struktur pembiayaan menunjukkan

berapa besar komposisi dari pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli, pola bagi hasil dengan sewa. Struktur pembiayaan ini akan mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga kinerja keuangan bank juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya. (Muhammad, 2005) Dan salah satu bank syariah besar di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) yang memiliki aset lebih dari 32 triliun rupiah sampai di akhir tahun 2010 (lihat Tabel 1.1) dan memiliki 369 unit jaringan kantor pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Karena merupakan salah satu bank syariah besar di Indonesia, sehingga kinerja Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu tolak ukur penilaian masyarakat akan kinerja bank syariah yang ada di Indonesia. Tabel 1.1 Ringkasan Neraca PT Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2010 (dalam miliar rupiah) 2008 Aktiva 17.066 Aktiva Produktif 16.399 Kewajiban 2.343 Dana Syirkah Temporer 13.315 Surat Berharga yang Diterbitkan 200 Dana Pihak Ketiga 14.898 1.812 - Giro 5.284 - Tabungan 7.802 - Deposito Ekuitas 1.208 Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Uraian 2009 22.037 21.319 3.273 16.963 200 19.338 2.591 7.163 9.584 1.600 2010 32.482 30.744 5.010 25.251 200 28.998 4.015 9.873 15.110 2.021

Selain itu, BSM pada periode tahun 2010, mampu membukukan laba bersih (laba setelah pajak) sebesar Rp418,52 miliar, tumbuh sebesar Rp127,58 miliar atau 43,85% dibandingkan perolehan laba periode tahun

2009 sebesar Rp290,94 miliar (lihat Tabel 1.2). Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya porsi pembiayaan yang diberikan BSM dan adanya ekspansi usaha seperti penambahan outlet dan sebagainya. Tabel 1.2 Ringkasan Laporan Laba Rugi PT Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2010 (dalam jutaan rupiah) 1. Uraian Pendapatan Operasional a. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib b. Pendapatan Usaha Lainnya Beban Operasional a. Beban penyisihan kerugian aktiva produktif b. Beban penyisihan kerugian aktiva non produktif c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana Syirkah temporer d. Pembalikan (beban) estimasi kerugian komitmen dan kontijensi e. Beban Usaha lain Laba Usaha Pendapatan (Beban) Non Operasional Laba Sebelum Zakat Laba Sebelum Pajak Laba Setelah Pajak/ Laba Bersih 2008 2.037.376 1.736.390 300.986 1757437 (309.296) (24.300) (793.050) (796) (629.995) 279.939 4.146 284.085 196.416 2009 2.417.994 2.071.022 346.972 (1.991.845) (258.363) (3.915) (901.570) (63) (827.934) 426.149 8.018 434.167 418.403 290.943 2010 3.334.613 2.768.071 566.542 (2.754.934) (310.942) 4.152 (1.161.680) (706) (1.285.758) 579.679 3.636 583.315 568.732 418.519

2.

3. 4. 5. 6. 7.

Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Analisis Pengaruh Struktur Pembiayaan

Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROA) Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pembiayaan bagi hasil secara parsial terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ? 2. Bagaimana pengaruh pembiayaan jual beli secara parsial terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ? 3. Bagaimana pengaruh pembiayaan sewa secara parsial terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ? 4. Apakah jenis pembiayaan jual beli adalah pembiayaan yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ? 5. Bagaimana pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa) secara simultan terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1.

Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan bagi hasil secara parsial terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

2.

Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan jual beli secara parsial terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

3.

Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan sewa secara parsial terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

4.

Untuk mengetahui bahwa jenis pembiayaan jual beli adalah pembiayaan yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

5.

Untuk mengkaji pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa) secara simultan terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar Sementara itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi beberapa pihak di antaranya: 1. Manfaat Akademis Hasil penelitan diharapkan akan menambah khasanah kepustakaan dan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang mengenai pengaruh struktur pembiayaan terhadap kinerja keuangan bank syariah.

2. Bagi Perusahaan Menjadi bahan masukan dan informasi bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan utamanya melalui

pengoptimalan struktur pembiayaan yang disalurkan kepada nasabahnya. 3. Bagi Peneliti Sebagai perbandingan antara teori-teori yang didapat di perusahaan sesuai dengan mata kuliah dan juga dalam aktivitas perusahaan khususnya dalam usaha peningkatan kinerja keuangan perusahaan melalui pengoptimalan struktur pembiyaan perbankan syariah. Selain itu, sebagai bagian dari persyaratan penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1). 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian awal penulisan yang terdiri atas sub judul yang saling berhubungan yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembahasan permasalahan yang telah diajukan. Teori yang digunakan antara lain teori tentang bank syariah, pembiayaan, dan penilaian kinerja kauangan bank syariah. Di samping itu bagian ini juga berisi kerangka penelitian dan hipotesis.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian yang diawali pendefinisian sampai dengan teknik analisis data. Secara rinci, bab ini terdiri dari lokasi penelitian, obyek penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, jenis data, sumber data, metode analisis, teknik analisis, operasionalisasi variabel dan instrumen pengukuran. BAB IV: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menguraikan tentang gambaran perusahaan, sejarah

perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi serta hal-hal lain yang menyangkut perusahaan. BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis statistik yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini. Dalam bab ini disajikan kesimpulan serta saran yang relevan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bank Syariah 2.1.1. Pengertian Bank Syariah Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi: a. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun. b. Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsi syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.(Triandaru,2006) Bank pada dasarnya merupakan perusahaan atau lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yaitu antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit spending unit). Sebagai lembaga perantara bank harus menyalurkan dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut kepada pihak-pihak yang

membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan kredit di Bank Konvensional atau pembiayaan di Bank Syariah.

10

Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai asset yang dianggap menguntungkan bank. Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga

keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al Quran dan Hadist Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Atau dengan kata lain Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuai dengan prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi dengan prinsip prinsip syariat Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadist; Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syariat Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam, khususnya yang menyangkut tatacara bermuamalat secara Islam. (Muhammad,2002) Visi perbankan Islam umumnya adalah menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan system bagi hasil secara adil sesuai prinsip syariah. Memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas adalah misis utama perbankan Islam.(Wirdyaningsih,2005)

11

Selain itu, yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada pasal 1 butir 13 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yakni sebagai berikut: Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).(Wiroso,2005) 2.1.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional System keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya sendiri, melainkan dengan dana orang lain, baik dengan menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing). Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and loss sharing) sebagai metode pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan akad-akad jual beli (al bai) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing). Bank Islam tidak menggunakan metode pinjam meminjam uang dalam rangka

12

kegiatan komersial, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba.(Arifin,2002) Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, dan syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya. Perbedaan ini menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. a. Akad dan Aspek Legalitas Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian jika perjanjian tersebut memiliki pertanggung jawaban hingga yaumil qiyamah nanti. b. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bak konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsure yang amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

13

c. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai diharamkan. d. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture Sebuah bank syariah selayaknya meiliki lingkungan kerja yang sejalan degan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.(Antonio,2001) Secara ringkas perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada tabel berikut (Triandaru,2006): usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang

14

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No 1. Bank Syariah Bank Konvensional

Berinvestasi pada usaha yang Bebas nilai halal

2.

Atas dasar bagi hasil, margin System bunga keuntungan dan fee

3.

Besaran bagi hasil berubah-ubah Besarannya tetap tergantung kinerja usaha

4. 5. 6.

Profit dan falah oriented Pola hubungan kemitraan Ada Dewan Pengawas Syariah

Profit oriented Hubungan kreditur-debitur Tidak ada lembaga sejenis

2.2. Pembiayaan Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagai bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah mempunyai lima bentuk utama (Khan,1995), yaitu mudharabah dan musyarakah (dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola jual beli), dan ijarah (dengan pola sewa operasional maupun finansial). Selain kelima bentuk pembiayaan ini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang merupakan turunan langsung atau tidak langsung dari kelima bentuk pembiayaan di atas. Bank syariah juga memiliki bentuk produk pelengkap yang berbasis jasa (fee-based service) seperti qardh dan jasa keuangan lainnya. Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No. 10 tahun 1998 (Kasmir, 2000), pengertian pembiayaan dapat didefenisikan sebagai berikut :

15

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sama halnya dengan kredit di bank konvensional, pembiayaan juga merupakan salah satu komponen aktiva produktif yang harus dipantau dan dianalisis kualitasnya agar profitabilitas bank syariah dapat mendukung kelangsungan usahanya. Berikut pembahasan mengenai produk-produk pembiayaan bank syariah: 1) Pembiayaan Bagi Hasil Bentuk pembiayaan bank syariah yang utama dan yang paling penting yang disepakati oleh para ulama adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Prinsipnya adalah alghunm bil-ghurm atau al-khar, biI-daman, yang berarti bahwa tidak ada bagian keuntungan tanpa ambil bagian dalam risiko (Al-Omar dan AbdelHaq,1996), atau untuk setiap keuntungan ekonomi riil harus ada biaya ekonomi riil (Khan,1995). Ciri utama pembiayaan bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pemilik dana maupun pengusaha. Konsep pembiayaan bagi hasil dilandaskan pada prinsip dasar, yaitu: Pembiayaa bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi merupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musyarakah,

16

keikutsertaan usaha hanya sebatas proporsi pembiayaan masingmasing pihak. Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung risiko kerugian sebatas proporsi pembiayaannya. Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan bersama, rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang dapat berbeda dari rasio pembiayaan yang disertakan. Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus sama dengan proporsi investasinya (1) Mudharabah Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik dana /modal, biasa disebut shahibul mal/rabbul mal, menyediakan modal (100%) kepada pengusaha sebagai pengelola, biasa disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar). Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian atau kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga dan keahlian yang telah dicurahkannya. Apabila terjadi kerugian karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola

17

bertanggung jawab sepenuhnya. Pengelola tidak ikut menyertakan modal, tetapi menyertakan tenaga dan keahliannya, dan juga tidak meminta gaji atau upah dalam menjalankan usahanya. Pemilik dana hanya menyediakan modal, dan tidak dibenarkan untuk ikut campur dalam manajemen usaha yang dibiayainya. Kesediaan pemilik dana untuk menanggung risiko apabila terjadi kerugian menjadi dasar untuk mendapat bagian dari keuntungan.

(Rivai,2007) Praktik Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Penempatan dana di bank syariah dapat dilakukan dalam bentuk pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah atau kerja sama bagi hasil. Jika pembiayaan berakad jual beli (bai bithaman ajil dan mudharabah), maka bank akan mendapatkan margin keuntungan. Pembagiannya tidak begitu rumit. Namun jika pembiayaan berkaitan dengan akad syirkah (musyarakah dan mudharabah), maka pembiayaan ini membutuhkan perhitunganperhitungan yang cukup njlimet. Dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak, yaitu: (1) nisbah bagi hasil yang disepakati; (2) tingkat keuntungan bisnis actual yang didapat. Oleh karen itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana akan melakukan perhitungan nisbah yang akan dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan.(Muhammad,2002)

18

Cara Menentukan Nisbah Bagi Hasil Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk melakukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang dijalankan atau tingkat return aktual bisnis, tingkat return yang diharapkan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil. Nisbah bagi hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Nisbah Bank

Expected Profit Rate (EPR) Expected Return Bisnis yang dibiayai (ERB)

x 100 %

Nisbah Nasabah = 100 % - Nisbah Bank

Gambar 2.1 rumus nisbah bagi hasil Contoh Perhitungan Bagi Hasil dalam Pembiayaan

Mudharabah Seorang nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank syariah untuk modal kerja dagang sebesar Rp 100.000.000,00 selama 1 tahun. Jika situasi ekonomi mampu memberikan return bisnis actual sebesar 8%dan return bisnis yang diharapkan bank syariah sebagai penyandang dana sebesar 3%. Setelah bisnis dijalankan, nasabah mampu mencetak keuntungan bisnisnya selama satu tahu sebagai berikut :

19

Tabel 2.2 Contoh kasus penetapan nisbah bagi hasil Bulan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pertanyaan : 1. Berapa nisbah yang harus dsepakati antara bank dengan nasabah 2. Bagaimana distribusi bagi hasil pendapatan antara bank syariah dengan nasabah berdasarkan data tersebut di atlas? Penyelesaian : Langkah-langkah untuk menyelesaikan kasus di atas dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Menentukan nisbah untuk kedua belah pihak yang melakukan kontrak pembiayaan, yaitu: Nisbah bank syariah Nisbah nasabah = 3,2%/8% x 100% = 40% = 100% - 40 % = 60% LabaUsaha (Rp) 6.000.000 7.000.000 4.000.000 4.500.000 5.000.000 5.500.000 6.000.000 5.400.000 9.000.000 5.700.000 4.700.000 3.500.000

Rasio nisbah antara bank syarah dengan nasabah pembiayaan adalah = 40% : 60%

20

2. Menghitung distribusi bagi hasil untuk bank dan nasabah sesuai dengan nisbah dan pendapatan actual usaha, sebagai berikut: Tabel 2.3 Tabel pembantu penyelesaian contoh kasus Bulan Laba Usaha (Rp) Bagian Bank (40%) 2.400.000 2.800.000 1.600.000 1.800.000 2.000.000 2.200.000 2.400.000 2.160.000 3.600.000 2.280.000 1.880.000 1.400.000 27.920.000 0,40 26,52 Bagian Cicilan Setoran Nasabah pokok (60%) 3.600.000 2.400.000 4.200.000 2.800.000 2.400.000 1.600.000 2.700.000 1.800.000 3.000.000 2.000.000 3.300.000 2.200.000 3.600.000 2.400.000 3.240.000 2.160.000 5.400.000 3.600.000 3.420.000 2.280.000 2.820.000 1.880.000 2.100.000 1.400.000 41.880.000 100.000.000 127.920.000 0,60 39,78

1. 6.000.000 2. 7.000.000 3. 4.000.000 4. 4.500.000 5. 5.000.000 6. 5.500.000 7. 6.000.000 8. 5.400.000 9. 9.000.000 10. 5.700.000 11. 4.700.000 12. 3.500.000 Total 69.800.000 % dari Hasil Usaha % dari Modal

Catatan : Jika dalam pembiayaan mudharabah ternyata mengalami kerugian, maka kedua belah pihak akan berbagi rugi. Pembagian rugi dilakukan setelah diketahui, dari mana sumber kerugian tersebut timbul. 1. Jika kerugian diakibatkan karena risiko bisnis, maka kerugina atas modal ditanggung oleh pemilik modal. Sementara nasabah menderita kerugian dalam hal tenaga, waktu, dan biaya. 21

2. Jika kerugian diakibatkan karena risiko karakter nasabah (moral hazard) maka nasabah akan menggung

kerugiannya. (2) Musyarakah Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.(Ascarya,2007) Contoh kasus untuk prinsip al-Musyarakah adalah sebagai berikut. Tn.Robidi hendak melakukan suatu usaha tetapi kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan sebesar Rp.

40.000.000,00 sedangkan modal yang dimilikinya hanya tersedia Rp. 20.000.000,00. Ini berarti Tn.Robidi kekurangan dana sebesar Rp. 20.000.000,00. Untuk menutupi kekurngan dana tersebut Tn.Robidi meminta bantuan Bank Syariah Toboali dan disetujui. Dengan demikian modal untuk usaha atau proyek sebesar Rp. 40.000.000,00 dipenuhi oleh Tn.Robidi sebesar 50% dan Bank syariah Toboali sebesar 50%. Jika pada akhirnya proyek tersebut memberikan keuntungan sebesar Rp. 15.000.000,00, maka

22

pembagian hasil keuntungan adalah 50:50, artinya 50% untuk Bank Syariah Toboali (Rp.7.500.000,00) dan 50% untuk Tn.Robidi (Rp.7.500.000,00). Dengan catatan pada akhir suatu usaha Tn.Robidi tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp 20.000.000,00 ditambah Rp 7.500.000,00 untuk keuntungan Bank Syariah Toboali dari bagi hasil.(Kasmir,1999) 2) Pembiayaan Non Bagi Hasil Bentuk-bentuk pembiayaan non bagi hasil dengan prinsip jual beli, sewa operasional, dan jasa (fee-based service): (1) Jual beli, proses pemindahan hak milik barang atau aset dengan mempergunakan uang sebagai media. Bentuk-bentuk jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah islamiyah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan jika tidak puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu bai al murabahah, bai as-salam, dan bai al-istishna. a. Pembiayaan murabahah (dari kata ribhu = keuntungan); Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh. Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktik

23

pada bank syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank syariah, seperti Malaysia, Pakistan. Adapun penetapan harga jual barang secara murabahah harus dikemas dalam produk yang memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank syariah dengan nasabah peminjam murabahah. Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara Rasulullah shallallahualaihi wa sallam ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara Rasulullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan harga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah pembiayaan murabahah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery+Keuntungan Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi Target Volume Pembiayaan Cost Recovery + Keuntungan Harga Beli Bank x 100 %

Margin (%)

Gambar 2.2 rumus penentuan harga jual murabahah

24

Contoh kasus: Tuan Ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk kepentingan usaha antar jemput anak sekolah. Harga beli Mobil sebesar Rp150.000.000,00. Pada saat ini tuan Ali hanya memiliki dana Rp50.000.000,00, untuk mengatasi kekurangan dana tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah untuk mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana tersebut. Bank syariah menawarkan solusi dengan akad alMurabahah. Bila bank syariah memperkirakan biaya operasi Rp200.000.000,00 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah

pembiayaan Rp5 miliar dan markup yang ditentukan (hanya sekali saja) 10% dari pembiayaan al-murabahah, lama pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara peyelesaiannya? Jawab: Data pembiayaan : Harga Pokok Mobil = Rp 150.000.000,00

Dibayar nasabah (uang muka) = Rp 50.000.000,00 _ Kekurangan dibayar bank 1. Hitung Cost Recovery Cost Recovery 200juta Cost Recovery 2. Hitung Markup = Rp 4.000.000,00 = 10% x Pembiayaan = Rp 100 juta/ Rp 5 miliar)x Rp = Rp 100.000.000,00

25

= 10% x Rp 100 juta = Rp 10.000.000,00 3. Hitung Harga Jual Bank Harga Jual Bank = Rp 100 juta+(2 xRp 4 juta)+ Rp10 juta = Rp 118.000.000,00 4. Hitung Angsuran Pembiayaan Angsuran Pembiayaan = Rp 118.000.000/24 bulan = Rp 4.916.667,00 5. Hitung Total Harga Jual Total Harga Jual = Rp 150 juta + Rp18 juta = Rp 168 juta 6. Hitung Margin Dalam Persentase Hitung Margin dalam % = [(2 x 4 juta + 10 juta ) / 15 juta] x100% = [8 juta + 10 juta/15 juta x 100% = 1,2 % b. Salam (jual beli barang belum ada). Pembayaran tunai, barang siserahkan tangguh. Bank sebagai pembeli, dan nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan. c. Isthisna, jual beli seperti akad salam namun pembayarannya dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

26

Pembayaran isthisna dapat dilakukan dimuka, cicil sampai selesai, atau di belakang, serta isthisna biasanya

diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur. (2) Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya adalah jasa. Pada akhirnya masa sewa, Bank dapat saja menjual barang yang disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamliki (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.(Rivai,2007) Para cendekiawana Fiqh Islam membagi lagi ijarah kepada dua jenis: a. Menyewa untuk suatu jangka tertentu b. Menyewa untuk suatu proyek atau usaha tertentu. Bentuk yang pertama banyak diterapkan dalam sewa menyewa barang/asset sedangkan yang terakhir digunakan untuk menghire pekerja atau staf ahli untuk usah-usaha tertentu.

(Perwataatmadja,1992)

27

Contoh ilustrasi dari pembiayaan ijarah ini adalah sebagai berikut: Bapak Ahmad hendak menyewakan sebuah ruang perkantoran I sebuah gedung selam 1 tahun mulai dari tanggal 1 Mei 2011 sampai 1 Mei 2003. Pemilik gedung menginginkan pembayaran sewa secara tunai di muka sebesar Rp240.000.000,00. Dengan pola pembayaran tersebut, kemampuan keuangan Bapak Ahmad tidak memungkinkan. Bapak Ahmad hanya dapat membayar sewa secara angsuran perbulan. Untuk memecahkan masalah ini, bapak Ahmad mendatangi bank syariah untuk meminta pembiayaan, dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangannya. Analisa Bank Syariah dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan dan kemampuan keuangan nasabah serta required rate of profit bank (sebesar 20%): Harga sewa 1 tahun (tunai di muka) required rate of profit bank (20%) Harga sewa kepada nasabah Periode pembiayaan :Rp 240.000.000 :Rp 48.000.000 :Rp 288.000.000 : 12 bulan

Besarnya angsuran nasabah per bulan:Rp 24.000.000

(3) Jasa (fee-based service) Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syariah juga melakukan transaksi yang tidak untuk mencari keuntungan. Transaksi ini tercakup dalam jasa pelayanan (fee

28

based income). Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan oleh bank syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan, agen, dan jasa non-keuangan. Yang termasuk dalam jasa keuangan, antara lain: 1. Alih Utang-Piutang (Al-Hiwalah), transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan fasilitas hiwalah lazimnya digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. 2. Gadai (Rahn), untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: (a) Milik nasabah sendiri; (b) Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar; (c) Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. 3. Al-Qardh, pinjaman kebaikan. Al-Qardh digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan social. Dana ini diperoleh dai dana zakat, infaq dan shadaqah. 4. Wakalah. Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer,dsb.

29

5. Kafalah,bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat memepersyaratkan nasabah untuk menmpatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. 2.3. Struktur Pembiayaan Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang diberikan sesuai. Selain itu, juga mencoba menetralisasi dan meminimalisasi risiko yang muncul dari adanya pembiayaan tersebut. Dalam strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah kondisi agar pembiayaan yang diberikan berada dalam taraf risiko yang dapat dikendalikan.(Muhammad,2005) Dengan melakukan struktur pembiayaan yang tepat, bank dapat menentukan sumber pengembalian yang tepat dan sekaligus menentukan jangka waktu pembiayaan yang tepat untuk nasabah. Kesalahan dalam pemberian struktur pembiayaan dapat membuat kekacauan bisnis nasabah. Misalnya, untuk membiayai permanent current asset, bank memberikan pembiayaan jangka panjang yang harus dikembalikan (asset convertion lending), maka dipastikan nasabah akan mengalami kesulitan dalam pengembaliannya karena dana tersebut terikat dalam aktiva lancar yang memang dimasukkan untuk tidak dijual dengan cepat. Sebaliknya bila bank memberikan pinjaman jangka pendek perusahaan akan menjadi terlalu berat atau mengalami penurunan likuiditas. (Muhammad,2005)

30

Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi serta pola sewa yang juga telah menjadi salah satu produk pembiayaan di bank syariah. Struktur pembiayaan ini akan mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga kinerja keuangan bank juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya. Di sisi aset, mayoritas bank syariah membatasi diri mereka sendiri atas aset-aset pendanaan dagang, yang cenderung kurang berisiko dan memiliki jangka waktu lebih pendek. Aspek ini adalah penyimpangan yang signifikan dan model teoritis dan prinsip-prinsip dasar keuangan syariah yang seharusnya dilakukan secara struktural. Di sisi aset dalam neraca, bank syariah jelas lebih memilih klaim keuangan didukung aset hasil dari penjualan dan perdagangan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa surat berharga yang berkaitan dengan penjualan dianggap memiliki risiko rendah dan mirip dengan surat berharga berpendapatan tetap konvensional dari segi profil risiko-hasil. Selain berbasis instrumen perdagangan, bank syariah lebih memilih sewa guna usaha, yang dianggap memiliki risiko lebih rendah dan memiliki tingkat pengembalian kurang pasti lebih kecil dibandingkan instrumen-instrumen berbasis kemitraan. Dalam kasus umum, transaksi-transaksi berbasis penjualan dan leasing mendominasi portofolio asset hingga lebih dari 80 persen, dengan sisanya dialokasi pada perjanjian bagi hasil. Rata-rata, sebagai modus pendanaan, murabahah (41 persen) adalah pilihan pertama bank syariah,

31

diikuti oleh musyarakah (11 persen), mudharabah (12 persen), ijarah (10 persen), dan lainnya (26 persen).(Hennie,2011) Ketergantungan berlebihan dari bank syariah pada instrumen-instrumen pendanaan komoditas dan perdagangan telah membatasi pilihan mereka mengenai struktur jangka waktu; akibatnya, sebagian besar dari pendanaan mereka berjangka waktu pendek. Sementara model teoritis mengharapkan perantara keuangan untuk memperoleh manfaat dari diversifikasi portofolio, bank syariah menjauhkan diri dari instrumen-instrumen yang mensyaratakan komitmen jangka menengah atau jangka panjang. Sebuah tinjauan atas data asset-aset yang jatuh tempo dan diterima oleh enam bank syariah pada 2003 menunjukkan bahwa 54 persen dari aset mereka memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun dan 39 persen memiliki jangka waktu kurang dari 6 bulan. Bank syariah cenderung untuk tidak berinvestasi di aset-aset dengan jangka waktu lebih panjang Karena kurang likuid. Mereka bergantung pada jangka waktu pendek, sehingga bank syariah kemampuannya sangat terbatas untuk menawarkan peluang-peluang investasi jangka panjang. (Hennie,2011)
2.4. Profitabilitas Bank Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank. Seluruh manajemen bank, baik yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umun, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (profitabilitas) pada perusahaan perbankan. Menurut Siamat (1995), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas bank dalam memperoleh laba. Disamping dapat dijadikan sebagai

32

ukuran kesehatan keuangan, rasio-rasio profitabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal. Teknik analisis profitabilitas ini melibatkan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan perhitungan laba rugi untuk memperoleh ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan kemampuan bank memperoleh laba. Oleh karena itu teknik analisis ini disebut juga dengan analisis laporan laba rugi. Menurut Syofran (2003) kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, analisa keuangan membutuhkan suatu ukuran. Ukuran yang sering dipergunakan dalam hal ini adalah rasio atau indeks yang dihubungkan dua data keuangan. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan ROA pada industri perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on Equity (hanya mengukur return yang diperoleh dari invesatsi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut. Analisis profitabilitas yang relevan dipergunakan dalam meneliti profitabilitas perbankan adalah ROA. Menurut Meythi (2005) alasan penggunaan

33

ROA dikarenakan BI sebagai pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan asset yang dananya berasal dari masyarakat. Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan. ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

Return on Asset

Laba sebelum pajak X Total Aktiva

100%

2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian Siti Zubaidah (2003) menganalisis tentang struktur pembiayaan dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan bank syariah. Secara garis besar variabel yang digunakan adalah struktur pembiayaan yaitu pembiayaan pola jual beli dan pembiayaan pola bagi hasil sebagai variabel independen dan rasio profitabilitas (ROA, ROE, BoPo) sebagai variabel dependen.Adapun objek penelitiannya adalah beberapa bank syariah di Indonesia yaitu BNI Syariah, Bank IFI, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa besarnya pengaruh antara variabel pola jual beli dan pola bagi hasil terhadap ROA adalah sebesar 19,67%, terhadap ROE sebesar 0,4% dan terhadap BoPo sebesar 1,5%. Selain itu, secara umum variabel pola jual beli memiliki hubungan yang negatif terhadap ROA dan ROE tetapi memiliki hubungan positif terhadap BoPo. Variabel pola bagi hasil memiliki hubungan positif

34

baik terhadap ROA,tetapi memiliki hubungan negatif terhadap ROE maupun BoPo. Ali Kurniawan (2010) meneliti tentang pengaruh Non Performing Loan (NPL) pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas bank syariah. Variabel independen pada pnelitian tersebut adalah NPL pembiayaan mudharabah (X1) dan NPL pembiayaan musyarakah (X2) sedangan variabel dependennya adalah retrun on asset. Dari hasil penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa berdasarkah hasil uji simultan maupun parsial NPL pembiayaan mudaharabah dan pembiayaan musyarakah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas (ROA). Ali Taupiq (2010) meneliti tentang pengaruh pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas (ROA). Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan sampel yang digunakan sebesar 6 buah sampel data

dengan periode tahunan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Pembiayaan murabahah berpengaruh rendah terhadap return on asset (ROA). Berdasarkan perhitungan analisis korelasi, diketahui bahwa nilai r = 0,352. Hal ini menunjukkan arah hubungan yang positif atau searah dengan tingkat hubungan yang rendah. Diketahui pula pembiayaan murabahah

menyumbangkan 12,4% terhadap return on asset, dan sisanya sebesar 87,6% disumbangkan oleh faktor lain. Sedangkan berdasarkan hipotesis didapat H0 diterima dan Ha ditolak, dimana thitung diperoleh sebesar 0,752 sementara ttabel 2,776. Berarti bahwa Pembiayaan Murabahah tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. 35

2.6.Kerangka Pikir

PT BANK SYARIAH MANDIRI

STRUKTUR PEMBIAYAAN

Pembiayaan Bagi Hasil /syirkah (X1)

Pembiayaan Jual Beli /al bai (X2)

Pembiayaan Sewa/Ijarah (X3)

KINERJA KEUANGAN Rasio Profitabilitas/ROA) (Y)

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian 2.7. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa : 1. pembiayaan bagi hasil secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar 2. pembiayaan jual beli secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar 3. pembiayaan sewa secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

36

4. jenis pembiayaan jual beli adalah yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar 5. struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa) secara simultan memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas Return On Asset (ROA) PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam usaha pengumpulan data, penulis melakukan penelitian pada PT Bank Mandiri Syariah Cabang Makassar bertempat di Jalan DR. Ratulangi Makassar. Penelititan ini akan berlangsung selama 2 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2012. 3.2. Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Guna mendukung penelitian ini, maka jenis data yang digunakan sebagai berikut : 1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau berupa angkaangka. Dalam hal ini data dari laporan keuangan PT. Bank Mandiri Syariah Cabang Makassar periode 2001-2010. 2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung atau data yang bersifat non angka antara lain, sejarah singkat perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. 3.2.2 Sumber Data Selain jenis data, dalam penelitian ini juga digunakan beberapa sumber data yaitu :

38

1. Data Primer Data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan pimpinan dan staf serta karyawan perusahaan yang

berkompeten dan ada kaitannya dengan obyek penelitian ini. 2. Data Sekunder Data yang diperoleh berupa dokumen perusahaan, literatur dan artikel yang relevan dengan obyek penelitian, antara buku-buku, referensi, jurnal-jurnal umum dan internasional, serta literatur. 3.3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam menunjang

pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung ke perusahaan yang menjadi obyek penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembahasan. 2. Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara lisan terhadap pimpinandan staf perusahaan yang data yang dibutuhkan sehubungan dengan materi

berkompeten terhadap masalah yang diteliti. 3. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek pembahsan sebagai bahan analisis.

39

3.4.Metode dan Teknik Analisis Data Untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana struktur pembiayaan pada perbankan syariah dilakukan perhitungan proporsi

pembiayaan yang berpola jual beli, bagi hasil dan sewa dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total

keseluruhan pembiayaan (%), dan untuk menguji pengaruh struktur pembiayaan dengan tingkat profitabilitas dilakukan analisis regresi berganda. Rasio Pofitabilitas diukur dengan menggunakan rumus ROA (Return On Asset) kemudian selanjutnya dilakukan analisis/kesimpulan hasil. Di dalam melakukan pengolahan dan analisis data, peneliti

menggunakan metode Regresi Berganda dan program SPSS for Windows. Adapun tahap pengolahannya adalah: Analisis Ragresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.(Sugiyono,2007) Bentuk persamaan regresi yang dipakai dalam penelitian ini memiliki tiga variabel independen yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

40

Di mana : Y a = tingkat profitabilitas (ROA) = konstanta persamaan regresi

b1,b2, dan b3 = koefisien regresi masing-masing variabel X1 X2 X3 e = pembiayaan pola bagi hasil (dalam rupiah) = pembiayaan pola jual beli (dalam rupiah) = pembiayaan pola sewa (dalam rupiah) = standar error

Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara antara variabel dependen atau variabel tidak bebas (Y) dengan variabel independen atau bebas (X) dalam suatu persamaan regresi. Untuk menghitung R2 digunakan rumus sebagai berikut:

R2 =

n (aY + b.YX1 + b2.YX2) - (Y) nY - (X)

Koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa dekat titik kombinasi antara variabel dependen dengan variabel independen terhadap garis dugaannya. Apabila titik kombinasi semakin mendekati garis

dugaannya maka nilai koefisien korelasi semakin baik. Semakin besar nilai koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang semakin erat dan sebaliknya. Koefisien korelasi (R) dapat dirumuskan sebagai berikut:

41

R = R2 Pengujian Hipotesis Penelitian a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tidak bebas dan untuk mengetahui hal tersebut digunakan uji t atau tstudent. Uji t dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono,2004): thitung =
r n-2 1 - (r2 )

keterangan : r : hasil koefisien korelasi Product Moment t : deviasi harga krisis yang dicari n : jumlah sampel dengan ketentuan: a. Jika thitung>ttabel, berarti H0 ditolak, H1 diterima. b. Jika thitung<ttabel, berarti H0 diterima, H1 ditolak. Adapun hipotesis yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah : H0 : 0 = 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA)

42

H1 : 1 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA) b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji global disebut juga uji signifikansi serentak/simultan atau Uji F. Uji ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu X1,X2,.Xn, untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas Y. Uji global juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan

nol.(Suharyadi dan Purwanto,2004) Sementara itu nilai F-hitung dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : F = R2/ (k-1) (1-R2)/(n-1)

Keterangan : F : besarnya F hitung n : jumlah sampel k : jumlah variable R2: koefisien determinasi Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

43

H0 : 1 = 2 = 3 = 0, maka variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen (ROA) H1 : 1 2 3 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

dependen (ROA) Dasar pengambilan keputusannya adalah : a. Jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima b. Jika nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima, H1 ditolak 3.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya 1. Struktur Pembiayaan adalah proporsi pembiayaan yang berpola jual beli dan pola bagi hasil, dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total secara keseluruhan pembiayaan (%). 2. Pembiayaan Bagi Hasil (syirkah) adalah transaksi pembiayaan dimana terjadi perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. 3. Pembiayaan Jual Beli (al bai)adalah transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang tertentu.

44

4. Pembiayaan Sewa (ijarah) adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa dengan tujuan memperoleh manfaat (jasa) dari barang tersebut. 5. Profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba selama periode tertentu. 6. Return on Asset (ROA) adalah suatu rasio keuangan yang

memperbandingkan antara total keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum dipotong pajak dengan total aktiva perusahaan pada masa tertentu dengan tujuan untuk menilai efektifitas pemerolehan keuntungan.

45

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah Berdirinya PT Bank Syariah Mandiri Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998 membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah sistem perbankan syariah di Indonesia. Di saat bank-bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi, saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan. Disisi lain, untuk menyelamatkan perekonomian secara global,

pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan (merger) 4 (empat) bank pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim dan Bapindo, menjadi satu satu bank yang kokoh dengan nama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB merupakan salah satu bank konvensional yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT BSB juga melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Sebagai tindak lanjut dari pemikiran pengembangan sistem ekonomi syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi peluang bagi bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

46

Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB bertransformasi dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

47

menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Tonggak Sejarah PT Bank Syariah Mandiri : 1955 Pendirian PT Bank Industri Nasional (PT BINA) 1967 PT BINA berubah nama menjadi PT Bank Maritim Indonesia 1973 PT Bank Maritim Indonesia berubah menjadi PT Bank Susila Bakti 1999 PT Bank Susila Bakti dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mandiri

4.2. Visi dan Misi Adapun visi dan misi PT Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut : Visi Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. Misi 1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan. 2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM. 3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat. 4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. 5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. a. Bank Syariah Terpercaya Untuk menjadi bank syariah terpercaya kami lakukan dengan terus menjaga kompetensi dan integritas

48

1) Kompetensi Kami implementasikan dengan meningkatkan keahlian sesuai tugas yang diberikan dan tuntutan profesi bankir. Hal ini sesuai dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya

pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungungjawabannya. (Al Isra (17): 36) 2) Integritas Kami implementasikan dengan menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji. Hal ini sesuai dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut: Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan (Al Maidah (5): 64) b. Pilihan Mitra Usaha Untuk menjadi bank pilihan mitra usaha kami lakukan dengan senantiasa menjaga usaha baik aspek bisnis maupun aspek syariah 1) Aspek Bisnis Untuk menjadi pilihan mitra usaha dari aspek bisnis, kami implementasikan dengan menyediakan diantaranya: produk yang menarik, pricing yang kompetitif, business process yang prudent dan efisien, serta infrastruktur yang memadai. Hal ini sesuai dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut:

49

Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang lain menjauh (H.R. al-Bukhari dan Muslim) 2) Aspek Syariah Untuk menjadi pilihan mitra usaha dari aspek syariah, kami implementasikan dengan menjalankan fungsi Dewan Pengawas Syariah sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangaNya. (An Nisaa (4): 125) 4.3. Budaya Kerja PT Bank Syariah Mandiri Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan tahun 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersam untuk di-shared oleh seluruh pegawai bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri di singkat ETHIC. 1. Excellence (Imtiyazz) Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.

50

2. Teamwork (Amal Jamaiy) Menegmbangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. 3. Huamnity (Insaaniyah) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religious. 4. Integrity (Siddiq) Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji. 5. Customer Focus (Tafdhilu Al-Umalaa) Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan. Kelima nilai tersebut, diakronimkan menjadi ETHIC. Kata ETHIC sendiri berarti set of moral principal (himpunan prinsip-prinsip moral) sebagai tatanan prilaku mulia yang membentuk keunggulan insan BSM. Agar nilai-nilai bersama yang telah dirumuskan dan disepakati dapat dipaham, dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh insan Bank Syariah Mandiri dalam kehidupan berorganisasi maka shared values Bank Syariah Mandiri diterjemahkan ke dalam perilaku-perilaku utama sebagai berikut: Table 4.1 Nilai-Nilai Perusahaan Nilai Excellence (Imtiyazz) Perilaku Utama (Core Behavior) Perfection: berkomitmen kepada kesempurnaan. Ounership: mengembangkan sikap rasa saling memiliki yang positif. Prudence: menjaga amanah secara hati-hati dengan selalu memperhitungkan risiko atas keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan. Competence: meningkatkan keahlian sesuai tugas

51

yang diberikan dan tuntutan profesi banker. Trust: mengembangkan sikap saling percaya yang didasari pikiran dan perilaku positif. Result: memiliki orientasi pada hasil dan nilai tambah bagi stakeholders. Respect: menghargai pendapat dan kontribusi orang lain Effective Communication: mewujudkan iklim lalulintas yang lancer dan sehat, serta menghindari kegagalan dengan selalu meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Humanity Sincerity: meluruskan niat untuk mendapatkan (Insaniyah) ridha Allah Universality: mengembangkan nilai-nilai kebaikan yang secara umum diterima seluruh umat manusia. Social Responsibility: memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan social tanpa mengabaikan tujuan perusahaan. Integrity Honesty: menjunjung tinggi kejujuran dan nilai (Shiddiq) setiap perilaku. Discipline: melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan tuntutan perusahaan serta nilai-nilai syariah. Responcibility: menerima tugas sebagai amanah dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Customer Focus Good Corporate: melaksanakan tata kelola (Tafdhilu Al-umalaa) organisasi yang sehat. Innovation: proaktif menggali dan mengimplementasikan ide-ide untuk memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan competitor. Customer Satifying: mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan. Sumber: http://www.syariahmandiri.co.id Teamwork (Amal Jamaiy) 4.4. Manajemen PT Bank Syariah Mandiri Dalam pengelolaan organisasinya, PT Bank Syariah Mandiri Cabang memiliki:

52

1. Dewan Komisaris yang terdiri dari 1 (satu) Komisaris Utama dan seklaigus merangkap sebagai Komisaris Independen. Komisaris Utama ini membawahi 4 (empat) Komisaris, yaitu 1 (satu) Komisaris Independen, 2 (dua) Komisaris Anggota dan 1 (satu) Senior Advisor Komisaris Dewan Komisaris. 2. Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 2 (dua) anggota. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas mengarahkan (memberikan opini) dan mengawasi apakah akad-akad yang melandasi produk dan jasa layanan Bank telah sesuai dengan aturan dan prinsipprinsip syariah Islam. Adapun secara spesifik fungsi dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini adalah sebagai berikut: a. mengawali kegiatan usaha bank agar sesuai dengan ketentuan syariah b. penasehat dan pemberi saran mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek-aspek syariah c. mediator antara bank dengan Dewan Syariah Nasional (DSN), terutama dalam hal kajian produk yang memerlukan kajian dan fatwa DSN. 3. Direksi yang terdiri dari 1 (satu) Direktur Utama dan 5 (lima) Direktur Anggota.

53

4.5. Struktur dan Wewenang Jabatan di PT Bank Syariah Mandiri Penetapan struktur organisasi suatu perusahaan dirasakan sangat penting artinya, karena dengan struktur organisasi setiap karyawan yang ada dalam perusahaan akan dapat mengetahui dimana kedudukan mereka dalam perusahaan serta sejauh mana tanggung jawab dan wewenang yang mereka emban dalam menjalankan organisasi perusahaan. Suatu struktur organisasi dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat suatu sistem kerja yang baik dimana fungsi-fungsi yang ada mempunyai pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas tergambar secara keseluruhan. Hal ini tidak luput dari perhatian pihak perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri. Adapun struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar dapat dilihat pada gambar berikut ini :

54

Kepala Cabang

DKP PKP

Marketing Manager

Operating Manager

KCP

Account Officer

Funding Officer

Customer Service

Head Teller

Bank office Officer

Teller Customer Service BO SDI/ UMUM Admin BO Accounting

Messenger

Security

Driver

Office Boy

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar

55

4.6. Produk-produk PT Bank Syariah Mandiri 1. Pendanaan a. Tabungan BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas di buka di counter BSM atau melalui ATM. b. Tabungan Berencana BSM, simpanan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasilberjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. c. Tabungan Simpatik BSM, simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsp wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat tertentu yang telah disepakati. d. Tabungan BSM Dollar, simpanan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan. e. Tabungan Mabrur BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah haji dan umrah. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. f. Tabungan Kurban BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan pelaksanaan ibadah kurban dan aqiqah. Dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan Badan Amil Qurban.

56

g. Tabungan BSM Investa Cendekia, tabungan berjangka dalam valuta rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) yang dilengkapi perlindungan asuransi. h. Deposito BSM, produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. i. Deposito BSM Valas, produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah. j. Giro BSM Euro, sarana penyimpanan dana dalam mata uang Euro yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah

yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah deperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanannya dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancara transaksi usaha. k. Giro BSM, sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan da ketersediaanya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. l. Giro BSM Valas, saran penyimpanan dana dalam mata uang US $ (US Dollar) yag disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan atau badan hokum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah

57

yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diberlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. m. Giro BSM Singapore dollar, saran penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan atau badan hokum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsp ini, ada giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan

ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. n. Obligasi Syariah Mudharabah, surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan emiten (BSM) untuk membayar pendapatan bagi hasil atau kupon dan membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo. 2. Pembiayaan a. Pembiayaan Murabahah BSM, pembiayaan yang menggunakan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati. b. Pembiayaan Mudharabah BSM, pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank, keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Pembiayaan ini dikelola berdasarkan prinsip bagi hasil.

58

c. Pembiayaan Musyarakah BSM, pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. Pembiayaan ini untuk kegiatan usaha produktif. Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing atau profit sharing. d. Pembiayaan Edukasi BSM, pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/ semester baru berikutnya dengan akad ijarah. e. Pembiayaan Griya BSM, pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan sistem murabahah. f. Pembiayaan Griya BSM Optima, pembiayaan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih dapat meng-cover total

pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to service ratio Nasabah. g. Pembiayaan Griya Bersubsidi, pembiayaan untuk pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RSH) yang dibangun oleh

59

pengembangan dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari pemerintah. h. Pembiayaan Umroh, pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi, dan persiapan biaya umroh lainnya dengan akad ijarah. i. Pembiayaan Griya BSM DP 0 %, pembiayaan untuk pembelian rumah tinggal (consumer), baik baru maupun bekas di lingkungan developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100 % dari nilai transaksi). j. Pembiayaan Kepada Pensiunan k. Pembiayaan Dana Berputar BSM, fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah. l. Pembiayaan BSM Impian, pembiayaan consumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan/Kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM Impian dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para anggota koperasi karyawan perusahaan, misalnya dalam hal perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.

60

m. Pembiayaan Resi Gudang, pembiayaan transaksi komersial dari suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen (independently controlled warehouse). n. Pembiayaan PKPA, pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk Para Pegawainya adalah penyalura pembiayaan melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan consumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan. Pola penyaluran yang digunakan adalah executing (kopkar sebagai nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada anggotanya dilakukan menjadi tanggung jawab penuh kopkar. o. Gadai Emas BSM, pinjaman kepada perorangan dengan jaminan barang atau emas berdasarkan akad qardh wal ijarah. p. Pembiayaan Tabungan Haji, pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana

memperoleh kursi haji dan pada saat pelunasan BPIH. Dana talangan ini menggunakan akad qard wal ijarah q. Pembiayaan isthisna BSM r. Qardh, merupakan pinjaman kebajikan (bebas margin/ bagi hasil), bank hanya membebankan biaya administrasi kepada nasabah sebagainkomisi pelayanan (cost as service fee).

61

s. Ijarah Muntaiyah Bittamlik, serupa dengan ijarah, adanya komitmen dari nasabah untuk membeli asset pada akhir periode sewa dan pajak pemerintah termasuk di dalam kontrak (pass on to the customer in contract). t. Hawalah u. Salam, akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Perbedaan dengan isthisna hanya terletak pada cara pembayarannya. Salam pembayarannya harus di muka sedang pada isthisna boleh di awal, di tengah atau di akhir. 3. Produk Jasa a. BSM Mobile Banking GPRS Produk ini diberikan kepada nasabah fasilotas untuk mengakses rekening yang dimilikinya dan melakukan transaksi melalui teknologi GPRS dengan sarana telepon seluler. b. BSM Net Banking Fasilitas layanan bank yang dimanfaatkan nasabah untuk melakukan transaksi perbankan yang ditentukan oleh bank melalui hjaringan internet dengan sarana computer yang dimiliki nasabah. c. BSM Pooling Fund Fasilitas yang diberikan oleh bank yang memudahkan nasabah untuk mengatur atau mengelola dana di setiap rekening yang dimiliki nasabah secara optimis sesuai keingina nasabah.

62

d. Layanan ATM Prima dan Debit BCA Pengayaan fitur BSM Card dan perluasan jaringan ATM dan EDC yang menerima BSM card sebagai alat transaksi. BSM card dapat digunakan untuk tarik tunai, cek saldo, transfer antar bank anggota ATM Prima serta dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran yang merchant-nya menggunakan EDC BCA.

63

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi serta pola sewa yang juga telah menjadi salah satu produk pembiayaan di bank syariah. Berikut disajikan struktur pembiayaan Bank Syariah Mandiri dalam bentuk tabel, dimana perhitungan struktur pembiayaan tersebut dilakukan dengan perhitungan proporsi pembiayaan yang berpola jual beli, bagi hasil dan sewa dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total keseluruhan pembiayaan (%). Pada Tabel 5.1, dapat dilihat struktur pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2001-2010) menunjukkan bahwa rata-rata pembiayaan yang mendominasi struktur pembiayaan adalah jenis pembiayaan jual beli. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata besarnya proporsi pembiayaan jual beli tiap tahunnya adalah sebesar 70,95 % yang lebih tinggi dari pada jenis pembiayaan bagi hasil yang proporsi rata-ratanya hanya sebesar 29,02 % dan jenis pembiayaan sewa hanya sebesar 0,026 %. Hal ini menandakan bahwa bank tersebut masih belum cukup berani dalam memberi pembiayaan bagi hasil, karena bagi hasil sangat rentan terhadap risiko. Dalam pembiayaan bagi hasil perlu adanya pengawasan yang sangat

64

ketat kepada nasabah. Jika nasabah rugi maka bank tidak memperoleh bagi hasil. Tabel 5.1 Struktur Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (dalam jutaan rupiah) Jumlah Pembiayaan (Rp) Total Bagi Hasil Jual Beli Sewa Pembiayaan (BH) (JB) (S) (Rp) 35.533 603.750 0 639.283 46.651 338.180 1.065.385 1.689.662 2.673.308 4.337.434 5.577.375 6.595.454 935.935 1.691.566 4.140.789 4.016.551 4.289.960 5.296.053 6.933.799 8.290.470 25 153 411 168 2.418 2.421 2.134 4.532 33.130 982.611 Proporsi (%) BH 5,55 4,75 JB 94,45 95,25 83,33 79,53 70,28 61,59 54,96 55,41 55,67 59,00 70,95 S 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,03 0,02 0,03 0,15 0,026

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

2.029.899 16,66 5.206.585 20,46 5.715.381 29,72 6.965.686 38,38 9.635.908 45,01 12.513.308 44,57 14.890.456 44,29 21.621.846 40,84 Mean 29,02

8.831.112 12.757.604

Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri 5.2. Rasio Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Return on Asset/ROA) Laba merupakan garis bawah atau hasil kinerja akhir yang menunjukkan dampak bersih dari kebijakan dan aktivitas bank dalam satu tahun keuangan. Tren dalam stabilitas dan pertumbuhan laba adalah indikator kinerja terbaik bagi sebuah bank baik di masa lalu maupun masa depan. Profitabilitas biasanya diukur menggunakan semua atau sebagian raso-rasio keuangan. (Hennie, 2011) Dan untuk menilai kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri khususnya penilaian rasio profitabilitas, dalam penelitian ini

65

digunakan rasio Return on Asset (ROA). Rasio ini memfokuskan kemampuan


perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan yang dilaksanakan dalam bentuk pembiayaan. Untuk melihat besarnya rasio Return on Asset (ROA) pada Bank Syariah Mandiri selama 10 tahun terakhir, maka diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 5.2 Return On Asset / ROA Bank Syariah Mandiri (dalam jutaan rupiah) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Laba Sebelum Pajak 24.819 43.426 24.466 150.420 136.712 95.236 168.183 284.084 418.402 568.732 Mean
Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri

Total Aktiva 933.864 1.622.303 3.422.313 6.869.949 8.272.965 9.554.966 12.885.390 17.065.937 22.036.534 32.481.873

ROA 2,66 % 2,68 % 0,72 % 2,19 % 1,65 % 0,99 % 1,31 % 1,67 % 1,90 % 1,75 % 1,75 %

Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat ROA pada Bank Syariah Mandiri periode 2001 sampai dengan 2010 memperoleh rata-rata 1,75 %. Pada tahun 2003 Bank Syariah Mandiri memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp 24.466 (dalam satuan jutaan) dengan ROA sebesar 0,72 % yang merupakan tingkat ROA paling rendah dalam 10 tahun terakhir. Akan tetapi, beberapa tahun berikutnya Bank Syariah Mandiri mampu menaikkan tingkat

66

ROA-nya yang menunjukkan adanya peningkatan kinerja dengan semakin meningkatnya laba sebelum pajak tiap tahunnya. Meskipun pada peralihan dari tahun 2009 hingga tahun 2010 terjadi penurunan ROA sebesar 0,15 % dari 1,90 % menjadi 1,75 %, ternyata pencapaian tersebut masih lebih besar jika dibanding dengan pencapaian rata-rata bank umum syariah lainnya sebesar 1,67 %. Penurunan tersebut terjadi akibat tekanan persaingan usaha di mana tahun 2010 terjadi tingkat persaingan yang tinggi akibat bertambahnya Bank Umum Syariah dari 6 bank menjadi 11 bank. 5.3. Pengaruh Variabel Struktur Pembiayaan terhadap ROA 5.3.1. Analisis Regresi Berdasarkan hasil pengolahan analisis regresi dengan 3 (tiga) variabel bebas (pola bagi hasil, jual beli dan sewa) dan variabel terikat ROA maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut: (lampiran) Tabel 5.3 Hasil Analisis SPSS / Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error -23,178 8,312 -1,052 0,349 2,753 0,837 -0,304 0,151 Standardized Coefficients Beta -3,264 4,140 -1,400

Model (Constant) Bagi hasil (X1) Jual beli (X2) Sewa (X3)

t -2,789 -3,017 3,291 -2,011

Sig. 0,032 0,023 0,017 0,091

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai konstanta yang dihasilkan adalah -23,178 ; koefisien regresi untuk pola bagi hasil sebesar -1,052; koefisien regresi pola jual beli sebesar 2,753; dan koefisien regresi untuk pola sewa sebesar -0,304.

67

Persamaan regresi : Y = -23,178 - 1,052X1 + 2,753X2 - 0,304X3 + E Adapun yang dimaksud (interprestasi) dari persamaan regresi yang dihasilkan adalah: a = -23,178 : merupakan konstanta (a) yang menunjukkan apabila tanpa dipengaruhi oleh variabel X1 (pola jual beli), X2 (pola bagi hasil) dan X3 (pola sewa) maka besarnya ROA adalah 23,178. b1 = -1,052 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X1 (pola bagi hasil) yang menunjukkan bahwa apabila nilai bagi hasil mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 1,052%. b2 = 2,753 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X2 (pola jual beli) yang menunjukkan bahwa apabila nilai jual beli mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan mengalami kenaikan sebesar 2,753%. b3 = -0,304 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X3 (pola sewa) yang menunjukkan bahwa apabila nilai sewa mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan mengalami penurunan sebesar 0,304%.

68

5.3.2. Koefisien Korelasi Koefisien ini merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X). Nilai ini berkisar antara -1 sampai +1, dimana apabila nilai

korelasi bernilai positif maka terdapat hubungan yang searah yaitu apabila satu meningkat maka yang lain akan meningkat pula, apabila korelasi bernilai negatif maka terdapat hubungan yang tidak searah yaitu apabila satu meningkat maka yang lain akan menurun. Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi (R) sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 5.4, bahwa hubungan antara variabel bebas pola bagi hasil,jual beli dan sewa (X1, X2, X3 ) terhadap variabel terikat Y (ROA) diperoleh nilai sebesar 0,860 yang berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel pola jual beli, bagi hasil dan sewa dengan ROA adalah sebesar 0,860. Jadi hubungan antara variabel Y dengan variabel bebas adalah sebesar 86 % yang menunjukkan

hubungan yang kuat karena lebih besar dari 0,5 (menurut Lind 2002). Tabel 5.4 Hasil Analisis SPSS / Model Summary Model 1 R 0,860 R Square 0,740 Adjusted R Square 0,610 Std.Error of The Estimate 0,40351

69

5.3.3. Koefisien Determinasi Koefisien ini merupakan nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y). Nilai ini diperoleh dari prosentase nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan, yang nilainya berkisar antara 0 - 1 (0% - 100%) semakin mendekati satu, koefisien ini semakin besar pengaruhnya. Adapun nilai koefisien determinasi (R2) sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 5.4 adalah sebesar 0,740, yang berarti bahwa besarnya pengaruh antara variabel pola bagi hasil (X1), jual beli (X2) dan sewa (X3) dengan ROA adalah sebesar 74%. Hal ini menunjukkan bahwa 74% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi, atau variabel bebas baik X1, X2, maupun X3 mampu menerangkan variabel Y sebesar 74%. Sementara, sisa varian sebesar 26% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak menjadi obyek dalam penelitian ini. 5.3.4. Pengujian Hipotesis Statistik a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Untuk melihat apakah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen itu nyata, maka perlu diuji dengan uji-t secara parsial. jumlah data n = 10, dan k = 4 maka derajat bebasnya adalah 10 4 = 6, dengan taraf signifikansi 5% untuk uji dua arah diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,94, sedangkan nilai t-hitung dapat dilihat pada Tabel 5.3 dari hasil analisis SPSS. Berikut

70

pembahasan dari hasil uji parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen: untuk variabel bagi hasil (X1) t-hitung (-3,017) < t-tabel (1,94) maka variabel bagi hasil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig.= 0,023 lebih kecil dari taraf signifikansi 5% untuk variabel jual beli (X2) nilai t-hitung (3,291) > t-tabel (1,94) maka variabel jual beli memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig.= 0,017 lebih kecil dari taraf signifikansi 5% untuk variabel sewa nilai t-hitung (-2,011) < t-tabel (-1,94) maka variabel sewa memiliki pengaruh yang signifikan pula terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig.= 0.091 lebih besar dari taraf signifikansi 5% b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Untuk melihat bagaimana variabel independen (bagi hasil,jual beli, dan sewa) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (ROA) dapat dilakukan uji F. Nilai Ftabel dapat diperoleh dengan tahap sebagai berikut; jumlah data, n = 10, dan k = 4, jadi derajat pembilang k-1 = 4 1 = 3, sedangkan derajat penyebut nk= 10 - 4 = 6 dengan taraf nyata 5 %, maka nilai Ftabel adalah 4,76. Sedangkan dari hasil analisis SPSS diperoleh nilai Fhitung = 5,697

71

dalam tabel ANOVA (lihat Tabel 5.5). Hal ini berarti nilai Fhitung > Ftabel. Tabel 5.5 Hasil Analisis SPSS / ANOVA Model 1 Regression Residual Total Sum of Square 2,783 0,977 3,760 df 3 6 9 Mean Square 0,928 0,163 F 5,697 Sig. 0,034

72

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Pada bagian ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan pada bab satu dan juga berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dibahas pada bab lima dengan bantuan analisis regresi dan analisis statistik tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi linear sederhana berganda. Selain itu juga dilakukan suatu pengujian hipotesis dengan menggunakan alat uji F dan uji t. berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengolahan data uji signifikansi secara parsial (Uji-t) diperoleh bahwa variabel pembiayaan bagi hasil (X1), jual beli (X2), dan sewa (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA). Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis secara simultan (Uji F) dimana H0 ditolak yang berarti bahwa variabel-variabel independen (pembiayaan pola bagi hasil, jual beli dan sewa) mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen (ROA). 2. Jenis pembiayaan yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas (Return on Asset-ROA) pada Bank Syariah Mandiri diantara tiga jenis pembiayaan yang menjadi objek penelitian adalah jenis pembiayaan jual beli (al bai). Hasil analisis regresi berganda yang

73

menjadi alat analisis penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi sebesar 2,753 merupakan koefisien dari varibel jual beli (X2) yang paling tinggi diantara kofisien variable lainnya. 6.2. Saran Pada bagian akhir skripsi ini, penulis bermaksud untuk

mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya. Saran-saran yang diajukan sebagai berikut : 1. Bank Syariah Mandiri hendaknya meningkatkan pembiayaan bagi hasil yang saat ini porsinya masih kecil. Alasannya pembiayaan bagi hasil merupakan salah satu keunggulan Bank Syariah dibandingkan bank konvensional karena mengedepankan prinsip kemitraan dan keadilan sehingga dapat memberikan manfaat lebih luas kepada kepada sektor riil. 2. Bank Syariah Mandiri hendaknya mampu mengatur struktur

pembiayaannya agar dapat meningkatkan kinerja keuangan secara optimal. 3. Pembiayaan Bagi hasil membutuhkan pengawasan dan memiliki risiko yang lebih besar. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri hendaknya meningkatkan pengawasannya sehingga risiko dapat dikurangi.

74

Anda mungkin juga menyukai